Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan terbagi
berdasarkan wilayah administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing. Terdiri dari:
Kalimantan Timur dengan ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya
Banjarmasin, Kalimantan Tengah dengan ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan Barat
dengan ibu kotanya Pontianak.
Suku Dayak utama yang hidup di daerah Kalimantan Selatan adalah Dayak Bukit Meratus,
Maanyan Bakumpai dan banyak sub sukunya lagi. Di Kalimantan Tengah tinggal suku Dayak
Barito, Ngaju, Dohoi dan Katingan, Kapuas dll. Kalimantan Timur hidup Suku Dayak Kenya,
Kayan, Benoakh, Punan, Tidung, Kutai, dll. Adapun mayoritas penduduk Kutai Barat di provinsi
Kalimantan timur adalah suku Dayak yang terdiri dari 6 kelompok suku yaitu suku Dayak
Toonyoi, Kenyah, Benuaq, Bahau, Aoheng, dan Punan. Sejarah tertua yang tercatat pada suku
Dayak di Kutai Barat di mulai ketika pada masa Raja Aji Tulur Jejangkat sekitar abad ke-14 M,
dan rumah Lamin pertama kali di rancang oleh Mok Manor Bulan (istri Raja Aji Tulur Jejangkat)
yang dIbangun pada masa tersebut dan berkembang bertahan hingga sekarang.
Kelompok Suku Dayak, terbagi lagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405
sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan
mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya
dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang
kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap
pemukiman mereka. Daerah hilir atau daerah pantai yang mengitari suku Dayak dihuni oleh orang
Melayu, Banjar, Bugis, Jawa, Madura, dan lain-lain.
1
b. Kondisi Topografis
c. Kondisi Geologis
Kalimantan terdapat empat unit geologi utama, yaitu batuan yang dihubungkan
dengan pinggir lempeng, batuan dasar, batuan muda yang mengeras dan tidak
mengeras, dan batuan aluvial serta endapan muda yang dangkal. Kompleks batuan
dasar diKalimantan di bagian barat dan bagian tengah Kalimantan(termasuk
pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia
b. Agama
Lebih 2 abad yang lalu, beberapa suku Dayak telah memeluk Islam dan
meninggalkan praktek budaya dan ritus-ritus tertentu. Pada penduduk tepi pantai di
pulau Borneo sebagian besar telah menjadi Muslim dalam kepercaaan mereka, sehingga
kelompok-kelompok suku Dayak seperti Ilanun, Melanau, Kedayan, Bakumpai dan
3
Bisayah pada umumnya disebut dengan Dayak yang telah di Islamkan. Sebagai suku asli
penduduk Pulau Borneo (Kalimantan). Sedangkan kekristenan telah masuk ke
Kalimantan oleh misionaris Eropa dan Amerika.
c. Kepercayaan
Kepercayaan asli orang Dayak adalah Kaharingan, yaitu suatu ajaran kepercayaan
animisme yang telah disatukan oleh pemerintah Indonesia, menjadi bentuk Hinduisme
Indonesia. Praktek Kaharingan berbeda bentuknya dari kelompok suku Dayak yang satu
dengan yang lainnya. Sebagai contohnya di beberapa praktek kepercayaan Kaharingan,
mempercayai ketika seorang yang tehormat/ tokoh adat (kamang) meninggal, rohnya akan
naik ke sebuah gunung dimana di sana roh-roh nenek moyang (leluhur) yang yang
telah dulu tinggal diam. Untuk acara agama Kaharingan, roh-roh nenek moyang dipercayai
turun ikut dalam acara keagamaan Kaharingan, sebagai tanda hormat dan tunduk kepada
roh-roh nenek moyang (leluhur) dan berkah untuk kemakmuran di masa mendatang.
5. KONSEP KOSMOLOGI/KESEJAGATAN
Kosmologi (dalam bahasa Yunani, (kosmos), yang berarti “dunia”, dan ‘logos’
artinya “ilmu") adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan sejarah alam semsta
berskala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari
suatu subjek.
