Anda di halaman 1dari 23

PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN DAN PEMETAAN TAPAK


A. Pengertian Pengukuran dan Pemetaan Tapak
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan, dan penggambaran permukaan bumi
dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy
maupun hardcopy peta yang berbentuk vector maupun raster.
Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan secara terestris, fotogrametrik, atau metode lainnya.
Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolite berikut
perlengkapannya. Adapun pemetaan secara fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara.
Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari
penetapan titik dasar control hingga kepada pengukuran batas tanah.
Yang dimaksud pengukuran dan pemetaan adalah mempelajari cara-cara pengukuran
permukaan bumi untuk keperluan pemetaan pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur
kelengkungan bumi dapat diabaikan. Peta merupakan proyeksi yang memberikan hubungan antara
posisi titik-titik di permukaan bumi dan diatas peta. Posisi titik pada permukaan bumi berupa bidang
lengkung dan biasanya dinyatakan dengan lintang dan bujur. Posisi titik pada peta yang berupa
bidang datar dinyatakan dengan koordinat kartesian (X,Y)

B. Sejarah Pengukuran dan Pemetaan Tapak


Catatan sejarah paling kuno yang ada dan langsung menyangkut pokok masalah pengukuran
tapak, menunjukkan bahwa ilmu ini bermula dari Mesir kuno. Herodotus menyatakan bahwa
Sesostris (1400 SM.), telah mempetak-petakkan tanah di Mesir menjadi kapling-kapling untuk tujuan
perpajakan. Dan kemudian ketika banjir sungai Nil menyapu tanda-tanda batas sebagian dari kapling-
kapling tersebut, para juru ukur ditugaskan untuk mengukur dan menata kembali tanda-tanda
batasnya. Juru ukur kuno ini disebut perentang tali, karena mereka melakukan pengukuran dengan tali
yang diberi tanda pada setiap satuan jarak. Berawal dari Mesir kuno, maka Heron (120 tahun SM.),
seorang pemikir Yunani kuno mengembangkan ilmu ukur (Geometri) yang selanjutnya diterapkan
dalam Ilmu Ukur Tanah atau pengukuran terestris.
Perkembangan selanjutnya dari ilmu pengukuran ini adalah datang dari orang-orang Romawi.
Kemampuan rekayasa orang-orang Romawi ditunjukkan oleh pekerjaan-pekerjaan pengukuran lahan
dan konstruksi, peralatan-peralatan yang lebih teliti dikembangkan dan digunakan antara lain groma
digunakan untuk membidik dan libella; suatu rangka berbentuk huruf "A" dengan sebuah bandul
1
(unting-unting) yang digunakan untuk menyipat datar serta chrobates sebuah batang lurus horizontal
kira-kira sepanjang 8,75 m dengan kaki-kaki penyangga dan sebuah lekukan tepat ditengah-tengah
bagian atas berisi air yang berfungsi sebagai nivo. Selanjutnya sampai selama abad pertengahan,
ilmu orang-orang Yunani dan Romawi tersebut dipelajari dan dikembangkan oleh orang-orang Arab.
Dalam abad 19 ilmu pengukuran lahan maju pesat, kebutuhan peta-peta dan batas-batas
teritorial menyebabkan Inggris dan Perancis serta kemudian negara-negara Eropa lainnya
melaksanakan pengukuran permukaan bumi yang lebih luas dan lebih teliti. Selama Perang dunia ke I
dan II ilmu pengukuran serta peralatan dasarnya digunakan dan dikembangkan secara maksimal untuk
keperluan militer, sehingga dalam banyak hal terdapat perbaikan instrumen-instrumen dan metoda
yang dipakai dalam melaksanakan pengukuran dan pemetaan wilayah. Sekarang, pemetaan dengan
kamera foto udara, citra satelit dan alat GPS, telah menggantikan metode pengukuran terristris untuk
wilayah yang luas, misalnya pada kegiatan penetapan titik-titik kontrol geodesi. Akan tetapi untuk
wilayah yang lebih sempit peralatan dan metode-metode pengukuran terristris masih tetap penting
dan belum tergantikan, misalnya untuk menetapkan batas-batas pemilikan tanah pribadi dan tanah
negara, pengukuran guna pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan dan penataan hutan, perencanaan
dan pemanfaatan hutan, rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, pengukuran konstruksi untuk
pembangunan jaringan jalan, jembatan, bendungan, pembangunan kota dan pemukiman baru dan
perancangan bangunan lain-lain.

C. Kerangka Kontur Horizontal


a. Sudut Dan Jarak
Kerangka dasar horizontal adalah posisi sembarang titik ikat yangmengacu kepada koordinat
dan absis. Apabila diperhatikan rumus dasarilmu ukur tanah, dapat disimpulkan bahwa koordinat
titik-titik selanjutnya hanyalah didapatkan apabila koordinat titik sebelumnya telahdiketahui. Apabila
diketahui koordinat dua buah titik, makauntuk menentukan koordinat titik-titik lainnya dibutuhkan
sudut dan jarak yang dibentuk antara titik yang bersangkutan. Bentuk kerangka dasarseperti ini
dikenal dengan polygon, yaitu dengan melakukan pengukuransudut dan jarak diantara titik-titiknya.
Dalam bentuk kerangka sebagaipolygon tertutup, pengukuran kontrolnya dapat dilakukan dititik awal
saja,karena titik tersebut juga merupakan titik akhir dari pengukuran kerangka tersebut.
b. Azimuth Dan Koordinat
Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam darisembarangmeridian acuan. Dalam
pengukuran tanah datar, azimuth biasanya diukur dari arah utara, tetapi para ahli astronomi, militer
2
dannational geodetic survey memakai selatan sebagai arah acuan.Azimuth dapat merupakan
sebenarnya, magnetik, kisi, atauanggapan, tergantung meridian yang dipakai. Azimuth juga dapat
bersifat ke depan atau azimuth belakang, dan sebaliknya, dengan menambah atau mengurangi 180°.
Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus ditetntukan dari(a) pengukuran
sebelumnya, (b) jarum magnetik, (c) pengamatan matahariatau bintang atau (d) anggapan. Azimut
dapat dibaca pada lingkaran berpembagian skala padateodolit kompas atau teodolit repetisi setelah
instrument diatur denganbenar. Ini dapat dikerjakan membidik sepanjang sebuah garis yangdiketahui
azimutnya pada lingkaran dan kemudian memutar kearah yangdiinginkan. Azimuth (arah–arah)
dipakai dengan menguntungkan padapengukuran titik kontrol topografik dan beberapa pengukuran
lainnyamaupun dalam hitungan-hitungan.
Setiap pengukuran polygon perlu disediakan titik–titik kontrolyang umumnya berada pada
akhir dari jalur pengukuran tersebut. Cara lainyang juga selalu dipergunakan adalah dengan
melakukan pengukurankontrol pada beberapa titik yang dipilih. Pengukuran kontrol yangdilakukan
adalah kontrol azimuth matahari yang diikatkan pada salah satusisi yang terpilih. Pengukuran azimuth
matahari merupakan salah satuteknik pengukuran pada ilmu Astronomi Geodesi tersebut yang
selaludipakai oleh para surveyor dalam menentukan azimuth awal dari suatukerangka polygon, serta
dalam melakukan kontrol sudut yang dihasilkandalam pengukuran tersebut. Sesuai dengan rumus :
X2= X1+ d12sin α12
Y2= Y1+ d12cos α12
Apabila titik 1 adalah titik awal, maka koordinat titik 1 serta sudut jurusan awal tersebut dapat
didefinisikan atau ukur. Dari hubungan koordinat titik, jarak, dan sudut jurusannya maka akan dapat
pula ditentukan koordinat titik –titik selanjutnya.
c. Kerangka Kontur Vertikal
Kerangka kontrol vertikal merupakan kumpulan titik–titik yangtelahdiketahui atau ditentukan
posisi vertikalnya berupa ketinggiannyaterhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang
ketinggian rujukan inibisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level– MSL)atau
ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka kontrol vertikal dibuatmenyatu pada satu pilar dengan
titik kerangka dasar horizontal.
d. Titik Tinggi
Pengadaan jaring kerangka kontrol vertikal dimulai oleh Belandadengan menetapkan MSL di
beberapa tempat dan diteruskan denganpengukuran sipat datar teliti. Bakosurtanal, mulai akhir tahun 1970
an memulai upaya penyatuan sistem tinggi nasional dengan melakukan pengukuran sipat datar teliti
3
yang melewati titik-titik kerangka dasaryangtelah ada maupun pembuatan titik-titik baru pada
kerapatan tertentu. Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi Geodesi
(TTG).
e. Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi cara sipat datar mudah dilaksanakan padadaerah relatif datar dan
terbuka. Pada daerah pegunungan, terjal atau tertutup berakibat jarak pandang yang semakin pendek.
Jumlah pengamatan pada selang pengukuran yang sama bertambah, sehingga memperbesar kemungkinan dan
besaran kesalahan atau mengurangi ketelitian. Bila titik poligon sebagai titik kerangka horizontal juga
merupakan titik tinggi kerangka vertikal, maka penempatannya harus memungkinkan pelaksanaan
pengukuran sipat datar.
f. Garis Kontur
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi suatu
tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada
peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line).Garis kontur dapat didefinisikan
sebagai garis khayal yang menghubungkan secara berurutan semua titik yang memiliki ketinggian
yang sama terhadap suatu datum ketinggian yang dipilih sebelumnya.Sehingga garis-garis tersebut
tidak mungkin akan saling berpotongan selama medan pengukuran tidak terjal atau bentuk patahan
tegak lurus.Dalam peta topografi, selalu dihubungkan besaran skala peta dengan bedagaris kontur
yang akan digambarkan. Sehingga skala peta tidak hanyamencerminkan aspek horizontal saja, namun
juga mempunyai aspek vertikal. Beda kontur untuk skala 1: xxxx adalah (xxxx/2000).Nilai 2000
adalah konstanta beda kontur. Dengan demikian penyajian data dalam bentuk peta dapat direncanakan
sejak pengukuran, maksudnya pengambilan ketinggian titik detail dapat diatur sebaik mungkin
dengan persyaratan hanya boleh dilakukan interpolasi garis kontur diantara 2 titik detail.Garis kontur
+ 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m
terhadap referensi tinggi tertentu.Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-
garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi kebidang mendatar peta. Karena peta
umumnya dibuat dengan skala tertentu,maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan
sesuai skala peta.

