Anda di halaman 1dari 15

SUKU DANI PAPUA

Rosidah (201346579005)

PENDAHULUAN
Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim
atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Wamena, Papua, Indonesia dan mendiami
keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya. Suku-suku lain yang
terdapat di daerah ini antara lain Yali dan Lani. Ketiga suku ini memiliki ciri khas masingmasing baik dari segi budaya, adat istiadat, dan bahasa.
Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan
tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah
satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Belanda),
tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem. Kemudian penyidik asal Amerika Serikat
yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang pertama yang mengadakan kontak
dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya.
Ini terjadi pada tahun 1935. kemudian juga telah diketahui bahwa penduduk Suku Dani adalah
para petani yang terampil dengan menggunakan kapak batu, alat pengikis, pisau yang terbuat
dari tulang binatang, bambu atau tombak kayu dan tongkat galian.
Orang Suku Dani sendiri menyebut mereka sebagai Suku Parim. Suku Dani atau Suku
Parim ini termasuk suku yang masih memegang teguh kepercayaan mereka. Salah satunya
adalah selalu memberi hormat pada orang-orang yang sudah meninggal. Hal tersebut dilakukan
dengan cara mengadakan upacara serta penyembelihan babi.

Suku Dani juga merupakan salah satu suku di Papua yang masih mengenakan Koteka
yang terbuat dari kunden kuning. Para wanitanya pun masih menggunakan pakaian berjuluk
wah yang berasal dari rumput/ serat dan tinggal di Honai-Honai (sebuah gubuk yang
beratapkan jerami/ilalang).

PEMBAHASAN
1. GEODEMOGRAFIS
Secara geografis Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20 Lintang Selatan
serta 1370.19 sampai 141 bujur timur. Batas-batas Daerah Kabupaten Jayawijaya adalah
sebagai berikut : sebelah utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen,
barat dengan Kabupaten Paniai, selatan dengan Kabupaten Merauke dan Timur dengan
perbatasan negara Papua Nugini.
Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri
dari gunung-gunung yang tinggi dan
lembah-lembah

yang

luas.

Di

antara

puncak-puncak gunung yang ada beberapa


diantaranya selalu tertutup salju, misalnya
Puncak Trikora (4750 m), Puncak Yamin
(4595 m), dan Puncak Mandala (4760 m).
Tanah pada umumnya terdiri dari batu
kapur/gamping dan granit terdapat di
daerah pegunungan sedangkan di sekeliling
lembah merupakan percampuran antara
endapan lumpur, tanah liat dan lempung.
Lembah Baliem (Sumber : amazingofindonesia.com)

Suku bangsa Dani bermukim di lembah Baliem (138030 139030 BT dan 3400
4200LS)., Irian Jaya. Lembah ini berada di tengah-tengah pegunungan Jaya Wijaya pada
ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut. Lembah Baliem memiliki luas sekitar 1200 km2.
Suku Dani lebih senang disebut bangsa Parim atau orang Baliem. Suku ini sangat menghormati
nenek moyangnya, biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi.
Setidaknya ada 5.000 Dani tinggal di lembah dan lain lima puluh ribu lainnya atau
lebih menghuni permukiman curam-sisi sepanjang lembah . Suhunya ringan, curah hujan
sedang, dan terdapat satwa liar berbahaya dan penyakit-penyakit langka.
Suku Dani yang mendiami daerah Lembah Baliem merupakan salah satu Suku Terbesar
yang mendiami Wilayah Pegunungan Tengah Papua Selain Suku Dani Wilayah Pegunungan

Tengah Papua didiami oleh suku, Ekari, Moni, Damal, Amugme dan beberapa sub suku
lainnya.
Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem dan sekitarnya diperkirakan
merupakan suku yang berasal dari wilayah Timur Lembah Baliem atau di kenal dengan nama
daerah yali (pada saat ini masuk dalam kabupaten Yalimo dan Kabupaten Yahokimo).
Sehingga berdasarkan cerita rakyat yang sering dibicakan oleh orang tua- tua bahwa nenek
moyang suku dani berasal dari orang Yali. Mitos menceritakan bahwa orang pertama/ manusia
pertama suku Dani bernama Pumpa (Pria) dan Nali nali(Perempuan) yang masuk ke Lembah
Baliem dari arah timur melalui sebuah Goa. Ada beberapa sumber yang mengatakan Goa
pertama tempat keluarnya manusia pertama ini berasal dari Goa Kali Huam (Daerah Siepkosy),
ada pula yang mengatakan dari Goa di Daerah Pugima dan sebagian mengatakan bahwa
keluarnya Manusia pertama suku dani ini berasal dari dari Pintu masuk angin di daerah
Kurima.
Sampai dengan saat ini diperkirakan Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem
merupakan Generasi ke 5 Suku Dani, bila ditarik dari cerita-cerita peradapan Nenek Moyang
Suku Dani. Dengan Perkembangan Teknologi yang sangat pesat, dimana peradapan Suku Dani
yang kala itu masih berada pada Zaman Batu dihadapkan pada peradapan Kehidupan modern.
Klimatologis
Suku Dani menempati daerah yang beriklim tropis basah karena dipengaruhi oleh letak
ketinggian dari permukaan laut, temperatur udara bervariasi antara 80-200 derajat Celcius, suhu
rata-rata 17,50 derajat Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban
diatas 80 %, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan
terendah 2,5 knot.

2. Bahasa Suku Dani


Bahasa Dani terdiri dari 3 sub keluarga bahasa, yaitu:

Sub keluarga Wano di Bokondini

Sub keluarga Dani Pusat yang terdri atas logat Dani Barat dan logat lembah Besar
Dugawa.

Sub keluarga Nggalik & ndash

Bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Papua tengah (secara
umum).

3. Sistem Religi/ Kepercayaan


Dasar religi masyarakat Dani adalah menghormati roh nenek moyang dan juga
diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Upacara-upacara besar dan
keagamaan masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Sebagian masyarakat
Suku Dani sudah memeluk agama Kristen, akibat pengaruh misionaris Eropa yang pernah
datang ke lokasi tersebut sekitar tahun 1935.
Konsep kepercayaan/keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para
nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).
Kekuasaan sakti ini antara lain :

kekuatan menjaga kebun

kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala

kekuatan menyuburkan tanah Untuk menghormati nenek moyangnya, suku Dani


membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga adanya Kaneka
Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk menyejahterakan keluarga masyarakat serta
untuk mengawali dan mengakhiri perang.

Suku Dani juga memiliki simbol yang mereka namakan Kaneka. Lambang tersebut dipakai
saat upacara tradisi yang bersifat keagamaan.
Tradisi Potong Jari
Banyak cara menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita ditinggalkan anggota keluarga
yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit akibat
kehilangan. Namun berbeda dengan Suku Dani, mereka melambangkan kesedihan lantaran
kehilangan salah satu anggota keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi
memotong jari. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti
suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong jari mereka. Mereka
beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang
kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk
mencegah terulang kembali malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam
keluarga yg berduka.
Mengapa Jari yang Dipotong?
Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan
dalam diri manusia maupun sebuah keluarga, walaupun dalam penamaan jari yang ada di

tangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga, yaitu ibu jari. Akan tetapi jika
dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan
kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama
membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna.
Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja.
Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan
berkuranglah kekuatan.
Alasan lainnya adalah Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik atau pedoman
dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu
leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting
bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang
ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak
terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada
keluarga yang meninggal dunia.
Tradisi potong jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari
menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Ada juga yang melakukannya
dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran
darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.Selain
tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung.
Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau
kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang
yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke
tanah. Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir
ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama
yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita masih bisa
menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi
ini.

4. Sistem Kemasyarakatan
Masyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong, kehidupan
masyarakat Dani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong

Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpin
oleh seorang penata adat atau kepala suku

Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga


dan keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial.

Suku Dani dipimpin oleh seorang Kepala suku besar disebut ap kain. Pemimpin suku
disebut watlangka. Selain itu juga terdapat pemimpin pada bidang tertentu, sebagai berikut.
1. Ap Menteg adalah kepala perang.
2. Ap Horeg adalah kepala suku kesuburan.
3. Ap Ubalik adalah kepala suku adat.
Pemimpin dalam masyarakat Dani harus dapat menjadi panutan bagi rakyatnya. Oleh sebab
itu pemimpin tersebut juga harus memiliki kemampuan, antara lain berdiplomasi, bercocok
tanam, berburu, keberanian, dan ramah. Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik Silimo biasa
yang dihuni oleh masyatakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma. Dalam masyarakat Dani tidak
ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berarti kuat, pandai dan terhormat.

Panglima perang Suku Dani. (detik.com)

Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua, tetapi masih mampu
mengatur urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut
antara lain pemeliharaan kebun dan Bahi serta melerai pertengkaran.
Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain.
Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah juga
menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani :
Pandai bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan fisik
dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.

Sistem Kekerabatan
Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, di mana bapak, ibu, dan anak
tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang
sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya,
dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili.
Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga, yaitu kelompok kekerabatan, paroh
masyarakat, dan kelompok teritorial.

Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas.
Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama sama menghuni suatu
kompleks perumahan yang ditutup pagar (lima).

Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen
kecil) yang disebut ukul oak (klen besar)

Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa
Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas
yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).

Pernikahan
Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini. Keluarga batih ini tinggal
di satu satuan tempat tinggal yang disebut silimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3- 4 slimo
yang dihuni 8 - 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang
suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan.
Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan
kerabat suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety /
dengan orang di luar Moety).
Adat Menghormati Nenek Moyang
Untuk menghormati nenek moyangnya, Suku Dani membuat lambang nenek moyang yang
disebut Kaneka. Selain itu, juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk
mensejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.

5. Kesenian

Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman,
seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan
Wamai.
1. Honae adalah merupakan rumah adat suku bangsa Dani. Honae berbentuk bulat dan
atapnya berasal dari rumput kering
2. Ebeai adalah rumah wanita, ebe artinya tubuh/pusat dan ai artinya rumah.
3. Wamai adalah kandang babi yang berbentuk persegi panjang dan disekat sebanyak
jumlah ebeai.
Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas,
anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai
peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain : Valuk, Panah sege, Kurok,
Sege, Moliage dan Wim. Peralatan-peralatan tersebut biasanya diberi hiasan atau diukir agar
nampak indah.

6. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan
manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.
Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu baru mulai
menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang berkesinambungan dan
kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat sederhana tadi berkembang menjadi
suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi.
Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata
pencaharian umumnya mereka adalah berkebun. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah
pisang, tebu, dan tembakau.
Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:

Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap

Kebun-kebun di lereng gunung

Kebun-kebun yang berada di antara dua uma

Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat.
Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang. Dalam
mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan sederhana seperti
tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.
Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara
dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa
bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian
dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi
bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan
alat-alat berkebun.
Bagi suku Dani, babi berguna untuk:

1. dimakan dagingnya
2. darahnya dipakai dalam upacara magis
3. tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
4. tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
5. sebagai alat pertukaran/barter
6. menciptakan perdamaian bila ada perselisihan
Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya.
Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti
kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.

7. Sistem Teknologi
Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang
dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan
alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan
kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat
menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak
mengenakan ''koteka'' (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para
wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di honai-honai
(gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).

Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut
antara lain : Valuk, Panah sege, Kurok (alat sejenis parang), Sege (alat sejenis tugal untuk
melubangi tanah), Moliage (sejenis kapak batu dengan ujung dari besi) dan Wim (busur panah).
Rumah Adat
Honai, rumah adat suku Dani ukurannya tergolong mungil, bentuknya bundar,
berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang.
Rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan).
Perbedaan antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai
dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni oleh perempuan. Komplek
Honai ini tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem yang luasnya 1.200 km2. Baik itu
dekat jalan besar (dan satu-satunya yang membelah lembah itu), hingga di puncak-puncak
bukit, di kedalaman lembah, juga di bawah naungan tebing raksasa.
Rumah bundar itu begitu mungil sehinggi kita tak bisa berdiri di dalamnya. Jarak dari
permukaan rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya ada 1 perapian yang
terletak persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, ataupun cermin. Begitu
sederhana namun bersahaja.
Atap jerami dan dinding kayu rumah Honai ternyata membawa hawa sejuk ke dalam
Honai. Kalau udara dirasa sudah terlalu dingin, seisi rumah akan dihangatkan oleh asap dari
perapian. Bagi suku Dani, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama.
Selama pintu masih terbuka (dan memang tak ada tutupnya), oksigen masih mengalir kencang.
Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi. Ada Honai khusus untuk
menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang, semacam lumbung untuk menyimpan padi. Ada
pula yang khusus untuk pengasapan mumi. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di
Desa Kerulu dan Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.

8. Sistem Pengetahuan
Salah satu pengetahuan terbesar suku dani adalah bagaimana mereka bisa tetap bisa
bertahan hidup. Salah satunya adalah sistem pengetahuan membuat tempat tinggal yang disebut
dengan honai.

Bentuk Honai
Bentuk Honai yang bulat tersebut dirancang untuk menghindari cuaca dingin ataupun
karena tiupan angin yang kencang sehingga rumah yang sederhana ini dapat bertahan bertahuntahun lamanya.
Atap Honai
Honai memiliki bentuk atap bulat kerucut. Bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi
seluruh permukaan dinding agar tidak mengenai dinding ketika hujan turun.
Atap honai terbuat dari susunan lingkaran-lingkaran besar yang terbuat dari kayu buah
sedang yang dibakar di tanah dan diikat menjadi satu di bagian atas sehingga membentuk
dome. Empat pohon muda juga diikat di tingkat paling atas dan vertikal membentuk persegi
kecil untuk perapian.
Penutup atap terbuat dari jerami yang diikat di luar kubah. Lapisan jerami yang tebal
membentuk atap dome, bertujuan menghangatan ruangan di malam hari. Jerami cocok
digunakan untuk daerah yang beriklim dingin. Karena jerami ringan dan lentur memudahkan
suku Dani membuat atap serta jerami mampu menyerap goncangan gempa, sehingga apabila
terjadi gempa sangat kecil kemungkinan rumah Honai akan roboh.

