Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BUSANA JAWA

HUBUNGAN KAIN LURIK DALAM KEPERCAYAAN

DISUSUN OLEH:

Khoirul Anwar ( 16205244025 )

KELAS P

PENDIDIKAN BAHASA DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang Pencipta alam
semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena, berkat limpahan
rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
tema “HUBUNGAN KAIN LURIK DALAM KEPERCAYAAN” yang sederhana ini dapat
terselesaikan tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi tugas mata
kuliah dan merupakan bentuk tanggung jawab kami pada tugas yang diberikan oleh dosen.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu dosen serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bahwasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha Esa, sehingga dalam penulisan dan
penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif
akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.

Yogyakarta, 16 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Pengertian lurik ………………........................................................................................... 3
B. Fungsi kain lurik dalam kepercayaan ................................................................................. 4
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 6
DAFTAR PUSAKA ........................................................................................................... 7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lurik salah satu tekstil tradisional yang pernah berkembang dibeberapa daerah di
Indonesia, salah satunya di Surakarta. Arti kata Lurik ada pendapa,t kata lurik seakar dengan kata
bahasa Jawa lorek yang berarti garis-garis, juga dengan katalirik-lirik, yang berarti bergaris-garis
tetapi garisnya kecil-kecil.Secara religi suku kata “rik” berarti garis atau parit yang dangkalyang
membekas. Orang Jawa mengenal mageri yang berarti melindungi dari hal-hal yang bersifat
jahat, yang tidak kelihatan. Secara visual bentuk kain lurik dibedakan menjadi 2 yaitu lurik ciut
dan lurik wiyar. Dari segi corak dikelompokan menjadi 3, pakan malang, lajuran dan cacahan.
Lurik pada masanya tidak sekedar sebagai kain penutup tubuh semata, tetapi mempunyai makna
yang lebih dalam, makna simbolis yang berkaitan dengan budaya, kepercayaan, harapan-harapan
orang Jawa, Surakarta khususnya. Kain lurik dipakai orang Jawa pada upacara yang berkaitan
dengan siklus hidup manusia, dari manusia lahir sampai meninggal. Dipakai pada upacara yang
berkaitan dengan kepercayaan seperti upacara labuhan, upacara adang dan sebagainya. Tetapi
dengan berkembangnya zaman yang mempengaruhi cara pandang, gaya hidup manusia, kain
lurik sudah semakin ditinggalkan. Kalaupun masih ada yang memakai dan mempertahakan
jumlahnya hanya sedikit, atau sudah berfungsi lain seperti untuk tas, taplak meja, bantalan kursi.
Sehingga makna yang demikian dalam, sudah terabaikan.

Busana pada zaman modern ini dianggap sebagai urusan pribadi, tetapi sebagai kaum
beragama kita tidak boleh masa bodoh dengan hal ini.Karena pada kenyataannya busana yang
dikenakan anak muda sekarang dapat menimbulkan rangsangan seks atau kebrutalan yang
bersumber dari mode-mode busana setengah telanjang atau penonjolan aurat, yang dapat
mengarah pada kejahatan. Masyarakat yang berperadaban modern pada umumnya sangat
menyukai mode-mode busana yang tidak sopan. Rok mini atau celana ketat merupakan gejala
yang terpisahkan dari peradaban masa kini. Sesungguhnya kecenderungan pada mode-mode
pada busana yang tidak senonoh ini menunjukkan kelemahan moral masyarakat. Pada
hakekatnya mode busana mini dan ketat itu dapat merusak kesehatan dan pertumbuhan mental
masyarakat itu sendiri dan juga tidak memilki nilai tambah sama sekali. Mode yang semacam ini
mempengaruhi cara berfikir dan bertindak mereka yang pada akhirnya akan mengubah rasa
harga diri mereka.

Dalam konteks berbusana, berpakaian sopan bukan saja baik dan saran, bahkan para
perempuan akan jauh terlihat lebih cantik, anggun dan berwibawa dengan busana yang sopan,
akan tetapi, pemakainya juga akan terhindar dari fitnah dan perbuatan tidak menyenangkan dari
orang yang akan berbuat jahat secara seksual. Bukankah timbulnya kejahatan-kejahatan seksual
seperti kejahatan pemerkosaan, perzinaan, bahkan pelecehan seksual yang dilakukan di tempat-
tempat umum atau keramaian, pemicunya karena tergoda dengan cara berbusana kaum
perempuan yang sangat seksi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian lurik?
2. Apa fungsi lurik dalam kepercayaan?

C. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
kain lurik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lurik

Kata lurik seakar dengan kata bahasa Jawa lorek yang berarti garis-garis juga dengan kata
lirik-lirik, yang berarti bergaris-garis, tetapi garisnya kecil-kecil (Wahyono, 1981: 21). Secara
etimologi Jawa, bunyi “ i ” pada lurik adalah menunjuk arti pada garis-garis kecil yang melintang
dan membujur. Seperti dalam bahasa Jawa pada umumnya bila menyebut sesuatu yang kecil,
seperti; dicuwil (nyuwil), dijiwit, klithik, benthik, dan sebagainya yang mempunyai arti kecil.
Nyuwil berarti mengambil sedikit sesuatu benda yang bersifat empuk dengan menggunakan
tangan, benthik adalah persinggungan kecil antara dua buah benda. Demikian juga lurik adalah
garis-garis kecil yang ukurannya tidak lebih dari satu 1 cm, kalau lebih dari 1 cm bukan lurik
tetapi lorek (Wawancara dengan R.Rachmad, Maret 2002).
Menurut pakar kejawen KRH. Koesoemotanoyo, yang memandang secara religi suku
kata “rik” berarti garis atau parit yang dangkal yang membekas sehingga menyerupai garis yang
sukar dihapus (Wawancara dengan KRH, Koesoemotanoyo, Mei 2002).
Hal ini dapat dijelaskan, bahwa dalam kepercayaan orang Jawa ada istilah mageri, yaitu
memagari rumah secara spiritual dengan maksud melindungi rumah seisinya dari gangguan
maksud jahat orang lain yang tidak dapat dilihat secara nyata/rasional. Dengan memakai kain
lurik diharapkan selalu mendapatkan keselamatan dan terhindar dari segala gangguan. Lurik
adalah kain bercorak garis-garis berukuran tidak lebih dari satu cm (1 cm), yang proses
produksinya menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). ATBM sendiri ada dua pengertian
yaitu alat tenun deprok/gedhog dan alat tenun tustel (istilah umum), keduanya dijalankan secara
manual. Alat tenun deprok ada juga yang menyebut gedhog (karena suara yang ditimbulkan pada
saat terjadi aktivitas menenun) merupakan alat yang dipakai sebelum diciptakan alat tenun tustel.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kain bermotif garis-garis yang diproses dengan alat tenun mesin
(ATM), bukanlah lurik.
B. Fungsi Kain Lurik dalam Kepercayaan
Penggunaan kain lurik pada awalnya tidak sekedar sebagai busana untuk keperluan sehari-hari,
menghadiri undangan resepsi maupun undangan lainnya, terlebih bagi masyarakat di luar
keraton. Sebab, tekstil jenis lain yaitu batik yang berkembang pada waktu itu tidak banyak
dipakai masyarakat luar keraton. Mengingat penggunaan kain batik dan kain lurik diatur dalam
angger-angger (undang-undang) berbusana oleh keraton. Tidak semua orang diperbolehkan
memakai kain batik dan kain lurik dengan motif-motif tertentu. Sebab, ada kain larangan yang
hanya boleh dipakai oleh raja dan kerabatnya. Tidak boleh dipakai oleh abdi dalem keraton,
terlebih bagi kawula alit (rakyat kecil). Kain lurik dengan motif tertentu hanya digunakan
sebagai kain syarat dalam upacara-upacara adat.
Dalam Pratelan Dalem Kagoengan Dalem Awisan Taoen 1690, 1710, 1716 yang ditulis
pada masa pemerintahan Sinoehoen Kanjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX memuat tentang
aturan pemakaian motif-motif kain batik maupun lurik dan perlengkapan lainnya, yang dipakai
oleh para abdi dalem, sesuai dengan pangkatnya. Sebagai contoh seperti yang ditulis, ”Abdi
Dalem Kaparak Kemit Bumi: Bebed Lurik perkutut Manggung pedhangan tanpa dhuwung
rasukan sikepan Ageng kuthungan”. (Mas Ngabehi Prajaduta, 1989: 39-40). Sedangkan dalam
tembang, disebutkan motif-motif lurik atau kain yang tidak boleh dipakai oleh manusia, sebab
hanya dipakai untuk sesaji (sajen) seperti yang ditulis Kamajaya ”... 34. Muhung kagem sajen
saking karsa nata kenginge (ng)gih punika dara muluk, namanira, dhasare wulung dilem kendhit
pethak tengahnira. Wulunge ...”. (Kamajaya, 1986: 145). Sedikit uraian tersebut sebagai ilustrasi
bagaimana sebenarnya penggunaan kain lurik terutama pada masa keraton masih berkuasa.
Penggunaan kain lurik tidak sekedar sebagai penutup tubuh, tetapi mempunyai peranan
yang lebih hakiki yangm berkaitan dengan kepercayaan dan adat istiadat orang Jawa maka, lurik
menjadi bernilai. Bahkan peralatan pembuat kain lurik yaitu alat tenun gedhog dianggap
keramat, tidak lepas dari salah satu kebutuhan untuk sajen (syarat) yang berkaitan upacara dan
selamatan. Kepercayaan manusia terhadap kekuatan yang bersifat jahat maupun kekuatan baik
yang ada di sekitarnya begitu mempengaruhi kehidupannya. Tercermin hampir dalam setiap
tindakannya sehari-hari terlebih dalam upacara keagamaan maupun upacara-upacara adat, seperti
upacara yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia: lahir, nikah dan mati. Upacara-
upacara diselenggarakan dengan menyertakan berbagai macam benda- benda sebagai sarana
pemujaan terhadap kekuatan-kekuatan yang baik (roh nenek moyang, misalnya), sebagai symbol
dari berbagai macam keinginan: harapan agar selalu melindungi, menjaga dan memberikan
kebaikan bagi keluarga, desa, ataupun bagi seseorang.

Suasana persiapan upacara adang di Gondorasan keraton Kasunanan. Dandang kyai Duda dibalut dengan lurik
corak dengklung, diikat dengan tali dari benang lawe ( Foto FP.Sri Wuryani)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kain lurik meskipun sederhana penampilannya
mengandung makna yang dalam. Merupakan simbol yang melambang ekspresi dari budaya, adat
istiadat, harapan dan kepercayaan masyarakat Jawa pada masa lalu. Begitu cerdas nenek moyang
kita, menuangkan semuanya dengan begitu sederhana hanya dalam komposisi bidang dan warna.
Meskipun produk masa lalu, makna yang terkandung masih banyak yang relevan dengan harapan
– harapan kehidupan manusia dimasa digital sekarang ini. Tidak berlebihanlah bila kerajinan
lurik tetap dipertahankan baik corak dan teknik pembuatannya, serta tidak menutup kesempatan
untuk pengembangan dan penciptaan corak-corak baru sesuai dengan zamannya.
Demikian makalah ini kami sampaikan. Semoga apa yang disampaikan pada makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf bila ada salah kata maupun salah penyampaian
bahasa, karena kesalahan datangnya dari kami dan kebenaran selalu datang dari Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Digilib.isi.ac.id/1392/6/jurnal.pdf
www.kain-lurik.com/artikel/6-sejarah-lurik

Anda mungkin juga menyukai