Anda di halaman 1dari 8

RUMUS-RUMUS BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANG

RUMUS BANGUN DATAR

a. Persegi
Bangun persegi memiliki 4 buah simetri putar dan 4 buah simetri lipat.
Rumus :
Keliling : 4 x s
Luas : s x s (s2)
S = sisi
b. Persegi panjang
Bangun persegi panjang memiliki 2 buah simetri putar dan 2 buah simetri lipat.
Rumus :
Keliling : 2 x (p+l)
Luas : p x l
P= panjang
L= lebar
c. Segitiga
1. Segitiga sama kaki
Bangun segitiga sama kaki memiliki 1 buah simetri putar dan 1 buah simetri lipat.
2. Segitiga sama sisi
Bangun segitiga sama sisi memiliki 3 buah simetri putar dan 3 buah simetri lipat.
3. Segitiga siku-siku
Bangun segitiga siku-siku tidak memiliki simetri lipat dan memiliki 1 buah simetri putar.
4. Segitiga sembarang
Bangun segitiga sembarang tidak memiliki simetri lipat dan memiliki 1 buah simetri putar.
Rumus :
Keliling : AB+BC+AC
Luas : x a x t
a = alas
t= tinggi
d. Jajargenjang
Bangun jajargenjang memiliki 2 buah simetri putar dan tidak memiliki simetri putar.
Rumus :
Keliling: AB+BC+CD+AD
Luas: a x t
a=alas
t=tinggi
e. Trapesium
1. Trapesium sembarang
Bangun trapesium sembarang memiliki 1 buah simetri putar dan tidak memiliki simetri lipat.
2. Trapesium sama kaki
Bangun trapesium sama kaki memiliki 1 buah simetri putar dan 1 buah simetri lipat.
3. Trapesium siku-siku
Bangun trapesium siku-siku memiliki 1 buah simetri putar dan tidak memiliki simetri lipat.
Rumus :
Keliling : AB+BC+CD+DA
Luas: x jumlah sisi sejajar x tinggi
f. Layang-layang
Bangun layang-layang memiliki 1 simetri putar dan 1 simetri lipat
Rumus:
Keliling: 2(AB+BC)
Luas: x d1 x d2
d = diagonal
g. Belah ketupat
Bangun belah ketupat memiliki 2 buah simetri lipat dan 2 buah simetri putar.
Rumus :
Keliling : 4 x s
Luas: x d1 x d2
d = diagonal

B. RUMUS BANGUN RUANG


a. Kubus
Rumus:
Luas permukaan: 6 x s2 =6s2
Volume: s x s x s= s3

b. Balok
Rumus:
Luas permukaan: 2{(p x l)+(p x t)+(l x t)}
Volume: p x l x t
c. Limas
Rumus:
Luas permukaan: La + jumlah luas segitiga pada bidang tegak
Volume : 1/3 x La x t
La=luas alas
t= tinggi
d. Prisma
Rumus:
Luas permukaan : (2 x La)+(K x t)
Volume: La x t
La= luas alas
K= keliling alas
t= tinggi
e. Tabung
Rumus:
Luas permukaan: 2 r (r+t)
Luas selimut: 2 r t
Volume : r2 t
= 22/7 atu 3,14
r= jari-jari alas
t= tinggi tabung
f. Kerucut
Rumus:
Luas permukaan: r (r+s)
Luas selimut: r s
Volume: 1/3 r2 t
r= jari-jari lingkaran alas
s= panjang garis pelukis kerucut
t= tinggi kerucut
g. Bola
Rumus :
Luas permukaan: 4 r2
Volume: 4/3 r3
r= jari-jari bola
PENGUKURAN JARAK

Pengukuran jarak merupakan basis dalam pemetaan. Walaupun sudut-sudut dapat dibaca seksama
dengan peralatan yang rumit, paling sedikit ada sebuah garis yang harus diukur panjangnya untuk
melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik-titik.

Secara umum jarak dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Jarak horisontal (HD),

merupakan panjang garis antara dua titik (AB) terletak pada bidang datar proyeksi

2. Jarak miring (SD),

Apabila panjang garis antara dua titik (AB) terletak tidak pada bidang datar.

Dalam pengukuran tanah, jarak datar antara dua titik berarti jarak horisontal. Jika kedua titik berbeda
elevasinya, jaraknya adalah panjang garis horisontal antara garis unting-unting di kedua titik itu

Sesuai dengan dimensi areal/persil yang akan diukur, maka pekerjaan mengukur pada umumnya
dibedakan dalam 2 klasifikasi, sebagai berikut:

1. Geodesi

2. Ukur tanah datar (plane survey)

Bola bumi pada hakekatnya mendekati bentuk ellipsoida putar, sehingga untuk pengukuran pada
permukaan bumi haruslah dipergunakan metode pengukuran pada bidang ellipsoida. Jadi pengukuran
diatas permukaan bumi dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk lengkung permukaan bumi dan
proses perhitungannya pun akan lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada
bidang datar. Pada pengukuran persil yang tidak terlalu luas, lengkung permukaan bumi dianggap
tidak terbatas, sehingga dapat diterapkan metode pengukuran pada bidang datar dan dengan demikian
angka-angka /data-data hasil pembacaan dilapangan dapat diperoses dengan cara yang lebih mudah.
Jadi pengukuran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut
geodesi, sedang pengukuran yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan bentuk lengkung bumi
disebut ukur-tanah datar

Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak /kedudukan suatu objek di atas
permukaan bumidalam suatu sistem koordinat (umumnya dipergunakan apa yang disebut system
koordinat geodetis). Dan dalam pelaksanaan pengukuran itu sendiri yang dicari dan dicatat adalah
angka-angka jarak dan sudut

Metode-metode utama pengukuran tinggi adalah sebagai berikut: pengukuran tinggi atau tinggi
relative:

1. Sifat dasar langsung:

a. Sifat datar spirit (untuk memperoleh tinggi atau perbedaan-perbedaan tinggi dengan niveau)

b. Sifat datar barometris(untuk memperoleh tinggi atau perbedaan-perbedaan tinggi dengan


barometer)
2. Sifat datar tidak langsung:

a. Sifat datar trigonometric

b. Sifat-datar memotong sungai

c. Triangulasi udara

Instumen instrumen pokok untuk pengukuran tinggi dan perbedaan tinggi adalah sebagai berikut:

1. Instrumen sifat-datar Wye

2. Instrumen sifat-datar tabung

3. Instrumen sifat-datar ungkit

4. Instumen sifat-datar otomatis

Metode Pengukuran Jarak

Ada beberapa metode pengukuran jarak yang dapat dilakukan, antara lain :

1). Dengan metode kira-kira

Metode ini digunakan untuk menentukan jarak secara kasar, yaitu melakukan kira-kira, misalnya
dengan pandangan secara fisual, melalui waktu tempuh dan kecepatan jalan atau kendaraan.

Contoh :

Waktu tempuh antara kota A dan B = 2,5 jam Kecepatan kendaraan rata-rata 60 km/jam Jarak antara
kota A dan B = 2,5 jam x 60 km/jam = 150 km

2). Dengan Metode Langkah (Pacing)

Metode ini juga tergolong kasar, yaitu dilakukan dengan menghitung langkah anatara titik-titik yang
diukur dan mengetahui standar panjang langkah dari pelaksana. Jarak diperoleh dengan mengalikan
jumlah langkah antara titik yang diukur dengan panjang langkah yang bersangkutan.

Contoh :

Antara titik A dan B ditempuh dengan 120 langkah Rata-rata panjang langkah = 60 cm . Jarak antara
titik A dan B = 120 langkah x 60cm/langkah = 7.200 cm = 72 m

3). Metode Skala Peta

Metode ini juga tergolong kasar, yaitu menentukan jarak dari peta. Dengan mengetahui jarak lurus
atau jarak jalur yang menghubungkan antara dua titik dan skala petanya, maka jarak lurus atau jarak
sesuai jalur dapat dihitung, jengan persamaan berikut :

Jarak di lapangan (sebenarnya) antara dua titik = jarak di peta x skala peta

Contoh :

Jarak antara dua titik di peta = 6,2 cm . Skala peta 1 : 25.000, maka Jarak sebenarnya antara dua titik
itu = 6,2 cm x 25.000 = 155.000 cm = 1,55 km
4). Pengukuran Jarak Dengan Odometer

Metode pengukuran jarak dengan Odometer merupakan metode sederhana hampir mirip dengan
metode langkah, yaitu mengukur jarak dengan menghitung jumlah putaran roda yang kelilingnya
diketahui, bila roda tersebut digelindingkan antara dua titik pengukuran. Jarak dihitung dengan
persamaan berikut :

Jarak = Jumlah putaran roda x keliling roda

5). Pengukuran Jarak Dengan Meteran

Disebut dengan istilah Taping, yaitu pengukuran jarak menggunakan tape atau pita ukur berupa rol
meter atau rantai ukur (Irvine, 1995).

Ada 3 metode memperoleh jarak mendatar dengan meteran, yaitu:

1) Metode koreksi

2) Metode taping bertingkat

3) Breaking taping

Pengukuran jarak mendatar dengan meteran pada lahan miring selain diperlukan patokan untuk
menandai titik-titik yang diukur, juga diperlukan unting-unting untuk menempatkan angka meteran
dengan patok dititik pengukuran bahkan pengukuran mengontrol datar tidaknya meteran di anjurkan
menggunakan nico tangan

PENGUKURAN BERAT DAN SATUAN

Sifat-sifat dari suatu benda atau kejadian yang kita ukur dan dapat dinyatakan dengan angka. Hal
itulah yang dinamakan dengan besaran. Misalnya satuan berat. Sedangkan satuan adalah segala
sesuatu yang menunjukkan banyaknya hasil pengukuran yang diperoleh. Misalnya satuan berat adalah
gram.

Karena dalam tiap wilayah itu berbeda situasi dan geografis serta perilaku masyarakatnya maka
diperlukanlah suatu sistem baku dalam pengukuran agar bisa sama. Pengukuran adalah proses
pembandingan nilai besaran yang belum diketahui dengan nilai standar yang sudah ditetapkan. Sistem
pengukuran yang baku telah ditetapkan oleh SI (Systeme International dUnites) yang diusulkan oleh
General Conference on Weights and Measures of International Academy of Science yang dipakai oleh
seluruh dunia.

Pengukuran berat adalah membandingkan sesuatu massa benda (berat) dengan nilai standar yang telah
ditetapkan. Dalam ilmu fisika massa dan berat adalah sesuatu yang berbeda. Massa adalah sebuah
benda merupakan banyaknya zat yang terkandung di dalam benda tersebut. Sedangkan berat adalah
besarnya gaya yang dialami oleh benda akibat gara tarik bumi (gravitasi) pada benda tersebut. Untuk
keperluan sehari-hari pencampuradukkan antara berat dan massa tidak menjadi masalah. Hanya saja
dalam bidang eksak hal ini mesti dibedakan.
B. SATUAN PENGUKURAN BERAT

Satuan massa dalam sistem satuan SI adalah kilogram. Sebagai standar untuk kilogram dibuatlah
kilogram standar, yaitu sebuah silinder logam yang dibuat dari platina-iridium dengan berdiameter
dan tinggi yang sama yaitu 39 mm yang disimpan di Lembaga Berat dan Pengukuran Internasional di
kota Sevres (Perancis) sejak tahun 1901. Pada awalnya, satu kilogram sama dengan massa 1000cm3
air murni pada suhu di mana kerapatan maksimum, yaitu 4 C. Namun, kesalahan terjadi karena
ternyata satu kilogram yang tepat adalah 1000,028 cm3 air. Alat pengukuran berat bisa menggunakan
neraca atau timbangan.

Alat pengukur berat

Satuan-satuan dalam pengukuran berat dan klasifikasinya adalah,

Keterangan:
kg : Kilogram
hg : Hektogram
dag : dekagram
g : gram
dg : desigram
cg : centigram
mg : miligram
Satuan-satuan berat yang lain:
1 ton = 1000 kg
1 kwintal = 100 kg
1 kg = 2 pon
1 pon = 5 ons
1 ons = 5 hg
1 CWT (Hundredweight) = 50,802 kg
1 dram (dr) = 1,77 gr
1 grain = 64,8 mg
1 metro ton = 1.000 kg
1 ounce (oz) = 28,35 kg
1 pikul = 61,76 kg
1 quarter = 12,70 kg
1 stone = 6,35 kg
1 short ton = 0,907185 metrik ton.
KUBIK

Pengertian Kubus (Kubik)


Kubus adalah bangun tiga dimensi yang memiliki 12 rusuk dan 6 bidang permukaan yang masing-
masing bidangnya berbentuk bujursangkar.

Sisi-Sisi Sebuah Kubus


Pada dasarnya kubus merupakan sebuah kotak. Sebuah kotak memiliki 12 sisi (rusuk). Masing-
masing sisi dapat dianggap sebagai sisi panjang, sisi lebar, dan sisi tinggi bergantung pada sudut
pandang pengamat. Pada sebuah kubus, semua 12 sisinya memiliki panjang yang sama.

Bidang-Bidang Permukaan Kubus


Kubus memiliki 6 bidang permukaan yang semuanya merupakan bidang bujursangkar. Kubus adalah
kotak yang istimewa karena semua bidangnya berbentuk bujursangkar.

Rumus Menghitung Volume Kubus


Untuk menghitung volume atau isi sebuah kubus, maka harus diketahui dimensi sisi kubus tersebut.
Rumus untuk menghitung volume kubus adalah volume = sisi x sisi x sisi. Rumus ini dapat ditulis
sebagai berikut.

Satuan volume adalah satuan panjang kubik misalnya millimeter kubik (mm3), centimeter kubik
(cm3) , meter kubik (m3), dan lain sebagainya.

Contoh Perhitungan Volume Kubus


Berikut beberapa contoh cara menghitung volume kubus.
1. Sebuah balok kayu berbentuk kubus memiliki sisi-sisi yang panjangnya 12 cm. Berapa volume
kubus tersebut? (Petunjuk: volume kubus = sisi x sisi x sisi). Jawab: Volume balok kayu = 12 cm x 12
cm x 12 cm = 1.728 cm3.
2. Sebongkah balok es dipotong membentuk sebuah balok yang panjang, lebar, dan sisinya sama yaitu
20 cm. Berapa volume balok es tersebut? (Petunjuk: volume kubus = sisi x sisi x sisi). Jawab: Balok
atau kotak dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi yang sama (ketiga sisinya sama) merupakan
kubus. Volume balok es = 20 cm x 20 cm x 20 cm = 8.000 cm3.
3. Sebuah balok beton akan dicetak berbentuk kubus dengan panjang sisi-sisi 1,5 meter. Berapa meter
kubik volume beton yang digunakan untuk mencetak balok beton tersebut? (Petunjuk: volume kubus
= sisi x sisi x sisi). Jawab: Volume balok beton = 1,5 m x 1,5 m x 1,5 m = 3,375 m3.

Anda mungkin juga menyukai