Dinding & Bukaan


Honai mempunyai pintu kecil dan jendela-jendela yang kecil. Jendela-jendela ini
berfungsi memancarkan sinar ke dalam ruangan tertutup itu. Ada pula Honai yang tidak
memiliki jendela, Honai tanpa jendela pada umumnya dipergunakan untuk kaum
ibu/perempuan.
Jika Anda masuk ke dalam honai ini, maka di dalam cukup dingin dan gelap karena
tidak terdapat jendela dan hanya ada satu pintu. Pintunya begitu pendek sehingga harus
menunduk jika akan masuk ke rumah Honai. Di malam hari menggunakan penerangan kayu
bakar di dalam Honai dengan menggali tanah di dalamnya sebagai tungku, selain menerangi
bara api juga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh. Jika tidur, mereka tidak menggunakan
dipan atau kasur, mereka beralas rerumputan kering yang dibawa dari kebun atau ladang.
Umumnya mereka mengganti jika sudah terlalu lama karena banyak terdapat kutu babi.
Ketinggian
Rumah Honai mempunyai tinggi 2,5-5 meter dengan diameter 4-6 meter. Rumah Honai
ditinggali oleh 5-10 orang dan rumah ini biasanya dibagi menjadi 3 bangunan terpisah. Satu
bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur). Bangunan kedua untuk tempat makan
bersama dimana biasanya mereka makan beramai-ramai dan bangunan ketiga untuk kandang
ternak terutama babi. Rumah Honai juga biasanya terbagi menjadi 2 tingkat. Lantai dasar dan
lantai satu di hubungkan dengan tangga yang terbuat dari bambu/kayu. Biasanya pria tidur
melingkar di lantai dasar , dengan kepala di tengah dan kaki di pinggir luarnya, demikian juga
cara tidur para wanita di lantai satu. Dalam peraturan adat Honai, pria dan wanita (termasuk
anak-anak) tidak boleh tidur disatu tempat secara bersamaan hukumnya tabu.
Fungsi Honai
Rumah Honai mempunyai fungsi antara lain:

Sebagai tempat tinggal

Tempat menyimpan alat-alat perang

Tempat mendidik dan menasehati anak-anak lelaki agar bisa menjadi orang berguna
pada masa depan

Tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi perang agar dapat berhasil dalam
pertempuran atau perang

Tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang Dani yang sudah ditekuni
sejak dulu

Filosofi Honai
Filosofi bangunan Honai yang bentuknya bulat melingkar adalah :

Dengan kesatuan dan persatuan yang paling tinggi, mereka mempertahankan budaya
yang telah dipertahankan oleh nenek moyang meraka dari dulu hingga saat ini.

Dengan tinggal dalam satu honai maka mereka sehati, sepikiran dan satu tujuan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.

Honai merupakan simbol dari kepribadian.

Bahan Pembuat
Kebiasaaan dari suku atau orang Dani dan Yali dalam membangun Honai yaitu mereka
mencari kayu yang memang kuat dan dapat bertahan dalam waktu yang lama atau bertahuntahun bahkan sampai ratusan tahun. Bahan yang digunakan sebagai berikut:

Kayu besi (oopihr) digunakan sebagai tiang penyangga bagian tengah Rumah Honai

Kayu buah besar

Kayu batu yang paling besar

Kayu buah sedang

Jagat (mbore/pinde)

Tali

Alang-alang

Papan yang dikupas

Papan alas dll.

Pendidikan
Sebagaimana suku suku pedalaman Papua, seperti halnya suku Dani, umumnya
tingkat pendidikan (formal) rendah dan kesadaran untuk menimba ilmunya juga masih kurang.
Namun, sejak masa reformasi beberapa belas tahun silam suku Dani sudah banyak yang
menuntut ilmu ke luar daerahnya.

Kesimpulan

Di Indonesia begitu banyak ragam suku dan budaya salah salah satu nya suku Dani di
Papua. Masyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong.
Dijaman modern ini suku Dani salah satu suku yang masih menjaga dan menjunjung
tinggi tradisi leluhur dan adat istiadatnya serta keseniannya hingga bertahan sampai sekarang,
terbukti dengan adanya rumah honai dengan filosofinya: kesatuan dan persatuan yang paling
tinggi, mempertahankan budaya yang telah dipertahankan oleh nenek moyang meraka dari
dulu hingga saat ini. Dengan tinggal dalam satu honai maka mereka sehati, sepikiran dan satu
tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai