Anda di halaman 1dari 27

TUGAS ILMU UKUR TANAH II

KONTUR

Di Susun Oleh :
SANDY ABRIANTO PANGADONGAN
(412 16 025)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D4/S1 TERAPAN


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN AJARAN 2016 / 2017
BAB I

Pendahuluan

A.Latar Belakang

Salahsatu kenampakan peta topografi yang perlu diketahui untuk melakukan penafsiran lahan adalah Kerapatan kontur.
Dengan mengetahui kontur suatu peta topografi kita dapat menafsirkan bagaimana kemiringan lereng suatu lahan. Hal ini
sangat penting kita pelajari sebelum terjun ke lahan tersebut untuk mengurangi resiko, misalnya tersesat atau terjatuh ke
jurang, dan juga untuk memilih jalan yang lebih bagus.

Kemiringan suatu lereng diklasifikasikan dalam beberapa kelompok berdasarkan data kuantif lahan tersebut yang disebut
morfometri. Pembagian kelompok kemiringan lereng (morfometri) dilakukan berdasarkan data kontur yang ada pada peta.

Dengan kata lain jika ingin melakukan penafsiran pada lahan ketiga hal ini harus di pahami.

B.Tujuan Penulisan

1.Memahami tentang kontur

2.Memahami tentang kemiringan lereng

3.Mengetahui pengelompokan kemiringan lereng berdasarkan data morfometri


C.Rumusan Masalah

1.Apa pengertian kontur

2.Apa yang dimaksud dengan kemiringan lereng

3.Bagaimana pengelompokan kemiringan lereng


BAB II

Pembahasan

A.Kerapatan Kontur

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis
kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama
lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur disajikan di atas peta untuk
memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan
informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek
(bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau
bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar
dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis
kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada
peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan
cara hachures dan shading. Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi
B. Sifat garis kontur

Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada
peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan
cara hachures dan shading.

Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi. Penggambaran kontur Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :

a. Berbentuk kurva tertutup.

b. Tidak bercabang.

c. Tidak berpotongan.

d. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.

e. Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.

f. Tidak tergambar jika melewati bangunan.

g. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.

h. Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai

i. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur tergantung
pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta , jika
berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval
garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai skala peta.

j. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4
garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.

k. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..

l. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.

m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.

n. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang

C. Interval Kontur

Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan merupakan jarak antara dua bidang mendatar
yang berdekatan. Pada suatu peta tofografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin
besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil. Indeks kontur adalah garis
kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu,misalnya setiap 25 meter atau yang lainnya

Interval kontur dapat dihitung dengan rumus

Interval= skala
2000

D. Kegunaan garis kontur

Selain menunjukan bentuk ketinggian permukaan tanah, garis kontur juga dapat digunakan untuk:

a. Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal sections) antara dua tempat.

b. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan

c. Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai kemiringan tertentu

d. Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan saling terlihat.

E. Penentuan dan pengukuran titik detail untuk pembuatan garis kontur

·Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti informasi yang tersajikan dalam peta.

· Dalam batas ketelitian teknis tertentu, kerapatan titik detil ditentukan oleh skala peta dan ketelitian (interval) kontur yang
diinginkan.

· Pengukuran titik-titik detail untuk penarikan garis kontur suatu peta dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
a. Pengukuran tidak langsung
Titik-titik detail yang tidak harus sama tinggi, dipilih mengikuti pola tertentu yaitu: pola kotak-kotak (spot level) dan profil
(grid) dan pola radial. Dengan pola-pola tersebut garis kontur dapat dibuat dengan cara interpolasi dan pengukuran titik-titik
detailnya dapat dilakukan dengan cara tachymetry pada semua medan dan dapat pula menggunakan sipat datar
memanjang ataupun sipat datar profil pada daerah yang relatif datar. Pola radial digunakan untuk pemetaan topografi pada
daerah yang luas dan permukaan tanahnya tidak beraturan.

b. Pengukuran langsung

Titik detail dicari yang mempunyai ketinggian yang sama dan ditentukan posisinya dalam peta dan diukur pada ketinggian
tertentu. cara pengukurannya bisa menggunakan cara tachymetry, atau kombinasi antara sipat datar memanjang dan
pengukuran polygon.
Cara pengukuran langsung lebih sulit dibanding dengan cara tidak langsung, namun ada jenis kebutuhan tertentu yang harus
menggunakan cara pengukuran kontur cara langsung, misalnya pengukuran dan pemasanngan tanda batas daerah genangan.

F. Kemiringan Lereng

Lereng adalah Kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut
dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (clope).
Bentuk Lereng tergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Lereng merupakan parametertopografi yang
terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relative, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya
terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia, dan
biologi ,sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.

Salah satunya dengan menbuat Peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-Worth”
yaitu pada peta topografi yang menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid atau jaring-jaring
berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkarrr dibuat garis horizontal. Dengan mengetahui jumlah konturnya
dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut, dapat ditentukan :

kemiringan atau sudut lereng dengan menggunakan rumus

S (%)=[((n-1)×Ci)/(D ×Ps)]

Mencari Kontur Interval dengan menggunakan rumus

Ci=1/2000×Ps
Mencari Panjang Diagonal dengan menggunakan rumus

D² = √(a^2+b^2 )

Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis
yang terpotong dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat di masukkan kedalam aturan hasil
perhitungan kemiringan lereng. Sehingga dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada suatu
daerah.
Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan karena beda tinggi. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara
jarak lurus mendatar dengan beda tinggi suatu tempat. Dalam mengukur kemiringan lereng dapat dilakukan dengan cara :
Metode Blong (1972)
Metode Wentworth
Metode Lingkaran dan
Menggunakan kompas geologi
Kelas Kemiringan Lereng antara lain :
Kelas I = < 8%
Kelas II = 8 – 15%
Kelas III = >15 – 25%
Kelas IV = > 45%-25
Kelas V = >45%

G. Morfometri.

Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek pendukung morfografi dan morfogenetik,
sehingga klasifikasi semakin tegas dengan angka – angka yang jelas.

Tabel Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE

Kemiringan Klasifikasi Klasifikasi


Kemiringan lereng (°) Keterangan
lereng (%) USSSM* (%) USLE* (%)

<1 0-2 Datar – hampir datar 0 - 2 1-2

1-3 3-7 Sangat landai 2-6 2-7

3-6 8 - 13 Landai 6 - 13 7 - 12

6-9 14 - 20 Agak curam 13 - 25 12 - 18

9 - 25 21 - 55 Curam 25 - 55 18 - 24
25 - 26 56 - 140 Sangat curam > 55 > 24

> 65 > 140 Terjal

*USSSM = United Stated Soil System Management

USLE = Universal Soil Loss Equation

Tabel Ukuran panjang lereng

PANJANG LERENG (M) KLASIFIKASI

< 15 Lereng sangat pendek

15 - 50 Lereng pendek

50 - 250 Lereng sedang

250 - 500 Lereng panjang

> 500 Lereng sangat panjang

Terlihat di atas pembagian kemiringan lereng dan bentuk lahan secara kuantitatif, melalui perhitungan dikelompokkan
berdasarkan jumlah persen dan besar sudut lereng, untuk mengetahui jumlah tersebut melalui perhitungan dari
perbandingan perbedaan ketinggian dengan jarak datar yang terbentuk. Perhitungan ini daat dilihat pada rumus di bawah ini
:

Rumus kemiringan lereng dari peta topografi dan foto udara :

S = ( Dh / D ) X 100 % (sumber Van Djuidam, 1988)

Keterangan:

S = Kemiringan lereng (%)

Dh = Perbedaan ketinggian (m)

D = Jarak titik tertinggi dengan terendah (m)

Tabel Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi

(sumber : Van Zuidam, 1985)

KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI

< 50 meter Dataran rendah

50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman


100 meter - 200 meter Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter Perbukitan

500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 meter Pegunungan

> 3.000 meter Pegunungan tinggi

Tabel Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian.

(sumber: Van Zuidam,1985)

KELAS RELIEF KEMIRINGAN LERENG ( % ) PERBEDAAN

KETINGGIAN (m)

Datar - Hampir datar 0 - 2 <5

Berombak 3 - 7 5 - 50

Berombak - Bergelombang 8 - 13 25 - 75
Bergelombang - Berbukit 14 - 20 75 - 200

Berbukit - Pegunungan 21 - 55 200 - 500

Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000

pegunungan sangat curam > 140 > 1.000

Tabel Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)

JENIS PADA SKALA 1: KARAKTERISTIK


KERAPATAN 25.000

MEMILIKI
KERAPATAN

HALUS Kurang dari 0,5 cm Tingkat limpasan air permukaan tinggi, batuan memiliki porositas buruk

SEDANG 0,5 cm - 5 cm Tingkat limpasan air permukaan sedang, batuan memiliki porositas sedang

KASAR Lebih besar dari 5 cm Tingkat limpasan air permukaan rendah, batuan memiliki porositas baik dan
tahan terhadap erosi.
BAB III

SOAL
BAB IV

PENUTUP

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis
kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama.

Lereng adalah Kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut
dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (clope).

Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek pendukung morfografi dan
morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas dengan angka – angka yang jelas.

Ketiga hal diatas sangat berhubungan satu dengan yang lain, semakin rapat kontur pada peta maka kemiringan
lerengnya akan semakin curam demikian pula sebaliknya, jika garis kontur semakin renggang, maka kemiringan lerengnya
akan semakin landai. Dan pemabanding kemiringan lereng akan ditentukan berdasarkan tetapan-tetapan pada morfometri.

Anda mungkin juga menyukai