From: Fitinline.com
Suku dayak kenyah adalah sub-suku Dayak mayoritas yang menduduki provinsi Kalimantan Timur. Sub-suku ini juga mempunyai pakaian adat
yang cukup populer juga. pakaian itu bernama baju adat ta’a dan bju adat Sape sapaq.
Pakaiana dat ta a yaitu pakaian perempuan suku Dayak kenyah. pakaian ini terdiri dari da’ a yakni semacam ikat kepala yang terbuat dari dain
pandan, baju atasan sapei inog, dan rok ta’ a.
Sedangkan pakaian adat Sapai Sapaq merupakan pakaian untuk para laki-lakinua. Tidak jauh berbeda dengan ta a, Pakain adat Sapai Sapaq juga
mempunyai gaya yang sama.
Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada pakaian atasnya yang berbentuk seperti rompi, celana dalam ketat, dan aksesoris senjata
tradisional khas Kalimantan timur yaitu bernama Mandau.
Perlu diketahui jika, corak Pakaian adat kalimantan timur sangat beragam dan bervariasi. ada yang coraknya bergambar burung enggang dan
harimau (corak khusus untuk bangsawan), dan corak tumbuhan (corak untuk rakyat jelata.
3. Pakaian Adat Dayak Ngaju
Gambar pakaian adat dayak :
From: Fitinline.com
Dayak ngaju sebenarnya tidak dominan mendiami daerah Provinsi Kalimantan Timur. Akan tetapi, Kekhasan pakaian adat yang diwariskan
kebudayaan mereka sangat disayangkan apabila tidak dibahas.
Suku dayak ngaju lebih sering ditemukan menduduki wilayah kalimantan tengah. Untuk kaum laki-laki, pakaian tradisional mereka umumnya
berupa kain penutup bagian bawah sebatas lutut, rompi, ikat kepala berhias bulu enggang, kalung manik-manik, ikat pinggang dan perisai kayu
serta mandau sebagai aksesoris pada bagian pinggang.
Sedangkan untuk para kaum wanita, Pakaian adat tersebut berupa rok pendek, baju rompi, ikat kepala yang dihiasi bulu enggang, ikat
pinggang, kalung manik-manik dan gelang tangan.
Perlu diketahui bawasannya pembuatan pakaian adat tersebut, Suku dayak ngaju biasanya menggunakan bahan-bahan alami berupa serat alam,
kulit siren, atau kayu nyamun. Bahan tersebut kemudian dibentuk sedemikian rupa dan dibubuhi warna dan corak hias.
Hias yang digunakan dalam pakaian adat tersebut sering kali diilhami oleh keyakinan masyarakat di suku tersebut.
4. Pakaian Adat Dayak Bulan Kuurung
From: Fitinline.com
Selain pakaian adat yang telah di jelaskan diatas, terdapat beberapa pakian Kalimantan Timur lainnya, yakni pakaian adat Bulan Kurung.
Pakaian adat ini terbagi menjadi beberapa jenis. Ada yang di desain tanpa lengan, pakaian dengan lengan pendek (dokot tangan), dan baju dengan
desain lengan panjang (lengke). Umumnya baju adat satu ini sering dipakai oleh para dukun.
Artike Terkait : Pakaian Adat Betawi beserta nama, gambarnya dan keterangannya
5. Pakain Adat Kalimantan Timur Bulang Burai King
from: berbagaireviews.com
lanjut pada tema Pakaian adat Kalimantan timur selanjutnya adalah Pakaian adat dengan nama bulung burai king. Pakaian ini biasanya dikenakan
saat upacara adat dayak.
Cirinya yang mencolok pada pakaian ini terletak pada hiasan manik-manik serta bulu burung yang dibentuk dengan sedemikian rupa sehingga
terkesan lebih indah, rapi dan menarik.
Pakaian Adat Dayak Kalimantan barat
Pakaian Adat dayak untuk laki-laki
Pakaian pengantin Ba’amar Galung Pancaranan Matahari dianggap paling mewah dengan modifikasi berupa mahkota maupun
aksesoris modern.
Ba’amar Galung Pancaranan Matahari, nama itu diambil dari nama perhiasan kepala yang dipakai pengantin wanita.
Pemakaiannya mulai berkembang di masyarakat Banjar sejak abad XIX (sejak munculnya pengaruh agama Islam dan kerajaan
Islam di Kalimantan Selatan)
Mempelai laki-laki mengenakan kemeja putih lengan pendek.
Pada bagian dada dihias renda menutupi semua kancing.
Kemudian, memakai jas terbuka tanpa kancing.
Pantalon terbuat dari bahan dan warna yang sama dengan jas.
Sabuk berhias air guci dengan motif lelipan dipakai sebagai simbol kekuasaan dan kemuliaan.
Kepalanya dibalut destar model siak Melayu, dengan segitiga lebih tinggi.
Bagian depan dihias dengan berbagai hiasan diikat di bagian belakang dengan buhul lam jalalah.
Sebagai pengikat digunakan tali wenang berupa kain berwarna.
Perhiasannya berupa samban, kalung bermotif bunga-bungaan, kalung panjang bogam, dan liris-liris bunga.
Kemudian keris yang dihiasi bogam bermotif bunga merah diselipkan di pinggang. Mempelai wanita mengenakan baju poko
berlengan pendek ditutupi dengan kida-kida. Kida-kida yaitu mantel sempit berhias yang berfungsi untuk menutup dada.
Mempelai wanita juga mengenakan sarung dan penutup pinggang (tali gapu) berhiaskan air guci.
Rambut mempelai wanita disanggul model amar galung bertahtakan mahkota dan dihias kembang goyang.
