Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ALFIO NIQUE DEVARA

Suku Bangsa di Indonesia serta Pranata Sosial Masyarakatnya


Indonesia terdiri dari sekitar 1.340 suku bangsa yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut data BPS sendiri separuh atau 50% dari suku bangsa di tanah air adalah suku Jawa. Sisanya suku-suku
yang mendiami wilayah Indonesia di luar Jawa seperti suku Makasar Bugis (3,68%), Batak 2.04%, Bali 1,88%,
Aceh 1,4%, dan suku lainnya.

Pengertian Suku Bangsa


Suku bangsa merupakan golongan manusia yang mengidentifikasi dirinya dengan sesama berdasarkan
garis keturunan merujuk pada ciri khas seperti Budaya, bangsa, bahasa, agama dan perilaku. Suku bangsa juga
merupakan golongan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial lain, karena memiliki ciri-ciri yang
paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya.
Dalam definisi lain, Suku bangsa juga merupakan suku sosial yang khusus dan bersifat askriptif atau telah ada
sejak lahir, serta memiliki corak yang sama seperti golongan umur serta jenis kelamin. Suku bangsa sendiri dapat
dikelompokkan berdasarkan:
 Suku bangsa campuran, dimana di dalamnya terjadi percampuran antar ras yang mendiami satu Kawasan
atau wilayah tertentu. Contohnya pada suku Peranakan yang merupakan percampuran antar ras Tionghoa
dan Melayu
 Garis keturunan, sebagai faktor utama bagi suku bangsa. Terdapat tiga garis keturunan di Indonesia, yaitu
Garis keturunan ayah (patrilineal), biasanya pada suku Batak, Ambon, Timor dan yang lainnya, Garis
keturunan ibu (matrilineal), biasanya terjadi dalam suku Minangkabau di Sumatra Selatan dan Garis
keturunan ayah dan ibu atau parental yang banyak dijalankan oleh suku Jawa.
 Beragam suku dan tradisi unik di Indonesia yang akan membuatmu berdecak kagum, bergidik ngeri,
penasaran, dan mengaduk pikiran dapat kamu pelajari pada buku Suku-Suku di Indonesia
1. Suku Jawa

Suku Jawa menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari, survey menunjukan kurang lebih hanya
42% orang Jawa yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sementara 28% lainnya
menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa sendiri memiliki aturan yang berbeda dalam hal kosa kata dan intonasi berdasarkan
hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini
memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat mereka sangat sadar terhadap status
sosialnya di masyarakat.

2. Suku Sunda

Suku Sunda dikenal dengan Tatar Pasundan meliputi wilayah bagian barat pulau Jawa dimana sebagian
besar wilayahnya masuk ke dalam provinsi Jawa Barat dan Banten. Berasal dari akar kata sunda atau suddha
dalam bahasa Sanskerta yang berarti bersinar, terang dan putih.
Suku Sunda sendiri berjumlah 5,5 persen dari total penduduk Indonesia secara keseluruhan. Meskipun tersebar di
berbagai wilayah Indonesia, namun sebagian besar masyarakat Sunda menempati wilayah Banten, Jakarta, dan
Jawa. Mayoritas suku ini beragama Islam namun ada juga sebagian kecil yang beragama Kristen, Hindu bahkan
Sunda Wiwitan.
3. Suku Batak

Suku di Indonesia ini berasal dari Sumatera Utara dan juga cenderung tersebar di berbagai wilayah di
Indonesia. Terdiri dari 3,58 dari total penduduk Indonesia secara keseluruhan. Suku Batak terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Pakpak, dan Batak Karo.
Suku Batak merupakan satu diantara suku di Indonesia yang mempertahankan kebudayaannya. Mereka
memegang teguh tradisi dan adat. Hingga saat ini adat dan budaya tetap dilaksanakan dalam kehidupan sosial
orang Batak dan aktivitas sehari-harinya. Beberapa adat dan budaya Batak yang berlaku adalah:
 Partuturan: Dalam kehidupan orang Batak sehari-hari kekerabatan (partuturan) adalah kunci dari
falsafah hidupnya, yaitu dengan menanyakan marga dari setiap orang Batak yang ditemuinya
 Mangokal Holi: Prosesi upacara yang dilaksanakan untuk mengumpulkan tulang belulang dari jasad
orang tua yang dimasukkan ke peti yang baru untuk dipindahkan pada suatu tempat yang telah disediakan
oleh pihak keluarga.
4. Suku Betawi

Suku Betawi sebagai suku yang masyarakatnya merupakan keturunan dari penduduk yang bermukim di
Batavia sejak abad ke-17 dan merupakan hasil perkawinan darah campuran dari aneka suku bangsa yang
didatangkan oleh Belanda ke Batavia.
Suku Betawi juga turut disebut sebagai penghuni asli wilayah Jakarta. Meski demikian masyarakat
Betawi tersebar di daerah lainnya, seperti Bogor dan sekitarnya. Bahasa Betawi merupakan bahasa kreol yang
didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa dari Cina
Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa
Portugis.

5. Suku Dayak

Dayak berasal dari kata “Daya” yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di
pedalaman atau perhuluan. Suku Dayak sendiri merupakan salah satu suku “Asli” yang mendiami “Pulau Borneo”
(Kalimantan).
Borneo terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang masing-masing terdiri dari Kalimantan Timur
ibukotanya Samarinda, Kalimantan Selatan ibukotanya Banjarmasin, Kalimantan Tengah ibukotanya Palangka
Raya, Kalimantan Barat ibukotanya Pontianak, dan Kalimantan Utara Ibukotanya Tanjung Selor.
Agama asli suku Dayak Kaharingan merupakan agama asli yang lahir dari budaya nenek moyang.
Sebagian masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan akan adanya benda-benda gaib pada tempat-
tempat tertentu seperti batu-batuan, pohon-pohonan besar, taman-taman di hutan, danau, lubuk, dan lainnya yang
menurut kepercayaannya memiliki “kekuatan gaib” dari Jubata dan Batara. Saat ini, terhitung jumlah masyarakat
Dayak ialah sekitar 1,27 persen dari total penduduk Indonesia secara keseluruhan.

6. Suku Asmat

Dikenal sebagai suku titisan Dewa, Suku asal Papua ini meyakini, bahwasanya mereka berasal dari
keturunan Dewa Fumeripits. Suku Asmat juga merupakan salah satu suku dari Provinsi Papua yang mendunia
karena budayanya yang begitu menghormati alam serta kehidupan para leluhurnya, maka kearifan yang dimiliki
oleh suku Asmat juga sangat luar biasa.
Etnis satu ini terbagi menjadi dua, yakni suku yang tinggal di pesisir pantai serta suku yang tinggal di bagian
pedalaman. Kedua populasi berbeda dalam banyak aspek seperti dari cara hidup, dialek, ritual, bahkan struktur
sosial. Pembagian bahasa Asmat hilir sungai terbagi menjadi bagian kelompok pantai barat laut dan bagian
kelompok pantai barat daya. Sementara pembagian bahasa Asmat hulu terbagi menjadi kelompok Keenok serta
Kaimok.

7. Suku Bugis

Suku Bugis merupakan salah satu suku di Indonesia yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan namun
saat ini juga telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Papua, Jakarta, Kalimantan, hingga Riau.
Suku ini tergolong ke dalam suku-suku Deutero Melayu (Melayu muda). Disamping itu, masyarakat
Bugis juga bisa ditemukan di Malaysia dan Singapura. Dalam situs Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik
Kabupaten Wajo, Kata Bugis berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan Ugi merujuk pada raja pertama kerajaan China yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo,
yaitu La Sattumpugi. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau pengikut La Sattumpugi. Ciri utama dari
kelompok etnis ini adalah bahasa dan adat-istiadatnya. Sehingga, pendatang dari Melayu dan Minangkabau yang
merantau ke Sulawesi sejak abad ke 15 juga bisa dikategorikan sebagai masyarakat Bugis.

8. Suku Madura

Suku Madura merupakan etnis dengan populasi yang cukup besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta
jiwa. Mereka berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan
Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa biasanya disebut wilayah “tapal kuda”,
dari Pasuruan sampai Utara Banyuwangi.
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang mudah tersinggung,
tetapi mereka juga dikenal disiplin, dan rajin bekerja. Selain itu orang Madura juga dikenal mempunyai tradisi
Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual pethik laut atau rokat tasse.
9. Suku Minang

Suku di Indonesia selanjutnya adalah suku Minang yang merupakan salah satu etnis terbesar di Indonesia
dengan jumlah kurang lebih 2,73 persen dari total masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Berasal dari Sumatera Barat, orang Minang juga kerap disamakan dengan orang Padang, karena Padang
merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Meski begitu, masyarakat Minang justru menyebut kelompok
etnis mereka dengan sebutan urang awak, yang merujuk pada orang Minang itu sendiri.
Pada kebudayaan Minang, suku bisa diartikan sebagai klan atau juga sebagai marga atau nama keluarga
yang turun atau diambil dari garis keturunan Ibu yang disebut Matrilineal. Rumah Gadang adalah rumah adat
suku Minangkabau yang juga memiliki sebutan lain, rumah Gadang, rumah Bagonjong, dan rumah Baanjuang.

10. Suku Baduy

Suku Baduy adalah sebuah suku yang hidup di pedalaman Banten, hidup secara terisolasi dari dunia luar
khususnya masyarakat Baduy Dalam yang hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Suku Baduy
memang terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Dua kelompok ini memiliki
perbedaan terutama dalam hal berpakaian.
Baduy Dalam merupakan kelompok masyarakat Baduy yang sangat teguh memegang adat istiadat
leluhur. Mereka sangat menolak teknologi dan modernisasi, sehingga kehidupannya masih tradisional.
Masyarakat Baduy Dalam umumnya memakai pakaian berwarna putih yang ditenun sendiri. Warna putih
melambangkan kesucian. Sementara Suku Baduy Luar lebih terbuka dengan pendatang, meskipun masih
menjunjung tinggi adat istiadat yang ada.
Masyarakat Baduy Luar beberapa sudah menggunakan barang-barang modern seperti kasur, bantal, dan
beberapa alat elektronik. Pakaian tenun berwarna serba hitam menjadi penanda masyarakat Baduy Luar. Letak
suku Baduy sendiri ada di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes.

11. Suku Bali

Dalam bahasa Bali, Suku Bali disebut sebagai Wong Bali, Anak Bali, atau Krama Bali. Suku ini adalah
kelompok etnis mayoritas di Pulau Bali. Jumlah populasi Suku Bali yang tinggal di Pulau Bali sekitar 3,3 juta
jiwa. Sementara ada sekitar 600.000 jiwa yang tersebar di beberapa wilayah di tanah air.
Beberapa wilayah tersebut adalah Nusa Tenggara Barat. Lampung, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan
beberapa wilayah lainnya. Suku Bali menggunakan Bahasa Bali untuk beraktivitas sehari-hari. Sistem kehidupan
sosial masyarakatnya sendiri dinamakan Wangsa. Wangsa merupakan sistem kekeluargaan yang diatur melalui
garis keturunan.
Saat ini sistem Wangsa sudah tidak dijalankan dengan sangat ketat seperti di masa lalu. Namun dalam
beberapa hal, sistem Wangsa tetap dipertahankan. Misalnya dalam upacara adat yang sudah menjadi tradisi
ataupun dalam pernikahan yang masih membedakan jalur keturunan leluhur seseorang.

12. Suku Ambon

Suku terbesar di Maluku ini adalah campuran antara suku Austronesia-Papua yang berasal dari Kepulauan
Ambon-Laese dari sisi barat Pulau seram. Bahasa yang digunakan oleh suku Ambon ini adalah perpaduan antara
pribumi dengan Bahasa Melayu Ambon atau Nasalaut. Sebanyak 100.000 orang menggunakan Bahasa ini dan
terpecah ke dalam beberapa dialek yaitu Nasalaut, Saparua, Haruku, Hatu, Asilulu, Hila, Wakasihu, dan lain-lain.
Mata pencaharian utama suku Ambon adalah dengan bercocok tanam di lading, tanaman yang biasanya
ditanam adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan, kopi, kelapa, sayur-sayuran, tembakau,
cengkeh, buah-buahan, dan sagu. Sagu adalah tumbuhan yang paling penting bagi masyarakat suku Ambon
karena akan diolah menjadi makanan pokoknya yaitu papeda, makanan yang berasal dari sagu ini biasanya
disajikan dengan ikan kuah kuning.

13. Suku Gayo

Menghampiri provinsi Aceh bagian tengah, ada suku yang mendiami Dataran Tinggi Gayo yaitu suku
Gayo. Namun selain berasal dari daerah ini, beberapa masyarakat suku Gyao juga tinggal di beberapa wilayah
Aceh Timur seperti kecamatan Serba Jadi, Simpang Jernih dan Peunaron.
Suku Gayo masuk ke dalam golongan ras Proto Melayu yang berasal dari India. Ada 3 kelompok dalam
masyarakat suku Gayo, pertama masyarakat yang mendiami daerah Bener Meriah dan Aceh Tengah disebut Gayo
Laut. Kedua, masyarakat yang mendiami daerah Aceh Tenggara dan GAyo Lues disebut Gayo Lues, dan ketiga
masyarakat yang mendiami kecamatan Aceh Tamiang disebut Gayo Blang.

14. Suku Tengger

Suku Tengger adalah suku yang mendiami wilayah Gunung Bromo, Malang. Sesuai dengan wilayahnya,
masyarakat suku Tengger meyakini bahwa Gunung Bromo atau Gunung Brahma merupakan gunung yang suci.
Ada salah satu adat suku Tengger yang dilakukan di kaki Gunung Bromo yaitu upacara Yadnya Kasada atau
Kasodo.
Upacara Yadnya Kasada adalah sebuah upacara ritual yang diselenggerakan oleh masyarakat suku
Tengger sebagai bentuk rasa syukur juga harapan agar terhindar dari malapetaka. Proses upacara ini dilakukan
dengan menyediakan hasil bumi dan melarungkannya ke dalam kawah Gunung Bromo.
Masyarakat suku yang keturunan kerajaan Majapahit ini umumnya  beragama hindu dan masih memegang teguh
adat istiadatnya.
15. Suku Sasak

Salah satu suku di Indonesia yang masih memegang teguh tradisinya adalah suku Sasak, yaitu suku yang
terletak di Lombok. Masyarakat suku Sasak memiliki bangunan rumah yang terbuat dari tanah liat yang dicampur
dengan kotoran kerbau. Kata Sasak secara etilomogi berasal dari kata “sak-sak” yang memiliki arti satu atau
utama, berhubungan dengan kitab yang ditulis oleh Mpu Prapanca yaitu kitab Nagarakertagama. Maka dari itu
masyarakat beranggapan bahwa leluhur suku Sasak adalah orang-orang Jawa.
Ada tradisi unik di dalam suku Sasak, yaitu kawin lari. Dalam masyarakat awam mungkin ini dianggap
tabu, tetapi sebenarnya ini adalah tradisi unik dari suku Sasak. Jika sepasang kekasih hendak menikah, maka
calon mempelai pria akan membawa calon mempelai wanita selama 3 hari ke tempat tertentu tanpa sepengetahuan
dari orang tuanya. Setelah itu orang tua calon mempelai wanita akan “menebus” anaknya dan melanjutkan
pembicaraan mengenai pernikahannya.

16. Suku Sumbawa

Suku Sumbawa berasal di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dilihat dari letak geografisnya, Sumbawa
berada di daerah yang memiliki hasil hutan yang baik karena berada di perbukitan. Beberapa diantaranya seperti
jati, rotan, kayu sepang, menjangan, dan madu. Masyarakat suku Sumbawa mendami daerah kabutapen Sumbawa
dan Sumbawa Barat.
Mayoritas agama dari masyarakat Sumbawa adalah Islam, sehingga banyak aktivitas-aktivitas yang dilakukan
berhubungan dengan keagamaan. Namun meskipun demikian, masyarakat suku Sumbawa umumnya masih
percaya dengan tahayul. Seperti tahayul tentang lingkungan sekitar, tahayul tentang alam gaib, tahayul mengenai
alam semesta, dan lain-lain.

17. Suku Flores

Suku Flores merupakan percampuran antara etnis Portugis, Melanesia, dan Melayu. Jika diingat, dahulu
Flores merupakan koloni bangsa Portugis, maka dari itu kebudayaan bangsa Portugis masih sangat terasa di
wilayah ini. Nama Flores sendiri juga diambil dari Bahasa Portugis yang berarti “tanjung bunga”.
Umumnya masyarakat suku Flores sudah menganut kepercayaan agama seperti Islam, Kristen dan lainnya.
Namun masih banyak juga masyarakat yang memiliki kepercayaan untuk pemujaan kepada leluhur. Salah satunya
seperti pemujaan khusus kepada arwah-arwah dan para leluhur dengan mendirikan dan memelihara sebuah
bangunan.
18. Suku Toraja

Suku Toraja, berasal dari Sulawesi Selatan dan mendominasi populasi di kota Makasar. Salah satu budaya
yang terkenal dari suku Toraja adalah upacara kematian, di dalam masyarakat Toraja upacara kematian hanya
untuk seseorang yang memiliki uang. Maka bagi keluarga yang tidak memiliki uang akan menunggu berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun untuk mengumpulkan uang dan membuat upacara kematian.

19. Suku Osing

Jawa Osing atau Wong Blambangan, begitulah biasanya suku yang merupakan penduduk asli
Banyuwangi ini diucapkan. Suku yang berasal dari Jawa Timur ini menggunakan Bahasa sehari-hari yang disebut
sebagai Bahasa Osing yang merupakan turunan dari Bahasa Jawa Kuno dan sedikit pengaruh dari Bahasa Bali,
serta biasanya memiliki logat dan gaya Bahasa yang tidak sulit untuk membedakannya dengan Bahasa Jawa pada
umumnya. Berdasarkan sejarah pada umumnya daerah Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang dahulu
didominasi oleh kepercayaan Hindu-Buddha dari Kerajaan-Kerajaan yang pernah menguasai daerah tersebut,
yang kemudian juga menjadi kepercayaan dari Suku Osing itu sendiri. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya
Islam di Jawa juga berdampak pada kepercayaan dari Suku Osing yang kemudian mulai menganutnya.

20. Suku Mandar

Tanah Mandar atau suku Mandar merupakan suku yang ada di daerah Sulawesi Barat serta sebagaian
Sulawesi Selatan dan Tengah. Istilah Mandar merupakan ikatan persatuan antara tujuh kerajaan di pesisir (Pitu
Babana Binanga) serta tujuh kerajaan di gunung (Pitutu Ulunna Salu), semua bangs aini dipersatukan melalui
perjanjian yang dilakukan oleh para leluhurnya di Allewuang Batu di Luyo.
Suku mandar dikenal sebagai suku yang memiliki kehebatan sebagai pelaut, bukan karena keunggulan
teknologi, melainkan karena alat perikanan lokal yang mereka kembangkan yaitu rumpon dan perahu Sandeq
yang dengan ciri khas bercadik tradisional dan sangat cepat.
Suku Mandar memiliki beberapa kesenian dan tradisi unik yang menjadi ciri khas dari daerah mereka,
seperti Kalindaqdaq yang merupakan penyampaian perumpamaan ketika ingin menyampaikan keinginan kepada
seseorang, dapat berupa rayuan, puisi atau sebuah motivasi kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai