Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TEORI ILMU UKUR TANAH

PENGUKURAN DAN PEMETAAN SITUASI - TOPOGRAFI

Kelompok : 9
Kelas : D
Anggota Kelompok :

1. Ahmad Fauzan Alfarizi (23324697)


2. Muhammad Rayhan Alief Justitio (23324739)
3. Ihya Abdillah Faqih (23324722)

PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2023
1. Latihan 8 dalam Modul Ilmu Ukur Tanah
A. Cara Tachymetri dalam mengukur / mengikat titik detail topografi dengan metode
polar : unsur sudur dan jarak.
Mengikat detail dengan metode polar dengan unsur sudut dan jarak berarti menggunakan
data sudut dan jarak ukuran untuk menghitung harga koordinat atau\ menentukan posisi titik
detail.

Gb. 1.1 Mengikat Detail dengan Unsur Sudut dan Jarak

Pada gambar di atas diilustrasikan dua titik poligon (A dan B), di salah satu titik
tersebut (titik A) didirikan theodolit. Setelah set up theodolit di titik A, arahkan bidikan ke
titik B dengan bacaan piringan horisontal diset 0 0 0’0”. Berikutnya, teropong diarahkan ke
titik detail a, di mana sudah berdiri rambu ukur. Baca rambu ukur berturut-turut bt, ba dan bb.
Usahakan bt merupakan bilangan yang mudah, misal 2000, 1500, 800, sehingga bidikan
(benang mendatar diafragma) diarahkan ke angka yang mudah tersebut. Setelah membaca
rambu ukur, baca piringan horizontal (Hz), piringan vertikal (V), dan ukur tinggi alat
theodolit di atas titik A (ti).
Dari pengamatan satu titik detail a tersebut, dapat dihitung koordinatnya dengan rumus
berikut:

Gb. 1.2 Rumus Menghitung Koordinat

dalam hal ini:


d = 100 (ba - bb) cos2
h = jarak titik poligon A ke titik detail a
S = sudut horisontal BAa (besarnya = Hz)
h = heling garis bidik = (900 -V) untuk bacaan B, (V-2700 ) untuk bacaan LB
Demikian diamati dan dihitung untuk setiap titik detail, sehingga semua titik detail yang
diamati akan mempunyai harga koordinat.

B. Cara Tachymetri dalam mengukur / mengikat titik titik detail topografi dengan cara
griding
Cara tachimetri dalam mengukur/mengikat titik-titik detail topografi dengan cara griding:
1. Melakukan set up theodolite (kedudukan biasa) disalah satu titik poligon (misal titik
2)
2. Membidik titik 2 (titik poligon) yang berfungsi sebagai acuan Reference Object
(RO), kemudian set bacaan horisontal 0°0'0"
3. Mendirikan rambu ukur pada area kosong yang meluas, dan juga mendirikan rambu
ukur pada bidang yang terlihat tidak datar
4. Membidik rambu ukur yang telah didirikan, membaca dan mencatat secara berurutan:
bt, ba dan bb. Dilanjutkan dengan mencatat bacaan horisontal dan bacaan
vertikalnya.
5. Setelah selesai pembidikan griding, kembalikan arah teropong ke RO, membaca
bacaan horisontalnya. Toleransi perbedaan dari setting bacaan awal RO adalah 1 kali
ketelitian alat.
6. Sebelum memindahkan alat ke titik poligon berikutnya, tinggi instrumentnya diukur
terlebih dahulu.
7. Jika theodolit dipindahkan ke titik poligon lainnya, langkah pengukuran dimulai
tahap 1 kembali. Dalam hal itu, RO nya ditentukan baru.
8. Menghitung semua esordinat dan ketinggian titik pengukuran gridding yang
telah dilakukan.

C. Cara pengeplotan titik – titik detail ke lembar milimeter block


Untuk memplot titik-titik detail ke lembar milimeter block, dapat mengikuti langkah-langkah
berikut:
a. Pertama, tentukan skala yang akan digunakan untuk memplot titik-titik detail. Skala
ini harus sesuai dengan ukuran lembar milimeter block yang akan digunakan.
b. Setelah itu, menentukan titik-titik detail yang akan diplot. Pastikan bahwa titik-titik
detail tersebut sudah diukur dengan akurat dan koordinatnya sudah diketahui.
c. Menggunakan busur dan penggaris untuk menggambar titik-titik detail dengan skala
yang telah ditentukan. Pastikan bahwa titik-titik detail tersebut tergambar dengan
akurat dan sesuai dengan koordinatnya.
d. Setelah selesai memplot titik-titik detail, kemudian dapat menarik garis kontur secara
grafis pada peta skala 1:1000 atau sesuai dengan skala yang telah ditentukan.
D. Cara menarik garis kontur secara grafis pada peta skala 1:250
Untuk menarik garis kontur secara grafis pada peta skala 1:250, dapat mengikuti langkah-
langkah berikut:
a. Pertama-tama, pastikan memiliki peta skala 1:250 yang ingin digambar garis
konturnya.
b. Tentukan interval kontur yang ingin digunakan. Interval kontur adalah jarak vertikal
antara dua garis kontur yang berdekatan pada peta. Semakin kecil interval kontur,
semakin detail dan akurat gambaran topografi yang dihasilkan. Namun, semakin
kecil interval kontur, semakin banyak garis kontur yang harus digambar, sehingga
membutuhkan waktu dan usaha yang lebih banyak.
c. Tentukan titik-titik yang akan digunakan sebagai acuan untuk menggambar garis
kontur. Titik-titik ini harus memiliki ketinggian yang sama dengan interval kontur
yang telah ditentukan. Dapat menggunakan data ketinggian dari peta atau mengukur
ketinggian langsung di lapangan.
d. Gambar garis kontur dengan menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian
yang sama. Pastikan garis kontur yang digambar memenuhi peraturan dasar garis
kontur, seperti semakin dekat jarak antar garis, semakin terjal daerah tersebut, garis
kontur tidak pernah memotong garis kontur lainnya, namun selalu menutup, dan garis
kontur selalu menunjukkan ketinggian yang sama.

2. Definisi Garis kontur, Definisi Interval Kontur, dan Contoh Peta Kontur :
A. Defini Garis Kontur
Garis kontur adalah garis khayal kontinyu di permukaan bumi yang menghubungkan
titik–titik dengan ketinggian yang sama. Disebut dengan garis khayal, karena garis kontur
tersebut memang tidak berwujud secara nyata, dan dibuat untuk menggambarkan bentuk
permukaan tanah beserta ketinggiannya. Garis kontur seringkali juga disebut dengan garis
lengkung horizontal, garis tinggi, dan juga garis tranches.
Garis kontur ini dapat kita bayangkan sebagai tepi dari suatu danau atau laut. Kerapatan jarak
kontur pada suatu peta dengan lainya menunjukkan keadaan wilayah yang curam. Sebaliknya
semakin jarang jarak antara garis kontur pada suatu peta menunjukan bahwa daerah yang
disebut termasuk dalam kategori landai
Di dalam pembuatan kontur, terdapat beberapa sifat–sifat garis kontur yaitu : Jarak horizontal
dua buah garis kontur akan semakin rapat dengan kontur interval. Pada tanah dengan lereng
seragam maka garis kontur akan semakin sejajar dan berjarak satu sama lain. Garis–garis
kontur tidak akan berpotongan satu sama lain kecuali dalam keadaan khusus. Pada
permukaan datar atau rata garis kontur akan merupakan suatu garis lurus, berjarak sama dan
sejajar satu sama lain.
Pada penggunaan yang lebih luas, garis kontur tidak hanya digunakan untuk menunjukkan
kesamaan tinggi suatu titik pada sebuah wilayah, namun dapat berupa berbagai informasi lain
seperti nilai suhu, curah hujan, kelembaban udara, tekanan udara, frekuensi terjadinya
kebakaran, dan lain sebagainya, yang dibuat berdasarkan kesamaan nilai yang terkandung
pada piksel-piksel penyusun data yang digunakan. Oleh karenanya kontur seringkali
diasosiasikan dengan isoline yaitu garis yang menghubungkan kesamaan gejala geografis
pada sebuah wilayah.

Gb. 2.1 Perbedaan Garis Kontur pada Lereng Landai dan Lereng Curam
Pada Gb.1 dijelaskan bahwa pola kerapatan garis-garis kontur dapat digunakan untuk
mengetahui bentuk lereng. Bentuk lereng dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lereng cekung
(concave) dan cembung (convex). Lereng cekung dicirikan dengan garis kontur berjarak rapat
di bagian atas lereng dan renggang di bagian bawah lereng. Sebaliknya, lereng cembung
dicirikan dengan garis-garis kontur berjarak renggang di bagian atas lereng dan rapat di
bagian bawah lereng.

B. Definisi Interval Kontur


Interval kontur merupakan jarak vertikal antar garis kontur yang berdekatan dengan nilai
beda ketinggiannya dibuat tetap. Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang
berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik
dengan skala peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan,
interval kontur semakin kecil.
Gb. 2.2 Contoh Interval Kontur

Seperti yang bisa kita lihat pada Gb. 2 menjelaskan bahwa jarak antara garis yang memiliki
tinggi 200 dan garis yang memiliki tinggi 300 adalah yang dinamakan interval kontur.
Bagaimana cara menghitung Interval Kontur?

Gb. 2.3 Rumus Interval Kontur


Seperti yang kita ketahui dalam Gb. 3 dan mengambil contoh pada Gb. 2 maka,
penyelesainnya adalah :
1
Ci= x 200.000=100 m
2000

Jadi, Perhitungan interval kontur pada Gb. 2 adalah 100 m dengan menggunakan skala
200.000.

C. Peta Kontur
Peta kontur adalah peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk permukaan bumi
yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Secara khusus, peta kontur
memberi informasi atau data mengenai ketinggian suatu tempat di permukaan bumi, bentuk
lereng baik itu cekung, cembung atau pun seragam serta menginformasikan kemiringan
lereng baik itu terjal ataukah landai.Data yang termuat dalam peta kontur untuk bidang
tertentu dianggap penting dan memudahkan kegiatan analisa.

Gb. 2.4 Contoh Peta Kontur

Anda mungkin juga menyukai