Anda di halaman 1dari 40

KEBERAGAMA

6
N SUKU DI
INDONESIA

Persembahan dari kelompok 7


-Jannatan Hisan Kusuma/10
-Chiquita Alya Shafa Salsabila/6
7
-Nabila Belva Ardelia/20 EXRAORDINAR
-Bima al-akhlakul karimah/5
Y

SUKU BANGSA DI INDONESIA


Manusia tidak pernah lepas dari “Budaya” karena manusia merupakan
pembentuk budaya itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan dan
kebudayaan akan selalu hidup dan berkembang jika manusia melestarikannya.
Hubungan erat antara manusia (terutama masyarakat ) telah diungkapkan lebih
jauh oleh E. B. Tylor (1871) dalam bukunya Primitive Culture: kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Bangsa yang memiliki beragam
kebudayaan, agama, dan suku bangsa. Salah satu suku bangsa yang ada di
Indonesia adalah Suku Korowai yang tinggal di pedalaman Papua dengan populasi
sebanyak 3000 ribu orang . Suku bangsa ini baru ditemukan 30 tahun yang lalu
karena kehidupan mereka yang masih sangat terisolasi di pedalaman Papua.
untuk itu sangat penting bagi kita sebagai penerus bangsa mengetahui suku-suku
bangsa yang tertinggal sehingga pengetahuan kita tidak terbatas mengenai
keberadaan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia.

Suku di Pulau Sumatera
 Suku Aceh

Suku bangsa yang berada paling ujung Sumatera ini mayoritas beragama Islam. Leluhur dari
suku bangsa Aceh berasal dari Kamboja, Arab,dan India. Tidak hanya itu, sebagian dari suku
bangsa Aceh juga berasal dari bangsa Portugis.

 Suku Batak
Suku bangsa batak bermukim di daerah Tapanuli dan Sumatera Utara. Batak Toba, Batak
Angkola, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Mandailing dan Batak Simalungun merupakan suku
bangsa Batak yang ada di Sumatera. Hampir sebagian dari mereka memeluk agama Kristen.
Sebagian mereka beragama Islam dan ada pula yang menganut animisme. Seiring dengan
perkembangan jaman, penganut animisme semakin berkurang.

 Suku Nias

Suku bangsa Nias berasal dari India Selatan yang berperawakan Malesoid. Suku bangsa Nias
memiliki rambut yang keriting, bibir yang tebal dan memiliki kulit hitam. Namun, Anda juga
akan melihat suku bangsa Nias yang memiliki penampilan yang berbeda. Kulit yang berwarna
sawo matang. rambut yang lurus, badan yang ramping dan bentuk mulut yang sedang.

 Suku Minangkabau
Suku bangsa Minagkabau memiliki kulit berwarna sawo matang, rambut yang lurus dan bentuk
mulut yang sedang, Penyebaran suku bangsa Minangkabau berada di Sumatera Barat, Riau,
Jambi dan Aceh.

 Suku Melayu

Suku melayu merupakan penduduk asli dari provinsi Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Bangka
Belitung, Kepulauan Riau, Sumatera Utara dan sejumlah daerah lainnya.Bahkan suku Melayu
juga merupakan salah satu suku asli dari provinsi Kalimantan Barat. Pada dasarnya, suku
Melayu merupakan gabungan dari berbagai suku. Kesamaan bahasa, agama dan budaya yang
membuat mereka menjadi satu. Pada tahun 2010, populasi suku Melayu diperkirakan sekitar
8.789.585 jiwa. Indonesia sendiri merupakan negara dengan jumlah orang melyu terbesar
kedua di dunia setelah negara Malaysia.

 Suku Rejang
Suku Rejang adalah salah satu suku tertua di pulau Sumatera. Berdasarkan perbendaharaan
kata dan dialek yang terdapat dalam bahasa Rejang, suku ini di kategorikan sebagai Proto
Melayu. Provinsi Bengkulu menjadi wilayah asal dari suku Rejang. Suku Rejang ini tidak terlalu
gemar merantau seperti suku-suku yang kita bahas sebelumnya, sehingga cukup sulit untuk
menjumpai orang-orang Rejang di luar wilayah Bengkulu. Populasi suku Rejang diperkirakan
mencapai 2 juta jiwa.

Suku Yang Ada Di Pulau Jawa


 Suku Jawa

Suku Jawa merupakan suku dengan jumlah penduduk paling banyak. Hampir seluruh
bagian pulau Jawa yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY ditempati oleh suku ini. Suku
ini juga menempati sebagian wilayah Jawa barat.
 Suku Osing

Suku Osing merupakan suku wong Blambangan. Dimana pada masa jatuhnya Majapahit,
suku ini lari ke beberapa tempat yaitu gunung Bromo, Bali, dan Blambangan (tempat
suku Osing). Hingga lahir kerajaan Hindu-Budha.

 Suku Tengger

Selanjutnya suku Tengger, yaitu suku beragama Hindu taat yang tinggal di sekitar wisata
gunung Bromo,Jawa Timur. Suku ini menempati daerah Pasuruan, Lumajang, Probolinggo dan
Malang.

 Suku Samin
Keempat adalah suku Samin yang merupakan keturunan para pengikut Samin Soersentiko.
Samin ini mengajarkan sedulur sikep, dimana dia mengobarkan semangat perlawanan terhadap
Belanda dalam bentuk menolak pajak, peraturan kolonial.

 Suku Sunda

Kelima adalah suku Sunda yang berasal dari Jawa bagian barat. Menurut peta pulau Jawa suku
ini mencakup wilayah provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta dan Lampung. Suku Sunda
merupakan suku terbesar kedua di Indonesia.
 Suku Cirebon

Keenam Suku Cirebon, yang merupakan perpaduan antara suku Jawa dan suku Sunda. Namun
begitu, suku ini berbeda dari suku Sunda maupun suku Jawa. Hal ini dapat dilihat dari jejak
sejarah yang mengungkap bahwa nama Cirebon berasal dari kata Sarumban. Dimana Sarumban
jika diucapkan menjadi caruban dan berkembang menjadi Cirebon yang berarti campuran.

 Suku Betawi

Ketujuh adalah suku Betawi. Suku ini berasal dari kawin-mawin antar etnis dan bangsa di masa
lalu. Suku Betawi merupakan pendatang baru yaitu keturunan kaum berdarah campuran aneka
suku yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Dimana suku ini tergabung dari Sunda, Jawa,
Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.
 Suku Baduy

Terakhir adalah suku Baduy yang menjadi suku asli Banten. Jumlah penduduk suku Baduy hanya
5000-8000 orang. Mereka berada di kaki gunung Kendeng desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Lebak, Rangkasbitung, Banten. Suku Baduy ini dibagi menjadi dua yaitu suku luar
dan suku dalam. Suku Baduy dalam masih menjaga pikukuhnya sedangkan Baduy luar sudah
berbaur dengan masyarakat lain.

Suku di Pulau Kalimantan
 Suku Dayak

Suku Dayak adalah nama yang oleh penjajah diberi kepada penghuni pedalaman pulau Borneo
yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta
Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Selatan). Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai,
Paser, Berau dan Tidung Menurut sensus Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2010,
suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu suku
Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak
dan non Banjar). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya maritim atau bahari. Hampir
semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
“perhuluan” atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.

 Suku Kutai

Suku Kutai atau Urang Kutai adalah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Timur yang
mayoritas saat ini beragama Islam dan hidup di tepi sungai.

Suku Kutai merupakan bagian dari rumpun Suku Dayak, khususnya dayak rumpun ot danum
( tradisi lisan orangtua beberapa Suku Kutai yang mengatakan Suku Dayak Lawangan yang
kemudian berdiam di Kalimantan Timur melahirkan Suku Dayak Tunjung dan Suku Dayak
Benuaq, kemudian dengan masuknya budaya melayu dan muslim melahirkan terbentuknya
masyarakat Suku Kutai yang berbeda budaya dengan Suku Dayak).

 Suku Paser

Suku Paser adalah suku bangsa yang tanah asalnya berada di tenggara Kalimantan Timur yaitu
di Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota Balikpapan. Suku Paser sebagian
besar beragama Islam maupun beragama Kristen dan telah mendirikan kerajaan Islam yaitu
Kesultanan Pasir (Kerajaan Sadurangas) jadi termasuk ke dalam suku yang berbudaya Melayu
(budaya kesultanan/lingkungan hukum adat Melayu). Kemungkinan suku Paser masih
berkerabat dengan suku Dayak Lawangan yang termasuk suku Dayak dari rumpun Ot Danum.
Populasi suku Dayak Paser saat ini diperkirakan sebesar 155.000 jiwa.

 Suku Bajau

Suku Bajau atau Suku Sama adalah suku bangsa yang tanah asalnya Kepulauan Sulu, Filipina
Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden yang hidup di atas laut, sehingga disebut gipsi laut.
Suku Bajau menggunakan bahasa Sama-Bajau. Suku Bajau sejak ratusan tahun yang lalu sudah
menyebar ke negeri Sabah dan berbagai wilayah Indonesia. Suku Bajau juga merupakan anak
negeri di Sabah. Suku-suku di Kalimantan diperkirakan bermigrasi dari arah utara (Filipina) pada
zaman prasejarah. Suku Bajau yang Muslim ini merupakan gelombang terakhir migrasi dari arah
utara Kalimantan yang memasuki pesisir Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan dan
menduduki pulau-pulau sekitarnya, lebih dahulu daripada kedatangan suku-suku Muslim dari
rumpun Bugis yaitu suku Bugis, suku Makassar, suku Mandar.

 Suku Banjar
Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian
Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga
dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang
Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.

SUKU DI BALI
 Suku Bali Aga di Karangasem dan Kintamani

Suku Bali Aga yaitu salah satu subsuku bangsa Bali yang menganggap mereka sebagai penduduk
bali yang asli. Bali Aga dijuluki sebagai Bali pegunungan yang mana sejumlah suku Bali Aga ini
berada di Desa Trunyan.Istilah Bali Aga dianggap memberikan makna orang gunung yang bodoh
karena mereka berada didaerah pegunungan yang masih kawasan pedalaman dan belum
terjamah oleh teknologi.Penduduk asli Bali dikatakan sudah datang ke Pulau Bali sebelum
gelombang migrasi Hindu-Jawa dari desa Bedulu. Para wisatawan yang akan mengunjungi desa-
desa tertentu juga harus berhati-hati dengan faktor geografis yang ada.Saat berkunjung pun,
kita harus menghargai adat istiadat setempat serta mengamati ritual-ritual seperti proses
pengawetan kehidupan yang mereka miliki. Kegiatan pariwisata lebih mudah di Tenganan,
karena penduduknya lebih ramah.Selain itu terdapat festival tiga hari yang disebut Udaba
Sambah, diadakan selama bulan Juni atau Juli.Penduduk Bali Aga memakai dialek Bahasa Bali
mereka sendiri. Bahasanya juga berbeda antara satu desa dengan desa lainnya, seperti yang
dipakai penduduk desa Trunyan berbeda dengan desa Tenganan.

 Suku Bali Majapahit di Sebagian Besar Pulau Bali

Selain suku Aga yang ada di Bali, ada juga suku yang bernama Bali Majapahit. Suku ini berasal
dari pendatang Jawa yang sebagian besar tinggal di Pulau Bali khususnya berada di dataran
rendah.Masyarakat suku Bali Majapahit berasal dari masyarakat Jawa pada kerajaan Majapahit
yang mempunyai agama Hindu. Suku Bali ini juga menjadi salah satu pengaruh dari sejarah suku
Bali. Mata pencaharian suku ini yaitu bercocok tanam di sawah.Ikatan solidaritas antara sesama
anggota satu subak (satu sumber air yang sama) terlihat saat rapat subak atau pada saat
upacara keagamaan khusus.Ada juga ikatan dadia, suatu dadia umumnya menempati suatu
komplek rumah yang dibangun dengan tembok sekitar 2 meter dengan sebuah pintu masuk
yang dihiasi dengan gapura serta anak tangga. Di dalamnya ada sebuah kuil tempat pemujaan
keluarga.Ikatan lain didasarkan atas ikatan keagamaan orang Bali yaitu Hindu Bali. Ada juga
ikatan berdasarkan aktivitas, mata pencaharian dan antara warga kasta.Banyak pertanyaan di
masyarakat, mengapa lontar di Bali menggukan huruf Jawa dan bukan huruf Bali?Ternyata,
orang Bali itu masih keturunan orang Majapahit. Dulu ketika Majapahit runtuh orang-orang
yang tetap berpegang agama hindu mengungsi ke Bali dan terus punya keturunan sampai saat
ini.Makanya lontarnya juga memakai huruf Jawa. Orang Bali tercatat silsilahnya di lontar.
Menurut silsilah, kita berada pada generasi ke 15 sejak runtuhnya Majapahit. Orang Bali dan
Jawa asalnya sama dari Majapahit.
SUKU DI NUSA TENGGARA BARAT

 Suku Bayan

Suku Bayan merupakan suku masyarakat yang berada di Kabupaten Lombok Utara. Daerah
wisata suku Bayan paling terkenal ialah Air Terjun Gile (Batu Ko' atau Batu Kerbau). Menurut
cerita rakyat setempat, dulu Sendang Gile adalah tempat bidadari mandi jika sedang turun ke
bumi. Pada zaman dahulu Bayan dipimpin oleh seorang Raja atau disebut Datu Bayan yang
bergelar Susuhunan Ratu Mas Bayan Agung, silsilah menyebutkan bahwa Raja Bayan
bersaudara dengan tidak kurang dari 18 orang dari hasil perkawinannya dengan beberapa istri
dan selir, saudara-saudara Raja Bayan kemudian menyebar dan beranak pinak ke seluruh pulau
Lombok. Sejarah mencatat dari hasil perkawinan Raja Bayan dengan istri pertamanya
mempunyai dua orang putra bergelar Pangeran Mas mutering jagad dan Pangeran Mas
mutering langit kedua pangeran inilah yang kemudian meneruskan memerintah dan berkuasa
di Bayan.

 Suku Dompu

Suku ini berdiam di pulau Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam wilayah kabupaten
Dompu dan tersebar dalam 4 kecamatan: Huu, Dompu, Kempo, dan Kilo. Kabupaten Dompu
merupakan daerah berbukit-bukit dan daerah vulkanik. Suku Dompu hidup berdampingan
dengan orang Donggo, Bima, Sasak, Melayu, Bugis, China, Arab, Bali, dan Timor. Bahasa mereka
disebut Nggahi Mbojo. Mereka hidup dari pertanian, perkebunan, perikanan,
beternakberdagang, dan pegawai.,

 Suku Donggo

Suku Donggo (Dou Donggo) merupakan suku yang mendiami kecamatan Donggo kabupaten
Bima provinsi Nusa Tenggara Barat. Populasi suku Donggo diperkirakan lebih dari 20.000 orang.
Istilah "donggo" atau lengkapnya "dou donggo" berarti "orang gunung". Suku Donggo sendiri
terbagi dari 2 kelompok, yang dibedakan berdasarkan daerahnya, yaitu Donggo Ipa dan Donggo
Ela. Daerah Donggo Ipa terletak di sebelah timur teluk Bima, sedangkan suku Donggo Ela
terletak di sebelah barat teluk Bima. Perkampungan suku Donggo berada di pinggir jalan atau
sungai. Suku Donggo ini merupakan penduduk pertama yang menghuni daerah Bima. Menurut
peneliti bahwa suku Donggo ini memiliki bahasa dan adat istiadat yang berbeda dengan suku
Bima (Dou Mbojo). Suku Donggo memiliki kesamaan dengan masyarakat daerah di Lombok
bagian utara.

 Suku Bima

Orang Bima berdiam di Kabupaten Bima yang terletak di Pulau Sumbawa, sebagian lagi berdiam
di Kabupaten Dompu dan di Pulau Sangiang, di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah
populasinya sekitar 400.000 jiwa. Bahasa Bima terdiri atas beberapa dialek, yaitu Bima, Bima
Donggo, dan Sangiang. Dalam kehidupan sehari-hari digunakan bahasa halus dan kasar.Mata
Pencaharian utama masyarakat Bima adalah bercocok tanam di sawah dan perladangan
berpindah (ngoho). Sebagian lagi hidup dari meramu hasil hutan (ngupalade'de) dan
menangkap ikan.

 Suku Sasak

Orang Sasak mendiami Pulau Lombok di deretan pulau-pulau Nusa Tenggara (Sunda Kecil).
Jumlah populasinya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahasa Sasak terdiri atas beberapa dialek, yaitu dialek
Sasak Pejanggi, Sasak Selaparang, Sasak Bayan, Sasak Tanjong, Sasak Pujut, Sasak Sembalun,
Sasak Tebango, dan Sasak Pengantap. Bahasa Sasak juga mengenal tingkatan bahasa, yaitu
halus dalem, halus biasa, dan kasar (bahasa pasar).
 Suku Sumbawa

Orang Sumbawa atau Semawa mendiami Kabupaten Sumbawa di Pulau Sumbawa, Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Jumlah populasinya sekitar 190.000 jiwa. Mereka menggunakan bahasa
Semawa yang terdiri atas beberapa dialek, yaitu dialek Semawa, Semawa Taliwang, Semawa
Baturotok atau Batulante, Ropang Suri, Selesek, Lebah, Dodo, Jeluar, Tanganam, Geranta dan
Jeruweh. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal bentuk bahasa halus dan bahasa kasar.
SUKU BANGSA DI NUSA TENGGARA TIMUR

 Suku Alor

Suku bangsa Alor mendiami daratan pulau Alor, Pantar dan pulau-pulau kecil di antaranya.
Daerah mereka sekarang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Nama Alor mungkin diberikan oleh orang luar untuk menyebut seluruh kelompok
masyarakat yang berdiam di daerah tersebut. Mereka sendiri terdiri atas sejumlah sub-suku
bangsa, antara lain Abui, Alor, Belagar, Deing, Kabola, Kawel, Kelong, Kemang, Kramang, Kui,
Lemma, Maneta, Mauta, Seboda, Wersin, dan Wuwuli. Pada masa lampau sub-sub suku bangsa
tersebut masing-masing hidup terasing di daerah perbukitan dan pegunungan, terutama untuk
menghindari peperangan dan tekanan dari dunia luar.
 Suku Atoni

Suku bangsa Atoni berdiam di pedalaman Pulau Timor bagian barat yang sebagian besar berupa
tanah kering dan berbukit-bukit gundul, seperti di kefettoran Amarasi, Fatu Leu, Amfoan, Mollo,
Amanuban, Amanatun, Miomafo, Insana dan Beboki. Jumlah populasinya sekitar 300.000 jiwa.
Orang Atoni mempunyai bermacam-macam sebutan. Orang Tetun menyebut mereka orang
Dawan, Orang Bunak menyebut mereka Rawan, penduduk di kota Kupang menyebut mereka
Orang Gunung.

 Suku Bajawa

Bajawa berarti India belakang. Nenek moyang penduduk Bajawa berasal dari India belakang
yang masuk ke pulau Jawa, kemudian mereka melanjutkan perjalanan melalui samudera
menuju ke Flores dengan mengendarai sampan yang mereka anggap mirip seperti piring. Oleh
sebab itu nama kota tempat tinggalnya di Flores disebut dengan Bhajawa, yang berarti piring
dari Jawa. Pendaratan pertama mereka di Flores yaitu di daerah Aimere, kemudian mereka
melanjutkan perjalanan darat hingga sampai ke Bajawa. Para pendatang tersebut membawa
budaya dari Hindia belakang yang kemudian mereka padukan dengan budaya asli, yaitu Ngadhu
dan Bhaga.
 Suku Boti

Suku Boti merupakan salah satu suku tertua di Provinsi NTT. Keberadaannya yang nyaris tak
terdengar memang sempurna dengan lokasi mereka bermukim jauh dari kehidupan kota dan
jalanan yang seadanya untuk dilalui kendaraan bermotor. Dari Kupang, Ibukota Provinsi NTT,
terlebih dahulu kita akan memasuki Kota So’e yang merupakan Ibukota dari Kabupaten Timor
Tengah Selatan. Kota kecil yang sejuk, penghasil buah jeruk. Pada saat musim jeruk, kita dapat
membeli buah tersebut langsung dari pohon. Jangan heran kalau dengan uang sebanyak lima
ribu rupiah kita sudah bisa dipersilahkan memakan jeruk sepuasnya dari pohon.

 Suku Deing

Suku Deing adalah suatu kelompok masyarkat yang mendiami daerah Lebang Beengada,
Mariabang, Nadar dan Bagang, yang berada di kabupaten Alor provinsi Nusa Tenggara Timur.
Suku Deing, adalah salah satu dari puluhan suku-suku kecil yang berada di kabupaten Alor.
Populasi suku Deing termasuk kecil, tapi mereka eksis sebagai suatu kelompok masyarakat yang
memiliki adat-istiadat, budaya dan bahasa sendiri. Suku Deing berbicara dalam bahasa Deing,
yang merupakan suatu bahasa cabang bahasa Austronesia.
 Suku Ende

Suku Ende merupakan satu dari dua suku yang menjadi mayoritas di kabupaten Ende di pulau
Flores provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Ende di kabupaten Ende hidup bersama
dengan suku Lio yang juga mendiami daerah ini. Suku Lio sebagai suku tetangga suku Ende pada
umumnya hidup di daerah pegunungan. Sedangkan suku Ende bermukim di daerah pesisir di
sekitar bagian selatan kabupaten Ende.

 Suku Flores

Suku bangsa Flores merupakan percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan Portugis.
Dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan Timor, yang pernah menjadi Koloni Portugis, maka
interaksi dengan kebudayaan Portugis pernah terjadi dalam kebudayaan Flores, baik melalui
Genetik, Agama dan budaya.
 Suku Kedang

Suku bangsa ini mendiami desa-desa dalam daerah Omesuri dan Buyasuri di Flores Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kedua daerah tersebut berada di daratan Pulau Lomblem atau
Lembata yang sebagian besar berupa padang rumput berbukit-bukit. Jumlah populasi suku
bangsa berbahasa Kedang ini diperkirakan sekitar 12.000 jiwa.

 Suku Kemak

Masyarakat ini hidup dari pertanian di ladang dan sawah, beternak kerbau, kuda, sapi, babi dan
kambing. Kaum wanita mereka juga suka menenun kain (tais) Timor yang cukup terkenal itu.
Jumlah populasi suku Kemak sekitar 50.000 jiwa. Dalam berhubungan dengan suku bangsa lain
di wilayah Timor Leste mereka menggunakan bahasa Tetun.

 Suku Kemang
Suku Kemang merupakan salah satu suku kecil dari sekian banyak suku-suku di kabupaten Alor.
Suku Kemang memiliki populasi yang kecil, namun mereka memiliki adat-istiadat, budaya dan
bahasa sendiri, yaitu bahasa Kemang. Masyarakat suku Kemang dalam bertahan hidup pada
bidang pertanian. Mereka memiliki ladang atau kebun yang ditanami beberapa jenis tanaman
untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari, seperti jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian,
pisang dan kelapa.

 Suku Lamaholot

Suku Lamaholot adalah salah satu komunitas masyarakat yang terdapat di kabupaten Flores
Timur, Tanjung Bunga, Adonara, Solor dan Lembata, yang semuanya berada di provinsi Nusa
Tenggara Timur. Masyarakat suku Lamaholot berbicara dalam bahasa Lamaholot. Bahasa
Lamaholot memiliki banyak varian bahasa, yang disebut sebagai bahasa Lamaholot dengan
dialek-dialeknya.Menurut penuturan masyarakat Lamaholot, bahwa pada awalnya bahasa
mereka hanya satu bahasa, yaitu bahasa Lamaholot, dengan terjadinya percampuran penduduk
dari suku-suku lain mempengaruhi penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

 Suku Manggarai

Suku bangsa Manggarai mendiami Kabupaten Manggarai yang terletak di Pulau Flores, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Jumlah populasinya sekitar 350.000 jiwa. Bahasa Manggarai nampaknya
terdiri atas beberapa dialek, seperti dialek Pae, Mabai, Rejong, Mbaen, Pota, Manggarai
Tengah, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat. Empat dialek terdepan mungkin merupakan
bahasa dari kelompok suku bangsa tersendiri yang tunduk kepada orang Manggarai di zaman
dulu.
 Suku Ngada

Orang Ngada sebenarnya terdiri atas beberapa sub-suku bangsa yaitu Ngada, Maung, Riung,
Rongga, Nage Keo, Bajawa dan Palue. Sub-sub suku bangsa itu umumnya ditandai oleh
perbedaan dialek-dialek yang mereka pakai. Sungguhpun begitu ciri-ciri kebudayaan mereka
memperlihatkan kesamaan. Masyarakat Suku Ngada berdiam di Pulau Flores, tepatnya di
wilayah Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Populasinya diperkirakan sekitar
155.000 jiwa. Mata pencaharian hidup mereka umumnya adalah berladang, sebagian di sawah,
ada pula yang beternak sapi, kerbau, dan kuda.

 Suku Rote

Suku Rote atau Orang Rote berdiam di Pulau Roti, Ndao dan sebagian pantai barat Pulau Timor,
di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Daerah mereka termasuk dalam wilayah Kabupaten Kupang.
ada anggapan para ahli bahwa penduduk di pulau-pulau itu sebenarnya berasal dari Pulau
Seram di Maluku Tengah. Jumlah populasinya sekitar 88.000 jiwa.
 Suku Sika

Sika adalah sebuah suku bangsa Indonesia yang menetap di wilayah tengah timur Flores antara
Sungai Bloh dan Sungai Napung. Bahasa Sika, bagian dari rumpun bahasa Timor-Ambon,
dipertuturkan oleh suku Sika.
Suku di Pulau Sulawesi

 Suku Makassar
Suku Makassar, sebagai suku terbesar di Sulawesi Selatan, menyimpang sejarah yang sangat
panjang. Dalam catatan sejarah yang tertulis dalam “lontara”, suku Makassar sudah menguasai
Pulau Sulawesi sejak abad ke-16. Bahkan kekuasaan orang-orang Suku Makassar saat itu
meliputi Seluruh pulau Sulawesi, Sebagian Kalimantan, Sebagian Pulau Maluku, Nusa Tenggara,
Hingga Timor-Timur (Timor Leste saat ini). Suku Makassar sendiri terdiri dari beberapa sub suku
yang tersebar luas di selatan pulau Sulawesi, tersebar dari Kota Makassar, Kabupaten Gowa,
Takalar, Je’neponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Maros, dan Pangkep.

 Suku Bugis

Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-Melayu, atau Melayu
muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya
Yunan. Penyebaran Suku Bugis di seluruh Tanah Air disebabkan mata pencaharian orang-orang
bugis umumnya adalah nelayan dan pedagang. Sebagian dari mereka yang lebih suka merantau
adalah berdagang dan berusaha (massompe‘) di negeri orang lain. Hal lain juga disebabkan
adanya faktor historis orang-orang Bugis itu sendiri di masa lalu.

 Suku Mandar
Orang Mandar sebagian besar berdiam di wilayah Majene dan Mamuju di Provinsi Sulawesi
Barat. Yang sering mengaku sebagai orang Mandar adalah penduduk Majene, penduduk
Mamuju sebaliknya lebih senang disebut orang Mamuju. Kedua suku bangsa ini memang
memperlihatkan ciri kehidupan sosial dan budaya yang sama di mata orang luar. Selain
mendiami kedua wilayah tersebut, orang Mandar juga mendiami sebagian daerah di wilayah
Polewali-Mamasa. Jumlah populasinya sekarang sekitar 400.000 jiwa.

 Suku Toraja

Suku bangsa ini mendiami sebagian jazirah Sulawesi Selatan bagian utara. Kata Toraja diberikan
oleh penduduk asli Sulawesi Tengah untuk menyebut kelompok etnis yang berdiam di
pedalaman dan pegunungan, to artinya orang, dan ri aja artinya dari gunung. Orang Toraja
sendiri zaman dulu menyebut kelompoknya berdasarkan wilayah tempat tinggalnya, yaitu
Sa’dan, dari nama sebuah sungai yang mengalir lewat wilayah mereka. Karena itu sering juga
disebut sebagai Toraja Sa’dan. Dan kalau dilihat dari bahasa mereka disebut pula orang Toraja
Tae.

 Suku Bentong
Suku Bentong merupakan suku yang berdiam di desa Bulo-Bulo, Kecamatan Pujananting,
Kabupatn Barru, Sulawesi Selatan. Populasi suku ini diperkirakan mencapai 25.000 jiwa, yang
mana mayoritas memeluk agama Islam. Mata pencaharian utama suku Bentong adalah
bercocok tanam. Sehari-hari, suku ini berkomunikasi dalam bahasa Bentong. Suku Bentong
sering digolongkan ke dalam kelompok suku Terasing, karena mereka membuat pemukiman
yang jauh terpencil dari masyarakat lain. Mereka suka berkelana di hutan sambil mencari dan
berburu apa saja yang mereka temukan di hutan untuk kebutuhan hidup mereka.

 Suku Duri

Suku Duri terdapat di Kabupaten Enrekang, di daerah pegunungan yang berhawa sejuk di
tengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan, berbatasan dengan Tanah Toraja. Pemukiman orang
Duri terdapat di kecamatan Baraka, Alla dan Anggeraja yang seluruhnya berjumlah 17 desa.
Mereka tinggal dekat dengan jalan yang dapat dilalui mobil. Hanya sedikit yang bermukim di
daerah pegunungan yang tinggi.

 Suku Enrekang

Suku Enrekang masih berhubungan erat dengan Bugis . Pada umumnya berdomisili di
Kabupaten Enrekang provinsi Sulsel. Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU yang
artinya meminggir gunung atau menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang dari ENDEG yang
artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti
versi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi
Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika dikatakan
bahwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan, sudah mendekati kepastian
sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit.

 Suku Konjo Pegunungan

Suku Konjo Pesisir mendiami empat kecamatan di sebelah tenggara dari wilayah Bulukumba –
Kajang, Herlang, Bonto Tiro dan Bonto Bahari. Yang juga termasuk suku ini adalah suku Konjo
Hitam, yang menempati daerah sebelah barat dari Kajang. Suku Konjo Hitam ini memilih
mempertahankan cara hidup lama, seperti misalnya : memakai pakaian hitam, tidak
mengijinkan penggunaan peralatan modern (misalnya kursi, lampu, kendaraan, sekolah) dan
mempraktekkan ilmu sihir sebagai bagian dari ibadah animistik mereka. Suku Konjo tinggal di
Kabupaten Bulukumbu, kurang lebih 209 km dari kota Ujung Pandang , Propinsi Sulawesi
Selatan. Nama lain suku ini adalah Kajang – merupakan perkampungan tradisional khas suku
Konjo.

 Suku Luwu
Kerajaan Luwu adalah kerajaan tertua, terbesar, dan terluas di Sulawesi Selatan yang
wilayahnya mencakup Tana Luwu, Tana Toraja, Kolaka, dan Poso. Perkataan “Luwu” atau “Luu”
itu sebenarnya berarti “Laut”. Luwu adalah suku bangsa yang besar yang terdiri dari 12 anak
suku. Walaupun orang sering mengatakan bahwa Luwu termasuk suku Bugis, tetapi orang-
orang Luwu itu sendiri menyatakan mereka bukan suku Bugis, tetapi suku Luwu. Sesuai dengan
pemberitaan lontara Pammana yang mengisahkan pembentukan suku Ugi’ (Bugis) di daerah
Cina Rilau dan Cina Riaja, yang keduanya disebut pula Tana Ugi’ ialah orang-orang Luwu yang
bermigrasi ke daerah yang sekarang disebut Tana Bone dan Tana Wajo dan membentuk sebuah
kerajaan. Mereka menamakan dirinya Ugi’ yang diambil dari akhir kata nama rajanya bernama
La Sattumpugi yang merupakan sepupu dua kali dari Sawerigading dan juga suami dari We
Tenriabeng, saudara kembar dari Sawerigading. Suku Luwu tinggal di Kabupaten Luwu dan
sekitarnya.

 Suku Kajang

Suku Kajang adalah salah satu suku yang tinggal di pedalaman Makassar, Sulawesi Selatan.
Secara turun temurun,mereka tinggal di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi
mereka, daerah itu diangggap sebagai tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya,
Tana Toa.Di Tana Toa, suku Kajang terbagi menjadi dua kelompok, Kajang Dalam dan Kajang
Luar. Suku Kajang Luar hidup dan menetap di tujuh desa di Bulukumba. Sementara suku Kajang
Dalam tinggal hanya di dusun Benteng. Di dusun Benteng inilah, masyarakat Kajang Dalam dan
Luar melaksanakan segala aktifitasnya yang masih terkait dengan adat istiadat.
Suku di Pulau Papua

 Suku Amungme

Suku Amungme (juga dikenal sebagai Amui, Hamung, Amungm, Amuy, Dalma atau Uhunduni)
adalah kelompok orang dengan populasi sekitar 17.700 orang yang tinggal di dataran tinggi
provinsi Papua dari Indonesia. Bahasa mereka disebut Dhamal.

Keyakinan tradisional masyarakat Amungme yaitu animisme. Orang-orang Amungme tidak


memiliki gagasan tentang “dewa” yang terpisah dari alam di mana roh-roh dan alam adalah
satu dan sama.

Mereka mempraktekkan pertanian berpindah, melengkapi mata pencaharian mereka dengan


berburu dan meramu. Amungme sangat terikat dengan tanah leluhur mereka dan menjadikan
pegunungan sekitarnya adalah tempat yang disucikan.
 SUKU ARFAK

Suku Arfak adalah Masyarakat Pegunungan Arfak yang tinggal di sekitar Kota Manokwari,
Provinsi Papua Barat. Suku Arfak terdiri dari 4 sub suku antara lain,Suku Hatam,Suku
Moilei,Suku Meihag,dan Suku Sohug.

Setiap suku ada Kepala Sukunya, dalam satu suku terdapat beraneka ragam marga, misalnya
Suku Moilei, ada marga Kowi, Saiba, Mandacan, Sayori, Ullo, Ayok, Indow, Wonggor dan masih
banyak marga lainnya. 5 suku 5 Bahasa artinya bahwa setiap suku terdapat 1 bahasa dan
budaya yang berbeda-beda.

 Suku Asmat

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya
yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan
mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain
dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya
terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai
Nin serta suku Simai.
 Suku Bauzi

Suku Bauzi, disebut juga dengan Baudi, Bauri atau Bauji, merupakan satu dari sekitar 260-an
suku asli yang kini mendiami Tanah Papua. Oleh lembaga misi dan bahasa Amerika Serikat
bernama Summer Institute of Linguistics (SIL), suku ini dimasukan dalam daftar 14 suku paling
terasing. Badan Pusat Statistik (BPS) Papua pun tak ketinggalan memasukan suku Bauzi kedalam
daftar 20-an suku terasing yang telah teridentifikasi. Bagaimana tidak, luasnya hutan belantara,
pegunungan, lembah, rawa hingga sungai-sungai besar yang berkelok-kelok di sekitar kawasan
Mamberamo telah membuat suku ini nyaris tak bersentuhan langsung dengan peradaban
modern. Kehidupan keseharian suku ini masih dijalani secara tradisonal.

 Suku Dani

Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim atau
mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan
Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.
 Suku Korowai

Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang lalu di
pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi sekitar 3000 orang. Suku terasing ini hidup di
rumah yang dibangun di atas pohon yang disebut Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka
bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai adalah
salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka. Sampai tahun 1970, mereka
tidak mengetahui keberadaan setiap orang selain kelompok mereka.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.romadecade.org/peta-pulau-jawa/#!

https://sobari07.wordpress.com/suku-di-pulau-kalimantan/

https://sobari07.wordpress.com/suku-di-pulau-sulawesi/

http://suku-dunia.blogspot.com/2015/06/ragam-suku-di-nusa-tenggara-barat.html

https://satujam.com/nama-suku-suku-bangsa-yang-ada-di-pulau-bali/

https://sobari07.wordpress.com/suku-di-pulau-sumatera/

https://sobari07.wordpress.com/suku-di-pulau-papua/

http://suku-dunia.blogspot.com/2015/06/ragam-suku-di-nusa-tenggara-timur.html

dan segenap sumber gambar dan peta lainya

Anda mungkin juga menyukai