Mahkota ini terbuat dari pending emas bertahtakan permata.
Ornamen lain untuk rambut, antara lain boquet dengan pita rambut, bunga melati yang diatur berbaris, serta untaian bunga depan
dan belakang.
Mempelai wanita juga mengenakan kerabu manguyun, kalung, untaian metalik, dan untaian bunga warna keemasan.
Ada pula cincin dari warna bunga mayang, sabuk pinggang warna emas, bunga jepun berbentuk jepitan, serta bangle.
Bangle dipakai di lengan atas dan pergelangan kaki.
Bangle terbuat dari karet berbentuk lekuk akar atau iris buncis.
Kakinya beralaskan selop beludru bersulam benang emas.
Sepasang pengantin ini disandingkan di batatai yang dipenuhi oleh rangkaian daun sirih, bunga mawar merah, dan bunga melati.
Pakaian adat ini pun tak luput dari sentuhan mode masa kini tapi tetap tidak meninggalkan pakem dan keindahan alami adat yang
berlaku.
Seperti pada pakaian adat yang asli menggunakan baju poko untuk mempelai wanita.
Dengan menyesuaikan karakter si pemakai juga sentuhan Islami dalam masyarakat Banjar, kerap diganti dengan pakaian kebaya
panjang.
Bahkan juga dilengkapi dengan jilbab tetapi tetap dihiasi dengan amar atau mahkota serta aksesori lainnya.
Pasangan mempelai pun masih menggunakan pakaian adat ini untuk tampil menerima restu dari sanak famili.
Baju Sangkarut adalah pakaian yang desainnya berbentuk rompi, dan pada jaman dahulu rompi ini kerap digunakan untuk berperang, dan juga
dapat di kenakan pada saat upacara adat perkawinan.
Penggalan kata Sangka yang berarti Batas, memiliki arti filosofi bahwa pakaian ini memiliki kekuatan magis yang dipercaya dapat melindungi
pemakainya dari segala gangguan roh halus yang jahat.
Baju Sangkarut dibuat dari bahan kulit nyamu dari kulit pohon pinang puyu, dan pohon pinang puyu ini sangat banyak di temukan di hutan-
hutan tropis seperti yang ada di Kalimantan Tengah dan sekitarnya.
Ciri dari kulit nyamu ini yaitu memiliki struktur kulit yang keras sehingga dapat diolah dan dibentuk menjadi rompi, selain dari bahan kulit pinang
puyu pakaian adat Kalimantan Tengah ini juga dapat dibuat dari bahan serat tenggang dan kulit nanas, Baju Sangkarut dihias dengan lukisan
menggunakan cat warna dari bahan-bahan alam seperti ;
Untuk warna hitam dibuat dari bahan jelaga, warna kuning dari kunyit, warna putih dari tanah putih yang dicampur dengan air, dan untuk warna
merah dari buah rotan, baju sangkarut juga diberi aksesoris atau hiasan aneka pernak pernik seperti kulit trenggiling serta sebagai aksesoris
kalung adalah pernak-pernik dari tulang hewan serta uang logam.
Bagian bawahan pada Baju Sangkarut adalah Ewah atau Cawet, dan dilengkapi dengan perlengkapan lain berupa senjata tradisional seperti
manda, tombak dan perisai.
Rompi sangkarut akdikan dipakai bersama busana bawahan berupa cawat dan beragam aksesoris perang lain berupa senjata tradisional
misalnya tombak, mandau, dan perisai. Beraneka ragam jenis kalung dari tulang hewan atau logam juga dikenakan sebagai aksesoris.
Keberadaan rompi sangkarut pada saat ini sudah semakin langka karena masyarakat Dayak Ngaju mulai mengenal ilmu tekstil sehingga mulai
beralih ke jenis pakaian yang lebih nyaman dipakai. Walaupun begitu masih tetap ada beberapa masyarakat yang masih berusaha menjaga
kelestarian pakaian adat yang unik ini.
Konon, hiasan ini bukan sembarang hiasan, tetapi memiliki daya kekuatan tersendiri. Silahkan baca : Daya Magis Rompi Sangkarut
Selain berupa rompi sangkarut, suku Dayak Ngaju sebenarnya mempunyai beberapa macam pakaian adat lainnya. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
2. Baju Pawang
Sesuai dengan sebutannya, baju pawang hanya dupakai oleh dukun atau ulama dalam kepercayaan Kaharingan saat memanjatkan doa. Dalam
kepercayaan asli suku Dayak ini, sang dukun diyakini bisa menolong mendatangkan hujan, melindungi diri dari roh jahat, serta menyembuhkan
orang sakit. Baju pawang dibuat dari serat kayu dan dihiasi dengan umbai-umbaian atau manik-manik.
Baju Pawang Kalimantan Tengah (Kalteng)
3. Baju Tenunan
Dengan masuknya suku bangsa lain, misalnya suku Mandar atau Melayu membuat masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah pada jaman dahulu
mengenal seni menenun. Mereka mulai belajar menenun kain dari bahan serat alami misalnya serat nenas, serat nyamu, dan serat tumbuhan
lain
Kain tenunan tersebut juga dilengkapi dengan motif-motif khusus dan cukup unik, misalnya motif segitiga, motif flora, fauna, motif alam, dan
sebagainya. Tetapi, baju tenunan tersebut pada saat ini sudah punah.
5. Baju Berantai
Penelitian terkini mendapatkan bahwa suku Dayak Ngaju pada perkembangannya juga mengenal baju zirah. Baju khusus untuk berperang
tersebut terbuat dari untaian besi. Diperkirakan, keberadaan baju ini disebabkan oleh pengaruh budaya luar, utamanya dari budaya suku Moro
Filiphina.