Anda di halaman 1dari 49

Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

PENGERTIAN DAN TUJUAN PENGUKURAN TERESTRIS

A. PENGERTIAN PENGUKURAN TERESTRIS

Pengukuran dan pemetaan sederhana termasuk bagian dari kegiatan


pengukuran Terestris. Pengukuran Terestris (Surveying) atau pengukuran
tanah adalah suatu kegiatan dalam mengetahui dan atau menetapkan posisi
relatif titik-titik di permukaan bumi dengan cara mengukur sudut mendatar,
sudut tegak, jarak dan beda tinggi untuk keperluan pemetaan. Pengukuran
tanah merupakan bagian dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan Geodesi.

Definisi Klasik Geodesi:


Ilmu tentang pengukuran dan pemetaan permukaan Bumi.
(Helmert, 1880)

Definisi Modern :

Disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari


Bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk medan gayaberatnya masing-
masing, dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu. (IAG)

Secara umum, ilmu Geodesi mempunyai tujuan ilmiah dan tujuan


praktis, yaitu

a. Tujuan Ilmiah:

Menentukan bentuk dan ukuran bumi yang nantinya digunakan untuk


pekerjaan praktis geodesi

b. Tujuan Praktis :

Untuk keperluan pembuatan Peta dari sebagian permukaan bumi,


dengan skala tertentu, memasang patok/pilar, melakukan pengukuran-
pengukuran (sudut, jarak, beda-tinggi, dan arah) dengan peralatan survei
terhadap obyek tertentu. Pengukuran-pengukuran dilakukan untuk penentuan

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 1
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

posisi (koordinat), baik posisi horisontal maupun posisi vertikal/tinggi, kegiatan


ini lazim disebut Pengukuran Teristris atauSurveying.

Sedangkan pengukuran dan pemrtaan sederhana adalah kegiatan


pengukuran dan pemetaan dengan menggunakan peralatan sederhana
(kompas, klinometer, roll meter) dengan syarat ketelitian hasil yang kecil.
Kegiatan ini biasa dilakukan pada luasan areal yang relatif sempit dengan
tujuan-tujuan pemanfaatan dengan syarat kebutuhan ketelitian yang rendah
pula.

Klasifikasi Survei

 Survei Bidang Datar [Plane Surveying]


Adalah kegiatan pengukuran tanah untuk pemetaan permukaan bumi tanpa
memperhitungkan kelengkungan permukaan bumi atau dengan anggapan
permukaan bumi datar, sehingga perhitungan-perhitungan yang dilakukan akan
lebih sederhana. Area yang diukur dari setiap kegiatan ini luasnya lebih kecil dari
2.500 km2. (50 km x 50 km).
 Geodetic Surveying
Adalah kegiatan menentukan dan menggambarkan permukaan bumi dengan
memperhitungkan kelengkungan permukaan bumi. Permukaan bumi tidak bisa
lagi dianggap satu bidang datar, karena sesungguhnya permukaan bumi
merupakan bidang lengkung, bahkan tidak beraturan. Proses pemindahan hasil
pengkuran ke bidang datar harus memperhatikan reduksi-reduksi dari
kelengkungan bumi, faktor gayaberat, dll. Dilakukan pada daerah yang sangat
luas dalam rangka pengukuran kerangka kontrol horisontal pengukuran
perencanaan jalan raya dan bentangan pipa minyak dan gas.

Dalam handout ini hanya akan dibahas bagian yang kedua yang praktis
yaitu Plane Surveying atau pengukuran terestris, dengan demikian ruang
lingkup Pengukuran tanah dapat disimpulkan menurut maksudnya, yaitu
mengukur posisi relatif titik-titik di permukaan bumi pada daerah yang relatif

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 2
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

sempit dalam hubungan mendatar maupun tegak untuk tujuan/keperluan


pembuatan peta.

Peta adalah gambaran dari permukaan bumi pada suatu bidang datar,
dibuat menurut proyeksi tertentu dan skala tertentu dengan menyajikan unsur-
unsur alam dan buatan serta informasi lain yang diinginkan. Skala Peta adalah
perbandingan antara suatu jarak di peta dengan jarak yang sama sebenarnya di
lapangan/permukaan bumi. Ada dua cara menyatakan skala peta;
Cara pertama untuk menyatakan Skala peta adalah dengan menuliskan
angka perbandingan antara suatu jarak di peta dengan jarak yang sama ukuran
sebenarnya di permukaan bumi. Misalnya suatu jarak antara dua buah titik di
peta 40 cm, sedangkan jarak sebenarnya kedua titik tersebut di permukaan
bumi adalah 10 km, maka skala peta tersebut; 40 cm : 1.000.000 cm atau 1 :
25.000.
Cara kedua untuk menyatakan skala peta ialah dengan menarik suatu
garis, dimana pada garis tersebut dibuat suatu skala dengan bagian atas yang
menyatakan jarak di permukaan bumi (dalam km) dan bagian bawah
menyatakan jarak di peta (dalam cm). Gambar 1.1 memperlihatkan skala garis
untuk skala angka 1 : 25.000

0 1 2 2,5 km

0 5 10 cm

gambar 1. Skala Garis

Pada setiap lembar peta harus dicantumkan skala numeris (dalam


angka) dan skala grafis (dalam bentuk garis).
Skala peta ditetapkan berdasarkan tujuan penggunaan peta, makin
teknis dan operasional penggunaan suatu peta maka skalanya makin besar pula
agar informasi lapangan dapat disajikan lebih detail.

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 3
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

B. NOTASI, SIMBOL DAN SATUAN UKURAN

1. Notasi dan Simbol

Dalam mempelajari pengukuran dan pemetaan, Anda akan banyak


menjumpai notasi/tanda dan simbol-simbol yang banyak digunakan untuk
menunjukkan atau melambangkan maksud dan unsur-unsur dalam
hitungan. Notasi dan simbol yang penting anda ketahui diantaranya:

a. Tanda-tanda matematik
= sama dengan  Tidak sama dengan
 mendekati  Sebanding
< lebih kecil > lebih besar
 lebih kecil/sama dengan  lebih besar/sama dengan

b. Tanda-tanda geometri
∕∕ sejajar ∕∕ tidak sejajar
searah dan sejajar sejajar tidak searah
 tegak lurus L, Siku-siku
~ sebangun  sama dan sebangun
∆ segitiga  lingkaran
 sudut  garis
Busur

c. Tanda operasi hitungan


+ tambah - kurang
. atau x kali / atau ÷ bagi
 akar x2 kuadrat/pangkat 2
% persen/perseratus % permil/perseribu

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 4
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

d. Abjad Yunani dan penggunaannya


 (alpha) : digunakan untuk nama sudut, bidang atau azimuth
 (beta) : digunakan untuk nama sudut, bidang
 (gamma) : digunakan untuk nama sudut, bidang
 (delta) : digunakan untuk menyatakan selisih
 (sigma) : digunakan untuk menyatakan jumlah
 (phi) : digunakan untuk menyatakan sudut/lintang
 (lamda) : digunakan untuk menyatakan sudut/paralel
 (fi) : digunakan untuk menyatakan bilangan tetap (= 22/7)
 (Zenith: digunakan untuk menyatakan sudut tegak

2. Satuan ukuran

Dalam pempelajari pengukuran dan pemetaan, sudah barang tentu


Anda perlu terlebih dahulu mengetahui masalah satuan ukuran yang umum
digunakan dalam kegiatan pengukuran tanah dan pemetaan, yaitu:

a. Satuan ukuran Panjang


Pada mulanya, sebagai dasar dari ukuran panjang adalah
ketetapan dari General Coference on weight and measures pada tahun
1960 yang menetapkan satu meter adalah jumlah panjang dari
1.650.763,73 buah gelombang sinar merah-jingga yang dihasilkan dari
pembakaran unsur Kripton isotop 86 (Kr-86). Ukuran panjang dalam
meter ini disebut sistim Metrik, adapun kelipatannya adalah sebagai
berikut:

1.000 m = 1 km; 100 m = 1 hm; 10 m = 1 dam;


0,1 m = 1 dm; 0,01 m = 1 cm; 0,001 m = 1 mm;
0,000001 m = 1  (mikron)

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 5
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Selain sistim Metrik, dikenal juga satuan ukuran panjang foot


dari sistim Inggeris yang secara umum digunakan juga di USA.
Kelipatannya adalah sebagai berikut:
1 foot = 12 inches
1 yard = 3 feet
Konversinya :
1 m = 39,37 in. = 3,2808 ft.
1 km = 0,62137 mil (darat)

b. Satuan ukuran luas


Ukuran luas digunakan dengan mencantumkan tanda pangkat
dua (kuadrat) dari ukuran panjangnya, yaitu:

1 km2 = 100 hm2; 1hm2 = 100 dam2; 1 dam2 = 100 m2


1 m2 = 100 dm2; 1dm2 = 100 cm2; 1 cm2 = 100 mm2
1 hm2 disebut juga 1 hektar = 10.000 m2
1 acre = 43.560 ft2; sehingga 1 ha = 2,471 acres

c. Satuan ukuran volume


Satuan ukuran volume dinyatakan dengan mencantumkan
pangkat 3 dari ukuran panjangnya, yaitu:

1m3 = 1.000 dm3


1 dm3 = 1.000 cm3 = 1 liter

d. Satuan ukuran sudut


Dasar untuk menyatakan ukuran sudut ialah pembagian
lingkaran menjadi 360 bagian yang sama persis dan disebut derajat (),
sehingga setiap bagian disebut 1 (gambar 1.2), sistim ini yang paling
umum digunakan dan disebut sistim seksagesimal.

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 6
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Selanjutnya satu derajat (1) dibagi dalam 60 menit (60') dan


satu menit (1') dibagi dalam 60 sekon (60"). Cara menulisnya; 1 = 60' ;
1' = 60" ; 1 = 3600"

0

270 90 90

180

Gambar 2. Satuan Ukuran Sudut Seksagesimal

Dengan dasaar ketentuan diatas, berlaku ketentuan dalam operasi sudut yakni
penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian, begitu pula dengan konversi
sudut
Penjumlahan sudut
240° 46’ 53” + 162° 45’ 42” = 403° 32’ 35” atau 43° 45’ 42”
Pengurangan sudut
240° 46’ 53” - 162° 45’ 42” =78° 1’ 11”
Perkalian sudut
(43° 45’ 42”)x 3 = 129° 135’ 126”
= 129° 137’ 6”
= 131° 17’ 6”
Pembagian sudut
(43° 45’ 42”)/3 = (43°/3) (45’/3) (42”/3)
= (14,33°) (15’) (14”)
= 14° ((0,33° x 60) + 15’) (14”)
= 14° (19,8’+15’) (14”)
= 14° 34’ ((0,8’ x 60)+ 14”)
= 14 34 62”

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 7
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

= 14° 34’ 2”
Konversi sudut (kedesimal derajat)
43° 45’ 42” = 43°+ (45/60) + (42/3600)
= 43° + 0,75+0,012
= 43,762°
Sistim yang lain tapi jarang digunakan dalam menyatakan
besarnya sudut disebut centisimal, yang membagi lingkaran menjadi
400 bagian yang sama dan disebut grade (gambar 1.3). Dimana 1 Grade
(1g) dibagi menjadi 100 centigrade (100c) dan 1 centigrade (1c) dibagi
100 centi centigrade (100cc). Cara Penulisannya: 1g = 100 c ; 1c = 100 cc
; 1g = 10.000 cc

400 g / 0g

300g 100g

200g

Gambar3. Satuan ukuran sudut Centisimal

Satuan ukuran sudut yang lain ialah radial, yaitu sudut


dihadapan busur lingkaran yang panjangnya sama dengan jari-jari
lingkaran tersebut (gambar 1.4), karena keliling lingkaran sama dengan
2R maka satu lingkaran terdiri dari ;

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 8
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

2R
Radial = 2 Radial Q
R
P 1 radial

Konversinya : R

karena 360 = 2 Radial, maka; jari-jari PQ = Busur QR

1 Radial = 360
2 bilangan tetap  (phi)= 22/7

jadi : 1 Radial = 5717'44,8"

Gambar4. Satuan ukuran Sudut Radial

DASAR–DASAR DAN TRIGONOMETRI

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 9
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Dalam kegiatan pelaksanaan pengukuran di lapangan dan pengolahan data


untuk keperluan pemetaan, Prinsip-prinsip teknik pengukuran dan hitungan-
hitungan yang dilakukan menggunakan prinsip dan rumusan-rumusan dalam
geometri dan trigonometri, karena itu Geometri dan Trigonometri merupakan
bagian ilmu yang sangat penting dalam mempelajari Pengukuran Tanah dan
Pemetaan. Pelajari dan ikuti latihan bagian ini dengan seksama.

A. TITIK, GARIS, BIDANG DAN RUANG

1. Titik
Sebuah titik digambarkan dengan tanda noktah ( . ), kemudian
diberi nama yang biasanya dengan huruf kapital seperti A, B, C dan
seterusnya. Suatu titik hanya ditentukan oleh letaknya dan tidak
mempunyai ukuran, jadi suatu titik tidak mempunyai dimensi.
Contoh titik:

Titik A: .A Titik B: .B

Gambar 2.1. Titik

2. Garis
Garis yang dalam hal ini adalah sebuah garis lurus dapat tak
terhingga panjangnya, jadi suatu garis hanya digambarkan sebagian saja
mewakili garis keseluruhan atau sebagai sebuah garis yang
menghubungkan dua buah titik. Suatu garis hanya mempunyai ukuran
panjang dan tidak mempunyai ukuran lebar. Sebuah garis dapat diberi
nama dengan huruf kecil seperti a, b, c dan seterusnya atau dengan nama
kedua titik pangkal dan ujung sebuah segmen garis seperti garis AB, BC dan
seterusnya.
Contoh :

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 10
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Garis p : p
.B

Segmen garis AB : A.

Gambar 5. Garis

3. Bidang
Sebuah bidang dapat tak terhingga luasnya, jadi sebuah bidang
hanya digambarkan sebagian saja sebagai wakil atau dengan
menggambarkan sebuah bidang datar yang dibatasi oleh titik-titk sudutnya.
Sebuah bidang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Dan
umumnya diberi nama dengan menuliskan seluruh nama titik-titik sudutnya
seperti bidang ABCD, PORS dan seterusnya, atau hanya dengan nama salah
satu sudutnya seperti bidang ,  dan seterusnya.
Contoh:

A B


C D
bidang ABCD bidang 

Gambar6. Bidang

4. Bentuk dan Luas bidang:

a. Segi tiga; adalah suatu bidang yang dibatasi oleh 3 buah sisi

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 11
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Luas suatu segitiga dapat dihitung apabila salah satu sisi dan garis
tinggi pada sisi tersebut diketahui, atau sering disebut jika alas dan
tinggi diketahui.

Contoh:

C R

A C’ B P Q R’

CC’ : tinggi ∆ ABC RR’ : tinggi ∆PQR


AB : alas ∆ ABC PQ : alas ∆PQR
Luas : ½ AB x CC’ Luas : ½ PQ x RR’

b. Luas segitiga dihitung berdasarkan besar salah satu sudut dan


panjang kedua sisi yang mengapit sudut tersebut.
Contoh: C

b a Luas Δ ABC = ½ bc Sin 


 
A c B

c. Luas segitiga yang panjang tiga sisinya diketahui yaitu a, b, c

Luas  ABC =  S(S-a)(S-b)(S-c)

Dimana S=½(a + b + c)

b. Bujur sangkar adalah bidang segiempat siku-siku yang sisi-sisinya


sama panjang:

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 12
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

sisi

sisi

Luas Bujur sangkar = sisi x sisi

c. Persegi panjang; bidang segiempat siku-siku yang sisi


berpasangannya sama panjang:

lebar

panjang

Luas Persegipanjang = panjang x lebar

d. Jajaran genjang; bidang segiempat yang sisinya berpasangan sejajar


dan sama panjang;

tinggi

sisi alas

Luas jajaran genjang: sisi alas x tinggi

e. Trapesium; bidang segiempat yang dua sisinya sejajar dan dua


sudutnya siku-siku.

Sisi atas
luas trapesium:
tinggi ½(sisi alas + sisi atas) x tinggi

Sisi alas

f. Bidang lingkaran

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 13
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

r
r r r =½ D

r r : jari-jari/radius
D : garis tengah/diameter

Luas lingkaran : ¼  D2 atau ½  r2 ;  = 22/7

B. TRIGONOMETRI

Dalam pengolahan data hasil pengukuran di lapangan untuk


keperluan pemetaan, tahapan awal yang dilakukan adalah merubah
panjang-panjang lereng atau jarak miring (sesuai permukaan tanah rata-
rata) di lapangan menjadi jarak-jarak datar. Hitungan yang dilakukan banyak
menggunakan rumusan-rumusan trigonometri, karena itu Trigonometri
merupakan bagian ilmu yang sangat penting dalam mempelajari Pengukuran
Tanah dan Pemetaan. Pelajari dan ikuti latihan bagian ini dengan seksama.

1. Unsur-unsur segitiga

Pada suatu segitiga sembarang ABC seperti pada gambar 7. terdapat


sudut-sudut berikut;

 CAB = ,  ABC =  dan  BCA = ,

dimana , , dan  adalah besarnya sudut-sudut dalam segitiga ABC tersebut


yang jumlahnya 180 atau  +  +  = 180 , sedangkan sisi-sinya ialah AB =
c, BC = a dan AC = b. Seluruh sudut dan sisi tersebut dinamakan unsur-unsur
segitiga.

C

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 14
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

b a

 c 
A B
Gambar7 . Unsur-unsur segitiga
c. Teori Sinus, Cosinus dan Tangen dalam segitiga siku-siku

Perhatikan segitiga siku-siku ABC di bawah ini

C
Sdt ABC = 90 
b a


A c B

Besar CAB =  ; ACB = ;

Panjang sisi AB = c; BC = a; AC = b
Sinus, Cosinus dan Tangen sebagai berikut;

Sisi di hadapan  BC a
Sin  = ---------------------------- = ------- = ------
Sisi miring  ABC AC b

Sisi di samping  AB c
Cos  = --------------------------- = ------- = -------
Sisi miring  ABC AC b

Sisi di hadapan  BC a
Tg  = -------------------------- = -------- = ---------
Sisi di samping  AB c

Maka untuk  berlaku;

c a c
Sin  = -----; Cos  = -----; Tg  = ------
b b a

Sehingga pada  ABC siku-siku tersebut terdapat hubungan:

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 15
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Sin  = Cos  dan Tg  = 1/tg 

Contoh soal:
1. Pada suatu segitiga siku-siku ABC diketahui  ABC = 90 dan besar  BAC =
35, panjang sisi AC = 25 cm.
Hitunglah: a. Besar ACB, b.panjang sisi BC dan AB (3 desimal)

Penyelesaian
C

25 cm

35
A B

a.  ACB = 180 - (90 + 35) = 55

BC BC
b. Sin 35 = ------- = -----------
AC 25 cm

BC = 25 cm x Sin 35 = 25 cm x 0,574

BC = 14,339 cm

AB AB
c. Sin 55 = ------- = -----------
AC 25 cm

AB = 25 cm x Sin 55 = 25 cm x 0,819

AB = 20, 479 cm

Atau:

AB AB
Cos 35 = --------- = ----------
AC 25 cm

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 16
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

AB = 25 cm x Cos 35 = 25 cm x 0,819

AB = 20, 479 cm

2. Teori Sinus pada segitiga sembarang

Pada setiap segitiga, berlaku bahwa perbandingan antara panjang


setiap sisi segitiga dengan Sinus setiap sudut yang menghadapnya adalah
sama.

Perhatikan segitiga ABC sebarang di bawah ini

P AP dan CR adalah garis tinggi


()
a AP  BC dan CR  AB
b panjang AB = c, panjang BC = a
dan panjang AC = b
A R c B

Perhatikan segitiga siku-siku ACR:

CR
Sin CAR = -------- atau CR = b Sin CAR
B

Perhatikan segitiga siku-siku BCR:

CR
Sin CBR = -------- atau CR = a Sin CBR
a

Jadi : b Sin CAR = a Sin CBR

a b

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 17
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

atau : ----------- = ------------


Sin CAR Sin CBR

Selanjutnya:

Perhatikan segitiga siku-siku BAP:

AP
Sin ABP = -------- atau AP = c Sin ABP
c
Perhatikan segitiga siku-siku CAP:

AP
Sin ACP = -------- atau AP = b Sin ACP
b

Jadi : c Sin ABP = b Sin ACP

b c
atau: ----------- = ------------
Sin ABP Sin ACP

Sehingga Sinus pada segitiga sembarang menjadi:

a b c
---------- = ---------- = ----------
Sin A Sin B Sin C

Contoh soal .
C

b a

 
A c B

Diketahui  = 46  ,  = 52 dan b = 24 cm


Hitunglah : (1).  ACB (), (2). Panjang a dan c

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 18
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Penyelesaian :
a)  = 180 - (46 + 52)
 = 82

a b b x Sin 
b) -------- = -----------  a = ----------------
Sin Sin  Sin 
24 cm x Sin 46
maka : a = ---------------------- = 21,909 cm
Sin 52

a c a x Sin 
c) --------- = -----------  c = ----------------
Sin Sin  Sin 

21, 909 cm x Sin 82


maka : c = ---------------------------- = 30,161 cm
Sin 46

3. Teori Cosinus pada segitiga sebarang


C

b t a


A c D B

Perhtikan Δ siku-siku ACD:


t = b Sin  serta AD = b Cos 
Maka : BD = AB-AD = c – b Cos 
Perhatikan siku-siku Δ BCD;
Berlaku teori Pythagoras : a2 = t2 + (BD)2
Maka :
a2 = (b Sin )2 + (c-b Cos )2

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 19
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

a2 = b2 Sin2  + c2 – 2bc Cos  + b2 Cos2 


Karena Sin2  + Cos2  = 1 ,
maka;
a2 = b2 + c2 – 2bc Cos

Contoh :
C

8 a

32° 6 B
A
Berapa a ?

Jawab:
a =  82 + 62 – 2.8.6 Cos 32
=  18,587
= 4,31

BESARAN PENGUKURAN TANAH,


PENGUKURAN SUDUT, JARAK DAN BEDA TINGGI

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 20
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Besaran-besaran Ilmu Ukur Tanah meliputi; Sudut, baik sudut datar maupun
sudut tegak, jarak dan beda tinggi. Pekerjaan pokok dalam pengukuran tanah
adalah pengukuran sudut, jarak dan beda tinggi.

A. BESARAN PENGUKURAN TANAH

1. Sudut

Sudut adalah selisih dua arah, terdapat 2 macam sudut, yaitu; Sudut
datar dan Sudut Tegak

a.1. Sudut datar;


Sudut datar atau sudut horizontal adalah sudut yang dibentuk oleh
dua garis pada bidang datar, apabila salah satu garis yang dijadikan patokan
(acuan) adalah garis arah utara maka sudut yang terbentuk disebut
Azimuth. Jadi Azimuth adalah sudut mendatar yang diukur dan dihitung
positip searah putaran jarum jam yang dimulai dari arah utara magnetis atau
geografis sampai arah garis bersangkutan, besarnya dari 0° sampai 360°.

β α

Sudut Azimuth

Gambar 6. Sudut datar

a.2. Sudut Tegak


Sudut tegak atau sudut vertikal ialah sudut yang dibentuk oleh
garis pada bidang vertikal dengan bidang horizontal. Ada dua sistem
penentuan sudut tegak yang sering dipakai dalam pengukuran tanah
untuk mengukur sudut lereng, yaitu sistem zenith dan sistem horizon;

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 21
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Z
0° + 90°
elevasi ( + )

90° 0° H
depresi ( _ )

180° - 90°
1. Sistem Zenith 2. Sistem Horizon

Gbr 7. Sudut Tegak

Sistem Zenith, adalah pengukuran sudut tegak yang dimulai dari garis
tegak yang melalui titik Zenith sampai kesuatu garis yang menuju obyek
tertentu, disebut sudut zenith (z) dan harganya selalu positip mulai dari 0°
sampai 180°
Sistem Horizon, adalah pengukuran sudut tegak yang dimulai dari garis
datar sejajar muka air sampai ke suatu garis yang menuju obyek
tertentu, disebut sudut miring (m atau α),bisa berharga positip dari 0°
sampai 90°dan negatif (depresi) dari 0° sampai - 90°

2. Jarak

Dalam Ilmu Ukur Tanah yang dimaksud dengan jarak antar dua titik
ialah panjang garis datar dan lurus yang menghubungkan kedua titik
tersebut. Jarak dapat diukur langsung dengan pengukuran mendatar dan
tidak langsung melalui pengukuran jarak miring dan sudut lerengnya.

A'. -------------------------d-------------------.B

A Jarak A-B = d

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 22
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

gambar 8. J a r a k

c. Beda Tinggi,
Yang dimaksud dengan beda tinggi ialah selisih ketinggian antara
titik-titik di permukaan bumi dari suatu permukaan datar acuan, misalnya
permukaan air laut rata-rata. Beda tinggi bisa diukur/diperoleh secara
langsung melalui pengukuran barometris, menyipat datar, atau secara
tidak langsung melalui pengukuran jarak miring dan sudut lerengnya
(pengukuran trigonometris).

A’ B
δab
A B’
Beda ketinggian A dengan B adalah AA’ atau BB’

gambar 9. Beda Tinggi

B. Pengukuran Sudut

1. Pengukuran sudut datar

Sudut datar adalah selisih dua arah garis yang sembarang, pada
bidang datar sedangkan azimuth adalah sudut mendatar yang dibentuk oleh
garis meridian bumi dengan garis bidik yang memotong meridian bumi,
besarnya azimuth antara 0° sampai 360° dan dihitung positif mulai dari arah
utara berputar searah jarum jam.
Pengukuran sudut azimuth (gambar 3.6) menggunakan kompas.

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 23
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Gambar 10. Pengukuran azimuth dengan Kompas

2. Pengukuran sudut tegak/vertikal

Sudut tegak adalah sudut pada bidang tegak, aplikasi pengukuran


sudut tegak di lapangan adalah pengukuran sudut lereng yang sering juga
disebut Helling.

--------------------------------- bid datar


sudut lereng (-)

Garis rata-rata ------- ----- lereng


Kemiringan lereng

Sudut lereng (+)-


Bid datar -----------------------------------

Gambar 11. sudut lereng


Pengukuran sudut lereng diperlukan guna menentukan jarak datar
dan beda tinggi antara dua titik di lapangan. Cara ini disebut cara Tachimetri
atau trigonometri karena digunakan perhitungan trigonometri. Pengukuran
sudut lereng/helling dapat dilakukan menurut sistem Zenith ataupun
horizon.
Pengukuran sudut lereng dilakukan dengan alat ukur sudut tegak
pada ketinggian tertentu dari muka tanah biasanya 140 cm – 160 cm.
Seringkali lapangan/lereng bergelombang sehingga sudut lereng yang diukur
merupakan rata-rata kemiringan lereng pada panjang lereng tertentu.
Sehingga untuk mengukur kemiringan lereng dengan benar, maka tinggi alat
ukur dari muka tanah tempat mengukur harus sama dengan ketinggian
garis bidik pada rambu/patok di atas titik target yang diukur.
Untuk memperoleh hasil yang cukup mewakili keadaan lapangan,
pada daerah yang bergelombang lereng yang diukur jangan terlalu panjang-

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 24
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

panjang, jika kemiringan lereng berubah drastis, harus diukur pada titik
perubahannya.

C. Pengukuran jarak dan beda tinggi

1. Pengukuran jarak

Pengukuran Jarak merupakan dasar dari seluruh kegiatan


pengukuran tanah. Dalam pengukuran tanah, jarak antara dua titik berarti
jarak mendatar (horizontal), apabila kedua titik berbeda ketinggiannya,
maka jaraknya adalah panjang garis mendatar antara dua garis tegak
(vertikal) yang melalui kedua titik tersebut.

Pekerjaan pengukuran jarak terdiri atas :

 Mengukur jarak antara dua titik yang sudah tentu di permukaan


tanah. Jadi dalam hal ini kedua titik yang ingin diketahui jaraknya
sudah ada/terpasang di lapangan yang biasanya ditandai dengan pal
atau patok.
 Mengukur jarak dari suatu titik yang diketahui ke titik lainnya. Dalam
hal ini hanya satu titik yang sudah ada/terpasang di lapangan, titik
kedua ingin ditentukan tempatnya pada jarak tertentu dari titik
pertama. Jadi yang dikerjakan disini dapat disebutkan memasang
jarak.

Pengukuran jarak bisa dilakukan dengan galah (kayu) ukur, rantai


ukur, pita ukur ataupun dengan alat ukur jarak optis dan elektronik.
Pengukurannya dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

 Pengukuran jarak tidak langsung atau pengukuran jarak miring; Pada


cara ini yang diukur adalah panjang lereng (jarak miring) antara dua
titik, untuk memperoleh jarak datar iukur sudut lerengnya (m).
Kemudian jarak datar dihitung dengan menggunakan aturan hitungan

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 25
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

trigonometri. (gambar 12)

B’ L

δt m A’

dAB Syarat AA’ = BB’

Jarak miring AB = A’B’ = L , jarak datar AB = dAB

Gambar 12 . Pengukuran jarak miring

Perhatikan gambar di atas, yang diukur adalah panjang lereng AB,


yaitu sebesar L dan sudut lereng AB yang diukur dalam sistem horizon, yaitu
sebesar m. Jarak datar antara titik A dan B adalah dAB, menggunakan aturan
dalam trigonometri dengan mudah dapat kita lihat bahwa:

dAB
Cos m = -------- - maka; dAB = L Cos m
L
Contoh:
Pada suatu pengukuran lapangan, hasil pengukuran jarak
miring dari titik A ke titik B adalah 32,50 m dan sudut kemiringan
lereng dari A ke B 15 °.
Berapa jarak datar dari A ke B ?.
Jawab:
Jarak datar AB = L Cos m
= 32,50 Cos 15°
= 31,393 m
2. Pengukuran beda tinggi

Beda tinggi suatu tempat/titik di permukaan bumi adalah selisih


ketinggian antar tempat titik itu dari suatu bidang datar acuan tertentu,
misalnya dari permukaan laut (dpl). Tujuan pengukuran beda tinggi ialah

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 26
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

untuk menetapkan beda tinggi antara dua titik atau lebih di permukaan
bumi.

Beda tinggi AB = δt B

δt

Gambar 13. Pengukuran beda tinggi

Jika Ketinggian titik A = Ta dan titik B terletak lebih tinggi sebesar


t maka tinggi Titik B =Tb = Ta + δt
Berdasarkan metode dan berkaitan dengan peralatan yang
digunakannya, pengukuran beda tinggi antara dua buah titik dapat
dibedakan dan diperoleh dengan cara:

1) Pengukuran beda tinggi secara barometris, prinsipnya adalah


menggukur perbedaan tekanan udara dari tempat-tempat yang
berbeda ketinggiannya dari permukaan laut, alatnya sering disebut
altimeter.
2) Pengukuran beda tinggi secara langsung, yaitu menyipat datar
dengan alat ukur sipat datar (leveling).
3) Pengukuran beda tinggi secara tidak langsung, yaitu melalui
pengukuran panjang lereng (jarak miring) dan sudut lereng(miring),
kemudian beda tinggi dihitung secara trigonometris.

Mengukur beda tinggi cara Trigonometri


Beda tinggi antara dua titik di lapangan diukur melalui jarak
miring dan sudut lereng antar kedua titik tersebut. Kemudian dihitung
beda tingginya.

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 27
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Perhatikan gambar di bawah ini beda tinggi antara titik A dan B


adalah δt, dengan aturan dalam trigonometri dengan mudah dapat kita
lihat bahwa:

δt
Sin m = -------- - maka; δt = L Sin m
L

B' L

δt d m A'

Syarat: tinggi tongkat AA' = BB'

Jarak miring AB = A’B’ = L Beda tinggi AB = δt = L Sin m

m = sudut kemiringan lereng AB

Gambar 14. Pengukuran beda tinggi secara trigonometri


Contoh:
Pada pengukuran lapangan, diketahui hasil pengukuran jarak
miring (panjang lereng dari titik A ke B adalah 45 m dan hasil pengukuran
sudut lerengnya adalah 9. Berapa beda tinggi antara titik A dan B
tersebut ?
Jawab:
δtAB = L Sin m
= 45 m Sin 9°
= 7,040 m ---> Titik A 7,040 m lebih tinggi dari titik A

POLYGON

A. Pengertian

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 28
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Polygon adalah serangkaian garis lurus yang berkesinambungan


menghubungkan titik-titik di permukaan bumi sehingga membentuk segi
banyak. Pengukuran Polygon merupakan kegiatan yang paling banyak
dilakukan untuk menentukan posisi relatif dari titik-titik di permukaan bumi.
Pada rangkaian tersebut diukurkan sudut-sudut dan panjang sisi-sisinya, yang
digunakan untuk menentukan posisi mendatar relatif dari titik-titik tersebut
dalam suatu sistim koordinat.

B. Bentuk dan sifat Polygon

Dari bentuk dasarnya suatu polygon dapat dibedakan atas;


(1) Polygon tertutup dan (2) Polygon terbuka (gambar 7.1).
Polygon tertutup, ialah apabila poligon dimulai dan diakhiri pada titik
yang sama. Polygon terbuka, ialah apabila polygon dimulai dan diakhiri pada
titik-titik yang berbeda.

a. Poligon tertutup b. Poligon terbuka

Gambar 15. Bentuk-bentuk Polygon

Menurut sifatnya polygon terbagi atas ;


1). Polygon terikat sempurna
2). Polygon terikat pada satu titik
3). Polygon bebas/lepas

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 29
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

A( xa,ya)

C (xc,yc)

B (xb,yb) D (xd,yd)

a. Polygon Terikat sempurna

. A (xa,ya)

b. Terikat satu titik c. Poligon bebas

Gambar 16. Sifat-sifat polygon

Polygon terikat sempurna, polygon terikat sempurna apabila


dimulai dari satu titik tetap dan satu sudut jurusan yang sudah tentu dan
berakhir pada satu titik tetap dan sudut jurus dan yang sudah tentu pula
(gambar 7.2). Keadaan ini akan memberikan cara pengecekan seluruh sudut
dan jarak beserta penyelesaiannya, jadi merupakan polygon yang paling
teliti.
Polygon terikat satu titik, yaitu jika polygon hanya terikat kepada
satu titik yang berkoordinat.
Untuk dapat dihitung dan digambarkan kedudukannya dalam peta
sedikitnya harus memenuhi 2 syarat, yaitu;
- Satu titiknya harus berupa titik tetap berkoordinat
- Satu sisi harus diketahui sudut jurusannya.

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 30
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Polygon bebas, tidak dapat dilakukan pemeriksaan ukurannya dan


tidak mempunyai ketentuan untuk peletakkannya dalam peta, karena itu
cukup diukur panjang sisi-sisi dan besar sudut-sudutnya saja.
Pada polygon terikat terikat sempurna seperti gambar 2.2.a ,
terdapat titik awal polygon yang berkoordinat, yaitu titik B (Xb, Yb) dan titik
akhir yang berkoordinat, yaiyu titik C (XC, YC). Polygon mempunyai sudut
jurusan/azimuth awal, yaitu dengan menghitung susut jurusan/azimut BA
dan sudut jurusan/azimut akhir, yaitu dengan menghitung sudut
jurusan/azimut CD.
Pada Polygon terikat sempurna seperti di atas, dapat dilakukan
pemeriksaan terhadap hasil ukuran dan dilakukan perbaikan terhadap
kesalahan-kesalahan pengukuran sampai pada tingkat tertentu yang
diperbolehkan.
Sedangkan polygon yang hanya terikat pada satu titik tidak dapat
dilakukan pemeriksaan hasil ukurannya, sehingga seberapa jauhn kesalahan
pengukuran tidak dapat diketahui, tetapi dapat dihitung koordinat titik-
titiknya sesuai dengan titik ikatnya, sehingga posisi areal pengukuran masih
dapat ditentukan/diplotkan pada peta kerja/peta wilayah pengukuran
dengan cukup baik.
Polygon bebas tidak dapat diperiksa dan koordinat titik-titiknya
ditentukan sendiri, tidak mempunyai titik ikatan, sehingga areal pengukuran
tidak dapat ditentukan dengan pasti/baik pada peta kerja/peta areal yang
diukur.

ALAT-ALAT DALAM PENGUKURAN DAN PEMETAAN SEDERHANA

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 31
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran sederhana antara lain : pita ukur
(roll meter), kompas, dan clinometer atau abney level. Selain alat-alat tersebut
dibutuhkan alat bantu berupa tongkat/jalon.

1. PITA UKUR

a. Karakteristik

Pita ukur adalah alat ukur jarak yang berbentuk pita, dibuat dari bahan
kain, baja dan fiber-glass, lebar pita 1 cm - 1,6 cm. Pita ukur untuk keperluan
pengukuran tanah panjangnya cukup beragam mulai dari 20 m, 30 m, 50 m
sampai 100 m.

Ketelitian satuan ukuran pita ukur ada yang mencapai 2 mm tapi ada
pula yang hanya sampai 0,5 cm dan 1 cm. Pita ukur kain sudah jarang
digunakan karena kurang kuat dan jika diperkuat dengan serat baja, kembang
susutnya cukup besar. Pita ukur fiber glass lebih ringan dan tahan terhadap
cuaca, digulung dalam kemasan yang dibuat dari plastik keras. Kemasan pita
ukur ada yang tertutup penuh dan ada yang tidak tertutup, pada kemasan
tertutup penuh kadangkala terjadi kemacetan waktu menggulung pita.

Sistem satuan ukuran panjang pada pita ukur biasanya ada dua macam
yang terdapat pada dua muka pita ukur, yaitu satu muka untuk satuan sistem
metrik dan dan satunya untuk sistem inggeris.

Dalam melakukan pengukuran dengan pita ukur, sebaiknya dilengkapi


dengan perlengkapan pendukungnya yang antara lain tongkat yang berujung
tajam seperti lembing sering disebut syalon, gunanya untuk menandai
sementara titik ukur dan meluruskan garis ukur, kemudian paku tanda dan
pengunting atau lot (Gambar 17.)

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 32
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Gambar 17. Pita Ukur

b. Penggunaan

Pada pengukuran dengan pita ukur, terlebih dahulu harus diperiksa


pangkal pita ukur untuk meyakinkan bahwa masih terdapat garis nol. Kemudian
permeriksaan kondisi pita dilanjutkan sampai ke ujung pita untuk meyakinkan
bahwa tidak ada sambungan.

Penting bahwa pencatat berada dekat bagian pita ukur yang akan
menunjukkan hasil ukuran dan bukan berada dekat pangkal (titik nol) pita ukur
agar juru ukur/pembaca tidak sampai perlu berteriak menyampaikan hasil
ukurannya.

Prosedur pengukuran jarak dengan pita ukur dilaksanakan dalam


enam langkah, yaitu;

a. Meluruskan, maksudnya adalah meluruskan pita ukur di antara kedua


titik yang akan diukur
b. Memberi tegangan, setelah pita ukur lurus antara kedua titik, kemudian
ditarik agar cukup tegang
c. Penguntingan, maksudnya menepatkan pengukuran, garis nol pita harus
tepat berada pada salah satu titik dan titik kedua ditepatkan dengan
satuan ukuran pada pita.
d. Menandai panjang pita, yaitu menandai bagian pita yang tepat berimpit
dengan titik ukur
e. Membaca pita, membaca hasil ukuran yang telah ditandai
f. Mencatat hasil ukuran.

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 33
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Sesuai dengan kondisi lapangan dan metoda yang digunakan,


pengukuran jarak dengan pita ukur dapat dilakukan dengan cara
pengukuran miring (sesuai kemiringan rata-rata permukaan tanah) atau
pengukuran mendatar, yaitu dengan mengupayakan pita ukur selalu
dalam posisi mendatar.

Metoda pengukuran dengan pita ukur terdiri dari:

1. Pengukuran jarak langsung atau pengukuran mendatar;


Pada metoda ini jarak diukur secara langsung, dimana pita ukur
digunakan untuk mengukur suatu jarak dalam posisi mendatar. Pada
pelaksanaanya, cara ini sulit dilakukan di lapangan karena umumnya
berlereng miring-bergelombang sampai berlereng curam.

A’ d B
Γ
δt

Jarak datar AB = d

Gambar 1.21 Pengukuran jarak mendatar

2. Pengukuran jarak tidak langsung atau pengukuran jarak miring; Pada


cara ini yang diukur adalah panjang lereng (jarak miring) antara dua titik,
untuk memperoleh jarak datar harus diukur sudut lerengnya (m).
Kemudian jarak datar dihitung dengan menggunakan aturan-aturan
dalam hitungan trigonometri. (gambar .18)

B' L
δt (m A'

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 34
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

dAB
Syarat AA' = BB'

Jarak miring AB = A’B’ = L, jarak datar AB = dAB

Gambar 18. Pengukuran jarak miring

Perhatikan gambar di atas, yang diukur adalah panjang lereng AB,


yaitu sebesar L dan sudut lereng AB yang diukur dalam sistem horizon, yaitu
sebesar m. Jarak datar antara titik A dan B adalah dAB, menggunakan aturan
dalam trigonometri dengan mudah dapat kita lihat bahwa:

dAB
Cos m = -------- - maka; dAB = L Cos m
L

Contoh:
Pada suatu pengukuran lapangan, hasil pengukuran jarak
miring dari titik A ke titik B adalah 32,50 m dan sudut kemiringan
lereng dari A ke B 15 °.
Berapa jarak datar dari A ke B ?.
Jawab:
Jarak datar AB = L Cos m
= 32,50 Cos 15°
= 31,393 meter
Sumber-sumber kesalahan pengukuran dengan pita ukur;
a. Kesalahan alat : cacat dalam Pembuatan/perbaikan.
b. Kesalahan alami : karena suhu, angin dan gaya berat
c. Metode pengukuran : tidak disesuaikan dengan kondisi lapangan

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 35
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

d. Kesalahan Personil : tarikan tidak konsisten, perkiraan tidak baik,


kedua ujung pita tidak sama tingginya, penguntingan tidak benar,
kesalahan menandai dan kesalahan membaca.

2. Kompas

a. Karakteristik

Kompas adalah alat ukur azimuth, yang menggunakan jarum magnet


sebagai penunjuk ukuran, karena itu azimuth yang diukurnya disebut azimuth
magnetis. Jadi Azimuth yang ditunjukkan oleh kompas ini bukan merupakan
azimuth yang sebenarnya (geografis) karena kutub utara magnetik tidak persis
sama tempatnya dengan titik kutub utara bumi yang sebenarnya.
Pada umumnya sebuah kompas terdiri dari sebatang jarum baja
bermagnet yang dipasang bebas pada sumbu putar di titik pusat plat lingkaran
yang berpembagian skala dari 0° - 360°, plat lingkaran ini menyatu dengan
badan kompas, bagian penting lain adalah visier atau lubang bidik dan pada
beberapa jenis kompas terdapat nivo pendatar dan kaki penyangga (statip).

Kompas SUUNTO mempunyai karakteristik yang lain, yaitu jarum magnet


kompasnya terdapat didalam sebuah piringan dimana poros jarum kompas
menyatu dengan poros putar piringan. Prinsip pembidikannya stereoskopis,
Visier pada kompas ini hanya berfungsi untuk melihat angka pembacaan,
sedangkan obyek/target dilihat dengan mata sebelah mata yang lain, kemudian
dihimpitkan secara stereoskopis.

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 36
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

b
a

Gambar 19. (a) Kompas SUUNTO (b) Kompas dan Clinometer tandem

b. Penggunaan
Pada pengukuran dengan kompas, jarum magnet dapat berputar bebas
pada porosnya dan selalu menunjuk ke arah utara magnetis, lubang bidik
menyatu dengan lingkaran kompas yang bersatuan ukuran sudut dan bergerak
sesuai target yang dibidik. Maka Azimuth dari titik pengukur ke titik target
besarnya adalah seperti angka pada lingkaran kompas yang diitunjuk oleh
jarum magnet.
Masalah yang khas dalam pengukuran azimuth dengan kompas adalah
adanya deklinasi magnetik, yaitu sudut penyimpangan arah utara yang
ditunjukkan oleh jarum magnet dari arah utara yang sebenarnya yang
disebabkan perbedaan tempat titik kutub utara magnetik dengan titik kutub
utara bumi sebenarnya (geografis). Besarnya deklinasi magnetik di berbagai
tempat tidak selalu sama dan makin ke utara makin besar. Di Indonesia yang
terletak di ekuator, deklinasi magnetik relatif tidak terlalu besar, berkisar dari
0° sampai 2°. Sehingga untuk pengukuran dan pemetaan yang sederhana dan
untuk daerah yang tidak terlalu luas, hasil pengukuran azimuth dengan kompas
sering langsung dijadikan data untuk penggambaran peta.
Masalah lain dalam pengukuran dengan kompas adalah adanya
gangguan medan magnet (atraksi lokal) terhadap jarum magnet kompas yang
sedang digunakan, disebabkan oleh benda-benda logam termasuk bahan
tambang besi/baja atau transmisi elektromagnet yang terdapat disekitar

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 37
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

tempat pengukuran, sehingga jarum magnet menunjukkan azimuth (magnetik)


yang salah.
Apabila koreksi deklinasi magnetik dan atraksi lokal dapat diketahui
atau diukur maka untuk mendapatkan azimuth yang sebenarnya tinggal
menambahkan besarnya koreksi tersebut kepada zimuth magnetik hasil
ukuran.
Dalam pembacaan skala kompas ada hal yang harus diperhatikan oleh
pengukur, yakni pembacaan skala dilakukan dari arah kanan kekiri. Hal ini
dapat menjadi sumber kesalahan dalam pembacaan skala karena dalam
keseharian kita terbiasa membaca deretan angka dari kiri kekanan. Sebagai
contoh dap[at dilihat pada gambar dibawah ini;

90 80 Gbr 20.Pembacaan pada Kompas

Pada gambar diatas, bila pengukur tidak cermat, pembacaan azimuth dapat
dibaca 94°, pembacaan nilai azimuth yang benar adalah 86°.

Aplikasi pengukuran azimuth magnetik dengan kompas untuk keperluan


pemetaan adalah polygon kompas (gambar .). Yang diukur pada pengukuran
polygon kompas adalah sisi-sisi polygon, dimana pembacaan sudut datar
dilakukan dengan ujung utara jarum magnetik, sehingga setiap sisi polygon
yang diukur langsung mempunyai azimuth magnetik masing-masing.

Gambar 21. Pengukuran dengan Kompas

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 38
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Sumber kesalahan pengukuran azimuth dengan kompas adalah;


a. Kompas tidak dalam posisi datar
b. Poros putar jarum megnet tidak tepat di tengah
c. Adanya atraksi lokal
d. Adanya deklinasi magnetik
e. Kesalahan personil (pembidikan, pembacaan dan penulisan).

3. Clinometer

a. Karakteristik

Clinometer adalah alat ukur sudut tegak, umumnya digunakan untuk


mengukur kemiringan lereng. Satuan ukuran sebuah clinometer biasanya
terdiri dari satuan ukuran sudut seksagesimal (derajat, menit) dan persen
kemiringan lereng. Prinsip kerja alat adalah berdasarkan gaya berat, dimana
garis ke arah gaya berat pada alat diberi satuan angka 90° dan garis ke arah
tegak lurus gaya berat atau garis datar diberi satuan angka 0° ini, disebut sistim
horizon.

Kemiringan suatu lereng sulit untuk diukur pada permukaan tanah,


sehingga pengukuran sudut lereng dilakukan dengan alat ukur pada ketinggian
tertentu biasanya 140 cm – 150 cm dari permukaan tanah. Untuk dapat
mengukur kemiringan lereng dengan benar, maka tinggi alat ukur dari muka
tanah tempat mengukur harus sama dengan ketinggian garis bidik pada
rambu/patok target yang diukur.

Terdapat beberapa alat pengukur sudut lereng, yang paling banyak


digunakan diantaranya adalah Clinometer Suunto. Clinometer dari Suunto
adalah alat untuk mengukur sudut lereng berdasarkan sistem horizon, dengan
pembagian ukuran pembacaan dalam satuan ukuran sudut (derajat) dan
persen kemiringan. penggunaannya praktis, pembidikkannya streoskopis,

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 39
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

dimana satu mata membidik target dan satu mata melihat angka besaran
sudut.

a Sumber: SUUNTO, Manual Penggunaan b

Gambar 22. (a) Clinometer SUUNTO (b) Abney level (Hellingmeter)

b. Penggunaan
Pengukuran sudut lereng dilakukan dengan alat ukur sudut tegak pada
ketinggian tertentu dari muka tanah biasanya 140 cm – 160 cm. Lereng
umumnya bergelombang sehingga sudut lereng yang diukur merupakan rata-
rata kemiringan lereng pada panjang lereng tertentu. Sehingga untuk
mengukur kemiringan lereng dengan benar, maka tinggi alat ukur dari muka
tanah tempat mengukur harus sama dengan ketinggian garis bidik pada
rambu/patok di atas target yang diukur.
Untuk memperoleh hasil yang cukup mewakili keadaan lapangan, pada
daerah yang bergelombang lereng yang diukur jangan terlalu panjang-panjang,
jika kemiringan lereng berubah drastis, ukur masing-masing bagian.

A’ -m

A B’
+m

Tinggi tongkat AA’ harus sama dengan tinggi tongkat BB’

Gambar 23. Pengukuran sudut lereng

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 40
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Sd : skala derajat Sp : skala persen


Gambar 24. Skala pembacaan clinometer

Kesalahan pengukuran sudut lereng dapat disebabkan oleh;


 Tinggi alat ukur tidak sama dengan tinggi target
 Alat tidak dalam posisi tegak lurus
 Kesalahan instrumen: rusak/cacat dalam pembuatan
 Kesalahan personil : salah baca dan salah menulis.

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 41
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

PENGAMBILAN DATA ,PENGOLAHAN DAN PENGGAMBARAN PETA


SEDERHANA

Pengumpulan Data di Lapangan


Agar pengukuran dengan alat sederhana bisa diplotkan arealnya pada peta
dasar, maka perlu dilakukan pengikatan kepada titik ikat yang ada dilapangan
yang diketahui koordinatnya. Sistem koordinat yang digunakan pada titik ikat
dipilih yang menggunakan sistem proyeksi UTM.
Data yang dicatat pada saat pengukuran areal di lapangan sesuai dengan

blangko tabel pengukuran seperti di bawah ini :

No. Azimut Jarak Helling Jarak Datar Jarak Peta


Patok ( 0) Lapang ( 0) (m) ( Cm)
(m)
1
65 12,4 18
2

JD = JL x Cos H

JD = Jarak Datar

JL = Jarak Lapangan

H = Kemiringan Lapangan dalam derajat


Dari hasil pengolahan data, data yang yang digunakan untuk penggambara peta

adalah azimut dan jarak peta.

 Lihat azimut dari titik 1 ke titik 2. tentukan titik 1 tersebut pada kertas

milimeter

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 42
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Azimut

2
Azimut

Jarak peta 3
1

Setelah dilakukan penggambaran dari titik akhir ke titik 1 akan didapat

celah

 Titik 6 pada gambar di bawah sebenarnya di lapangan adalah titik 1

 Celah ini harus dikoreksi sehingga titik satu akan bersatu

6/1

 Misal lebar celah adalah 2,5 cm atau 25 mm

 Mulai titik dua sampai titik enam dilakukan pergeseran dengan arah

pergeseran sejajar celah

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 43
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

 Besar pergeseran adalah sebagai berikut :

 Titik 2 = 1 x 25/5 = 5 mm

 Titik 3 = 2 x 25/5 = 10 mm

 Titik 4 = 3 x 25/5 = 15 mm

 Titik 5 = 4 x 25/5 = 20 mm

 Titik 6 = 5 x 25/5 = 25 mm

 Jadi titik 6/1 digeser selebar celah yang terjadi

6/1

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 44
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

MENGHITUNG LUAS PETA SEDERHANA

Apabila pada pengukuran suatu daerah dilakukan dengan polygon tertutup,


dimana pengukuran kembali ke titik awal, maka luas daerah yang diukur bisa
dihitung. Ada beberapa cara dalam menghitung luas, yaitu;

1. Dengan pembuatan segitiga-segitiga

Sebidang tanah dapat dibagi menjadi bentuk- bentuk geometri


sederhana seperti segitiga - segitiga, jika panjang sisi-sisi segitiga tersebut
iketahui, maka luas masing-masing segitiga dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

35° 15 cm
20 cm

5 85° 2
25 cm

14 cm

65°
4 3
20 cm

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 45
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

3. Penentuan luas cara mekanis dan elektronik

Penentuan luas cara mekanis berarti menggunakan peralatan mekanis,


alatnya disebut planimeter (mekanis). Penentuan luas juga dilakukan dengan
planimeter elektronik. Cara kerja sebuah planimeter mekanis ialah
mengintegrasikan luas dan mencatat hasilnya pada sebuah tromol dan
piringan sewaktu sebuah stang yang berujung titik pelacak (tracer) digerakkan
sepanjang sisi polygon.

Pada planimeter elektronik Planix penentuan luas dapat dilakukan


dengan hanya melakukan penempatan titik pelacak (tracer) pada ujung stang
pelacak terhadap tiap-tiap titik polygon dan dengan menekan tombol bila
penempatan sudah tepat.

Gmbar 8.1 Planimeter mekanis

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 46
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1986. Petunjuk Teknis Pengolahan Data Hasil


Pengukuran. Pusat Pengukuran dan Perpetaan
Dep. Kehutanan. Bogor.

Bannister A. & S. Raymond, 1984 Surveying, Longman Scientific


&Technical, Essex, England.

Frick Heinz, 1979. Alat ukur Tanah dan Penggunaannya. Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.

Sosrodarsono S., Takasaki M., 1983. Pengukuran Topografi dan


Teknik Pemetaan. Pradnya Paramitra, Jakarta

Wongsotjitro, S., 1980. Ilmu Ukur Tanah. Penerbit Kanisius,


Yogyakarta

Wolf, B., Walijatun, D., 1986 Pengukuran Tanah, Penerbit Airlangga,


Jakarta

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 47
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

PENGUKURAN TERESTRIS

Ir.Arif Bastaman

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 48
Pengukuran dan Pemetaan Sederhana

Balai Diklat Kehutanan Bogor


2008

Handout pendalaman materi pengukuran dan pemetaan dengan alat ukur sederhana 49

Anda mungkin juga menyukai