Anda di halaman 1dari 12

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

[PERTEMUAN KE XVII]

DISUSUN OLEH :

NAMA : FAJRI VALENTINO


NIM : 20042205

PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

DOSEN PENGAMPU
LAILATUR RAHMI, S,Pd, M.Pd

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
1. Indonesia adalah suatu bangsa yang besar dan dikenal sebagai bangsa majemuk. Mengapa
dikatakan demikian dan ditinjau dari segi apa saja makanya Indonesia disebut sebagai bangsa
majemuk?(Bobot 10)

Jawab.

Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak
terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut agama dan
kepercayaan yang berbeda-beda serta memiliki dan menggunakan berbagai macam bahasa
Hal ini dapat dilihat dari kekayaan sosiokultural dan kondisi geografis yang begitu beragam
dan luas. Indonesia mempunyai belasan ribu pulau besar dan kecil, serta populasi penduduk
ratusan juta jiwa yang terdiri dari berbagai macam suku dengan bahasa. Selain itu, penduduk
Indonesia menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen,
Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan. Masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang majemuk. Disebut masyarakat majemuk karena masyarakat
Indonesia berasal dari berbagai macam suku, agama, ras, dan budaya. Masyarakat menjadi
beragam karena orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia datang dan menetap di suatu
tempat. Mereka membawa kebudayaan dan adat istiadat mereka ke tempat tinggal mereka
yang baru. Hal-hal yang menyebabkan keragaman budaya di suatu daerah antara lain adalah:
agama, adat istiadat, tingkat pendidikan, kesenian, dan macam-macam jenis pekerjaan.

Bangsa Indonesia disebut sebagai bangsa yang majemuk karena bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku, agama, ras, bahasa dan kebudayaan yang berbeda beda.

Pembahasan

Majemuk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah terdiri atas beberapa
bagian yang merupakan kesatuan. Sejak dahulu kala bangsa Indonesia yang terdiri dari
beribu-ribu pulau, terbentuk dari berbagai macam suku, ras, budaya dan bahasa. Maka tidak
heran jikas semboyan negara kita adalah "Bhineka Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda
namun satu tujuan, itulah kemajemukan atau sinonimnya adalah keberagaman.

Kemajemukan atau keberagaman ini dapat terjadi atau terbentuk karena beberapa faktor
diantaranya:

 Lingkungan fisik daerah. Contohnya di Indonesia terdiri dari berbagai macam orang dengan
fisik yang berbeda beda, tergantung tempat dimana mereka tinggal. Orang yang tinggal di
pegunungan akan berbeda dengan orang yang tinggal di pesisir pantai. Kondisi lingkungan
tempat tinggal ini akan berdampak pada profesi masing-masing yang berbeda tiap daerahnya.
 Keyakinan atau agama. Contohnya di Indonesia terdiri dari berbagai agama sepreti Islam,
Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Setiap agama akan ada terpusat di setiap daerah masing-
masing. Contohnya Agama Islam yang terpusat seperti di Aceh, dan Jawa Barat. Agama
Hindu yang terpusat di Bali.
 Kehidupan sosial budaya. Contohnya di Indonesia setiap daerah memiliki budaya yang
berbeda beda, seperti budaya Betawi akan berbeda dengan budaya Aceh dan budaya Jawa.
 Faktor sejarah. Contohnya di bagian Sumatera Barat akan berbeda dengan di bagian Papua
karena memiliki sejarah yang berbeda pula.

2.Konflik antara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan Nahdlatul Ulama (NU). Kedua
organisasi ini memiliki pemahaman yang berbeda, HTI berpaham puritan dan cenderung
transnasional, sedangkan NU bersikap pluralis dalam berhubungan sosial dengan
masyarakat. Jelaskan penyebab konflik tersebut dari pandangan plural dan puritan dan
jelaskan bagaimana pandangan saudara terhadap hal tersebut.(Bobot 20)

Jawaban

Konflik antara HTI dan NU merupakan permasalah perbedaan konsep keyakinan dan
kesalahpahaman antara kedua aliran tersebut,bermulanya masalah ini terjadi saat anggota
PBNU garut membakar bendera HTI,Ternyata kedua aliran ini berbeda keyakinan,HTI
dengan sikap puritan dan NU dengan sikap plural. Puritan adalah paham dan tingkah laku
yang didasarkan atas ajaran kaum puritan yang tidak menginginkan adanya perubahan dalam
agama,Sedangkan Plural adalah paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu
masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga
keunikan budayanya masing-masing. Menurut saya, Konflik antara HTI dan NU ini
merupakan kesalahpahaman dan ulah oknum oknum yang tidak bertanggung jawab yang
ingin mengadu domba kedua aliran agama ini,Namun apabila permasalahan ini ialah
permasalahan yang benar benar terjadi akibat ulah anggota salah satu aliran maka hal ini
merupakan sikap intoleransi dan tidak mengutamakan 5 kepentingan negara dan rakyat,dan
hal ini haruslah cepat diatasi oleh pemerintah agar permasalahanya tidak berlarut larut dan
tidak menjadikan konflik yang berkepanjangan. Itulah pendapat saya terkait permasalah HTI
dengan NU.
3. Di Indonesia terdapat lebih kurang 300 suku bangsa dengan keunikan dan ciri khas
masing-masing. Jelaskan 3 contoh suku bangsa dengan ciri khas budayanya (selain
minangkabau). (Bobot 20)

Jawab

1. Suku Sunda

Suku Sunda mendiami provinsi Jawa Barat. Populasinya mencapai 15,5% dari penduduk
Indonesia atau terbesar kedua setelah Suku Jawa.Suku Sunda memiliki beragam tari
tradisional khas. Beberapa di antaranya populer di Indonesia, yakni Tari Jaipong, Tari
Topeng, dan Tari Rampak Rendang.

Selain itu suku Sunda memiliki ciri khas pada alat musik tradisionalnya yang terbuat dari
bambu bernama angklung. Alat musik ini bahkan terkenal sampai ke mancanegara.

2.Suku Bali

Suku Bali adalah suku mayoritas yang mendiami Pulau Bali. Selain di Bali, suku ini juga
tinggal di berbagai provinsi di Indonesia, termasuk Lampung, Bengkulu, dan Nusa Tenggara
Barat akibat program transmigrasi.

Suku Bali umumnya menganut agama Hindu dan memiliki ciri khas mahir dalam
memproduksi kesenian. Mulai dari seni tari, seni lukis, hingga seni ukiran dapat dilakoni
Suku Bali.

Ciri khas lainnya dari Suku Bali adalah adanya sistem kekeluargaan yang diatur menurut
garis keturunan yang disebut wangsa atau kasta. Kasta ini terbagi menjadi brahmana, ksatria,
waisya dan jaba.

3.Suku Asmat

Suku Asmat merupakan salah satu suku terbesar di Papua. Suku ini tinggal di rumah adat
yang disebut rumah Jew.Di dalam rumah adat yang juga disebut dengan rumah bujang ini
tersimpan senjata Suku Asmat yakni tombak, panah untuk berburu, dan noken.

Rumah Jew terbuat dari kayu dan didirikan menghadap arah sungai. Panjang rumah adat ini
bisa sampai berpuluh-puluh meter.Atap rumah adat terbuat dari daun sagu atau daun nipah
yang telah dianyam. Warga menganyam beramai-ramai sampai selesai.

4. Uraikanlah

a. mengenai kondisi sosial-budaya di daerah kelahiran anda masing-masing Lengkapi


gambar. (Bobot 10)

Jawab

Sumatera Barat

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Suku ini awalnya
berasal dari dua klan utama: Koto Piliang didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi
Chaniago yang didirikan Datuak Parpatiah nan Sabatang, Suka Kato Piliang memakai sistem
aristokrasi yang dikenal dengan istilah Titiak Dari Ateh (titik dari atas) ala istana
Pagaruyung, sedangkan Bodi Chaniago lebih bersifat demokratis, yang dikenal dengan istilah
Mambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi).. Sehari-hari, masyarakat berkomunikasi dengan
Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek
Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Sementara itu, di daerah kepulauan
Mentawai yang terletak beberapa puluh kilometer di lepas pantai Sumatera Barat,
masyarakatnya menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasaman bahkan Bahasa Batak
berdialek Mandailing digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing. Masyarakat
Sumatera Barat, sangat manghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional serta terbuka
terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kondisi ini membawa kepada komunitas
yang sangat kondusif bagi pembangunan nasional dan cita-cita reformasi.

Meskipun suku Minangkabau mendominasi masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan,


kehidupan mereka relatif rukun dan damai dengan warga pendatang lainnya yang terdiri atas
berbagai etnis minoritas, seperti suku Mentawai di Kepulauan Mentawai, suku Mandailing di
Pasaman, transmigran asal Jawa di Pasaman dan Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan
berbagai suku pendatang lainnya yang berdiam di kota-kota di Sumatera Barat. Di antara
sesama mereka terdapat hubungan dan interaksi sosial yang positif dan jarang terdapat jurang
dan kecemburuan sosial yang besar antara berbagai kelompok dan golongan. Hal ini
merupakan landasan yang solid bagi persatuan bangsa yang perlu dipelihara dan
dikembangkan serta ditingkatkan.

Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung.
Namun wilayah Sumatera Barat saat ini tidak mencerminkan keseluruhan luas dari wilayah
Kerajaan pagaruyung. Hal ini tidak terlepas dari penguasaan penjajah yang telah memecah
wilayah Pagaruyung hingga menyisakan sebatas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang
dikenal saat ini.Bermula dari pemerintahan kolonial Inggris di Sumatera pada tahun 1811
yang memilih pusat pemerintahannya di Bengkulu. Wilayah Pagaruyung saat itu dimasukkan
dalam wilayah pesisir Barat (West Coast region). Sebuah wilayah yang membentang dari
bagian Selatan Lampung sampai ke Singkil di bagian pesisir Barat Aceh. Gubernur Jenderal
Raffles membentuk kesatuan wilayah ini setelah melihat fakta rangkaian mata rantai sebaran
etnis

Minang pesisir yang tidak terputus di sepanjang pesisir Barat Sumatera pada masa itu.
Setelah penyerahan wilayah Sumatera kepada Kerajaan Belanda pasca rekapitulasi Napoleon
di Eropa, Inggris hanya menyisakan wilayah Bengkulu sebagai basisnya di Sumatera yang
berakses ke Samudera Hindia. Dalam hal ini penentuan batas Bengkulu dilakukan sepihak
oleh Inggris dengan memasukkan wilayah Minangkabau Mukomuko dalam administrasi
Bengkulu. Setelah penyerahan Bengkulu kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda tahun
1824, wilayah Mukomuko tetap dipertahankan dalam administratif Bengkulu.

Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera, memiliki dataran
rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Garis
pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km.
Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa puluh kilometer dari
lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini.

Sumatera Barat memiliki beberapa danau, di antaranya adalah danau Singkarak yang
membentang di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar dengan luas 130,1 km², danau
Maninjau di kabupaten Agam dengan luas 99,5 km², dan danau Kembar di kabupaten Solok
yakni danau Diatas dengan luas 31,5 km², dan danau Dibawah dengan luas 14,0 km² .
Beberapa sungai besar di pulau Sumatera berhulu di provinsi ini, di antaranya adalah sungai
Siak, sungai Rokan, sungai Inderagiri (disebut sebagaiBatang Kuantan di bagian hulunya),
sungai Kampar, dan Batang Hari. Semua sungai ini bermuara di pantai timur Sumatera, di
provinsi Riau dan Jambi.

Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, di antaranya adalah
Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.

Sumatera Barat memiliki 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota. Beberapa di
antaranya adalah gunung Talamau di kabupaten Pasaman Baratyang merupakan gunung
tertinggi di provinsi ini dengan ketinggian 2.913 meter, gunung Marapi di kabupaten Agam
dengan ketinggian 2.891 m, gunung Sago di kabupaten Lima Puluh Kota dengan ketinggian
2.271 m, gunung Singgalang di kabupaten Agam dengan ketinggian 2.877 m, gunung
Tandikat dikabupaten Padang Pariaman dengan ketinggian 2.438 m, gunung Talang di
kabupaten Solok dengan ketinggian 2.572 m, dan gunung Pasaman di kabupaten Pasaman
Barat dengan ketinggian 2.190 m.

Propinsi Sumatera Barat memiki aneka ragam budaya yang menarik. Kekayaan budaya
Sumatera Barat tersebut meliputi tarian tradisional hingga adat istiadat yang ada di Sumbar.

Kekayaan seni budaya Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat ini harus terus di
lestarikan dan harus mendapat perhatian lebih oleh pemerintah setempat khususnya sehingga
nantinya bisa menarik wisatawan. Kebudayaan Sumatera Barat harus diperkenalkan dan
dipromosikan karena bagian dari kekayaan budaya indonesia. Salah satu even untuk
mempromosikan budaya Sumbar adalah dengan terselenggaranya Pekan Budaya Sumatera
Barat. Selain mengenalkan budaya propinsi Sumbar kepada masyarakat lokal juga untuk
wisatawan yang berkunjung ke propinsi ini.

Daftar Kebudayaan Sumatera Barat

Rumah Adat Sumatera Barat


Rumah Gadang merupakan Rumah adat yang berasal dari Sumatera Barat, berasal dari suku
Minangkabau. Rumah adat ini biasanya didirikan diatas tanah milik keluarga induk dalam
suku/kaum tersebut secara turun temurun.

Bentuk Rumah Gadang ini empat persegi panjang dan terbagi atas dua bagian yaitu muka dan
belakang, Rumah Gadang terbuat dari bahan kayu, dan kalu di lihat sekilas hampir
menyerupai rumah panggung. Salah satu kekhasan dari rumah adat ini dalam proses
pembuatannya adalah tidak memakai paku besi tapi hanya menggunakan pasak yang terbuat
dari bahan kayu.

Seni Tari Sumatera Barat

Seni tari tradisional yang berasal dari Sumatera Barat biasanya berasal dari adat budaya suku
Minangkabau serta etnis Mentawai. Seni tari dari Minangkabau umumnya sangat dipengaruhi
oleh agama Islam. Terdapat beberapa tarian daerah seperti Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari
Payung dan Tari Indang.

Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau
yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialekPariaman, dialek Pesisir
Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan
dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu dialek
Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai digunakan Bahasa Mentawai
suntin.

Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk Sumatera Barat,
yang kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Selain itu ada juga yang beragama
Kristen terutama di kepulauan Mentawai sekitar 1,6%, Buddha sekitar 0,26%, dan Hindu
sekitar 0,01%, yang dianut oleh penduduk bukan orang Minangkabau.
Berbagai tempat ibadah yang dapat dijumpai di setiap kabupaten dan kota di Sumatera Barat
didominasi oleh masjid dan musala.

Masjid terbesar adalah Masjid Raya Sumatera Barat di kota Padang yang saat ini
pembangunannya masih dalam tahap penyelesaian. Sedangkan masjid tertua di antaranya
adalah Masjid Raya Ganting di kota Padang dan Masjid Tuo Kayu Jao dikabupaten Solok.
Arsitektur khas Minangkabau mendominasi baik bentuk masjid maupun musala. Seperti
masjid Raya Sumatera Barat yang memiliki bangunan berbentuk gonjong, dihiasi ukiran
Minang sekaligus kaligrafi, dan tidak memiliki kubah. Ada juga masjid dengan atap yang
terdiri dari 3 sampai 5 lapis yang makin ke atas makin kecil dan sedikit cekung seperti Masjid
Tuo Kayu.

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman


selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing.Suku Mentawai terdapat
di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat
etnis Tionghoa, Tamil dan suku Niasdan di beberapa daerah transmigrasi seperti di (Sitiung,
Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa. Sebagian diantaranya
adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari Suriname yang memilih kembali ke Indonesia
pada masa akhir tahun 1950 an. Oleh Presiden Soekarno saat itu diputuskan mereka
ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal ini juga tidak lepas dari aspek politik pemerintah
pusat pasca rekapitulasi PRRI diProvinsi Sumatera Barat yang juga baru dibentuk saat itu

b. Jelaskan apa hal yang menjadi tantangan multikultural di daerah saudara (Bobot 10).

Konfilk dalam budaya Minangkabau adalah sebuah keharusan karena kalau tidak ada
konflik mereka tidak menghasilkan pemikiran cerdas dalam menghadapi kehidupan
mereka.Menurut Taufik Abdullah (1966) bagi orang Minangkabau konsep konflik ini tidak
hanya dialami oleh anggota masyarakat tapi juga dijadikan peraturan dalam sistem sosialnya.
Bahkan konflik dipandang sebagai suatu hal yang penting untuk mencapai persatuan dalam
masyarakat.

Sesuai dengan substansi perdebatan dan latar belakang konfliknya, pada dasarnya ada dua
tema besar yang secara berlanjut terdapat dalam masyarakat Minangkabau, yaitu 1)
perdebatan intelektual dan konflik mengenai pelaksanaan hukum waris adat serta tanah
ulayat; dan 2) perdebatan intelektual dan konflik mengenai hubungan antara kaidah adat
Minangkabau dengan ajaran agama Islam. Perdebatan intelektual dan konflik mengenai dua
tema besar tersebut telah mewarnai hampir seluruh sejarah Minangkabau, yang langsung atau
tidak langsung selain telah menguras energi masyarakat juga telah menghambat terwujudnya
suasana saling percaya-mempercayai antara warga dan kelompok masyarakat yang satu
dengan warga dan kelompok masyarakat yang lain.

Contoh Kasus tantangan multikultural

Perselisihan Kaum Padri dan Kaum Adat

Sesuai dengan latar belakang kebudayaan tersebut di atas, puncak penyampaian pemikiran
intelektual secara kritis dalam sejarah sosial Minangkabau adalah antara Adat Minangkabau
dan agama Islam yang diaktualisasikan dalam bentuk kekerasan oleh pendukung kedua ajaran
itu. Kekerasan tersebut  mencapai puncaknya pada paro awal abad ke 19, yang disebut
sebagai Perang Paderi (1821-1837).
Namun ironinya, konflik internal dengan kekerasan antara kaum konservatif lokal dengan
kelompok reformis radikal dari kaum puritan muslim itu bukannya dimenangkan oleh salah
satu fihak, tetapi justru dimenangkan oleh pihak ketiga, yakni kolonialis Belanda (Zed, 1992).
Episode yang terpenting dari konflik tersebut adalah ketika Belanda belum melakukan
campur tangan, yaitu sewaktu orang Minangkabau harus berhadapan dengan diri dan
tradisinya sendiri.