Kepercayaan pada alam gaib sangat mempengaruhi proses pembangunan rumah
adat begitu pula pada rumah Panjang suku Dayak. Nilai spiritual yang dijunjung tinggi
tersebut membentuk suatu ikatan kultural yang kuat antara manusia dan alam. Terdapat
dua roh nenek moyang yang dipercaya mempunyai kekuatan besar dan berperan sebagai
pengatur seluruh kehidupan. Roh nenek moyang tersebut dinamakan Jalong Nyelong (roh
lelaki yang menciptakan manusia) dan Bungan Malan (roh wanita yang mengatur seluruh
kehidupan manusia). Dalam kehidupan sehari-hari, kekuatan kedua roh nenek moyang itu
menjelma dalam bentuk binatang seperti kijang, musang, ular dan beberapa jenis burung.
Simbol ini merupakan pertanda untuk kebaikan yang bisa menyebabkan masyarakat hidup
makmur atau celaka. Maka dalam pembuatan rumah adatpun, pertanda dari roh nenek
moyang tersebut juga memegang peranan penting.
5
2. – Penanaman tiang utama bersama-sama, ritus potong ayam.
3. – Sesudah tiang utama berdiri, tiap keluarga membangun lawang sendiri (unit
independen)
4. – Ritus masuk rumah: penanaman jimat di tangga, selamatan di serambi rumah.
2. Rumah Betang
Suku Dayak bagian Barat dan Tengah
3. Rumah Lamin
Suku Dayak di bagian Timur
6
4. Rumah Lanting
Rumah terapung di tepian sungai
7
Gambar: interior & eksterior
Rancang bangun Balai, Betang atau Lamin, biasanya terdiri dari bagian-bagian penting
seperti tangga, pelataran, anjungan, ruang utama, ruang keluarga, ruang tidur, dapur dan
gudang logistik. Sedangkan untuk buang hajat atau mencuci dan mandi biasanya terpisah dari
bangunan rumah. Khusus untuk ruang tidur, biasanya memiliki fungsi ganda sebagai tempat
privasi sekaligus untuk menyimpan perhiasan atau peralatan perang seperti mandau, tombak,
sumpit atau racun yang sering digunakan untuk berburu binatang atau peperangan.
Orientasi pada Rumah Panjae suku Dayak Iban di Kalimantan Barat mempunyai arti
tersendiri sesuai kepercayaan dari masyarakat Suku Dayak Iban. Rumah Panjae Suku Dayak
Iban mereka memiliki orientasi:
1. Dibangun sejajar dengan sungai yang ada di depannya yang dianggap sebagai
sumber kehidupannya sehari-hari;
2. Mengacu kepada pergerakan matahari dari timur (matahari tumboh) ke barat
(matahari padam). Timur dimaknakan sebagai kehidupan dan barat sebagai kematian.
Rumah dianggap sebagai cermin dari perjalanan matahari dari horison ke horison (tisau
langit) dalam sebuah kosmos. Aplikasinya dalam bentuk rumah tinggal dan susunan
ruang dalamnya menghasilkan teras rumah (tanju’) yang disimbolkan sebagai matahari
dan mendapatkan sinar matahari secara penuh sebagai lambang kehidupan dan bagian
dalam rumah yang disimbolkan sebagai malam (gelap) yang melambangkan jiwa, Tuhan,
dan semangat.
3. Rumah Panjae (Rumah Panjang) harus sejajar dengan sungai serta menghadap
sungai dan tidak boleh melintang sungai. Ketika ada upacara adat posisi duduk harus
menghadap ke matahari terbit.
4. Rumah Panjae (Rumah Panjang) setelah penambahan ruang tetap sejajar dengan sungai
dan menghadap sungai, tidak terjadi perubahan pada orientasi.
