Anda di halaman 1dari 17

BUSANA DAERAH

Resthi Cynara Auriga

20075168

Dosen Pengampu: Dra.Yuliarma, M.Ds


TUGAS 1
Pakaian Adat
Provinsi
Pakaian Adat

Pakaian adat, (pakaian tradisional) adalah kostum yang mengekspresikan identitas, yang biasanya dikaitkan dengan
wilayah geografis atau periode waktu dalam sejarah. Pakaian adat juga dapat menunjukkan status sosial, perkawinan,
atau agama.
Selain sebagai identitas tiap daerah, pakaian adat ini juga banyak digunakan pada beragam acara kebudayaan. Setiap
perayaan hari besar di tiap daerah akan menggunakan pakaian adat. Pakaian adat ini juga akan menentukan posisi
atau peran seseorang dalam sebuah acara atau perayaan hari besar.
I. Pakaian Adat Sumatera Utara
Pakaian adat Sumatera Utara didominasi oleh pakaian adat suku Batak yang disebut
ulos, karena mayoritas penduduk di provinsi beribukota Medan ini berasal dari suku
Batak. Ulos digunakan hampir semua sub suku Batak, hanya saja penamaan dan
fungsinya berbeda-beda.
1).Pakaian Adat Batak Pakpak

Pakaian adat Batak Pakpak disebut baju merapi-api, dengan


didominasi warna hitam. Berbahan dasar katun, dan dikenakan
dengan oles atau tenunan khas Pakpak.

Pada laki-laki Batak Pakpak, baju merapi-api menyerupai pakaian model


Melayu dengan leher bulat dan dihiasi dengan manik-manik atau api-api.
Sementara untuk bagian bawah, berupa celana hitam yang dibalut dengan
sarung yang disebut oles sidosdos, dengan ujung terbuka di depan.

Baju merapi-rapi pada perempuan juga bewarna hitam dengan model leher segitiga
dan dihiasi dengan api-api. Bagian bawah berupa sarung atau oles perdabaitak yang
dililit pada pinggang secara melingkar.
2).Pakaian Adat Batak Toba

Pakaian adat Sumatera Utara khas Batak Toba terbuat dari kain ulos atau
kain tenun tradisional, mulai dari bagian atas sampai bawah.

Pakaian adat pria bagian atas disebut ampe-ampe dan bagian bawah
disebut singkot. Sementara untuk perempuan, bagian atas berupa hoba-
hoba dan bagian bawah adalah haen.
Mengenakan busana ini juga dilengkapi dengan aksesoris berupa
penutup kepala pada laki-laki yang disebut bulang-bulang
dan pengikat kepala atau tali-tali pada
perempuan, serta memakai selendang
ulos.
II. Pakaian Adat Kalimantan Barat
Pakaian adat dari Kalimantan Barat sangat bervariasi, pasalnya terdapat banyak suku yang tinggal di
sana.
Suku yang paling mendomisai Kalimantan Barat adalah Suku Dayak dan Suku Melayu. Keduanya
memiliki keanekaragaman budaya dengan ciri khasnya
masing – masing.
1).Pakaian Adat King Baba

King Baba adalah pakaian adat yang berasal dari Suku


Dayak dan dipakai oleh kaum pria.
King baba terbuat dari kulit tanaman ampuro atau kayu
kapuo yang dipukul – pukul di dalam air sampai hanya
tertinggal seratnya.
Kayu ampuro atau kayu kapuo adalah tumbuhan endemik
dari Kalimantan yang mempunyai kandungan serat cukup
tinggi.
Dilanjut dengan pembentukan king baba yang berbentuk seperti menyerupai
rompi tanpa lengan dan sebuah penutup di daerah kaki.
Tidak lupa juga pakaian adat ini dihias dengan manik – manik berwarna merah
dan jingga.
Para pria dari Suku Dayak biasanya melengkapi pakaian adat ini dengan beberapa
aksesoris pendukung, seperti :
• Ikat kepala yang diselipkan dari bulu burung enggang gading.
• Senjata tradisional bernama Mandau.
Aksesoris tersebut dapat menambah keunikan tersendiri bagi seorang pria.
Dengan senjata tradisional bernama mandau pakaian adat ini juga merupakan
pakaian yang digunakan untuk perang Suku Dayak.
2).Pakaian Adat King Bibinge

King Bibinge adalah pakaian adat yang berasal dari Suku


Dayak dan dipakai oleh kaum wanita.
Bahan dan cara pembuatan dari pakaian adat ini tidak jauh
berbeda dengan pakaian adat king baba.
Hanya saja desain pada King Bibinge ini lebih sopan dan
menutup dada.
Pemakaian dari king bibinge juga dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris, salah
satunya adalah sebagai berikut ini :
• Ikat kepala yang berbentuk segitiga dari bulu burung enggang.
• Kalung yang terbuat dari kulit atau tulang hewan atau akar kayu sebagai penangkal
gangguan dari roh – roh halus khususnya pada bayi.
• Jarat tangan atau gelang tangan dari pintalan akar tanaman sebagai penolak bala.
• Gelang tjuk bulu tantawan, tajuk bulu area, galang pasan manik, galling gading, dan lain
sebagainya.
TUGAS 2
Pakaian Adat
PAYAKUMBUH
“Busana Bundo Kanduang
(Payakumbuh)”
Sebagai bukti bahwa busana Bundo Kanduang mempunyai makna simbolik dapat dilihat pada busana adat Koto Gadang di
Payakumbuh.

Beberapa busana bundo kanduang:

i. Tengkuluk (Tangkuluak)

melambangkan kepemimpinan dan kebijaksanaan Bundo Kanduang.

Baju kurung yang terdiri dari beberapa bahagian:

-pola siba (dua guntingan kain sepanjang ketiak sarnpai ke bawah baju yang dijahit disisi kin dan kanan baju),

-kikiak (kain segitiga penyambung lengan dengan badan dan siba) dan minsia pain benvarna emas yang dijahitkan pada
ujung lengan dan baju bagian bawah).
ii. Sandang Baikek (selendang baikek),
simbol yang menunjukkan bahwa kaum ibu sudah diikat atau sudah memiliki tanggungjawab penuh sesuai
dengan aturanaturan adat, baik untuk keluarga maupun terhadap masyarakat.

iii. Sungkuik mato,


merupakan perlambangan yang memuat nilai-nilai spirit yang tinggi namun harus pandai menempatkan diri
sesuai dengan situasi dan kondisi di manapun berada.

iv. Telekung (Talakuang),


merupakan indikasi bahwa orang yang menggunakan pakaian harus mengikuti syariat agama Islam.
Artinya syariat Islam hams dijunjung tinggi dan menjadi acuan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan.
v. Sarung,
maknanya melarnbangkan aturan nilai-nilai agama yaitu bagaimanapun sibuk di dunia, syariat Islam harus
dijalankan. Lambak ampek memuat nilai-nilai kepribadian yang harus dilaksanakan remaja.
vi. Lambak minsia,
menyimbolkan nilai berupa hukum atau aturan yang diarahkan kepada ibu yang telah memiliki menantu.
Aturan tersebut sesuai dengan tanggungjawab kaum ibu terhadap keluarga, menantu dan masyarakat.
vii. Kalung,
melambangkan disiplin Bundo Kanduang dalarn mengatur strategi pengeluaran keuangan, yaitu
memikirkan secara bijaksana bagaimana kiat untuk memanfaatkan persediaan atau simpanan sesuai dengan
kebutuhan.
viii. Gelang,
melambangkan paga din maksudnya memelihara dan melindungi diri. Makna yang tersimpan pada gelang
bagairnana semua tindakan atau tugas dilaksanakan sesuai dengan aturan adat.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang jenis dan makna simbol tingkuluak Koto Nan Gadang
Payakumbuh, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa masyarakat Koto Nan Gadang masih
memakaikan dan melestarikan macam-macam tingkuluak sampai saat ini yang dipakai pada
berbagai macam upacara adat di Koto Nan Gadang. Tingkuluak Koto Nan Gadang menjadi
penanda bagi pemakainya, orang bisa mengetahui dengan sendirinya tanpa bertanya siapakah
yang memakai tingkuluak tersebut, karena tiap jenis tingkuluak mempunyai aturan tersendiri
bagi yang memakainya.
Latihan mendesain busana modifikasi akulturatif busana tradisional Payakumbuh 

Anda mungkin juga menyukai