D. Alat Ukur
Kegiatan pengukuran tanah dalam rangka pengumpulan data lapangan untuk keperluan
penyajian peta dan profil tanah dengan benar dan baik, antara lain ditentukan oleh jenis alat ukur
4
tanah yang digunakan. Jenis alat ukur tanah yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pengukuran
dan ketelitian yang diinginkan atau dipersyaratkan dalam tujuan tersebut, hal ini berkaitan dengan
metode dan teknik pengukuran yang dilaksanakan serta ketelitian alat ukur. Alat ukur tanah adalah
semua alat ukur yang dapat dipergunakan untuk penyipat datar atau penyipat ruang di atas permukaan
tanah (terrestris). Alat ukur tanah dapat dibedakan menjadi :
1. Alat ukur sederhana
Alat ukur sederhana merupakan alat ukur tanah yang penggunaannya satu jenis alat hanya
dapat mengukur satu macam ukuran, penggunaannya sesuai dengan fungsinya masing masing,
misalnya pita ukur untuk mengukur jarak, kompas untuk mengukur arah/ sudut datar dan clinometer
untuk mengukur kemiringan/ sudut vertical.
Kompas bekerja berdasarkan gaya medan magnet. Pada kompas selalu terdapat sebuah magnet
sebagai komponen utamanya. Magnet tersebutbiasanya berbentuk sebuah jarum penunjuk. Saat
magnet penunjuktersebut berada dalam keadaan bebas, maka akan mengarah ke utaraselatan magnet
bumi. Inilah yang dijadikan dasar dalam pembuatankompas dan alat navigasi berbasis medan magnet
yang lain.

Gambar 1. Kompas sebagai penunjuk arah atau azimuthdalam pengukuran dan pemetaan tanah.
Klinometer adalah alat sederhana untuk mengukur sudut elevasi antara garis datar dan sebuah
garis yang menghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut dengan titik puncak (ujung) sebuah
objek. Aplikasinya digunakan untuk mengukur tinggi (panjang) suatu objek dengan memanfaatkan
sudut elevasi. Dengan kata lain fungsi atau kegunaannya adalah untuk menentukan besar sudut
elevasi dalam mengukur tinggi obyek secara tidak langsung.

Gambar 2. Clinometer sebagai penunjuk teknis untuk mengetahui kelerengan/ kemiringan tapak
5
Meteran disebut juga sebagai pita ukur atau tape atau bisa disebut juga sebagai rol meter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau panjang. Meteran juga berguna untuk
mengukur sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat digunakan untuk membuat lingkaran.

Gambar 3. Rol meter sebagai alat untuk mengetahui jarak dalam pengukuran dan pemetaan tanah.
Satuan yang digunakan dalam meteran adalah mm atau cm, feet atau inchi. Pita ukur atau
meteran tersedia dalam ukuran panjang 10 meter, 15 meter, 30 meter sampai 50 meter. Pita ukur
biasanya dibagi pada interval 5 mm atau 10 mm.

2. Alat ukur optik


Alat ukur optik adalah alat ukur tanah yang dilengkapi dengan optik dan merupakan suatu
kesatuan/ unit alat yang dapat mengukur beberapa macam ukuran, misalnya untuk mendapatkan data
jarak, azimuth/ sudut horizontal dan kemiringan/ sudut vertikal cukup dengan hanya satu alat yaitu
theodolit untuk penyipat ruang dan waterpass untuk penyipat datar.
a. Waterpass
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan berikutnya.
Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek apakah
waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat.
Apabila gelembung tepat berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar. Pada
waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah menyerupai
ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan
fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri
dengan kanan. Waterpass memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa okuler,
dan penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banya tanah yang
dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga
memerlukan payung untuk menutupi cahaya matahari.
Alat ukur waterpass dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis, yakni :