Gambar: Orientasi arah hadap Rumah Panjae berpola linier harus mengikuti sungai
9
Orientasi arah hadap bangunan Rumah Panjae (rumah Panjang) di tandai dengan
teras depan (tanju’) memiliki arah penunjuk mata angin yaitu ke arah matahari terbenam
Barat - Timur pada bagian belakang rumah atau ruang bilik dari Rumah Panjae (rumah
Panjang) seperti Gambar 4.4 diliat bahwa Rumah Panjae (rumah Panjang) memiliki
kepercayaan arus sungai yang mengarah ke Hulu dan ke Hilir karena mereka berasal dari
Hilir (sumber kehidupan) dan mengarah ke Hulu.
Gambar: Denah Asli/Asal Rumah Panjae Suku Dayak Iban Sungai Utik
Pada Rumah Panjae (rumah Panjang) Suku Dayak Iban yang panjangnya sekitar
170,65 meter, terdiri dari 28 bilik yang dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
1. TANJU’ berfungsi sebagai tempat menjemur hasil panen baik itu padi ataupun
biasanya di gunakan untuk menjemur pakaian. Letak ruang Tanju’ adalah di bagian
depan Rumah Panjae. Ruang Tanju’ merupakan ruang terbuka tanpa atap yang
biasanya menjadi salah satu tempat awal mula kegiatan ritual tertentu di Rumah Panjae.
2. KAKI LIMA adalah ruang di sebelah ruang Tanju’. Kaki Lima adalah ruang tambahan baru
dalam Rumah Panjae karena kebutuhan sehingga ada penambahan ruang pada bagian
depan rumah setelah ruang tanju’. Ruang Kaki Lima berfungsi sebagai ruang sirkulasi dan
sebagai tempat bermain bagi anak-anak. Lebar ruang Kaki Lima adalah sekitar 120
cm. Ketinggian ruangan sekitar 250 cm.
3. RUAI berfungsi sebagai tempat berkumpul, bermusyawarah dan bersosialisasi bagi
10
para penghuni Rumah Panjang. Ruai juga berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan
melangsungkan ritual upacara adat seperti upacara melahirkan, kematian atau lainnya.
4. SADAU RUAI merupakan plafon bagian luar. Sadau Ruai berfungsi sebagai tempat
untuk menyimpan tikar dan peralatan menangkap ikan.
5. BILIK merupakan ruang bagian dalam yang berfungsi sebagai tempat tidur bagi
parapenghuni Rumah Panjae. Bilik juga berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan
barang-barang pusaka seperti gong, guci, dan barang-barang pusaka lainnya. Dahulu bilik
dan dapur dijadikan satu, tetapi sekarang ada ruang Uji Bilik dipisah agar tidak kena asap
dan lebih sehat bagi penghuninya. Hingga sekarang ruang tersebut berfungsi sebagai area
servis saat ini sebagai pelataran dari ruang dapur masing – masing bilik
6. SADAU letaknya di atas bilik yang berfungsi untuk menaruh padi.
7. SADAU BUGAU Sadau letaknya di atas sadau bilik yang berfungsi sebagai tempat
menyimpan tikar atau hasil kerajianan, peralatan pertanian yang jarang digunakan.
11
Ruang Sadau pada Rumah Panjae (rumah Panjang) Suku Dayak Iban Sungai Utik
berada pada bagian atas tepat seperti ruang di bawah atap.
Zoning pada ruang Rumah Panjae sangat sederhana karena berfungsi sesuai
kebutuhan saat itu, baik itu untuk menjemur hasil pertanian dan berkumpul, istirahat dan
berkegiatan sehari-hari serta atas dasar kepercayaan masyarakat dari para leluhur
mereka, terkadang di gunakan juga untuk ritual upacara adat tertentu, zona ruang yang
terdapat didalam Rumah Panjae dilakukan berdasarkan pengelompokan kepercayaan
12
akan orientasi matahari yang berarti pada bagian timur adalah kehidupan pada
ruang bilik sedangkan pada ruang tanju’ di arah barat yang berarti kematian.
Pengelompokan tersebut dilakukan karena fungsi dari rumah itu sebagai tempat
tinggal bersama, sehingga fungsional ruang pada Rumah Panjae dilakukan berdasarkan
pengelompokan tersebut.
A. Publik, sebuah ruangan yang dapat di akses oleh penghuni atau tamu bagi Rumah
Panjae yang dapat di bilang sebuah ruang yang sangat penting dalam sebuah rumah
untuk besrsosialisasi baik itu saat ucpacara ritual adat tertentu atau pun kegiatan
sehari-sehari yang berlangsung di rumah tersebut, dengan di batasi tertutup oleh
dinding.
B. Semi Publik, ruangan yang berada di area luar atau tidak memiliki atap yang
berfungsi sebagai ruang untuk menjemur baik itu menjemur hasil panen serta
padi atau pun menjemur pakaian.
C. Privat, sebuah ruang yang berfungsi sebagai kegiatan dari tiap – tiap keluarga
yang tinggal di rumah panjae dan sangat berbeda dari fungsi yang lainnya, yaitu
karena ruang ini hanya bisa di akses oleh penghuni dari ruang tersebut.
Transisi ruang-ruang pada Rumah Panjae ruang terpusat pada satu ruang yaitu
ruang Ruai yang menjadi salah satu ruang inti keberlangsungan hidup pada Rumah Panjae.
Ruai yang merupakan ruang pusat dan menghubungkan keruang yang ada dibelakangnya dan
bagian terasnya. Pada bagian ruang Ruai sebagai ruang penghubung yang menjadi tempat
untuk masyarakat penghuni rumah atau pun masyarakat yang berkunjung kerumah Panjang
baik itu dalam keseharian atau pun dalam kegiatan ritual upacara adat tertentu. Dalam
pembentukan tersebut dapat di lihat pada gambar 4.11, yang merupakan gambaran tentang
hirarki serta transisi ruang – ruang yang terdapat di rumah Panjang. Hirarki ruang tersebut
terbentuk karena kepercayaan dari masayarakat Iban akan hidup dalam kebersamaan yang
selama ini para tetua mereka bangun.
Namun untuk memasuki Rumah Panjae hanya terdapat dua pintu masuk ke dalam
rumah panja hal ini di sebabkan karena suku Iban sering mengalami peperangan antar suku
sehingga untuk memasuki rumah hanya ada dua akses karena untuk bertahan saat perang
antar suku.
13
Gambar: Hirariki ruang lantai dasar pada Rumah Panjae Suku Dayak Iban
Gambar: Hirarki ruang lantai atas pada Rumah Panjae Suku Dayak Iban
14
Pada rumah betang yang baru (kepentingan pariwisata), biasanya di bangun tiga tangga.
Dua tangga di sisi kiri dan kanan dan satu tangga di tengah bagian depan.
c. Pante
Merupakan lantai yang berada didepan bagian luar
atap yeng menjorok ke luar, berfunggsi sebagai tempat
antara lain: menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan
upacara adat lainya. Lantai pante berasal dari bahan bambu,
belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan
tangan atau dari batang papan.
d. Serambi
Merupakan pintu masuk rumah setelah melewati pante
yang jumlahnya sesuai dengan jumlah kepala keluarga. Di
depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung
dipasang tanda khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya
diarut halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas
(semacam janur).
e. Sami
Merupakan ruangan terbuka milik bersama, digunakan
sebagai tempat menerima tamu, menyelenggarakan kegiatan
warga yang memerlukan. Ditempat ini biasanya para tamu
yang datang dipersilahkan duduk dan disuguhi hidangan oleh
tuan rumah di bilik yang didatangi sedangkan keluarga yang
lain biasanya juga ikut memberikan suguhan sebagai tanda
kebersamaan antar keluarga dalam komunitas di rumah
Panjang ini.
f. Dapur
Disudut ruangan dalam bilik masing-masing keluarga ada dapur dengan
kelengkapannya (para api).
g. Jungkar
Merupakan ruangan tambahan dibagian belakang bilik keluarga masing-masing
yang atapnya menyambung atap rumah Panjang atau ada kalanya bumbung atap berdiri
sendiri tapi masih merupakan bagian dari rumah Panjang. Jungkar ini terkadang
ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi satu keluarga, agar tidak mengganggu
tamu yang sedang bertandang. Jungkar yang atapnya menyambung pada atap rumah
Panjang dibuatkan tingaatn (ventilasi pada atap yang terbuka dengan
ditopang/disanggah kayu) yang sewaktu hujan atau malam hari dapat ditutup kembali.
15
Bangunan-Bangunan Tambahan Selain Rumah Panjang
Jurokng (lumbung padi) ; biasa berbentuk bujur sangkar dan berukuran 4x4 atau 5x5
m. Di kalangan Dayak, lumbung merupakan tempat menyimpan padi cadangan
sekaligus tempa diadakan upacara panen padi tempat bersyukur kepada
Ponompa(Tuhan) atas hasil panen yang ada.
Pelaman; gubuk tempa peristirahatan yang terdapat di ladang.
Sandong; beberapa sub suku Dayak mempunyai tradisi seperti suku Indian yakni
Totem. Dengan tiang penuh ukiran yang dipuncaknya terdapat patung enggang
mereka meyakini tempat itu adalah penghubung antara dunia dan dunia di atas
dunia. Biasanya juga ada yang menyimpan tulang para leluhurnya di atas sandong.
16
Rancangan ini merupakan bentuk "kesiagaan" suku Dayak yang selalu mempersilahkan
tamunya dengan tangan kanan, walaupun sedang memegang senjata mandau atau
tombak. Jika ujung mata mandau atau tombak mengarah ke bawah, maka ini berarti
bentuk penghormatan untuk mempersilahkan tamunya masuk. Tetapi jika sebaliknya,
berarti bentuk penolakan yang tidak bisa ditawar-tawar.
17
Ada beberapa jenis rumah Panjang yang tersebar di Kalimantan. Sesuai dengan yang
telah diungkap di atas, masing-masing sub suku yang beragam (hingga 450 sub suku)
membangun rumah Panjang sesuai dengan karakteristik budaya dan kondisi alam. Secara umum
bentuk rumah betang antar sub suku dibedakan dengan :
Atap
Suku Dayak Iban (tersebar di wilayah bagian tengan pulau Kalimantan dari Kalbar-
Kaltim dan sebagian Malaysia) membuat atap yang lebih curam dan lebar dIbandingkan
dengan atap rumah betang pada umumnya. Untuk kerangka atap digunakan kayu dari
pohon karet atau kelapa.
Pondasi
Untuk pondasi pada rumah tradisional suku Dayak, biasanya dipakai kayu
galam yang banyak terdapat di sepanjang rawa Kalimantan. Kayu galam ini
mempunyai sifat yang khusus sehingga sangat pas untuk dijadikan bagian pondasi
bangunan rumah di sepanjang pinggir sungai. Sifat kayu galam adalah semakin
terendam maka kekuatannya menjadi awet. Kayu galam yang terendam di lumpur
terus menerus mempunyai kekuatan sampai puluhan tahun. Teknik pemasangan
pondasi ini ada dua cara, yaitu:
18
1. Pondasi Batang Besar, apabila pondasi yang dipilih adalah pondasi batang besar
maka digunakan teknik kalang pandal. Kayu yang
digunakan biasanya berdiameter 40 cm lebih. Caranya, kayu
besar ditoreh bagian atasnya sampai rata kemudian bagian
yang ditoreh itu dilobangi untuk tempat menancapkan tiang
dan tongkat. Setelah itu bagian ini akan direndamkan ke dalam
tanah dengan kedalaman 50 - 100 cm tergantung kondisi
tanah. Batang disusun berjejer sesuai dengan deretan tongkat
dan tiang rumah yang akan dIbangun. Untuk menahan tiang
atau tongkat agar tidak terus menurun maka dipakai sunduk.
2. Pondasi Dengan Batang Kecil, kayu galam yang
digunakan dalam pondasi ini biasanya berdiameter
minimal 15 cm untuk tampuk ujung dan sekitar 20 cm
untuk tampuk tengahnya. Cara pemasangannya agak
berbeda dengan cara batang besar yang hanya satu
lapis. Untuk pondasi batang kecil ada dua lapis, bagian
bawah disebut Kacapuri dan lapisan atas disebut kalang
sunduk, yaitu untuk penahan sunduk tiang atau sunduk
tongkat. Ujung tiang atau tongkat tertancap hingga
kedalaman dua meter dari permukaan tanah.
Kekuatan konstruksi rumah Panjang terletak pada tiang utama yang ditanam di dalam
tanah hingga atap. Selain tiang utama terdapat tiang penyangga yang ditanam dalam tanah
hingga dasar lantai. Jumlah tiang penyangga biasanya empat kali lipat dari tiang utama,
karena dalam konstruksinya tiap empat tiang penyangga terdapat satu tiang utama. Oleh
karena fungsi tiang utama menyangga beban yang sangat berat, maka ukuran diameter tiang
utama pun lebih besar dari tiang penyangga. Satu rumah Panjang biasanya terdiri atas kurang
lebih 20 tiang utama dan kurang lebih 80 tiang penyangga. Dinding dibuat dari batang pohon
yang dibuat papan atau dari kulit kayu meranti merah. Lantai dibuat dari batang rotan yang
diikat sambung menyambung, bambu atau papan kayu. Pembuatan rumah Panjang tidak
menggunakan paku, melainkan sistem ikat dengan pengikat dari rotan (Jessup 1993, 16-20).
seluruh bangunan menggunakan bahan yang ramah lingkungan tanpa paku karena seluruhnya
mengandalkan tali temali yang diambil dan dibuat dari tanaman hutan.
19
b. Bahan
Bangunan rumah selalu mempergunakan material kayu yang tahan panas dan
tahan hujan. Biasanya dipergunakan kayu Ulin ("eusideroxylon zwagery") yang satu
sama lain dirangkai tanpa mengunakan paku atau baut tetapi lazimnya menggunakan
pasak dari jenis kayu yang sama. Sedangkan atapnya menggunakan sirap.
c. Detail Sambungan
20
Penyusunan tiang dan balok pada prinsipnya tidak menggunakan paku, tapi
menggunakan sambungan lubang dengan pasak, sambungan pangku dan sambungan takik.
Susunan tiang-tiang tersebut bersandar di atas batu pondasi dengan stabilitas didapat dari rel-rel
melintang yang masuk ke lubang yang dibuat di dalam tiang.
Rumah Lamin diperankan selain sebagai rumah tinggal bersama secara berkelompok yang
didasarkan pada kebersamaan juga berfungsi sebagai pusat kegiatan upacara-upacara ritual
maupun persembahan, hal ini dapat terlihat dari patung-patung atau totem yang biasa disebut
Blonthang yang di taruh berjajar di depan rumah Lamin, demikian pula dengan penggunaan
ornamen-ornamen ukiran khas Dayak yang berwarna-warni dimana tiap warna melambangkan
makna-makna tertentu. dihiasi dengan patung-patung yang berderet di depan rumah, terdapat
ukiran- ukiran maupun lukisan-lukisan khas motif Dayak dengan warna-warna pokok dominan
merah, kuning, hitam, dan putih. Antara satu suku dengan suku Dayak lainnya memiliki
ciri khas dalam membuat ornamen rumah, termasuk ukiran-ukiran pada teras depan, tiang pagar
teras,tangga maupun bentuk bubungan atap.
Gambar: Patung dan ornament pada dinding Lamin luar dan patung pada tiang panggung
21
11. CONTOH KASUS APLIKASI PRINSIP ARSITEKTUR NUSANTARA DALAM
DISAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER/KEKINIAN
22
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kalimantan
23