Anda di halaman 1dari 21

ISLAM DAN BUDAYA LOKAL

TEORI-TEORI BUDAYA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Islam Dan Budaya Lokal
Semester 5 (Ganjil) Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh:

ARYO
NIM. 410221014

Dosen Pengampu
Dwi Iin Kahina, M.Sos.I.

FAKULTAS SYARIAH DAN DAKWAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SORONG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah meberi
hidayah dan inayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaika
makalah ini dengan baik dan lancar. Serta tak lupa pula kami kami ucapkan
solawat serta salam kepada baginda nabi kita Muhammad SAW, dan terimakasih
pada Dosen yang membimbing serta mengarahkan penulis dalam penulisan
makalah yang berjudul “Teori-Teori budaya” semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan maka dari itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun
dari pembaca makalah ini.

Sorong, 29 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................II

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................4

BAB II.....................................................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................................................5

A. PENGERTIAN BUDAYAI.........................................................................5
B. TEORI-TEORI BUDAYA...........................................................................5
C. PENGERTIAN KEBUDYAAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI… .....................................................................................................13

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP.............................................................................................................15

KESIMPULAN..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian Islam Secara Etimologi Dan Terminologi
Pengertian Islam Secara Etimologi Secara etimologi Islam berasal dari bahasa
Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai.
Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah
diri masuk dalam kedamaian Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kata Islam dari segi etimologi mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah
diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik
di dunia maupun di akhirat.

Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan
paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dan fitrah dirinya
sebagai makhluk sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk
kepada Tuhan. Secara terminologi pengertian Islam terdapat rumusan yang
berbeda-beda. Menurut Harun Nasution berpendapat bahwa Islam adalah agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi
Muhammad SAW sebaagai Rasul.

Islam pada hakikatnya membawa ajaran- ajaran yang bukan hanya mengenal
satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sedangkan
menurut Maulana Muhammad Ali berpendapat bahwa Islam adalah agama
perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau
persaudaraan ummat manusia menjadi bukti nyata, bahwa agama Islam selaras
benar dengan namanya, Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi,
sebagaimana tersebut pada beberapa ayat suci al-Qur’an, melainkan pula pada
segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang
Allah, yang kita saksikan pada alam semesta.

Di kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan dengan istilah


Muhammadanism dan Muhammedan. Peristilahan ini karena dinisbahkan pada
umumnya agama di luar Islam dalam al-Qur’an terdapat petunjuk tentang
haramnya bangkai secara mutlak (QS. al-Maidah, 5: 3). Lalu datang hadis yang

1
mengecualikan terhadap bangkai ikan dan belalang sebagai halal. (HR. Ibn Majah
dan Hakim). Selain itu terdapat pula ketetapan hadis yang menetapkan hukum
atau aturan-aturan yang tidak didapati di dalam al-Qur’an, misalnya larangan
berpoligami bagi seseorang terhadap seorang wanita dengan bibinya, seperti hadis
yang artinya: “Tidak boleh seseorang mengumpulkan (memadu) seorang wanita
‘ammah (saudara wanita bapak)nya dan saudara wanita dengan ‘kholah (saudara
laki-laki ibu)nya”. (HR. al-Bukari dan Muslim). Dan juga larangan mengawini
seorang wanita yang bersaudara sepersusuan, karena ia dianggap muhrim senasab.
Dalam hadis Nabi SAW yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan
mengawini seseorang karena sepersusuan, sebagaimana halnya Allah telah
mengharamkannya karena senasab”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Budaya lokal didevinisikan sebagai budaya asli kebudayaan Indonesia,


berbagai macam keragaman yang ada di Indonesia dari sebuah kelompok
masyarakat lokal di setiap daerah di Indonesia.

bahwa budaya lokal adalah budaya asli yang ada disuatu daerah dimana budaya
lokal tersebut menjadi ciri khas dari daerah tersebut.

Pengertian budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta, yaitu buddhayah, dan
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bias diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture kadang diterjemahkansebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia Budaya
menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil
kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia
dengan belajar.1
Budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara
lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berelasi dalam
masyarakat adalah budaya. Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis

1
Ramdani Wahyu, M.Ag., M.si, Ilmu Budaya Dasar, (Pusataka Setia Bandung: Bandung
2012), hlm. 95

2
tapi dalam gagasan yang terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam
seni, tatanan masyarakat, ethos kerja dan pandangan hidup.2
Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia
yang immaterial bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran
terhadap Tuhan.Interaksi sosial dan keagamaan berpola kepada bagaimana mereka
memikirkan Tuhan, menghayati dan membayangkan Tuhan..
sehingga hasil kajiannya dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan untuk keperluan pembangunan, terutama dalam
pembangunan sosial budaya, seperti antropologi pembangunan, antropologi
kesehatan, antropologi ekonomi, dan sebagainya.
Geertz mengatakan bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis
dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi
sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku
mereka.Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi
juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.
Dengan itu budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi
manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu
agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis,
budaya dan beberapa kondisi yang objektif. Pada era global ini terjadi proses
penyesuaian diri pada kehidupan masyarakat luas dan khususnya generasi muda
dalam kaitannya dengan upaya menghadapi masa depan demi meneruskan
kehidupan tradisional. Pada masyarakat yang sudah memiliki sikap berbudaya
yang tinggi dan menjadi sumber bagi menghadapi hidup tempo dulu, kini
mengalami perubahan dengan masuknya budaya modern.3
Akan tetapi, sebagian masyarakat tetap memiliki kerinduan yang
mendalam terhadap nilai-nilai kearifan budaya bangsa sendiri.Misalnya, adanya
kerinduan masyarakat terhadap budaya Jawa, ditengah-tengah masih banyaknya
generasi tua yang memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai tradisi. Kerinduan itu
terpicu oleh kondisi masyarakat modern, khususnya kondisi generasi muda yang

2
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,(Pusataka Ranaka Cipta: Jakarta 1990),
hlm 180
3
Clifford Geertz, Kebudayaan Dan Agama, (Kanisius: Yogyakarta 1992), hlm 13.

3
semakin jauh dari nilai-nulai kearifan tradisi budaya bangsa. Oleh karena itu,
ketahanan terhadap sikap tradisional dan adat sangat diperlukan saat ini dalam
menghadapi peredaran jaman dan yang akan masuk kedalam realita kehidupan
suatu bangsa, sehingga generasi muda tidak mudah terpengaruh dan goyah dalam
berprinsip dan terus mengekalkan sikap cinta akan tradisi.
Maka pemerintah bersama masyarakat dan khususnya generasi muda
sekaligus penerus budaya lokal perlu menjaga, melestarikan dan mengangkat
kearifan budaya lokal yang sebenarnya tidak kalah dengan budaya luar.
B. RumusanMasalah
1. Apa Pengertian Budaya?
2. Apa Saja Teori-Teori Budaya ?
3. Apa Pengertian Kebudayaan Dalam Kehidupan Sehari-Hari ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya
Budaya adalah pola-pola tingkah laku yang diturunkan secara sosial yang
bekerjamenghubungkan komunitas manusia dengan lingkungan ekologi mereka.
Konsep budaya turun jadipola tingkah laku yang terikat kepada kelompok-kelom
pok tertentu, yaitu menjadi "adat istiadat”atau "cara kehidupan" manusia. Di
dalam budaya, karena subjeknya manusia, memungkinkan adanya perubahan.
Perubahan kultural pada dasarnya adalah suatu proses adaptasi dan
maksudnyasama dengan seleksi alam.
Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu
diantaranya adalah tokoh terkenal Indonesia yaitu Koentjaraningrat. Menurut
Koentjaraningrat kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa
sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau
“akal”. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang
berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa,
dan rasa itu.
budaya Menurut Pendiri Negara Wakil Presiden Pertama Republik
Indonesia (RI), Moh Hatta mengatakan, budaya adalah ciptaan hidup dari suatu
bangsa. Kajian religi menurut teori Evolusi, Difusi, Fungsionalisme dan Struktural
Fungsionalisme. Kajian religi menurut teori Evolusi, Difusi, Fungsionalisme dan
Struktural Fungsionalisme.
B. Teori-Teori Budaya
1. Teori Evolusi
Teori Evolusi dapat dikatakan sebagai induk sebagai induk dari semua
teori dalam antropologi. Secara tidak disadari baik emplisit maupun eksplisit
pemikiran evolusionisme mempengarihi cara berfikir banyak ahli. Ada dua situasi
penting yang melatarbelakangi tulisan – tulisan para evolusionis pada abad ke-19
yaitu pergulatan kamum evolusionis untuk menegakkan suatu telaah naturalistik
mengenai fenomena kultural, yang oleh Tylor disenut sebagai ilmu budaya.4
4
Kaplan, David dan Robert. A. Manner.1999.Teori Budaya.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

5
Cara utama yang diharapkan evolusionis yaitu untuk menegakkan suatu
ilmu yang menunjukkan dengan sejelas – jelasnya bahwa budaya telah
berkembang setapak demi setapak dalam langkah-langkah alami Dalam bidang
ilmu sosial paham evolusionisme diawali oelh pemikiran E.B Taylor (1832-1917),
yang menjelaskan persamaan yang terjadi pada berbagai bangsa yang berbeda,
Tylor berpendapat bahwa manusia memiliki kesatuan jiwa yang sama diantara
semua umat manusia sehingga menemukan pemecahan yang sama terhadap
persoalan yang sama sehingga mengalami pekembangan sejarah evolusi yang
sama.
Menurut Morgan perkembangan evolusi dibagi menjadi dua
– Evolusi Unilinier : Evolusi yang terjadi melalui satu garis yang
dominan.Masyarakat akan berkembang mengikuti tahap – tahap yang sama.
– Evolusi Multilinier : pemikiran untuk menelaah perbedaan dan kemiripan
budaya melalui perbandingan antara runtutan perkembangan yang parallel,
khususnya pada wilayah – wilayah yang secara geografis jauh terpisah. Menurut
Leslie A. White : Evolusi budaya terjadi karena adanya pirani manusia yang
berkembang untuk berakomodadi terhadap alam dan budaya mengalami
kemajuan.
2. Teori Difusi
Pada awalnya teori difusi ditujukan untuk memahami difusi dari teknik -teknik
pertanian, tetapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi digunakan pada
bidang-bidang lainnya secara lebih universal. Teori difusi inovasi dari Everret M.
Rogers kemudian diformulasikan dalam sebuah buku pada tahun 1962 berjudul
“Diffusion of Innovations”, dimana dalam perkembangan selanjutnya menjadi
landasan pemahaman tentang inovasi, karakteristik inovasi, mengapa orang-orang
mengadopsi inovasi, faktor- faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi,
dan bagaimana inovasi tersebut berproses diantara masyarakat.5
Difusi menekankan pada adanya persebaran (material dan non material) dari
satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, dari satu orang ke orang yang lain,

5
Ritzer, George.2012.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern.Yogyakarta:Pustaka pelajar

6
serta dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga kebudayaan itu sumbernya
dari satu tempat yang kemudian berkembang dan menyebar ke tempat yang lain
3. Teori Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah penekanan dominan pada antropologi khususnya
penelitian etnografis. Dalam fungsionalisme , kita harus mengeksplorasi ciri
sistematik budaya yang artinya kita harus mengetahui bagaimana perkaitan antara
institusi- institusi atau struktur -struktur suatu masyarakat sehingga membentuk
suatu sistem yang bukat.Para fungsionalisme menyatakan bahwa fungsionalisme
merupakan teori tetang proses kultural. Fungsionalisme sebagai perspektif teoritik
dalam antropologi yang bertumpu pada analogi dengan organisme , artinya ia
membawa kita memikirkan sistem sosial -budaya sebagai semacam organisme,
yang bagian-bagiannya tidak saling berhubungan melainkan juga memberikan
andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup”organisme”.
Dengan demikian dasar penjelasan fungsionalisme ialah asumsi bahwa semua
sistem budaya memiliki syarat – syarat fungsional tertentu untuk memungkinkan
eksitensinya atau sistem buday memiliki kebutuhan (kebutuhan sosial ala
Radcliffe Brown atau bilogis individual ala Malinowski) yang semuanya harus
dipenuhi agar sistem itu dapat bertahan hidup. Apabila kebutuhan ssitem
fungsionalis itu tidak dipenuhi maka sistem itu akan mengalami disintegrasi dan
“mati” atau akan berubah mejadi sisitem lain yang berbeda jenis. Fungsionalisme
didasarkan pada pandangan yang melebihkan aspek sosial dan melihat bahwa
perilaku manusia merupakan hasil dari sosialisasi yang menentukan seperti apa
tindakan sosialnya. Fungsionalisme menurut Malinowski memandang istitusi
dalam masyarakat (keluarga, politik, pendidikan, analog dengan organisme, dan
setiap organ terintegrasi serta saling bergantung. Fungsionalisme tidak untuk
mengetahui asal – usul serta perkembangan suatu pranata, tetapi melihat apa
fungsinya dalam konteks kehidupan masyarakat.
4. Teori Struktural Fungsionalisme
Pernyataan parson mengenai teori fungsionalisme structural yang
cenderung berkonsentrasi pada struktur – struktur masyaarkat dan dan hubungan
mereka satu sama lain. Struktur – struktur itu dilihat saling mendukung dan

7
cenderung ke arah keseimbangan dinamis. Penekanannya terletak pada cara
pemeliharaan tatna antara berbagai unsur masyarakat.6
Parson tidak hanya memerhatikan sistem sosial dalam dirinya tetapi juga
hubungan -hubungannya dengan sistem-sistem tindakan lainnya, khususnya
sistem budaya dan kepribadian. Akan tetapi pandangan dasarnya mengenai
hubungan-hubungan intersistemik yang sama dengan pandangan mengenai relasi-
relasi intrasistemik, yakni mereka didefinisikan oleh kohesi, consensus, dan
ketertiban. Dengan kata lain, struktur-struktur sosial yang beraneka ragam
melaksanakan berbagai fungsi positif untuk satu sama lain.
Studi mengenai religi
Menurut Koentjaraningrat, religi merupakan bagian dari kebudayaan yang
mengacu pada konsep yang dikembangkan Emile Durkheim mengenai dasar –
dasar religi dengan empat komponen dasar yaitu:
1. Emosi keagamaan, sebagai suatu substansi yang menyebabkan manusia
menjadi religious.
2. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan –
bayangan manusia tentang sifat–sifat Tuhan atau yang dianggap sebagai
Tuhan serta tentang wujud dari alam gaib.
3. Sistem upacara religius yng bertujuan mencari hubungan manusia dengan
Tuhan, dewa–dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib.
4. Kelompok – kelompok religius atau kesatuan – kesatuan sosial yang
menganut sistem kepercayaan tersebut.
Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia pada dasarnya hidup sebagai makhluk budaya yang memiliki
akal, budi dan daya untuk dapat membuahkan suatu gagasan dan hasil karya yang
berupa seni, moral, hukum, kepercayaan yang terus dilakukan dan pada akhirnya
membentuk suatu kebiasaan atau adat istiadat yang kemudian diakumulasikan dan
ditransmisikan secara sosial atau kemasyarakatan.
Manusia Memiliki Akal dan Budi
Akal : kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki
manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong

6
Benedict, Ruth, Patterns of Culture. Boston: Houghton Mifflin Co., 1980.

8
untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup
manusia. Fungsi akal adalah untuk berfikir, kemampuan berfikir
manusia mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah
diketahui sebagai tugas dasarnya untuk memecahkan masalah dan
akhirnya membentuk tingkah laku.7
Budi : akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan
sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat
menimbang baik buruk segala sesuatu.
Manusia Pencipta dan Pengguna Kebudayaan Manusia sebagai pencipta
kebudayaan memiliki kemampuan daya sebagai berikut :
• Akal, intelegensia dan intuisi
• Perasaan dan emosi
• Kemauan
• Fantasi
• Perilaku
Fungsi Kebudayaan
: Mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup
untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf
hidup tertentu :
– Hidup lebih baik
– Lebih manusiawi
– Berperikemanusiaan
Unsur-Unsur Kebudayaan :
 Peralatan dan perlengkapan hidup (pakaian, perumahan, alat-alat produksi,
transportasi)

 Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan,


sistem produksi, distribusi )
 Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, perkawinan)
 Bahasa

7
Anthropology”, New York, Harper and Row Publishers, 1988.

9
 Kesenian
 Sistem pengetahuan
 Religi

Ciri & Wujud Kebudayaan

Wujud kebudayaan

 Ide : tingkah laku dalam tata hidup


 Produk : sebagai ekspresi pribadi
 Sarana hidup
 Nilai dalam bentuk lahir Ciri kebudayaan
 Bersifat menyeluruh
 Berkembang dalam ruang / bidang geografis tertentu
 Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu
 Sifat Kebudayaan
 Beraneka ragam
 Diteruskan dan diajarkan
 Dapat dijabarkan :
– Biologi
– Psikologi
– Sosiologi : manusia sebagai pembentuk kebudayaan
 Berstruktur terbagi atas item-item
 Mempunyai nilai
 Statis dan dinamis
 Terbagi pada bidang dan aspek

Benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dimasukan


kedalam kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada
kebudayaan itu. Tetapi harus dingat bahwa kebudayaan itu tidak bersifat statis
saja, ia selalu berubah. Tanpa adanya “gangguan” dari kebudayaan lain atau asing
pun dia akan berubah dengan berlalunya waktu. Bila tidak dari luar, akan ada
individu-individu dalam kebudayaan itu sendiri yang akan memperkenalkan

10
variasi-variasi baru dalam tingkah-laku yang akhirnya akan menjadi milik
bersama dan dikemudian hari akan menjadi bagian dari kebudayaannya.8

Dapat juga terjadi karena beberapa aspek dalam lingkungankebudayaan


tersebut mengalami perubahan dan pada akhirnya akan membuat kebudayaan
tersebut secara lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
tersebut.

Konsep Budaya Dasar

Konsep Kebudayaan Dasar Berdasarkan Ilmu Antropologi

Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan
antropologi. secara pasti, antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk
menggunakan istilah ini. Seniman seperti penari atau pelukis dll juga memakai
istilah ini atau diasosiasikan dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga
mempunyai departemen untuk ini. Konsep ini memang sangat sering digunakan
oleh Antropologi dan telah tersebar kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja
atau meneliti apa yang sering disebut dengan kebudayaan.

Seringnya istilah ini digunakan oleh Antropologi dalam pekerjaan


pekerjaannya bukan berarti para ahli Antropolgi mempunyai pengertian yang
sama tentang istilah tersebut. Seorang Ahli Antropologi yang mencoba
mengumpulkan definisi yang pernah di buat mengatakan ada sekitar 160 defenisi
kebudayaan yang dibuat oleh para ahli Antropologi. Tetapi dari sekian banyak
definisi tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara para ahli Antropologi
tentang arti dari istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaan dalam
Antropologi dibuat seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan defenisi
kebudayaan yang berbeda dengan.

C. Pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari:

“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak


hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan

8
Harris, Marvin, “Culture, People, Nature; An Introduction to General

11
lebih diinginkan”.Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan.
Istilah ini meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikapsikap,
dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu. Seperti semua konsep-konsep ilmiah, konsep
kebudayaan berhubungan dengan beberapa aspek “di luar sana” yang hendak
diteliti oleh seorang ilmuwan.

Konsep-konsep kebudayaan yang dibuat membantu peneliti dalam


melakukan pekerjaannya sehingga ia tahu apa yang harus dipelajari. Salah satu hal
yang diperhatikan dalam penelitian Antropologi adalah perbedaan dan persamaan
mahluk manusia dengan mahluk bukan manusia seperti simpanse atau orang-utan
yang secara fisik banyak mempunyai kesamaankesamaan.Bagaimana konsep
kebudayaan membantu dalam membandingkan mahluk-mahluk ini? Isu yang
sangat penting disini adalah kemampuan belajar dari berbagai mahluk hidup.9

Lebah melakukan aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi
tahun dalam bentuk yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan yang
khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu tanpa memperdulikan
perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk mengumpulkan
madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram dalam gen mereka
yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan lingkungan di
sekitarnya.

Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu perubahan dalam


gen nya. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel. Berbeda
dengan manusia, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena
kemampuan yang luar biasa dari manusia untuk belajar dari pengalamannya.
Benar bahwa manusia tidak terlalu istimewa dalam belajar karena mahluk lainnya
pun ada yang mampu belajar, tetapi kemampuan belajar dari manusia sangat luar-
biasa dan hal lain yang juga sangat penting adalah kemampuannya untuk
beradaptasi dengan apa yang telah dipelajari itu.

Kebudayaan diperoleh dari Belajar

9
Richardson, Miles, “Anthropologist-the Myth Teller,” American

12
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar.
Dia tidak diturunkan secara bilogis atau pewarisan melalui unsur genetis saja. Hal
ini perlu ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia yang digerakan oleh
kebudayaan dengan perilaku mahluk lain yang tingkahlakunya digerakan oleh
insting. Ketika baru dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir
tersebut digerakkan olen insting dan naluri. Insting atau naluri ini tidak termasuk
dalam kebudayaan, tetapi mempengaruhi kebudayaan.10

Contohnya adalah kebutuhan akan makan. Makan adalah kebutuhan dasar


yang tidak termasuk dalam kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan itu
dipenuhi; apa yang dimakan, bagaimana cara memakan adalah bagian dari
kebudayaan. Semua manusia perlu makan, tetapi kebudayaan yang berbeda dari
kelompok – kelompoknya menyebabkan manusia melakukan kegiatan dasar itu
dengan cara yang berbeda. Contohnya adalah cara makan yang berlaku sekarang.
Pada masa dulu orang makan hanya dengan menggunakan tangannya saja,
langsung menyuapkan makanan kedalam mulutnya, tetapi cara tersebut perlahan
lahan berubah, manusia mulai menggunakan alat yang sederhana dari kayu untuk
menyendok dan menyuapkan makanannya dan sekarang alat tersebut dibuat dari
banyak bahan. Begitu juga tempat dimana manusia itu makan.

Dulu manusia makan disembarang tempat, tetapi sekarang ada tempat-


tempat khusus dimana makanan itu dimakan. Hal ini semua terjadikarena manusia
mempelajari atau mencontoh sesuatu yang dilakukan oleh generasi sebelumya
atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan berguna dalam hidupnya.

Sebaliknya kelakuan yang didorong oleh insting tidak dipelajari. Semut -


semut yang dikatakan bersifat sosial tidak dikatakan memiliki kebudayaan,
walaupun mereka mempunyai tingkah-laku yang teratur. Mereka membagi
pekerjaannya, membuat sarang dan mempunyai pasukan penyerbu yang semuanya

10
Teh, Sidhi Wiguna, “Feng Shui & Arsitektur”, 2007, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

13
dilakukan tanpa pernah diajari atau tanpa pernah meniru dari semut yang lain.
Pola kelakuan seperti ini diwarisi secara genetis.11

BAB III

PENUTUP

11
Ethnologist, 2, no.3 (August 1975).

14
A. Kesimpulan
Islam pada hakikatnya membawa ajaran- ajaran yang bukan hanya
mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Maulana Muhammad Ali berpendapat bahwa Islam
adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan
kesatuan atau persaudaraan ummat manusia menjadi bukti nyata, bahwa
agama Islam selaras benar dengan namanya, Islam bukan saja dikatakan
sebagai agama seluruh Nabi, sebagaimana tersebut pada beberapa ayat suci al-
Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk
sepenuhnya pada undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam
semesta.
bahwa budaya lokal adalah budaya asli yang ada disuatu daerah dimana
budaya lokal tersebut menjadi ciri khas dari daerah tersebut.
Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu
diantaranya adalah tokoh terkenal Indonesia yaitu Koentjaraningrat. Menurut
Koentjaraningrat kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa
sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau
“akal”. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang
berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa,
dan rasa itu.
Pada awalnya teori difusi ditujukan untuk memahami difusi dari teknik -
teknik pertanian, tetapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi digunakan
pada bidang-bidang lainnya secara lebih universal. Teori difusi inovasi dari
Everret M. Rogers kemudian diformulasikan dalam sebuah buku pada tahun 1962
berjudl “Diffusion of Innovations”, dimana dalam perkembangan selanjutnya
menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, karakteristik inovasi, mengapa
orang-orang mengadopsi inovasi, faktor- faktor sosial apa yang mendukung
adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses diantara masyarakat.
Akal : kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia.
Budi : akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan
sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat
menimbang baik buruk segala sesuatu.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Ramdani. M.Ag. M.si, Ilmu Budaya Dasar, (Pusataka Setia Bandung:
Bandung 2012).

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi,(Pusataka Ranaka Cipta: Jakarta


1990).

Geertz Clifford, Kebudayaan Dan Agama. (Kanisius: Yogyakarta 1992).

David Kaplan, dan Robert. A. Manner.(1999).Teori Budaya.Yogyakarta:Pustaka


Pelajar.

George Ritzer .2012.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan


Terakhir Postmodern.Yogyakarta:Pustaka pelajar

Benedict, Ruth, Patterns of Culture. Boston: Houghton Mifflin Co.(1980).

Anthropology”, New York, Harper and Row Publishers.

Harris, Marvin, “Culture, People, Nature; An Introduction to General

Miles Richardson.“Anthropologist-the Myth Teller,” American

Sidhi Wiguna The. “Feng Shui & Arsitektur”.(2007) PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Ethnologist, 2, no.3 (August 1975).

17
18

Anda mungkin juga menyukai