Kelompok : 9
Kelas : D
Anggota Kelompok :
Pada gambar di atas diilustrasikan dua titik poligon (A dan B), di salah satu titik
tersebut (titik A) didirikan theodolit. Setelah set up theodolit di titik A, arahkan bidikan ke
titik B dengan bacaan piringan horisontal diset 0 0 0’0”. Berikutnya, teropong diarahkan ke
titik detail a, di mana sudah berdiri rambu ukur. Baca rambu ukur berturut-turut bt, ba dan bb.
Usahakan bt merupakan bilangan yang mudah, misal 2000, 1500, 800, sehingga bidikan
(benang mendatar diafragma) diarahkan ke angka yang mudah tersebut. Setelah membaca
rambu ukur, baca piringan horizontal (Hz), piringan vertikal (V), dan ukur tinggi alat
theodolit di atas titik A (ti).
Dari pengamatan satu titik detail a tersebut, dapat dihitung koordinatnya dengan rumus
berikut:
B. Cara Tachymetri dalam mengukur / mengikat titik titik detail topografi dengan cara
griding
Cara tachimetri dalam mengukur/mengikat titik-titik detail topografi dengan cara griding:
1. Melakukan set up theodolite (kedudukan biasa) disalah satu titik poligon (misal titik
2)
2. Membidik titik 2 (titik poligon) yang berfungsi sebagai acuan Reference Object
(RO), kemudian set bacaan horisontal 0°0'0"
3. Mendirikan rambu ukur pada area kosong yang meluas, dan juga mendirikan rambu
ukur pada bidang yang terlihat tidak datar
4. Membidik rambu ukur yang telah didirikan, membaca dan mencatat secara berurutan:
bt, ba dan bb. Dilanjutkan dengan mencatat bacaan horisontal dan bacaan
vertikalnya.
5. Setelah selesai pembidikan griding, kembalikan arah teropong ke RO, membaca
bacaan horisontalnya. Toleransi perbedaan dari setting bacaan awal RO adalah 1 kali
ketelitian alat.
6. Sebelum memindahkan alat ke titik poligon berikutnya, tinggi instrumentnya diukur
terlebih dahulu.
7. Jika theodolit dipindahkan ke titik poligon lainnya, langkah pengukuran dimulai
tahap 1 kembali. Dalam hal itu, RO nya ditentukan baru.
8. Menghitung semua esordinat dan ketinggian titik pengukuran gridding yang
telah dilakukan.
2. Definisi Garis kontur, Definisi Interval Kontur, dan Contoh Peta Kontur :
A. Defini Garis Kontur
Garis kontur adalah garis khayal kontinyu di permukaan bumi yang menghubungkan
titik–titik dengan ketinggian yang sama. Disebut dengan garis khayal, karena garis kontur
tersebut memang tidak berwujud secara nyata, dan dibuat untuk menggambarkan bentuk
permukaan tanah beserta ketinggiannya. Garis kontur seringkali juga disebut dengan garis
lengkung horizontal, garis tinggi, dan juga garis tranches.
Garis kontur ini dapat kita bayangkan sebagai tepi dari suatu danau atau laut. Kerapatan jarak
kontur pada suatu peta dengan lainya menunjukkan keadaan wilayah yang curam. Sebaliknya
semakin jarang jarak antara garis kontur pada suatu peta menunjukan bahwa daerah yang
disebut termasuk dalam kategori landai
Di dalam pembuatan kontur, terdapat beberapa sifat–sifat garis kontur yaitu : Jarak horizontal
dua buah garis kontur akan semakin rapat dengan kontur interval. Pada tanah dengan lereng
seragam maka garis kontur akan semakin sejajar dan berjarak satu sama lain. Garis–garis
kontur tidak akan berpotongan satu sama lain kecuali dalam keadaan khusus. Pada
permukaan datar atau rata garis kontur akan merupakan suatu garis lurus, berjarak sama dan
sejajar satu sama lain.
Pada penggunaan yang lebih luas, garis kontur tidak hanya digunakan untuk menunjukkan
kesamaan tinggi suatu titik pada sebuah wilayah, namun dapat berupa berbagai informasi lain
seperti nilai suhu, curah hujan, kelembaban udara, tekanan udara, frekuensi terjadinya
kebakaran, dan lain sebagainya, yang dibuat berdasarkan kesamaan nilai yang terkandung
pada piksel-piksel penyusun data yang digunakan. Oleh karenanya kontur seringkali
diasosiasikan dengan isoline yaitu garis yang menghubungkan kesamaan gejala geografis
pada sebuah wilayah.
Gb. 2.1 Perbedaan Garis Kontur pada Lereng Landai dan Lereng Curam
Pada Gb.1 dijelaskan bahwa pola kerapatan garis-garis kontur dapat digunakan untuk
mengetahui bentuk lereng. Bentuk lereng dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lereng cekung
(concave) dan cembung (convex). Lereng cekung dicirikan dengan garis kontur berjarak rapat
di bagian atas lereng dan renggang di bagian bawah lereng. Sebaliknya, lereng cembung
dicirikan dengan garis-garis kontur berjarak renggang di bagian atas lereng dan rapat di
bagian bawah lereng.
Seperti yang bisa kita lihat pada Gb. 2 menjelaskan bahwa jarak antara garis yang memiliki
tinggi 200 dan garis yang memiliki tinggi 300 adalah yang dinamakan interval kontur.
Bagaimana cara menghitung Interval Kontur?
Jadi, Perhitungan interval kontur pada Gb. 2 adalah 100 m dengan menggunakan skala
200.000.
C. Peta Kontur
Peta kontur adalah peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk permukaan bumi
yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Secara khusus, peta kontur
memberi informasi atau data mengenai ketinggian suatu tempat di permukaan bumi, bentuk
lereng baik itu cekung, cembung atau pun seragam serta menginformasikan kemiringan
lereng baik itu terjal ataukah landai.Data yang termuat dalam peta kontur untuk bidang
tertentu dianggap penting dan memudahkan kegiatan analisa.