Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

GEOGRAFI

KEBUDAYAAN SUKU DAYAK

Disusun oleh : Kelompok 4

Kelas X IPS 3

Siska Amelia
Prasetyo Caroko Akbar
Nita Yulia
Taufik Sukron
Sulastriyana

SMAN 1 PESISIR TENGAH

TP: 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan baik.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini
supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah
yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat ini
mampu memberikan manfaat kepada setiap pembaca dan pendengarnya.
DAFTAR ISI

Bab 1. Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penulisan makalah

Bab 2. Pembahasan

A. Letak geografis kebudayaan dayak

B. Persebaran budaya dayak

C. Pembentukan kebudayaan dayak

D. Manfaat kebudayaan dayak

E. Keagamaan yang ada di dayak

F. Pakaian adat yang ada di dayak

G. Apa miniatur rumah adat dayak

H. Makanan khas dari dayak

I. Permainan yang berasal dari dayak

J. Cerita rakyat yang berasal dari dayak

K. Atraksi yang ad di dayak

Bab 3. Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

C. Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang begitu beragam dan
luas. Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara kesatuan republik indonesia
(NKRI) sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari
200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda.
Selain itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam,
Katoplik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran
kepercayaan .

Kebudayaan adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara berkembang, kebudayaan
tersebut untuk sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, asset kas daerah dengan
menjadikannya tempat wisata, karya ilmiah dan lain sebagainya. Dalam hal ini suku
Dayak Kalimantan yang mengedepankan budaya leluhurnya, sehingga kebudayaan
tersebut sebagai ritual ibadah mereka dalam menyembah sang pencipta yang
dilatarbelakangi kepercayaan tradisional yang disebut Kaharingan.

Sebagai bukti ragam budaya Indonesia yaitu tradisi Tiwah sebagai salah satu kebudayaan
masyarakat Dayak Ngaju Propinsi Kalimantan Tengah yangpada mulanya sebuah tradisi
kepercayaan masyarakat Kaharingan. Berbagaimacam prosesi yang terjadi pada acara
tersebut, diantaranya: Ngayau (penggalkepala), ritual Tabuh (tidak tidur selama dua
malam dengan diselingi minum.

Dari uraian di atas kami tertarik untuk membuat makalah yang terkait lebih dengan
mengambil judul “Kebudayaan Suku Dayak”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana letak geografis kebudayaan dayak?

2. Bagaimana persebaran budaya dayak?

3. Bagaimana pembentukan kebudayaan dayak?

4. Apasaja manfaat kebudayaan dayak?


5. Bagaimana keagamaan yang ada di dayak?

6. Apa pakaian adat yang ada di dayak?

7. Seperti apa miniatur rumah adat dayak?

8. Apasaja makanan khas dari dayak?

9. Apasaja permainan yang berasal dari dayak?

10. Apasaja cerita rakyat yang berasal dari dayak?

11. Apasaja atraksi yang ad di dayak?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui letak geografis kebudayaan dayak

2. Untuk mengetahui persebaran budaya dayak

3. Untuk mengetahui pembentukan kebudayaan dayak

4. Untuk mengetahui manfaat kebudayaan dayak

5. Untuk mengetahui keagamaan yang ada di dayak

6. Untuk mengetahui pakaian adat yang ada di dayak

7. Untuk mengetahui apa miniatur rumah adat dayak

8. Untuk mengetahui makanan khas dari dayak

9. Untuk mengetahui permainan yang berasal dari dayak

10. Untuk mengetahui cerita rakyat yang berasal dari dayak

11. Untuk mengetahui atraksi yang ad di dayak


BAB II

PEMBAHASAN

A. LETAK GEOGRAFIS KEBUDAYAAN DAYAK

Suku Dayak merupakan suku yang menghuni pedalaman Pulau Kalimantan. Suku Dayak banyak
mendiami daerah Kalimantan bagian Tengah, secara geografis Kalimantan Tengah terletak di
daerah Katulistiwa, pada 0"45” Lintang Utara – 3"30” Lintang Selatan, dan 111" Bujur Timur
dengan luas wilayah 157.983 km2, terdiri dari hutan dan pertanahan 134.937,25 km2,
sawah/ladang 10.744,79 km2, perkebunan 6.637,62 km2, dan pemukiman & bangunan lainnya
1.244,24 km2. Kalimantan Tengah dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara ke Laut Jawa,
yaitu: Sungai Kapuas, Sungai Barito, Sungai Kahayan, Sungai Katingan, Sungai Mentaya,
Sungai Seruyan.

Kalimantan Tengah termasuk iklim tropis yang lembab dan panas dengan suhu udara rata-rata 34
C. Curah hujan jatuh pada bulan Oktober sampai dengan Maret dengan curah hujan terbanyak
jatuh pada bulan Januari sekitar 1700mm.

Di Kalimantan Tengah memiliki tiga ciri kondisi geografis yaitu :

 Daerah pesisir,

 Daerah rawa-rawa, dan

 Daerah perbukitan yang disertai aliran sungai.

Batas – batas wilayah Kalimantan Tengah yakni:

Sebelah Utara : Propinsi Kalimantan Barat dan Timur

Sebelah Selatan : Laut Jawa

Sebelah Timur : Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan

Sebelah Barat : Propinsi Kalimantan Barat.

B. PERSEBARAN SUKU DAYAK DIKALIMANTAN

Dikarenakan arus migrasi yang kuat dari para pendatang, Suku Dayak yang masih
mempertahankan adat budayanya akhirnya memilih masuk ke pedalaman. Akibatnya, Suku
Dayak menjadi terpencar-pencar dan menjadi sub-sub etnis tersendiri.

Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub
(menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai
adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan
perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini
disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman
mereka.

Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya
Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku
kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan.

C. PEMBENTUKAN KEBUDAYAAN

Asal usul suku dayak ini diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongolid, Asia.yang
Seperti diketahui bahwa 2000 tahun sebelum masehi, benua Asia masih akan menyatu dengan
Pulau Kalimantan. Ras mongolid yang dimana terdesak karena kalah perang, mengembara ke
arah Selatan, mulai dari Semenanjung Malaya, Serawak, hingga Kalimantan. Ras Mongolid ini
lalu kemudian menetap, mendirikan perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak,atau
juga dapat membangun kebudayaannya sendiri di tanah Borneo.

Seiring waktu nya berlalu, suku bangsa Melayu dari Sumatera dan Semenanjung Malaya, Orang-
orang suku Bugis, Makassar, dan Jawa yang datang dalam rentang waktu yang lama,yang akan
mendesak orang-orang ras Mongolid yang akan menjadi asal usul suku dayak ini untuk semakin
masuknya, naik ke huluan sungai. Mereka ini akan terpencar-pencar, menyebar,atau juga
mendiami daerah daerah pedalaman.yang Masing-masing dari mereka lalu kemudian
mengembangkan adat budayanya masing-masing maupun juga menjadi cikal bakal beragamnya
sub etnis suku dayak di tanah Kalimantan.

Di runut dari sejarahnya, suku dayak yang sebetulnya pernah akan mendirikan sebuah kerajaan
bernama Kerajaan Dayak Nansarunai. Akan juga tetapi, kerajaan ini tidak akan bertahan lama. Ia
digempur atau juga dapat juga dapat dihancurkan oleh kedigdayaan Majapahit yang saat itu
tengah gencar yang akan melakukan ekspansi wilayah. Sejarah atau juga asal usul suku dayak
juga dapat dipengaruhi oleh budaya dari suku atau bangsa yang lain yang masuk ke wilayah
Kalimantan.

Misionaris Kristen yang pada misalnya yang telah berhasil mengubah kepercayaan suku dayak
yang awalnya animisme menjadi percaya pada Al-Kitab, budaya Islam yang akan dibawa orang-
orang Jawa di masa kejayaan pada kerajaan Demak telah membuat sebagian kecil masyarakat
dayak yang beralih menganut Islam, serta kebudayaan Tionghoa yang akan menambah
keragaman pengetahuan seni mereka seperti piring malawen, belanga, atauun juga peralatan
keramik.
D.MANFAAT KEBUDAYAAN

Kebudayaan dari Suku Dayak itu beragam, budaya tersebut dapat di-manfaatkan dengan
berbagai cara baik secara individu atau kelompok.

Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai karena selain merupakan ciri khas
dari suatu daerah juga menjadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah. Karena
kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara, dan
melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan
merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.

Kebudayaan adalah harta yang sangat berharga bagi bangsa, karena budaya mencerminkan jati
diri dan harkat dan martabat bangsa yang sesungguhnya.Kebudayaan Indonesia seperti tari-
tarian, lagu, bahasa, kerajinan, pakaian, dan lain-lain itu harus dijaga kelestariannya.Sebab
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, kebudayaan adalah cermin jati diri dan harkat dan
martabat sebuah bangsa.

Kebudayaan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan pembangunan
suatu bangsa, sebagaimana juga bangsa Indonesia mengingat besarnya peranan budaya dalam
pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara.

E. AGAMA DAN KEPERCAYAAN SUKU DAYAK

Masyarakat Dayak menganut agama leluhur yang diberi nama sebagai agama Kaharingan.
Kepercayaan asli adalah animism yang disebut Kaharingan. Kata ini diambil dari istilah Danum
Kaharingan yang berarti “air kehidupan”. Mereka percaya pada: Ngajum ganan: makhluk halus
dan roh yang tinggal di sekeliling manusia.

liau: roh nenek moyang. Menurutnya jiwa orang yang mati (ngaju hambaruan), tinggal di
sekeliling manusia sebagai liau. Liau akan kembali kepada dewa tertinggi yang disebut Ranying.

Upacara-upacara yang ada:

 Upacara sesaji pada roh-roh,

 Upacara kelahiran anak,

 Memandikan bayi untuk yang pertama kalinya,

 Memotong rambut bayi,

Upacara penguburan, orang Dayak yang mati dikubur dalam peti mayat yang berbentuk kayu
lesung (ngaju raung). Bila sudah menjadi tulang, diadakan pembakaran mayat yang bagi Dayak
Ngaju disebut tiwah, bagi Ot Danum dan Maanyam disebut ijambe.
Sebagian besar masyarakat Dayak yang sebelumnya beragama Kaharingan kini memilih
Kekristenan, namun kurang dari 10% yang masih mempertahankan agama Kaharingan. Agama
Kaharingan sendiri telah digabungkan ke dalam kelompok agama Hindu sehingga mendapat
sebutan agama Hindu Kaharingan. Namun ada pula sebagian kecil masyarakat Dayak kini
mengkonversi agamanya dari agama Kaharingan menjadi agama Buddha (Buddha versi
Tionghoa), yang pada mulanya muncul karena adanya perkawinan antarsuku dengan etnis
Tionghoa yang beragama Buddha, kemudian semakin meluas disebarkan oleh para Biksu di
kalangan masyarakat Dayak misalnya terdapat pada masyarakat Dayak yang tinggal di
kecamatan Halong di Kalimantan Selatan.

Di Kalimantan Barat, agama Kristen diklaim sebagai agama orang Dayak, tetapi hal ini tidak
berlaku di propinsi lainnya sebab orang Dayak juga banyak yang memeluk agama-agama selain
Kristen misalnya ada orang Dayak yang sebelumnya beragama Kaharingan kemudian masuk
Islam namun tetap menyebut dirinya sebagai suku Dayak. Agama sejati orang Dayak adalah
Kaharingan. Di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang masih beragama Kaharingan
berlaku hukum adat Dayak, namun tidak semua daerah di Kalimantan tunduk kepada hukum adat
Dayak, kebanyakan kota-kota di pesisir Kalimantan dan pusat-pusat kerajaan Islam,
masyarakatnya tunduk kepada hukum adat Melayu/Banjar seperti suku-suku Melayu-Senganan,
Kedayan, Banjar, Bakumpai, Kutai, Paser, Berau, Tidung, dan Bulungan.

F. PAKAIAN ADAT

Ada 7 pakaian adat dalam kebudayaan masyarakat suku Dayak, antara lain:

1. Pakaian adat Sangkarut (Baju Sangkarut)

Pakaian adat Sangkarut adalah pakaian adat suku Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng) yang
disebut juga dengan Baju Basulau, karena memang baju ini dilapisi Sulau sejenis kerang. Baju
Sangkarut dibuat dari serat serat daun nenas, serat daun lemba, serat tengang atau serat nyamu.
Kemudian pada serat daun tersebut digantungkanlah sulau (kulit kerang).
2. Pakaian Adat Upak Nyamu (Baju Upak nyamu)

Pakaian upak nyamu ialah pakaian adat tradisional yang bahannya terbuat dari kulit kayu
nyamu yang dipipihkan sehingga bisa digunakan sebagai bahan pembuat pakaian dan ewah
(cawat). Baju yang terbuat dari kulit nyamu ini kadang dibentuk seperti rompi kadang juga
dibentuk seperti baju tanpa lengan.

3. Pakaian Tenunan (Baju Tenunan)

Uniknya, suku dayak ngaju juga memiliki tradisi tenun, dan ini terbukti dengan adanya beberapa
baju tenun. Baju Tenunan ini digunakan juga sebagai pakaian perang dan juga pakaian sehari-
hari.

4. Pakaian Adat Anyaman Tikar (Baju Anyaman Tikar)

Pakaian adat dari suku dayak ngaju yang merupakan baju anyaman tikar. Pada bagian luar dari
pakaian adat ini biasanya ditempel hiasan tulang, kerang atau ukiran kayu. Baju adat Kalimantan
Tengah ini pada zaman dahulu biasanya digunakan sebagai baju perang.

5. Pakaian Adat Kustin


Baju adat Kustin milik suku Kutai ini, umumnya terbuat dari bahan beludru warna hitam. Lengan
baju ini panjang dan kerahnya tinggi dengan bagian kerah dan dada biasanya dihiasi oleh
pasmen.

6. Pakaian Adat Bulang Kuurung

Suku Dayak selalu mengenakan pakaian ini khusus pada jenis upacara dan acara tradisional yang
sedang dilaksanakan. Salah satu pakaian adat Suku Dayak Misalnya adalah bulang kuurung.

7. Pakaian Adat Bulang Burai King


Yang istimewa dari bulang ini adalah banyak manik-manik yang dipasang untuk hiasan. Sebagai
pelengkap dan pemanis, di kepala dan ujung tangan orang yang memakai bulang burai ini
mengenakan semacam hiasan yang terbuat dari bulu burung enggang yang indah dan ditata
dengan berjuntai-juntai.

G. MINIATUR RUMAH ADAT

Rumah adat suku Dayak banyak ditemukan di wilayah Arut Utara. Penduduk setempat rata-rata
masih mempertahankan rumah dengan bangunan tradisional tersebut. Selain di Arut Utara,
bangunan ini juga bisa dijumpai di Pangkalanbun. .

Di tengah kota yang terkenal dengan kantong-kantong transmigran itu, terdapat sebuah replika
rumah adat betang. di Desa Pasir Panjang, Pangkalanbun, Kotawaringin Barat. Jarak tempuhnya
2 kilometer dari Bandara Pangkalanbun.

Wisatawan bisa mengunjungi replika rumah adat tersebut untuk melihat keunikannya. Yommie
Kamale, pegiat wisata asal Kalimantan Tengah, pada Sabtu, 17 Februari 2018 lalu, memaparkan
beberapa fakta yang menandai keunikan rumah adat betang, yaitu

- Dihuni 5-7 Keluarga

Rumah adat betang memanjang 30-150 meter. Sementara itu, lebarnya 10-30 meter. Rumah
tersebut tak memiliki sekat-sekat sehingga lebih mirip aula. Umumnya, rumah adat betang dihuni
5-7 keluarga. Mereka hidup bersama satu atap. “Artinya, orang Dayak menjunjung semangat
kebersamaan,” kata Yommie. Meski demikian, keluarga-keluarga itu memiliki dapur masing-
masing. Karena itu, jumlah dapur di sebuah rumah betang mengikuti jumlah keluarga.

- Rumah Panggung untuk Menghindari Serangan Hewan Buas

Pola permukiman masyarakat Dayak hampir selalu mendekati sungai. Mereka yakin betul sungai
adalah sumber kehidupan. Maka itu, di sekitar sungai-sungai besar, seperti Kapuas, Barito, dan
Arut, banyak ditemukan perkampungan. Namun, risiko hidup di dekat sungai lebih besar. Salah
satunya dekat dengan habitat hewan buas, seperti buaya dan ular. Hewan-hewan ini memang
masih banyak ditemukan di Borneo. Guna menghindari serangan hewan buas, masyarakat
membangun rumah panggung dengan tiang penyangga setinggi 3-5 meter. Selain itu, rumah
panggung dibangun dengan tujuan mengantisipasi banjir.

- Tangga Kecil untuk Menolak Hantu Kepala Terbang

Satu-satunya jalan masuk ke rumah adat betang adalah melalui tangga kecil. Tangga itu hanya
bisa dilalui satu orang. Lebarnya kira-kira 50 sentimeter.

Bila malam tiba, tangga akan diangkat dan dimasukkan ke dalam rumah. Gunanya buat
menghindari serangan hantu kepala terbang atau ngayau. Masyarakat Dayak yakin bahwa hantu
ini bisa masuk rumah apabila tangga tetap dibiarkan di luar rumah.

H. MAKANAN KHAS

Banyak makanan khas yang berasal dari Suku Dayak, diantaranya :

Juhu Singkah

Panganan khas suku Dayak pertama ini memiliki bahan utama yang unik yakni rotan muda.
Rotan muda ini kemudian diolah bersama ikan, biasanya ikan Baung, terong asam, dilengkapi
rempah-rempah dan juga santan. Sensasi rasa sedikit pahit dari rotan muda yang bercampur
dengan cita rasa gurih dan asam membuat makanan khas Dayak satu ini sangat menarik.
Sayur Umbut Kelapa

Memiliki bahan dasar umbut atau bonggol dari pohon kelapa yang masih muda. Setelah pohon
kelapa yang masih sangat muda ditebang, bonggolnya kemudian diambil dan dimasak bersama
campuran ikan ataupun daging bersama bumbu berkuah. Meskipun tidak mudah ditemukan
karena bahan dasar dari masakan Dayak ini susah dicari, Toppers masih bisa menemukan
beberapa warung makan yang menjajakan masakan khas Dayak ini di daratan Kalimantan.

Kue Dange

Makanan ringan khas Dayak ini dibuat dari olahan parutan kelapa bersama tepung dan juga gula.
Bahan-bahan ini kemudian dipanggang dengan cetakan khusus untuk Kue Dange. Makanan khas
Dayak satu ini kerap disajikan pada saat acara-acara tertentu, namun Toppers tetap bisa
menemukannya dengan mudah untuk dijadikan camilan menemani segelas kopi hitam di sore
hari.

Kalumpe atau Karuang


Kuliner khas Dayak berbahan dasar daun singkong ini dikenal dengan nama Kalumpe bagi
masyarakat Dayak Maanyan, namun di masyarakat Dayak Ngaju lebih dikenal dengan nama
Karuang

I. PERMAINAN ADAT

Permainan adat khas Suku Dayak ada bermacam-macam, diantaranya:

Bahempas

Permainan olah raga Bahempas dilakukan oleh dua orang lelaki yang saling berhadapan lengkap
dengan atributnya. Permainan akan berlangsung selama dua menit dan saat permainan dimulai,
mereka akan saling memukul lawan. Ketangkasan mengayunkan dan menangkis pukulan
menjadi bekal utama bagi pemainnya.

Gasing Pelacau dan Gasing Belanai

Ada dua jenis gasing yang dimainkan di daerah ini, yakni gasing Pelacau dan gasing Belanai.
Keduanya dibedakan dari bentuk fisiknya. Gasing Pelacau berbentuk pipih dan terbuat dari kayu
Bangris. Sedangkan gasing Belanai, tubuhnya berbentuk lebih bulat dan berbahan dari kayu
Ulin. Karena bentuknya lebih gemuk, gasing Belanai berbobot lebih berat ketimbang gasing
Pelacau.

J. CERITA RAKYAT

Ada banyak cerita rakyat dalam masyarakat Suku Dayak, salah satunya adalah: Cerita Misteri
Panglima Burung Suku Dayak . Panglima Burung mencuat saat tragedi konflik di Sampit dan
Sambas, Kalimantan, pada 2001 silam. Panglima Burung diyakini menyatukan Suku Dayak se-
Kalimantan dan memberinya kekuatan.

Banyak versi cerita tentang Panglima Burung. Dari cerita rakyat populer, terutama di
Kalimantan, Panglima Burung adalah sosok gaib legendaris yang dipercayai sebagai tokoh
pelindung dan pemersatu Suku Dayak.

Konon, dia menghuni gunung di pedalaman Kalimantan. Sebagian cerita menyebutkan Panglima
Burung adalah jelmaan burung Enggang, burung yang dihormati di bumi Borneo.

Dalam kondisi tertentu, warga Dayak menggelar ritual tari perang untuk memanggil Panglima
Burung. Sosok panglima memang diyakini sakti dan memberi kekuatan.

Cerita terkait yang sangat terkenal adalah tentang mandau terbang atau mandau yang bergerak
sendiri mengincar lawan. Mandau adalah pedang khas Kalimantan. Panglima Burung dipercaya
sebagai yang menggerakkan mandau terbang.

Secara umum, Panglima Burung dinilai mencerminkan sosok dan karakter orang Dayak
sesungguhnya. Karakter aslinya cinta damai, mengalah, suka menolong, sederhana, merawat
alam dan warisan nenek moyang. Karakter itu melompat jadi berani, beringas, dan kejam ketika
terancam dan habis kesabaran.

K. ATRAKSI

Seperti halnya cerita rakyat Suku Dayak, ada banyak sekali atraksi dari masyarakat Suku Dayak,
salah satunya adalah Upacara Tiwah. Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk Liau Uluh
Matei ialah upacara kematian yang dilakukan oleh suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah.
Upacara Tiwah sendiri merupakan upacara sakral terbesar dalam Suku Dayak. Hal ini
dikarenakan upacara Tiwah melibatkan sumber daya yang banyak dan waktu yang cukup lama.
Upacara ini dilakukan bertujuan untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah
meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung
Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang
atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu antara lain:

1. Masyarakat Dayak memiliki beragam budaya, meliputi atraksi,


pakaian adat, makanan khas, dsb.

2. Sebagian masyarakat suku dayak pada dasarnya masih sangat


menghargai kebudayaan tersebut dan juga sangat menghormati
leluhur mereka, karena dalam kehidupan mereka sangat percaya
pada leluhur mereka, apapun yang ditinggalkan oleh leluhur
mereka itulah yang wajib dikerjakan dan mereka beranggapan
bahwa bila ini tidak dijalankan maka aka nada bencana bagi
keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitar mereka.

B. Saran

Adapun saran yang penulis sampaikan melalui makalah ini yaitu:

1. Hendakya suku dayak lebih di perkenalkan dan di perluas wawasannya supaya masyarakat
umum yang tinggal di Kalimantan Tengah dapat mngerti kebudayaan Kalimantan.

2. Di dalam pelaksanaan pendidikan hendaknya suku dayak di perkenalkan kepada siswa siswi
sekolah (SD, SMP, SMA) agar banyak peminat untuk tetap melestarikan dan menjaganya.
Karena suku dayak ini adalah ciri khas Kalimantan Tengah.

3. Dalam penyajiannya, hendaknya penyampaian materi lebih singkat tapi jelas dan tidak
menghilangkan pokok-pokok penting dalam pembahasan, agar masyarakat dan siswa mudah
mengerti dan tanggap.
DAFTAR PUSTAKA

Johan weintre. 2009. Beberapa peniggalan kehidupan dayak. Kekayaan ritual dan
keanekaragaman pertanian di hutan kalimantan barat. Makalah Studi lapangan: Universitas
Tanjung Pura Pontianak.

http://www.anneahira.com/mata-pencaharian-suku-dayak.htm 11 Maret 2012 14:15 WIB

http://agondkd.blog.com/2010/12/14/pendidikan-suku-dayak-kendayan-tradisi-lisan-sebagai-
pendidikan-tentang-kehidupan-dengan-sesama-alam-dan-tuhan/ 11 Maret 2012 14:15 WIB

http://www.nila-riwut.com/id/totok-bakaka/44-dayaknese-religion-system/131-dayak-religious-
system-in-central-kalimantan?showall=1 11 Maret 2012 14:15 WIB

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/sistem-kekerabatan-suku-dayak/ 11 Maret 2012


14:15 WIB

http://www.kutaikartanegara.com/senibudaya/tari.html 11 Maret 2012 14:15 WIB

http://thinkquantum.wordpress.com/2009/11/01/adat-istiadat-suku-dayak/ 11 Maret 2012 14:15


WIB

Anda mungkin juga menyukai