Anda di halaman 1dari 11

SUKU-SUKU YANG ADA DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Nama : Juan Christian Lenama


No. Absen : 17
Kelas : IV E

SDN SEMEMI I/122 SURABAYA


1. Suku Batak

Suku Batak merupakan suku yang berasal dari Sumatera Utara dari rumpun etnis yang
mendiami sebagian besar wilayah di beberapa kabupaten di Sumatera Utara seperti
Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun, Asahan, dan Tapanuli Utara.

Suku Batak ini menjadi suku bangsa terbesar ketiga di Indonesia setelah Suku Jawa
dan Suku S

Sunda. Suku Batak dibagi menjadi 6 subsuku atau yang disebut dengan istilah Puak. Subsuku
dari Suku Batak yaitu Suku Batak Toba, Karo, Angkola, Mandailing, Pakpak, dan
Simalungun.

Pranata sosial masyarakat suku batak :

- Partuturan

Dalam kehidupan orang Batak sehari-hari kekerabatan (partuturan) adalah


kunci dari falsafah hidupnya yaitu menanyakan marga dari setiap orang Batak yang
ditemui. Hal ini dapat digambarkan dengan ukiran 2 ekor cicak yang saling
berhadapan dan menempel di kiri-kanan Ruma Batak. Kekerabatan semacam ini
menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah dan
menentukan sikap terhadap orang lain dengan baik.

- Mangokal Holi

Mangokal Holi merupakan prosesi upacara yang dilaksanakan untuk


mengumpulkan tulang belulang dari jasad orang tua yang dimasukkan ke peti baru
yntuk dipindahkan pada suatu tempat di mana telah disediakan oleh pihak keluarga.
Tradisi ini merupakan warisan turun-temurun yang bertujuan memberikan
penghormatan kepada roh orang tua ayng telah tiada. Pemindahan ini dimaksud utnuk
mendapatkan tempat yang lebih baik dari tempat sebelumnya.
2. Suku Minang

Suku Minang merupakan salah satu etnis terbesar di Indonesia dengan jumlah kurang
lebih 2,73 persen dari total masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Berasal dari Sumatera
Barat, orang Minang juga kerap disamakan dengan orang Padang, karena Padang merupakan
ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Meski begitu, masyarakat Minang justru menyebut
kelompok etnis mereka dengan sebutan urang awak, yang merujuk pada orang Minang itu
sendiri.

Pada kebudayaan Minang, suku bisa diartikan sebagai klan atau juga sebagai marga
atau nama keluarga yang turun atau diambil dari garis keturunan Ibu yang disebut
Matrilineal. Rumah Gadang adalah rumah adat suku Minangkabau yang juga memiliki
sebutan lain, rumah Gadang, rumah Bagonjong, dan rumah Baanjuang. Rumah adat ini
merupakan rumah model panggung yang berukuran besar dengan bentuk persegi panjang.
Adat dalam suku Minang, salah satunya adalah Adat nan sabana Adat yang merupakan
ketentuan hukum, sifat yang terdapat pada alam benda, flora dan fauna, maupun manusia
sebagai ciptaan-Nya (Sunnatullah). Adat nan sabana Adat ini adalah sebagai Sumber hukum
Adat Minangkabau dalam menata masyarakat dalam segala hal.
3. Suku Baduy

Suku Baduy adalah sebuah suku yang hidup di pedalaman Banten, hidup secara
terisolasi dari dunia luar khususnya masyarakat Baduy Dalam yang hidup secara sederhana
dan menyatu dengan alam. Suku Baduy memang terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu
Baduy Dalam dan Baduy Luar. Dua kelompok ini memiliki perbedaan terutama dalam hal
berpakaian.

Baduy Dalam merupakan kelompok masyarakat Baduy yang sangat teguh memegang
adat istiadat leluhur. Mereka sangat menolak teknologi dan modernisasi, sehingga
kehidupannya masih tradisional.

Masyarakat Baduy Dalam umumnya memakai pakaian berwarna putih yang ditenun
sendiri. Warna putih melambangkan kesucian. Sementara Suku Baduy Luar lebih terbuka
dengan pendatang, meskipun masih menjunjung tinggi adat istiadat yang ada. Masyarakat
Baduy Luar beberapa sudah menggunakan barang-barang modern seperti kasur, bantal, dan
beberapa alat elektronik. Pakaian tenun berwarna serba hitam menjadi penanda masyarakat
Baduy Luar. Letak suku Baduy sendiri ada di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes.
Orang Kanekes atau yang biasa dikenal sebagai masyarakat Baduy merupakan kelompok
etnis yang berasal dari wilayah Banten, lebih tepatnya di Lebak. Suku Baduy juga masih
memiliki hubungan dengan orang Sunda. Tidak heran jika fisik mereka mirip orang Sunda
kebanyakan dan bahasa sehari-hari mereka adalah Bahasa Sunda.
4. Suku Bali

Dalam bahasa Bali, Suku Bali disebut sebagai Wong Bali, Anak Bali, atau Krama
Bali. Suku ini adalah kelompok etnis mayoritas di Pulau Bali. Jumlah populasi Suku Bali
yang tinggal di Pulau Bali sekitar 3,3 juta jiwa. Sementara ada sekitar 600.000 jiwa yang
tersebar di beberapa wilayah di tanah air.

Beberapa wilayah tersebut adalah Nusa Tenggara Barat. Lampung, Bengkulu,


Sulawesi Tengah, dan beberapa wilayah lainnya. Suku Bali menggunakan Bahasa Bali untuk
beraktivitas sehari-hari. Sistem kehidupan sosial masyarakatnya sendiri dinamakan Wangsa.
Wangsa merupakan sistem kekeluargaan yang diatur melalui garis keturunan.

Saat ini sistem Wangsa sudah tidak dijalankan dengan sangat ketat seperti di masa
lalu. Namun dalam beberapa hal, sistem Wangsa tetap dipertahankan. Misalnya dalam
upacara adat yang sudah menjadi tradisi ataupun dalam pernikahan yang masih membedakan
jalur keturunan leluhur seseorang.
5. Suku Sunda

Suku sunda adalah sekelompok atau etnis yang berasal dari sebelah barat pulau jawa,
indonesian dengan istilah tatar pasundan yang mencakup wilayah provinsi jawa barat dan
banten, lampu g dan sebagian wilayah barat dari jawa tengah (banyu mas, cilacap).

Suku Sunda dikenal dengan Tatar Pasundan meliputi wilayah bagian barat pulau Jawa
dimana sebagian besar wilayahnya masuk ke dalam provinsi Jawa Barat dan Banten. Berasal
dari akar kata sunda atau suddha dalam bahasa Sanskerta yang berarti bersinar, terang dan
putih.

Suku Sunda sendiri berjumlah 5,5 persen dari total penduduk Indonesia secara
keseluruhan. Meskipun tersebar di berbagai wilayah Indonesia, namun sebagian besar
masyarakat Sunda menempati wilayah Banten, Jakarta, dan Jawa. Mayoritas suku ini
beragama Islam namun ada juga sebagian kecil yang beragama Kristen, Hindu bahkan Sunda
Wiwitan.
6. Suku Jawa

Suku jawa merupakan suku bangsa terbesar di indonesia yang berasal dari jawa
tengah, jawa timur, dan daerah istimewa yogyakarta. Pada tahun 2010 setidaknya 40,05%
penduduk indonesia merupakan etnis jawa (badan pusat statistik nasional republik indonesia,
2019).

Suku Jawa menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari, survey menunjukan
kurang lebih hanya 42% orang Jawa yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
mereka sehari-hari, sementara 28% lainnya menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara
campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja. Bahasa Jawa sendiri memiliki
aturan yang berbeda dalam hal kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara
pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini
memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat mereka sangat sadar
terhadap status sosialnya di masyarakat.

Dalam masyarakat Jawa, sistem kekerabatan didasarkan pada garis keturunan bilateral
(diperhitungkan dari dua belah pihak, ibu dan ayah). Dengan prinsip bilateral atau parental
ini, seorang Jawa berhubungan sama luasnya dengan keluarga dari pihak ibu dan juga ayah.
Kekerabatan yang relatif solid biasanya terjalin dalam keturunan satu nenek moyang hingga
generasi ketiga. Namun demikian, kualitas hubungan keluarga inti (nuclear family) dan
keluarga luas (extended family) berbeda-beda antara satu lingkaran keluarga dengan yang
lainnya, bergantung pada kondisi masing-masing keluarga.
7. Suku Asmat

Suku asmat adalah sebuah suku di papua selatan. Suku asmat dikenal dengan hasil
ukiran kayunya yang unik. Populasi suku asmat terbagi 2, yaitu mereka yang tinggal di
pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Dikenal sebagai suku titisan
Dewa, Suku asal Papua ini meyakini, bahwasanya mereka berasal dari keturunan Dewa
Fumeripits. Suku Asmat juga merupakan salah satu suku dari Provinsi Papua yang mendunia
karena budayanya yang begitu menghormati alam serta kehidupan para leluhurnya, maka
kearifan yang dimiliki oleh suku Asmat juga sangat luar biasa.

Etnis satu ini terbagi menjadi dua, yakni suku yang tinggal di pesisir pantai serta suku
yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi berbeda dalam banyak aspek seperti dari
cara hidup, dialek, ritual, bahkan struktur sosial. Pembagian bahasa Asmat hilir sungai terbagi
menjadi bagian kelompok pantai barat laut dan bagian kelompok pantai barat daya.
Sementara pembagian bahasa Asmat hulu terbagi menjadi kelompok Keenok serta Kaimok.
8. Suku Betawi

Suku Betawi sebagai suku yang masyarakatnya merupakan keturunan dari penduduk
yang bermukim di Batavia sejak abad ke-17 dan merupakan hasil perkawinan darah
campuran dari aneka suku bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.

Suku Betawi juga turut disebut sebagai penghuni asli wilayah Jakarta. Meski
demikian masyarakat Betawi tersebar di daerah lainnya, seperti Bogor dan sekitarnya. Bahasa
Betawi merupakan bahasa kreol yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan
unsur-unsur bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian),
bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Karena
berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang
membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur linguistik pembeda
misalnya dari peluruhan awalan me-, penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta
peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau /ɛ/ pada beberapa dialek lokal.

Betawi sendiri juga terkenal dengan keberagaman kulinernya yang berkaitan dengan
budaya dan tradisi makan di dalamnya yang bisa kamu temukan pada buku Kuliner Betawi
Selaksa Rasa & Cerita yang juga membahas mengenai urutan dari sejumlah peristiwa,
upacara, dan hajatan.
9. Suku Dayak

Suku dayak adalah penduduk asli yang sudah menghuni pulau kalimantan sejak
zaman dahulu. Dilansir dari laman bobo suku dayak memiliki 268 sub-suku yang dibagi
menjadi 6 rumpun yaitu rumpun punan, rumoun klemantan, rumpun apokayan, rumpun iban,
rumpun murut, dan rumpun ot danum.

Dayak berasal dari kata “Daya” yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang
tinggal di pedalaman atau perhuluan. Suku Dayak sendiri merupakan salah satu suku “Asli”
yang mendiami “Pulau Borneo” (Kalimantan). Borneo terbagi berdasarkan wilayah
Administratif yang masing-masing terdiri dari Kalimantan Timur ibukotanya Samarinda,
Kalimantan Selatan ibukotanya Banjarmasin, Kalimantan Tengah ibukotanya Palangka Raya,
Kalimantan Barat ibukotanya Pontianak, dan Kalimantan Utara Ibukotanya Tanjung Selor.

Suku Dayak terbagi dalam 405 sub-sub suku. Masing-masing sub suku Dayak
mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, sesuai dengan sosial kemasyarakatannya,
baik Dayak di Indonesia maupun Dayak di Sabah dan Sarawak Malaysia sebagai negara
serumpun.

Suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas antara lain seperti
mandau, sumpit, beliong, rumah betang atau rumah panjang (rumah radank) dan lain-lain.
Ciri-ciri khas Dayak lainnya seperti; kepemilikan senjata, dan seni budayanya. Agama asli
suku Dayak Kaharingan merupakan agama asli yang lahir dari budaya nenek moyang.
Sebagian masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan akan adanya benda-benda
gaib pada tempat-tempat tertentu seperti batu-batuan, pohon-pohonan besar, taman-taman di
hutan, danau, lubuk, dan lainnya yang menurut kepercayaannya memiliki “kekuatan gaib”
dari Jubata dan Batara. Saat ini, terhitung jumlah masyarakat Dayak ialah sekitar 1,27 persen
dari total penduduk Indonesia secara keseluruhan.
10. Suku Bugis

Bugis adalah suku yang tergolong dalam suku-suku deutero mlayu. Masuk ke
nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan asia tepatnya yunan. Kata “bugis”
berasal dari kata to Ugi, yang berarti orang bugis.

Suku Bugis merupakan salah satu suku di Indonesia yang berasal dari Provinsi
Sulawesi Selatan namun saat ini juga telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia,
seperti Papua, Jakarta, Kalimantan, hingga Riau. Suku ini tergolong ke dalam suku-suku
Deutero Melayu (Melayu muda). Disamping itu, masyarakat Bugis juga bisa ditemukan di
Malaysia dan Singapura. Dalam situs Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten
Wajo, Kata Bugis berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan Ugi merujuk
pada raja pertama kerajaan China yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo, yaitu La
Sattumpugi. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau pengikut La Sattumpugi. Ciri
utama dari kelompok etnis ini adalah bahasa dan adat-istiadatnya. Sehingga, pendatang dari
Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke 15 juga bisa
dikategorikan sebagai masyarakat Bugis.

Anda mungkin juga menyukai