6
- Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi satu,penyetelan
kedudukan teropong di lakukan dengan tiga sekrup pengatur.
- Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat diputar pada sumbu memanjangnya.
- Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada jenis ini sumbu
teropong dapat disetel dengan menggunakan sekrup pengungkit (tilting screw).
- Type otomatis (automatic level), pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan horizontal
secara otomatis karena di dalamnya dilengkapi dengan prisma-prisma yang digantungkan pada
plat baja.
- Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang dilengkapi dengan nivo,
sedangkan cara menggunakannya cukup dipegang dengan tangan.
Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi beberapa syarat tertentu,
baik syarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi maupun syarat tambahan yang dimaksudkan
untuk memperlancar pelaksanaan pengukuran di lapangan. Adapun syarat-syarat pemakaian alat
waterpass pada umumnya adalah:
a. Syarat dinamis : sumbu I vertical
b. Syarat statis, antara lain :1. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

Gambar 4. Waterpass untuk penyipat datar

7
Urutan persyaratan statis memang demikian. Namun agar pengaturannya lebih sistematis dan
tidak berulang-ulang, urutan pengaturannya dibalik dari poin 3 ke 1.
a. Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I
Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah dibuat tegak lurus
sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.
b. Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu I
Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini penting sekali. Namun
pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar karena apabila ada sedikit
pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat diseimbangkan dengan skrup ungkir ini.Adapun
maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat vertikal, kemana pun
teropong diputar, gelembung nivo akan tetap seimbang. Ini berarti garis bidik selalu mendatar
karena garis bidik telah dibuat sejajar dengan garis arah nivo.
c. Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar. Untuk mengetahui
apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum, digunakan nivo tabung. Jika
gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa
membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis arah nivo pasti mendatar.Jarak bidik
optimum waterpass berkisar antara 40-60 m.
Bagian – bagian waterpass, antara lain sebagai berikut.

g
e h

a
b
f
c
d

Gambar 5. Bagian-bagian waterpass


8
Keterangan :
a. Teropong
b. Nivo
c. Tiga sekrup penyetel nivo
d. Dudukan alat
e. Pengatur focus
f. Pengatur halus horisontal
g. Statif/Tripof, sebagai kaki dari alat waterpas
h. Bak Ukur
i. Patok
j. Alat penunjang lain (buku, penggaris/busur, pulpen, pensil, kalkulator, dll)
Cara kerja waterpass, antara lain sebagai berikut.
A. Penentuan profil
a. Profil Memanjang
- Pemasangan patok dilakukan pada jarak tertentu. Dalam hal ini sesuai dengan keinginan
anda. Namun demikian, terlebih dahulu tentukan arah utara dengan menggunakan kompas.
Kemudian mengenolkan nilai dariwaterpass, dimana arah utara merupakan patokan
utama. Waterpassdiletakkan di tengah-tengah antara kedua patok.
- Waterpass diseimbangkan dengan melihat kedudukan nivo sambil memutar sekrup penyetel
hingga gelembung yang berada di dalamnya dalam kedudukan yang seimbang (di tengah-
tengah).
- Pada pengukuran profil memanjang ini digunakan metode “Double Standing”, yaitu suatu
metode dimana pengukuran pergi dan pengukuran pulang dilakukan serempak hanya
dengan menggunakan kedudukan pesawat, misalnya pada pengukuran pergi, P0 sebagai
pembacaan belakang dan P1sebagai pembacaan muka, begitu pula sebaliknya.
- Bak ukur diletakkan di atas patok dengan kedudukan vertikal dari segala arah.
- Waterpass diarahkan ke patok pertama (P0) selanjutnya disebut pembacaan belakang. Pada
teropong terlihat pembacaan benang atas, benang tengah dan bawah. Setelah
itu waterpass diarahkan ke patok kedua (P1).
- Selanjutnya dengan mengubah letak pesawat (waterpass) kita mengadakan pengukuran
pulang dengan mengarahkan ke P1 (pembacaan belakang). Pada teropong terlihat
pembacaan benang atas, tengah dan bawah.
9
- Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti di atas sampai pada
patok terakhir.
b. Profil Melintang
- Waterpass diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali kedudukan nivo nya
seperti pada pengukuran profil memanjang.
- Pada jarak yang memungkinkan diletakkan bak ukur. Titik yang diukur disebelah
kanan waterpass diberi simbol a, b dan disebelah kiri diberi simbol c dan d.
- Pengukuran dilakukan secara teliti mulai dari patok pertama sampai pada patok terakhir.
- Semua data yang diperoleh dicatat pada tabel yang tersedia

B. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpass Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam
mengoperasikan alat ini, yaitu :
a. Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong kedalam Tripod Levels, yaitu
dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang
harus dikuasai adalah memasang alat ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan
dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga
ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus diperhatikan juga antara
lain :
- Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas, sehingga waterpass
terpasang di tengah kepala kaki tiga.
- Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segitiga, oleh karena itu sebaiknya tiga
skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat dibentuk segitiga tersebut.
- Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak mudah
bergeser apalagi sampai terlepas skrup penghubung kaki tiga dan alat terlepas.
b. Mendirikan alat (Set-up) adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada kaki tiga
tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan
berikut:
- Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan gelembung nivo
kotak ada di tengah.
- Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung nivo tabung ada
di tengah atau nivo U membentuk huruf U.