Konflik-konflik yang terjadi, betapapun keras dan sentralnya, tetap tidak untuk saling
melenyapkan, sebab dalam filosofi hidup mereka adalah: mahampang malapehi, mambunuah
mahiduiki (mengempang-melepaskan, membunuh-menghidupi). Gerakan Paderi yang
radikal, yang berlanjut menjadi perang melawan kolonialis Belanda selama 34 tahun, tidak
serta merta membasmi ajaran Tarekat Syatariyah Demikian pula terhadap Kaum Adat,
gerakan Paderi menurut Schrieke (1973)bukanlah untuk menentang adat dan kerajaan
Pagarruyung, melainkan gerakan solidaritas ulama untuk membersihkan kehidupan
masyarakat dari perbuatan yang ber-tentangan dengan ajaran Islam.
Sesuai dengan latar belakang kebudayaan tersebut di atas, puncak penyampaian pemikiran
intelektual secara kritis dalam sejarah sosial Minangkabau adalah antara Adat Minangkabau
dan agama Islam yang diaktualisasikan dalam bentuk kekerasan oleh pendukung kedua ajaran
itu. Kekerasan tersebut  mencapai puncaknya pada paro awal abad ke 19, yang disebut
sebagai Perang Paderi (1821-1837).
Namun ironinya, konflik internal dengan kekerasan antara kaum konservatif lokal dengan
kelompok reformis radikal dari kaum puritan muslim itu bukannya dimenangkan oleh salah
satu fihak, tetapi justru dimenangkan oleh pihak ketiga, yakni kolonialis Belanda (Zed, 1992).
Episode yang terpenting dari konflik tersebut adalah ketika Belanda belum melakukan
campur tangan, yaitu sewaktu orang Minangkabau harus berhadapan dengan diri dan
tradisinya sendiri .

Konflik-konflik yang terjadi, betapapun keras dan sentralnya, tetap tidak untuk saling
melenyapkan, sebab dalam filosofi hidup mereka adalah: mahampang malapehi, mambunuah
mahiduiki (mengempang-melepaskan, membunuh-menghidupi). Gerakan Paderi yang
radikal, yang berlanjut menjadi perang melawan kolonialis Belanda selama 34 tahun, tidak
serta merta membasmi ajaran Tarekat Syatariyah .Demikian pula terhadap Kaum Adat,
gerakan Paderi menurut Schrieke (1973), bukanlah untuk menentang adat dan kerajaan
Pagarruyung, melainkan gerakan solidaritas ulama untuk membersihkan kehidupan
masyarakat dari perbuatan yang ber-tentangan dengan ajaran Islam.

5. Dalam adat istiadat Minangkabau terdapat begitu banyak nilai-nilai luhur yang bias
dijadikan pedoman dan penguat dalam pembentukan karakter bangsa.

a. Uraikanlah beberapa contoh nilai-nilai tersebut (minimal 5 buah). (Bobot 10).

1.dima bumi dipijak disitu langit dijunjung

2.adat basandi syara,syara basandi kitabullah

3.Alah bauriah bak sipasin, kok bakiek alah bajajak, habih tahun baganti musim sandi Adat
jangan dianjak.

4.Bajalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah.

5.Batolan mangko bajalan, mufakat mangko bakato.


b. Jelaskanlah faktor-faktor yang menyebabkan semakin menipisnya pemahaman masyarakat
Minangkabau terhadap budayanya (Minimal 5 buah). (Bobot 10).

1.Kurangnya pendidikan adat untuk remaja minang sekarang


2. Kurang peduli nya remaja minang terhadap masalah adat
3.Pola pikir remaja minang yang berfikir bahwa adat itu khusus orang orang tua dan mereka
tidak usah memikirkanya
4.Adanya pengaruh globalisasi
5.berasal dari orang tua yang salah satunya bukan berasal dari suku minang
6.Menikahnya bujang minang dengan gadis dari luar minang

c. Apakah upaya yang bisa dilakukan dalam menanamkan kembali nilai-nilai budaya tersebut
bagi generasi muda?. (Bobot 10).

1.Pemberian pembekalan pengetahuan adat oleh adat nagari setempat kepada para remaja
minang
2.Diadakanya kembali mata pelajaran BAM (budaya alam minangkabau) untul pendidikan di
sumbar
3.Adanya pembatasan pemakaian produk dari luar oleh orang tua kepada remaja minang
4.Orang tua harus meperhatikan anaknya agar tidak terpengaruh oleh globalisasi
5.Diadakanya event event adat dan sekaligus monitoring/edukasi kepada para remaja agar
remaja tersebut lebih tertarik kepada adatnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai