LALANG ALIPYA
NPM. 170109001
i
EKSISTENSI TRADISI WACAN PADA MASYARAKAT DESA
SUWANGI TIMUR KECAMATAN SAKRA KABUPATEN LOMBOK
TIMUR 1990-2019
(Kajian Sejarah Budaya)
LALANG ALIPYA
Program Studi Pendidikan Sejarah
email: alangbelo18@gmail.com
LALANG ALIPYA
Program Study of History Education
email: alangbelo18@gmail.com
Abstract: This study aims to determine the early history and development of the
wacan tradition, explain the values and functions contained in the wacan tradition,
and determine the influence of the wacan tradition on the lives of the people of
East Suwangi village, Sakra district, East Lombok in terms of cultural history
studies. This type of research is a qualitative research with the object of research
is the people of East Suwangi Village, Sakra District, East Lombok Regency. The
data collection methods used are: (1) Observation (2) Interview (3)
Documentation. While the data analysis technique used (1) Heuristics (2) Source
Criticism (3) Interpretation (4) Historiography.
The results of this study indicate, (1) The early history and development of
the wacan tradition are closely related to intellectual development and civilization
during the Islamic empire on the island of Lombok. The eastern part (Selaparang
Kingdom), the Middle part (Pejanggik Kingdom) and the northern part (Bayan
Kingdom) in their development, the Pejanggik and Selaparang kingdoms were
successfully visited by the Balinese kingdom led by Arya Banjar Getas. Some
troops crossed to the island of Sumbawa and some remained in Lombok and
concentrated their forces in the Sakra area. Therefore, the Wacan Tradition in the
people of East Suwangi Village, Sakra District, still exists and is well preserved.
(2) The community is able to implement the values contained in the discourse
tradition in the life of an obedient and cultured society. (3) The influence of the
discourse tradition is in the form of changes in people's attitudes and behavior in
the form of upholding values and togetherness in all things.
ii
A. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang besar dengan masyarakat yang majemuk,
yang terdiri dari beragam suku bangsa, adat istiadat, ras, agama maupun bahasa.
Nasikun dalam (Kesuma & Murdi: 2017) menyatakan bahwa keadaan geografis
yang membagi wilayah Indonesia atas kurang lebih 3.000 pulau yang terserak di
suatu daerah ekuator sepanjang kurang lebih 3.000 mil dari Timur ke Barat dan
lebih dari 1.000 mil dari Utara ke Selatan, merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap terciptanya pluralitas suku bangsa di Indonesia.
Berdasarkan luas geografis tersebut, berbagai macam suku bangsa, etnis, dan
bahasa terdapat di dalamnya. Ada lebih dari 300 suku bangsa di Indonesia,
masing-masing dengan bahasa dan identitas kultural yang berbeda-beda. Lebih
jauh lagi, ada sekitar 500 kelompok etnis, yang menggunakan lebih kurang 250-an
dialek bahasa, 17 hukum adat, 6 agama yang diakui secara resmi, serta 100-an
kepercayaan dan adat istiadat.
Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya memiliki kaitan yang sangat
erat dengan kehidupan masyarakat, karena segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh adanya kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu
sendiri dan kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup
walaupun anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan
kelahiran. Budaya terbentuk sebagai manifestasi akal budi manusia dalam
interaksi sosial mereka dengan sesama manusia, interaksi personal dengan diri
mereka sendiri, interaksi religious dengan sesuatu yang mereka percayai dan
imani dan interaksi dengan lingkungan sekitar mereka. Proses pembentukan
budaya juga terjadi secara beragam, ada yang dibentuk secara cepat dengan
memakan waktu yang singkat, namun sebagian budaya harus ditempa dengan
waktu yang berabad-abad lamanya. Hal ini juga menentukan corak, karakteristik,
warna dan unsur pengaruh dari setiap budaya yang ada (Kuntowijoyo; 1999).
Upacara tradisional merupakan salah satu wujud dari kebudayaan yang
berkaitan dengan makna nilai-nilai, simbol-simbol, sehingga mempunyai arti yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat pendukungnya. Arti penting tersebut
tampak dalam kenyataan bahwa nilai-nilai luhur budaya budaya bangsa serta
1
mengungkapkan makna simbolik yang terkandung, sehingga masyarakat
memahami eksistensi upacara tradisional tersebut. Sedangkan ritual adalah teknik
(cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Segala komponen
dalam sebuah ritual tidaklah ditentukan secara sembarangan karena segala sesuatu
yang menyangkut prosesi ritual telah diatur sebelumnya. Ritual yang berdasarkan
tradisi biasanya memiliki unsur magis yang berkaitan dengan makhluk astral atau
makhluk halus yang bersifat mengganggu atau membawa penyakit dan memberi
kesialan. Oleh karena itu, untuk menolak bala, biasanya masyarakat adat
melakukan sebuah upacara atau ritual. Upacara biasanya memiliki tujuan tertentu
dalam pelaksanaannya, sesuai dengan kepercayaan masyarakat yang melakukan
upacara tersebut. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan dalam setiap budaya
daerah. Setiap kelompok mempunyai tujuan masing-masing dalam melakukan
upacara tradisional atau ritual. Setiap kebudayaan memiliki unsur-unsur khas atau
tema yang khusus yang mengandung nilai-nilai filosofi dari budaya tersebut,
sekaligus merupakan corak khusus yang membedakan budaya yang satu dengan
budaya lainnya (Jamaluddin: 2005: 78).
Corak dan tema yang dimiliki oleh budaya tradisional di setiap daerah
mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat pendukungnya.
Arti penting tersebut tampak dalam kenyataan bahwa melalui budaya tradisional
dapat diperkenalkan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta menguraikan makna dari
symbol-simbol yang terkandung didalamnya. Desa Suwangi Timur adalah salah
satu desa di Lombok Timur yang masih mempertahankan kebudayaan mereka
sampai saat ini, salah satunya adalah tradisi wacan. Wacan merupakan sebuah
naskah lama yang ditulis di atas daun lontar dan kitab-kitab tua yang merupakan
peninggalan buah fikiran para leluhur yang berisi cerita-cerita para leluhur yang
mengandung ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan.
Dalam kedudukannya sebagai budaya atau tradisi suatu daerah, Wacan
mencerminkan suatu nilai budaya di mana nilai-nilai yang terdapat pada Wacan
tersebut perlu diangkat ke permukaan agar dapat diserap dan dijadikan contoh
oleh segenap anggota masyarakat khususnya Desa Suwangi Timur kecamatan
Sakra. Dengan adanya nilai-nilai baik dalam tradisi Wacan tentu akan sangat
2
menguatkan kedudukannya sebagai suatu kebudayaan dalam pandangan
masyarakat karena dalam kenyataanya, Wacan bukanlah semata-mata tradisi
upacara adat belaka yang berisi hayalan-hayalan, akan tetapi berisi sebuah ajaran
dan nilai-nilai yang sangat bermanfaat.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan pemikiran
manusia yang cendrung berfikir rasional mengakibatkan kebiasaan-kebiasaan atau
tradisi-tradisi yang pada awalnya sangat kuat dan melekat pada individu dalam
masyarakat semakin hari semakin terkikis. Seperti yang terjadi pada masyarakat di
Desa Suwangi Timur Kecamatan Sakra. Kandungan dan nilai-nilai yang terdapat
pada tradisi wacan semakin hari semakin diabaikan khususnya oleh generasi muda
yang mengakibatkan tradisi wacan ini semakin jarang dikenal oleh seluruh lapisan
masyarakat. Peneliti berharap agar tradisi wacan ini bisa lebih dikenal dan nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya dapat dijalankan dan tidak diabaikan lagi oleh
masyarakat khususnya pada masyarakat Desa Suwangi Timur Kecamatan Sakra
Kabupaten Lombok Timur.
Kajian tentang tradisi syair Wacan juga pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti lain, diantaranya oleh Muhammad Shulhan Hadi (2017) tentang pola
pewarisan budaya Syair Melayu di Lombok Timur (Kajian Sejarah Budaya).
Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana proses masuknya Islam ke Lombok,
menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Syair Melayu di Desa Rumbuk,
dan mendeskripsikan pola pewarisan budaya Syair Melayu Islam. Kemudian ada
penelitian Made Suryasa (2012) tentang Bekayat Sasak Lombok kelisanan dan
keberaksaraan. Dalam penelitian ini menjelasan bahwa tradisi bekayat (membaca
syair lama) bukan hanya sebuah tradisi belaka, melainkan memandangnya sebagai
suatu sarana dakwah dan pelengkap dalam upacara-upacara adat maupun agama.
Kemudian ada penelitian Saharudin (2018) tentang Bekayat: Sastra Lisan
Islamisasi Sasak Dalam Bayang Kepunahan. Penelitian ini menjelaskan tentang
bagaimana syair-syair lama yang tersebar di Lombok dan proses pembacaannya
mempengarruhi Islamisasi, menerangkan ancaman-ancaman terkini yang
mempengaruhi perembangan tradisi bekayat seperi modernisasi, teknologi dan
3
pemikiran manusia yang mengedepankan realitas dan sukar terhadap kepercayaan
dan adat istiadat yang bersifat magis.
Peneltian ini tentu berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dimana
kajian dalam penelitian ini berfokus pada sejarah awal dan eksistensi tradisi
wacan dalam perspetif kajian sejarah budaya pada masyarakat Desa Suwangi
Timur Kecamatan Sakra. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah
awal dan perkembangan tradisi wacan, memahami nilai-nilai dan fungsi yang
terdapat dalam tradisi wacan, dan mendeskripsikan pengaruh tradisi wacan
terhadap kehidupan masyarakat Desa Suwangi Timur Kecamatan Sakra
Kabupaten Lombok Timur.
B. METODE PENELITIAN
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong: 2017) mendefinisikan bahwa
Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang dapat
diamati. Selaras dengan hal tersebut, Sugiyono (2008) mengartikan pendekatan
kualitatif adalah pendekatan penelitian yang terfokus pada pengolahan data
verbal, artinya bahwa dalam penyajian data, data tidak disajikan menggunakan
statistik melainkan deskriptif. Sedangkan metode sejarah menurut Gilbert J
Garraghan (Herlina; 2020) mendefinisikan bahwa metode sejarah merupakan
seperangkat prinsip dan aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk
membantu dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis
dan menyajikan suatu sitesis (umumnya dalam bentuk tertulis) hasil yang dicapai.
Notosusanto (dalam Sulasman 2014: 75) menyatakan bahwa penelitian
sejarah merupakan penelitian yang tergolong “metode historis”, yaitu metode
penelitian yang khusus digunakan dalam penelitian sejarah melalui tahapan
tertentu. Penerapan metode historis menempuh tahapan-tahapan kerja yang
bertumpu pada empat langkah kegiatan yang meliputi Heuristik, yaitu
menghimpun jejak-jejak masa lampau; Kritik (sejarah), yaitu menyelidiki apaah
jejak itu sejati, bai bentuk maupun isinya; Interpretasi, yaitu menetapkan makna
dan saling berhubungan dari fata yang diperoleh sejarah itu; dan Historiografi,
yaitu menyampaikan sintesis yang diperoleh dalam sebuah kisah.
4
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Perkembangan Tradisi Wacan 1990-2019
sebagai sebuah ajaran, Islam adalah agama yang kaya akan ajaran-ajaran
agama dan budaya yang tidak mungkin dapat ditransformasikan hanya dengan
intelektual muslim ketika itu. Faktor ketiga adalah faktor budaya. Faktor
salinan, begitu pula dengan tradisi wacan, yang awalnya ada yang tertulis
dengan Bahasa Jawa, dan Bali, dan Arab Melayu kemudian setelah masuk dan
berkembang di Lombok maka Bahasa dan tulisan dari isi tradisi Wacan ini
5
yang lebih kecil. Jadi setelah Kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik runtuh,
intelektual adalah mereka yang berada di bagian Tengah dan Timur. Sakra
merupakan salah satu wilayah tempat peradaban Islam dilanjutkan. Tidak heran
jika sampai sekarang Desa Sakra terkenal dengan desa yang menjunjung tinggi
nilai adat dan budaya. Inilah alasan kenapa tradisi Wacan sampai sekarang
berkembang baik di wilayah Sakra karena pada saat itu wilayah Sakra menjadi
Maka sangat wajar jika perkembangan Ilmu Pengetahuan, Adat, Tradisi, dan
bahwa kondisi tradisi wacan pada tahun 1990-an masih sangat sederhana dalam
prosesi pelaksanaannya. Dijelaskan juga bahwa terkait dengan bacaan dan isi
tradisi ini tetaplah sama, yang menjadi perbedaan adalah jumlah pengguna dan
Sorong Serah Aji Krame menjadi bukti bahwa pernikahan itu adalah
6
pernikahan yang benar dan baik secara adat dan apabila pernikahan itu tanpa
diadaan pembacaan tradisi Wacan, itu bisa dicap atau dinilai sebagai
pada tahun 2.000 hinga sekarang, tradisi dan kegiatan-kegiatan adat serta usaha
sendiri selalu mengundang para tokoh adat dan para pembayun untuk
pernyataan di atas menjelaskan bahwa selain upaya yang dilakukan oleh tokoh
adat dan pemerintah, ternyata seluruh lapisan masyarakat ikut serta membantu
dalam menjaga dan melestarikan tradisi ini karena sekali lagi bahwasanya
tradisi wacan ini adalah tradisi yang baik, berbahasa yang baik dan
mengandung hal-hal yang baik sehingga tidak ada alas an untuk tidak
pada tahun 2000-an hingga sekarang terbilang masih baik dan terlestarikan,
hanya saja yang berubah adalah jumlah para pengguna dan peminat dari tradisi
tersebut. Terlepas dari hal tersebut, eksistensi tradisi ini masih berkembang
baik dan mendapat perhatian khusus baik itu dari Masyarakat, para Pembayun,
7
2. Pola Pewarisan Budaya
itu dilakukan, isi budaya menanyakan apa yang dihasilkan atau simbol-simbol
apa yang dihasilkan; dan efek budaya menanyakan konsekuensi apa yang
Masyarakat Desa Suwangi Timur yang dalam hal ini merupakan lembaga
budaya dan merupakan salah satu hal yang terpenting di dalam memelihara
menjaga dan terus melestarikan tradisi wacan ini yaitu sebagai berikut:
Proses Adaptasi
Paling tidak ada dua hal yang dilakukan masyarakat Desa Suwangi
Timur di dalam proses mengadaptasi syair Tradisi Wacan sehingga syair ini
Penambahan Irama Khas Sasak. Agar kandungan dan fungsi tradisi ini lebih
Timur, Syair Tradisi Wacan ini dimodifikasi dan diadaptasi dengan irama khas
Sasak. Syair Tradisi Wacan ini dibaca setidaknya oleh dua orang penyair, yaitu
satu orang sebagai pembaca Syair asli dan satu orang lagi sebagai penerjemah
atau yang menafsirkan Syair Tradisi Wacan tersebut ke dalam bahasa Sasak.
Syair Tradisi Wacan ini dibaca secara berpasangan antara penyair dan
8
penerjemah karena dalam pembacaan syair itu diperlukan pemahaman dan
Proses Internalisasi
generasi muda. Hal ini dilakukan sebagai salah satu jembatan kepada generasi
nantinya paling tidak isi yang terkandung di dalamnya dapat diajarkan kepada
generasi selanjutnya, terlebih lagi jika anak-anak yang belajar tersebut bisa
Proses Sosialisasi
masyarakat dilakukan sekali sebulan atau lebih dan semua masyarakat bisa
9
lancar maka Syair Tradisi Wacan ini akan tetap bertahan dan lestari walaupun
Proses Enkulturasi
adat yang ada di Desa Suwangi Timur misalnya upacara kelahiran, upacara
upacara Kematian dan lain sebagainya. Penyesuaian teks Syair Tradisi Wacan
terkandung di dalam kitab-kitab tersebut, juga menjadi sesuatu yang tidak bisa
dalam tradisi wacan dapat dijabarkan sebagai berikut: Adat Urip, ekspresi
syukur serta doa yang berkaitan dengan daur hidup dengan harapan “kenyang
tilah” mulai dari adat isteri sewaktu hamil, anak lahir, sampai seorang akan
dalam adat krame. Adat Krame, ekspresi nilai “Pemole” dalam menata ekspresi
10
manusia dalam proses perkawinan. Dalam konteks ini konsep pokok yang
sebagai berikut: Adat Pati, Ekspresi Kesadaran “Panjak” yang harus melewati
kendaraan yang memadai sesuai dengan kemauan. Dalam konteks prosesi adat
“Kufu” dalam pergaulan dan perbedaan peran sosial sebagai sesuatu yang
kodrati. Adat Yang Berkaitan Dengan Alam, ekspresi nilai yang menunjukkan
Tradisi Wacan juga mengandung nilai dan fungsi medis, dalam kasus
panas dan pusing yang luar biasa hingga sempat di infus beberapa hari, namun
pembayun langsung mengbati dengan cara memercikkan aik tumpu (air yang
selang beberapa jam kondisi tubuh dan sakit kepala mulai normal dan kembali
pulih.
mendapatan pasien seorang yang bisu, setelah beberpa kali melakukan terapi
11
pengobatan dengan pembacaan tradisi Wacan, pasien mengalami progres yang
cukup signifikan dan kondisi pasienpun berangsur baik dan bisa lancar dalam
berbicara. dalam beberpa kasus penah mengbati berbagai macam jenis penyakit
seperti: demam, lumpuh, bisu, sakit dalam (jantung, paru-paru) dengan hanya
Nilai-nilai dan fungsi agama dalam tradisi Wacan lebih merujuk kepada
nilai hukum, nasihat hidup, cara hidup yang Syar’i sesuai dengan isi dari syair-
syair yang ada dalam tradisi Wacan seperti syair tentang perjalanan Nabi dalam
mengambil perintah Sholat, syair tentang sifat-sifat Allah dan Para Nabi,
menepati janji, cerita Cupak Gurantang yang nakal dan serakah, cerita inak
bangkol dan amak bangkol yang mendidik Cilinaya dengan penuh kasih
sayang.
Nilai-nilai lain yang dapat kita simpulkan dari berbagai jenis syair yang
ada dalam tradisi wacan itu seperi nilai Maliq, merupakan system nilai yang
mengatur hal-hal boleh dan tidak boleh dikerjakan. Orang sasak apabila sudah
12
Selanjutnya ada nilai yang Namanya Merang, adalah system nilai yang
kata dan berbuat. Kemudian ada nilai Tatas, memiliki arti memahami,
kesejahtrasaan dan mengemban tugas sebagai khalifah di bumi. Ada juga nilai
oleh orang sasak yang berupa sikap realistis. Patuh, patuh berarti seiring
yang mencerminkan ketulusan dalam bekerja, sabar, tabah dan tekun. Paut,
dalam sesenggak sasak seiring kita dengar ungkapan “kalah paut isik culuk”
paut dalam Bahasa sasak bermakna pantas, sesuai. Terakhir ada nilai Pasu,
menjunjung tinggi akan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh nenek
moyang yang hidup pada zaman dahulu. Salah satu ciri kehidupan masyarakat
13
dan gotong royong. seperti pada nilai-nilai dan fungsi tradisi wacan yang telah
bahwasanya pengaruh yang dirasakan dari tradisi wacan ini sangat banyak,
lebih-lebih pengaruh yang berkaitan dengan nilai dan etika serta bagaimana
Selain menjadi aset budaya dan bukti dari keluhuran adat, tradisi wacan
juga kaya kan nilai-nilai dan fungsi serta pengaruh dalam kehidupan
dalam bidang agama. Dijelaskan bahwa, karena tradisi wacan juga banyak
sekali masyarakat Desa Suwangi Timur dari kalangan para guru dan orang tua
bahwasanya tradisi Wacan ini akan terus menjadi pedoman hidup dan contoh
14
dalam berprilaku dalam masyarakat, karena dengan itu tradisi ini akan terus
Dalam bidang adat dan sosial budaya, pengaruh paling menonjol yang
yang taat akan aturan adat, menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai
semangat gotong royong yang tinggi. Dijelaskan bahwa pengaruh tradisi wacan
pada masyarakat berwujud pada perubahan sikap dan prilaku masyarakat yang
kehidupan.
pengaruh dalam bidang agama, pengaruh dalam bidang adat dan sosial budaya
ilmu pengetahuan, menjadi masyarakat yang lebih taat akan aturan adat dan
bersama.
15
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Tenggara Barat. Tradisi ini termasuk kedalam jenis sastra lama yang
perkembangan kerajaan yang ada pada saat itu, saat kerajaan mengalami
puncak kejayaan maka tradisi ini juga sangat terkenal dan menjadi salah
satu hal yang wajib diadakan dalam setiap kegiatan upacara adat maupun
upacara agama. Begitu juga sebaliknya, keberadaaan tradisi ini juga akan
terbilang sangat baik, karena sampai saat ini masyarakat Sasak masih
banyak yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan fungsi yang ada pada tradisi
peneliti menyadari dan memahami bahwa tradisi ini adalah suatu tradisi
16
yang baik dan harus terus di lestarikan, dijaga dan diperhatikan secara
khusus agar anak cucu kita kelak masih bisa melihat, mempelajari dan
memahami apa itu tradisi wacan dan nilai serta fungsi yang ada pada tradisi
tersebut.
b. Berikut beberapa nilai dan fungsi yang terdapat dalam tradisi Wacan:
wacan. Nilai dan fungsi medis ini berwujud pada proses pelaksanaan adat
tradisional suku sasak. Ketiga, nilai-nilai dan fungsi agama dalam tradisi
wacan, maka pada hal ini nilai dan fungsi agama banyak terdapat pada
syair-syair kisah Para Nabi, Nabi bercukur, kisah perjalanan Isro’ Mi’roj,
c. Selain kaya akan nilai-nilai dan fungsi, sebuah tradisi tentu mempunyai
msyarakat desa suangi timur: Pertama, pengaruh dalam bidang adat/ sosial
17
bekerjasama atau bergotong royong yang tinggi. Semangat mengerjakan
Kamling dan lain-lain), dalam acara adat dan agama (pernikahan, sunatan,
yang berbau agama karena paham dan mengerti nilai-nilai agama yang ada
2. Saran
ini karena tradisi ini merupakan aset budaya masyarakat sasak yang sangat
baik dan memiliki kandungan yang berarti bagi seluruh lapisan masyarakat
kepada segala bentuk dan jenis tradisi masyarakat Sasak yang asih
18
berembang saat ini, khusunya tradisi wacan agar tidak punah dan tetap
terlestarikan.
c. Kepada para pembaca hasil peneitian ini, diharapkan untuk mengkaji dan
memahami secara baik dan benar, bila perlu memperkaya sudut pandang
dari berbagai sumber yang lain agar tidak terjadi kekeliruan pemahaman
19
DAFTAR PUSTAKA
Jamaluddin. 2005. Sejarah Islam lombok Abad XVI-XX. Yogyakarta: Ruas Media
Yogyakarta.
Jamaluddin. 2005. Sejarah Tulis Masyarakat Sasak, Lombok. Dalam Jurnal, Vol.
IX, Edisi 16, No.2, Juli-Desember. Lombok Timur: Ulumuna.
Kesuma Andi Ima, Lalu Murdi. 2015. Nafas budaya dari timur nusantara,
sejarah dan sosial budaya masyarakat di Sulawesi dan Lombok-NTB.
Arga Puji. Gunung Sari Lombok Barat: Press Lombok.
Rosana dkk. 2018. Estetika Resepsi Bahasa Sasak Para Pembayun Dalam Upacara
Adat Sorong Serah Masyarakat Sasak Di Pulau Lombok. Dalam Jurnal
Cendikia, Vol. 15, No. 2, September 2018. Centre Of Language and
Culture Studies Surakarta.
Suhardi, Dkk. 2010. Upacara Daur Hidup Masyaraat Sasak. Mataram: Pustaka
Widya.
20