10
c. Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke sasaran
yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan
agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan
diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.

C. Membaca Hasil Pembidikan Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :
a. Pembacaan benang atau pembacaan rambu.
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu ukur yang
dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia atas dan bawah.
Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah
(BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang
tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang
diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka :
BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB) Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek
benar atau salahnya pembacaan.
Kegunaan pembacaan benang ini adalah :
- Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara tempat berdiri alat
dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara rambu-rambu ukur yang dibidik.
- Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara tempat berdiri alat
dengan tempat rambu ukur yang dibidik.
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan ada yang
terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan meter (m) atau centimeter
(cm).
b. Pembacaan sudut Waterpass
Pembacaan sudut waterpass seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran mendatar berskala,
sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut mendatar atau sudut horizontal.
Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :
- Satuan derajat
Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan
1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan
1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan
dengan 1 detik (1”).
11
- Satuan grid.
Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan
1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1
centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi kedalam 100 bagian dan setiap bagian
dinyatakan dengan 1 centi-centigrid (1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal
dari alat ukur waterpass NK2 dari Wild.
c. Menghitung beda tinggi
Untuk mengetahui beda tinggi antara (0) dengan (1) pada patok (A) dengan rumus benang
tengah belakang-benang tengah muka, artinya :
Benang tengah titik (0) – benang tengah titik (1)
Beda tinggi = Benang tengah belakang – Benang tengah muka
d. Menghitung rata-rata beda tinggi
Untuk menghitung rata-rata beda tinggi dapat ditentukan dengan persamaan :
Rata-rata beda tinggi = Beda Tinggi pergi + Beda Tinggi pulang
2
D. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Kesalahan itu
dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :
a. Kesalahan Besar (Mistakes Blunder), terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan
pengukuran atau kurang pengalaman dan pengetahuan dari praktikan. Apabila terjadi
kesalahan ini, maka pengukuran harus diulang atau hasil yang mengalami kesalahan tersebut
dicoret saja.
b. Kesalahan Sistimatis (Sistematic Error), terjadi karena alat ukur itu sendiri. Misalnya panjang
meter yang tidak tepat atau mungkin peralatan ukurnya sudah tidak sempurna. Kesalahan ini
dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasi alat/memperbaiki alat.
c. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak (Accidental Error), terjadi karena hal-hal yang tidak
diketahui dengan pasti dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat ukur ataupun pada
tanah. Kesalahan dapat diperkecil dengan melakukan observasi dan mengambil nilai rata-rata
sebagai hasil.

12
E. Hambatan
Hambatan yang terjadi di lapangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
jalannya/proses pengukuran yaitu :
- Faktor Kurangnya pemahaman tentang teori pengukuran
- Faktor bahan dan alat
- Terlebih lagi faktor cuaca juga memperlambat proses pengukuran karena apabila cuaca hujan,
otomatis tim pengukur berhenti sejenak untuk berteduh dari hujan.

3. Alat ukur elektronik


Alat ukur elektronik adalah alat ukur tanah dengan menggunakan gelombang infra merah
(GeAs-diode) yang tidak dapat dilihat. Gelombang ini melewati jarak yang diukur pulang pergi
hampir sama dengan kecepatan cahaya, sebagian dari gelombang-gelombang yang diterima oleh suatu
prisma reflector akan dikembalikan ke obyektif pesawat penerima dan difokuskan atas suatu foto
diode. Pada meter getaran frekwensi diukur perbedaan getaran frekwensi antara gelombang yang
dipancarkan dengan gelombang yang ditangkap oleh refleksi sasaran. Perbedaan ini menentukan jarak
antara alat ukur tanah dan sasaran.
Alat-alat yang berhubungan erat dengan pengukuran dan perpetaan digital yaitu Global
Positioning System (GPS), Theodolite Digital dan Total Station.
1. Global Positioning System (GPS)
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang
dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi
menggunakan satelit, yang didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti
dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia yang dapat digunakan oleh
banyak orang sekaligus dalam segala cuaca. Pada prinsipnya penentuan posisi dengan metoda ini
adalah penentuan posisi dengan melakukan pengukuran jarak dari satelit ke alat penerima yang berdiri
di atas titik yang akan ditentukan koordinatnya.
Kelebihan dari sistem GPS ini antara lain adalah:
a) Pemakaian sistem GPS sampai saat ini tidak dikenakan biaya,
b) Cara pengoperasiannya mudah, cepat, akurat,
c) Tidak tergantung cuaca & dapat digunakan secara simultan,
d) Relatif sulit memanipulasi data pengamatan,
e) Cakupan wilayah pengukuran cukup luas,
13
f) Ada kecenderungan ukuran receiver semakin kecil,
g) Kondisi saling keterlihatan antar stasiun seperti metode penentuan
posisi konvensional tidak berlaku.
Kelemahan GPS diantaranya:
a) Tidak dapat digunakan jika ada penghalang antara alat penerima sinyal dengan satelit GPS,
b) Diperlukan proses transformasi koordinat apabila penentuan posisi harus dipresentasikan dalam
datum lainnya,
c) Komponen tinggi dari koordinat tiga dimensi yang diberikan oleh GPS adalah tinggi yang mengacu
ke permukaan ellipsoid, yaitu ellipsoid GRS (Geodetic Reference System) 1980,
d) Sumberdaya manusia yang menguasai masalah teknologi ini di Indonesia relatif masih belum
banyak.

Gambar 6. Beberapa contoh Reciiver GPS


Pada prinsipnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak secara bersama-sama
ke beberapa satelit (yang koordinatnya telah diketahui) sekaligus. Untuk menentukan koordinat suatu
titik dibumi, receiver setidaknya membutuhkan 4 satelit yang ditangkap sinyalnya dengan baik, secara
default posisi atau koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum yaitu World Geodetic
System 1984 atau disingkat WGS’ 84. Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS ini dibagi
menjadi dua metoda yaitu :
a. Metode Absolut atau juga dikenal sebagai point positioning.
Menentukan posisi hanya berdasarkan pada 1 pesawat penerima saja (receiver). Ketelitian
tidak begitu tinggi dan biasanya digunakan hanya untuk keperluan Navigasi.
b. Metode Relatif atau sering disebut dengan differential positioning, yaitu menentukan posisi
dengan menggunakan lebih dari satu receiver. Metode ini menghasilkan posisi yang
berketelitian tinggi (umumnya kurang dari 1 meter) dan diaplikasikan untuk keperluan survey
geodesi ataupun pemetaan yang memerlukan ketelitian yang tinggi.
14
Penggunaan GPS

Gambar 7. Fungsi dan keterangan tombol pada contoh GPS yang ada di Pasaran

2. Theodolite Digital Sebagai Alat Ukur Tanah Digital


Theodolite atau theodolit adalah instrument/ alat yang dirancang untuk menentukan tinggi
tanah pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut

15
tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Sudut – sudut tersebut berperan dalam penen tuan jarak
mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan. Theodolit merupakan salah satu alat ukur
tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa
sampai pada satuan detik. Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu
dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga
memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua
dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal
Theodolit terdiri dari dua macam :
a) Theodolit Digital, cara pembacaan sudut horizontal dan vertikalnya hanya dibaca dengan otomatis
pada layar yang ada dalam alat tersebut, dan cara penyentringan alatnya pun berbeda dimana theodolit
digital hanya dengan cara sentering laser. Contoh theodolite digital: Nikon, Topcon N233, N200 dan
N102.

Gambar 8.Jenis-jenis theodolite digital untuk pengukuran dan pemetaan tanah secara digital.
b) Theodolit Manual, cara pembacaan sudut horizontal dan sudut vertikalnya hanya bisa dibaca secara
manual dengan melihat ke mikroskop pembacaan horizontal dan vertikal, tetapi theodolit manual
mempunyai akurasi yang sangat kecil.
The Wild Theodolite T0 Kompas adalah alat yang kompak ringan, yang dapat digunakan baik untuk
mengamati dan pengaturan out magnetis Bearings atau biasa theodolit untuk mengukur atau turning
off angles. Hal ini berguna untuk cepat traversing, berdasarkan magnetis Bearings, terutama di
daerah-daerah di mana visibilitas terbatas dan melintasi kaki mungkin singkat. Theodolite T0 yang
juga dapat digunakan untuk mengontrol tanah atau photogrammetric survei, rendah urutan rincian,
untuk membangun situs atau sebagai Reconnaissance instrumen. Contoh theodolit Manual : Fannel
Kessel T0, T1, T11 Theodolit T0

16
Gambar 9. Berbagai macam jenis theodolite kompas dan T0 untuk pengukuran dan pemetaan tanah.

Kelebihan theodolit kompas ialah satu alat dengan kegunaan ganda, yaitu dapat berfungsi
sebagai theodolit biasa sebagai alat ukur sudut mendatar dan jika kompasnya difungsikan dapat
digunakan sebagai kompas dengan ketelitian tinggi. Fungsi utama dari theodolit adalah sebagai alat
untuk mengukur sudut, perkembangannya theodolit juga digunakan untuk menentukan jarak dan
mencari beda tinggi antara dua titik.
Bagian-bagian dan Kerangka Dasar Theodolite

Gambar 10. Contoh Theodolite digital yang ada di pasaran dan petunjuk bagian-bagiannya.
17
B. ANALISIS TAPAK
A. Pengertian Analisis Tapak
 Tapak artinya adalah ‘Site’ dari kata site plan (rencana tapak). Tapak merupakan sebidang
lahan atau sepetak tanah dengan batas-batas yang jelas, berikut kondisi permukaan dan ciri-
ciri istimewa yang di miliki oleh lahan tersebut.
 Tapak adalah lahan atau tempat dimana bangunan yang direncanakan akan didirikan
 Analisis tapak adalah mengaitkan semua data yang terkumpul sehingga dapat diketahui
potensi, kendala yang ada pada tapak.
 Analisis tapak merupakan analisis yang digunakan dalam suatu perancangan lahan non fisik
dan digunakan juga untuk merumuskan program ruang berdasarkan karakteristik aktifitas
pengguna dan aktivitas ruang.
 Pengertian tapak cukup luas, dan sangat tergantung dari kontekstual permasalahan yang
dibahas, berikut adalah beberapa pengertian tentang tapak (siteplan) sendiri dari beberapa
sumber :

1. Perencanaan Tapak (siteplan) adalah berkaitan dengan tahap proses perancangan landskap,
melibatkan beberapa bagian antara lain penataan guna lahan, akses, sirkulasi, privasi,
keamanan, drainase, dll. Dilakukan dengan menyusun elemen-elemen lahan,tanaman,air,
bangunan dll. Pengertian tersebut menurut ahli Landscaper.
2. Perecanaan Tapak adalah analisis fisik dan non fisik kota untuk membuat desain rencana
tapak dalam kawasan fungsional tertentu maupun skala kota.
3. Perencanaan Tapak (siteplan) adalah seni menata lingkungan buatan manusia dan
lingkungan alamiah, guna menunjang kegiatan manusia. Pengkajian perencanaan tapak (site
planning) sering tersusun dalam dua komponen yang berhubungan, yaitu faktor lingkungan
alam dan faktor lingkungan buatan manusia (Felicity Brogden,1985).
4. Perancangan Tapak (landscape site planning), di dalamnya juga tercakup lansekap design,
merupakan usaha penanganan tapak (site) secara optimal melalui proses keterpaduan
penganalisaan dari suatu tapak dan kebutuhan program penggunaan tapak, menjadi suatu
sintesa yang kreatif. (Ir.Rustam Hakim)
5. Perencanaan Tapak, adalah suatu proses yang kreatif yang menghendaki kemampuan
pengolahan dari berbagai faktor-faktor kemungkinan. Hal ini melibatkan lokasi,penempatan
dan perhubungan dari seluruh elemen-elemen tapak.

18
6. Perencanaan Tapak, meliputi seni dari perencanaan ruang-ruang terbuka,perancangan
bangunan, perancangan jalan dan jalur-jalur lintasan lainnya. (Unterman.R & Robert
Small,1986).
7. Perencanaan Tapak (siteplan) adalah Seni menata lingkungan buatan & lingkungan alamiah
guna menunjang kegiatan manusia. Pengkajian perencanaan tapak (site planning) sering
tersusun dalam dua komponen yang berhubungan, yaitu factor lingkungan alam dan factor
lingkungan buatan manusia .(Snyder dan Catanese,1984).
8. Perencanaan tapak juga dapat diartikan sebagai pengolahan fisik tapak untuk meletakkan
seluruh kebutuhan rancangan di dalam tapak.Perencanaan tapak dilakukan dengan
memperhatikan seluruh kondisi tapak dan kemungkinan dampak yang muncul akibat
perubahan fisik diatasnya.

B. Hal-hal yang Dianalisis pada Tapak

Tujuan analisis tapak adalah agar dapat mengidentifikasi respon ataupun tanggapan
perancangan untuk dapat meletakkan bangunan dengan tepat. Sebuah tapak tidak pernah tidak
berdaya tetapi merupakan sekumpulan jaringan yang sangat aktif yang terus berkembang yang
jalin menjalin dalam perhubungan-perhubungan.

Hal- hal yang perlu dianalisis pada tapak antara lain:

1. Lokasi

Gambar 11. Lokasi tapak


19
Lokasi menunjukkan letak tapak terhadap lingkungan yang lebih besar. Akses menunjukkan
jalan-jalan menuju ke tapak.
2. Sirkulasi Pencapaian

Gambar 12. Sirkulasi di sekeliling tapak


Sirkulasi mencakup sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Dalam menganalisis sirkulasi hal
yang penting diperhatikan adalah sirkulasi kendaraan di sekeliling tapak, baik itu lalu lintas
kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kendaran umum sebagai sumber datangnya
pejalan kaki dan arus lalu lintas kendaraan pribadi akan menentukan letak pencapaian (jalan
masuk/entrance) ke dalam tapak baik bagi pejalan kaki maupun bagi kendaraan pribadi.
Dalam menentukan letak jalan masuk, juga perlu diperhatikan kemudahan pencapaian, baik
secara fisik maupun secara visual.
3. Zoning

Gambar 13. Zoning tergantung letak entrance


20
Letak pintu masuk (Entrance) menentukan pembagian zoning. Entrance berada pada zona
publik karena merupakan area yang dapat diakses oleh semua orang (publik)
4. Zoning Kebisingan
Pada tapak dapat diidentifikasi zona-zona yang bising maupun yang tenang. Pengaruh
kebisingan adalah akibat aktifitas yang terjadi di sekeliling tapak. Zona- zona ini dibutuhkan
untuk mengidentifikasi ruang-ruang yang bersifat publik, semi publik, maupun privat.
5. Orientasi Matahari
Pada daerah tropis seperti di Indonesia, panas matahari kurang disukai. Oleh karena itu,
orienrtasi matahari pada tapak mempengaruhi letak dan bentuk bangunan.
6. Tautan Lingkungan

Gambar 14. Lingkungan di sekeliling tapak


Lingkungan sekeliling tapak juga berpengaruh pada perletakan bangunan. Misalnya tapak
yang terletak di sudut jalan akan sangat berbeda responnya dengan tapak yang hanya satu
sisinya menghadap jalan.
7. Kontur

Gambar 15. Tapak yang berkontur


21
Kontur menantang arsitek untuk membuat bangunan yang menyesuaikan dengan kondisi
tanah. Perbaikan kontur dan tanah harus dilakukan sesedikit mungkin. Perataran tanah besar-
besaran sebaiknya dihindari.
8. Peraturan Pemerintah
Tata guna lahan, terdapat zona-zona tertentu yang diperbolehkan membangun.
KDB (Koefisien Dasar Bangunan), adalah angka yang digunakan untuk menghitung luas
lantai dasar bangunan maksimum yang didirikan diatas lahan.
KLB (Koefisien Lantai Bangunan), adalah angka yang digunakan untuk menghitung luas
maksimum lantai bangunan yang didirikan pada lahan.
GSB (Garis Sempadan Jalan), adalah batas dinding terluar bangunan yang didirikan.

Rencana Tapak (Site Plan) adalah gambaran/peta rencana peletakan bangunan atau kavling
dengan segala unsur penunjangnya dalam skala batas-batas luas lahan tertentu. (Anonim, 2009).
Perencanaan tapak adalah pengolahan fisik tapak untuk meletakkan seluruh kebutuhan rancangan di
dalam tapak. Perencanaan tapak dilakukan dengan memperhatikan kondisi tapak dan kemungkinan
dampak yang muncul akibat perubahan fisik di atasnya.
Dalam perencanaan tapak diperlukan beberapa kegiatan yang meliputi inventarisasi tapak,
analisis tapak dan perencanaan tapak. Inventarisasi tapak adalah proses pengumpulan segala data
yang ada dan diperlukan mengenai tapak yang yang akan di desain, baik berupa data fisik (dimensi,
topografi, klimatologi, view, akses, dll), sosial budaya dan fungsional (aktivitas dan fungsi). Analisis
tapak adalah mengaitkan semua data yang terkumpul sehingga dapat diketahui potensi, kendala yang
ada pada tapak. Perencanaan tapak yang juga dikenal sebagai gambar skematis. Rencana ini telah
menunjukan ruang-ruang, sirkulasi dan aktivitas yang dapat dilakukan serta rencana elemen yang
akan digunakan untuk mewujudkan rencana tersebut. (Lestari, 2007) Dalam menginventarisasi tapak
dilakukan beberapa kegiatan, sebagai berikut:
1. Pengukuran. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui luas tapak dengan membentangkan
meteran dari satu titik sudut dengan titik sudut lainnya pada tepi tapak.
2. Pemetaan vegetasi dan elemen keras. Pemetaan dilakukan untuk mengetahui letak titik suatu
elemen lanskap dan vegetasi berada.
3. Pengamatan dan pencatatan data di lapang.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/230892659/Pemetaan-Bangunan
https://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-pemetaan-bangunan.html
https://studio6btimbulsloko.wordpress.com/2013/07/16/analisis-tapak/
https://www.academia.edu/24733561/ANALISA_TAPAK

23

Anda mungkin juga menyukai