PAKAIAN ADAT
YOGYAKARTA DAN SURAKARTA
Disusun oleh:
1. ALFIYYAH RAHMANINGSIH (04)
2. MUSTIKA AYU NIKEN LARASATI (22)
3. SHAFIRA RACHEL YOVITASARI (31)
4. SHOFIYAH NUR HASANAH WP (34)
5. VITA PRATAMA PUTRI (35)
6. WAHYU GALANG WICAKSANA (36)
2. Busana Kebaya
Busana untuk anak laki-laki dinamakan Kencongan. Busana tersebut terdiri dari kain
batik dengan model kencongan, baju surjan, lonthong tritik, ikat pinggang kamus
songketan dengan cathok atau timang dari emas kadar rendah (suwasa) dan dhestar sebagai
tutup kepala.
Busana adat untuk anak perempuan ini berbentuk kain batik yang bermotif parang,
bulatan, baju katun. Dihiasi dengan hiasan yang bermotif bunga-bungaan dan hewan.
Dilengkapi aksesoris tambahan lainnya seperti sabuk, selendang, serta sabuk ikat pinggang
perak yang berbentuk kupu-kupu, burung garuda/merak dan juga kalung emas dengan
liontin mata uang. Uniknya gelang yang digunakan berbentuk ular serta rambut yang
disanggul.
5. Busana Ageng
Pejabat Keraton menggunakan busana Ageng khusus saat sedang dalam tugas.
Busana Ageng ini merupakan seperangkat pakaian adat yang berupa jas laken ( jas yang
berbahan dasar dari kain tenun dari bulu domba; kain wol; kain sekelat) dengan kerah
baju yang berdiri. Adapun pelengkapnya sutera bewarna biru tua panjang mencapai
bongkong, lengkap dengan kancing busana yang bersepuh emas. Untuk bawahannya
menggunakan celana panjang hitam, topi berbahan laken bewarna biru tua, dengan model
dibuat panjang dan tinggi yang mencapai 8 cm.
6. Busana Samekanan
Putri Raja di Keraton Yogyakarta memiliki pakaian adatnya sendiri yang dinamakan
busana Samekanan. Busana Samekanan ini busana yang menggunakan kain penutup dada
panjang yang lebarnya separuh dari lebar kain panjang biasa. Dipadukan dengan kain
batik, kebaya katun, samekanan tritik. Aksesoris yang digunakan yaitu perhiasan subang,
gelang, dan cincin. Rambut disanggul tanpa hiasan apapun. Adapun setiap aksesoris yang
digunakan memiliki makna simbolis yang sama dengan Pakaian Adat Yogyakarta Untuk
Wanita Dewasa (Baju Kebaya)
7. Peranakan/Atela
Abdi Dalem di Yogyakarta memiliki pakaian adat yang dikenal dengan nama
Peranakan dan Atela. Pakaian adat Peranakan ini memiliki arti dan tujuan dari
kata’peranakan’ agar dapat menjalin persaudaraan layaknya saudara kandung atau 1
keturunan. Pakaian Peranakan ini memiliki maknanya sendiri , yaitu dari (6 buah) kancing
di leher yang melambangkan rukun imam dan (5 buah) kancing di ujung lengan yang
melambangkan rukun islam.
Sedangkan pakaian Atela ini bewarna putih digunakan oleh Abdi Dalem yang berpangkat
Wedana ke atas pada kegiatan upacara-upacara besar dan juga Atela yang bewarna hitam
dipakai untuk acara-acara tertentu di Yogyakarta.
B. Pakaian Adat surakarta
1.Busana keseharian di lingkungan keraton
Pemakaian busana batik di lingkungan keraton memniliki aturan khusus yang terkait dengan
adat dan tata sopan santun dikalangan istana. Misalnya untuk wanita ,ragam busana batik
yang dikenakan harus dikenakan hingga menutupi mata kaki. Aturan ini bertujuan untuk
melindungi harkat dan martabat wanuta itu sendiri.
Sedangkan untuk kaum pria ,cara pemakaian diawali dengan memasukkan ujung kain batik
kebagian kanan pinggang,kemudian ditutupi dengan kain batik yang melingkari pinggang
memutar ke kanan ,lalu kekiri. Pada bagian atas kain diikat dengan ikat pinggang.selanjutnya
ditutup dengan beskap .
Busana adat Jawa biasa disebut dengan busana kejawen yang mempunyai perumpamaan atau
pralambang tertentu terutama bagi orang Jawa yang mengenakannya. Busana Jawa penuh dengan
piwulang sinandhi, kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa. Ajaran dalam
busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu didunia ini secara harmoni
yang berkaitan dengan aktifitas sehari – hari, baik dalam hubungannya dengan sesame manusia,
dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta segala sesuatu dimuka bumi
ini. Busana Kejawen yang akan dijelaskan dibawah ini terdiri dari busana atau pakaian yang
dikenakan pada bagian atas tubuh, seperti iket, udheng;bagian tubuh seperti rasukan atau bisa
disebut dengan baju, jarik, sabuk, epek,timang,bagian belakang tubuh yakni keris, dan bagian bawah
kaki yaitu candela.
1. Iket
Iket adalah tali kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk penutup kepala.
Cara mengenakan iket harus kenceng, kuat supaya ikatannya tidak mudah terlepas. Bagi orang Jawa
arti iket adalah agar manusia memiliki pamikir atau pemikiran yang kencang, tidak mudah
terombang – ambing hanya karena factor situasi atau orang lain tanpa pertimbangan yang matang
2. Udheng
Udheng dikenakan pada bagian kepala dengan cara mengenakan seperti mengenakan topi. Bila
sudah dikenakan diatas kepala, iket menjadi sulit dibedakan dengan udheng karena ujudnya sama.
Udheng berasal dari kata mudheng artinya mengerti dengan jelas. Maknanya manusia akan memiliki
pemikiran yang kukuh bila sudah mudheng atau memahami tujuan hidupnya. Manusia memiliki
fitrah untuk senantiasa mencari kesejatian hidup sebagai sangkan paraning dumadi. Makna lain dari
udheng ini adalah agar manusia memiliki keahlian / ketrampilan serta dapat menjalankan
pekerjaannya dengan pemahaman yang memadai karena memiliki dasar pengetahuan.
3. Rasukan
Sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa, hendaklah manusia ngrasuk atau menganut sebuah jalan atau
agama dengan kesadaran penuh menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
4. Benik
Busana Jawa seperti beskap selalu dilengkapi dengan benik ( kancing ) disebelah kiri & kanan.
Lambing dari benik itu adalah bahwa manusia dalam melakukan tindakannya dalam segala hal selalu
diniknik; artinya diperhitungkan dengan cermat. Apapun yang dilakukan janganlah sampai
merugikan orang lain, dapat menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
5. Sabuk
Sabuk digunakan dengan cara melingkarkan di badan atau lebih tepatnya dipinggang. Sa-buk artinya
hanya impas saja, ngga untung & ngga rugi. Makna sabuk adalah agar manusia menggunakan
badannya untuk bekerja sungguh – sungguh, jangan sampai pekerjaannya tidak menghasilkan atau
tidak menguntungkan ( buk ).
6. Epek
Persamaan Epek adalah apek; golek; mencari. Artinya dalam hidup ini, kita harus memanfaatkannya
dengan mencari ilmu pengetahuan yang berguna
7. Timang
Timang adalah pralambang bahwa ilmu yang ditempuh harus dipahami dengan jelas & gamblang,
agar tidak gamang atau menimbulkan rasa kuatir. (samang – samang; berasal dari kata timang )
8. Jarik
Jarik adalah kain panjang yang dikenakan untuk menutupi tubuh sepanjang kaki. Jarik artinya aja
serik. Jangan mudah iri terhadap orang lain, karena iri hati hanya akan menimbulkan rasa emosional,
grusa – grusu dalam menanggapi segala masalah.
9. Wiru
Mengenakan jarik atau kain selalu dengan cara mewiru ujungnya sedemikian rupa. Wiru atau wiron
bisa terjadi dengan cara melipat – lipat ujung jari sehingga berwujud wiru. Wiru artinya wiwiren aja
nganti kleru. Olahlah segala hal sedemikian rupa sehingga menumbuhkan rasa menyenangkan dan
harmonis, jangan sampai menimbulkan kekeliruan dan disharmoni.
10. Bebed
Bebed adalah kain atau jarik yang dikenakan laki – laki. Bebed artinya manusia harus ubed yakni
tekun & rajin dalam bekerja mencari rezeki.
11. Canela
Canela dijabarkan dari canthelna jroning nala, atau peganglah kuat di dalam hatimu. Canela sama
dengan selop,cripu atau sandal. Canela dikenakan di kaki dengan maksud agar kita selalu
menyembah lahir & batin, hanya di kaki-Nya
Curiga atau keris berujud wilahan, bilahan dan terdapat didalam warangka atau wadahnya. Curiga
dan warangka adalah pralambang bahwa manusia sebagai ciptaan menyembah Tuhan sebagai
penciptanya dalam sebuah hubungan kawula jumbuhing Gusti. Curiga ditempatkan di belakang
artinya dalam menyembah yang Maha Kuasa hendaknya manusia bisa ngungkurake godhaning
Syetan yang senantiasa mengganggu manusia ketika akan bertindak kebaikan