Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEBERAGAMAN BUDAYA INDONESIA

DISUSUN OLEH :
1. SUMANTRI (1221900084)
2. MIKY ARDIANUS K.T (1221900109)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk.
Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda
tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya,
agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik
yang dimiliki oleh suku – suku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda,
namun selain perbedaan suku – suku itu juga memiliki persamaan antara lain hukum,
hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Dalam setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu
masing-masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di
dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Setiap suku
bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal cara
pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi
pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang
berbeda,mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku bangsanya
(primodialisme).
Itu menyebabkanpertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu negara
(disintegrasi). Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai
oleh perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan
suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan vertikal,
berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievement). Indikasi perbedaan-
perbedaan tersebut tampak dalam strata sosial ekonomi, posisi politik, tingkat
pendidikan, kualitas pekerjaan dan permukiman.
Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui kemudian
bukan faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku. Suku
tertentu bukan dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah
terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di Indonesia yang secara absolut
menanamkan permusuhan etnik.
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang
berpotensi sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-alat
produksi dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan kepentingan
kekuasaan, politik dan ideologi, serta perluasan batas-batas identitas sosial budaya
dari sekelompok etnik. Untuk menghindari diperlukan adanya konsolidasi antar
masyarakat yang mengalami perbedaan.
Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk menuju
integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa diperlukan toleransi antar
masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan. Selain itu faktor sejarah lah yang
mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa mempunyai nasib dan
kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Yaitu walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang sama.
Selain itu,pancasila sebagai idiologi yang menjadi poros dan tujuan bersama untuk
menuju integrasi,kedaulatan dan kemakmuran bersama.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat
dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain
kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai
kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai
kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah
penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia.
Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi.
Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga
perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok
sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuanpertemuan dengan
kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di
Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut
mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan
kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara
dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi.
Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga
keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan
kewilayahan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Keberagaman Suku Bangsa


2. Keberagaman Bahasa
3. Keberagaman Agama
4. Keberagaman Kesenian Dan Tradisi
BAB II
PEMBAHASAN
1. 2.1 Keberagaman Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas
akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku bangsa
tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan suku
bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan
adat istiadat. Suku – suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah
bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut,
dan kedatangan para penjajah di Indonesia. perbedaan suku bangsa satu dengan suku
bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini :
a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut,
b. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa
Madura,
c. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara kematian,
d. Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan Tari
Saudati,
e. Kekerabatan, misalnya patrilineal dan matrilineal,
f. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.

2.2 Keberagaman Bahasa


Secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari
bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau
mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan
bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia
baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928.
Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui
keberadaannya. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai
penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.

2.3 Keberagaman Agama


Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Sila pertama Pancasila berbunyi
“KeTuhanan Yang Maha Esa”.
Berikut Adalah Enam (6) agama utama di Indonesia :
a. Islam
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia,
dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas
Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera.
b. Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC),
pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik dengan
sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.
c. Hindu
Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad 1 M, bersamaan
waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan
sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit. Kerajaan
ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode
ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh.
d. Buddha
Buddha tiba di Indonesia pada abad 6 M. Sejarah Buddha di Indonesia
berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha telah
dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan Sailendra, Sriwijaya dan
Mataram.
e. Katolik
Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18 Kristen Katolik tiba di Indonesia saat
kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang
berdagang rempah-rempah. Agama Katolik mulai berkembang di Jawa Tengah
ketika Frans van Lith menetap di Muntilan pada 1896 dan menyebarkan iman
Katolik kepada rakyat setempat.
f. Khonghucu
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang
Tionghoa dan imigran.

2.4 Keberagaman Kesenian Dan Tradisi


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, seni adalah kemampuan akal untuk
menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Dengan demikian seni adalah suatu hasil
karya manusia yang mempunyai keindahan dan dapat dinikmati serta dirasakan oleh
manusia.
Berikut ini merupakan contoh kesenian yang ada di Indonesia :
1.      Banten : Debus
2.      DKI Jakarta : Ondel-ondel, Lenong
3.      Jawa Barat : Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling, Degung
4.      Jawa Tengah : Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang Orang, Ketoprak,
5.      Jawa Timur : Ludruk, Reog, Wayang Kulit
6.      Bali : Wayang Kulit, Janger
7.      Riau : Makyong
8.      Kalimantan : Mamanda
Selain hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku – suku bangsa di
Indonesia juga mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda. Karya seni yang
dihasilkan oleh seniman-seniman dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia,
antara lain seni lukis, seni pahat, seni ukir, patung, batik, anyaman, dan lain-lain.
Benda-benda karya seni yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara, Patung
Asmat dan patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di Kalimantan, dan
lain-lain. Hasil kerajinan seni ini menjadi barang-barang cindera mata yang sangat
digemari turis mancanegara.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Masalah Yang Muncul Akibat Kebergaman Budaya


Keberagaman budaya itu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
masyarakat Indonesia. Merupakan tantangan karena apabila tidak dikelola dan
ditangani dengan baik maka keberagaman budaya akan dapat mendorong timbulnya
persaingan dan pertentangan sosial. Sebagai peluang, keragaman budaya itu bila dibina
dan diarahkan secara tepat, maka akan menjadi suatu kekuatan atau potensi dalam
melaksanakan pembangunan bangsa dan Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya,
berikut ini diuraikan masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari keberagaman
budaya.
Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa keragaman suku bangsa yang
dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu,
keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata dunia. Namun, di sisi
lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi besar menimbulkan konflik sosial
berbau sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola
keragaman suku bangsa diperlukan guna mencegah terjadinya perpecahan yang
mengganggu kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia umumnya
muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti konflik
antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan lain-lain.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan hukum
terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan yang mendalam.
Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik horizontal. Masyarakat Dayak
yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang
diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi Tengah konflik
bernuansa sara mula-mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh
seorang pemuda Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda Islam di dalam Masjid
Sayo. Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik yang dipicu oleh
perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan pemuda Islam di terminal bus
Kota Poso. Perkelahian ini menyebabkanterbakarnya permukiman orang Pamona di
Kelurahan Lambogia. Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.
Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan mampu memicu munculnya
konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan antisipasi justru akan
menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak orang. Oleh karena itu, bagaimana
kita bersikap dalam keanekaragaman benar-benar perlu diperhatikan.
Untuk lebih jelasnya kita akan menganalisis konflik etnis antara Dayak dan
Madura sebagai akibat keanekaragaman dan kekeliruan dalam menyikapi
keanekaragaman tersebut melalui bilik info di berikut ini.
Peristiwa Tasikmalaya merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh
kecemburuan Poso merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh perbedaan agama
antar umat Islam dengan umat Kristen. Peristiwa Sambas merupakan contoh konflik
dan yang disebabkan oleh perbedaan etnis / suku bangsa anara suku Dayak (penduduk
asli) dengan suku Madura (penduduk pendatang). Peristiwa Aceh dan Papua (Irian
Jaya) merupakan contoh konflik sosial yang disebabkan perbedaan kepentingan politik
antara pemerintah Pusat dengan masyarakat daerah setempat.
Kerusakan sosial yang terjadi di ibukota Jakarta tentara suku bangsa Betawi
(penduduk asli) dengan suku bangsa Madura (penduduk pendatang) merupakan akibat
dari sentiment ke daerahan. Perubahan nilai-nilai budaya akibat pengaruh globalisasi
ternyata telah memicu timbulnya konflik sosial budaya dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota Negara seringkali diwarnai oleh peristiwa
kerusuhan sosial, seperti peristiwa Tanjung Priuk dan prasasti. Konflik sosial tersebut
telah menimbulkan korban jiwa dan harta yang cukup banyak. Warga masyarakat yang
tidak berdosa banyak yang menjadi korban amuk massa. Konflik sosial akibat
keberagaman budaya mempunyai dampak negatif yang amat luas dan kompleks.
Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman sosial
budaya, antara lain sebagai berikut :
a. Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit diatasi ,
menyebabkan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok serta rendahnya
daya beli masyarakat;
b. Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga menghambat
jalannya roda pemerintah dan pelaksanaan pembangunan;
c. Menimbulkan konflik ssantar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas
sosial, sehingga menyebabkan timbulnya perilaku anarkisme, terorisme,
sekularisme, primordialisme, separalisme, dan sebagainya;
d. Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat, sehingga terjadi
perubahan nilai dan norma sosial, perubahan pranata dan lembaga sosial,
perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan struktur pemerintahan, dan
sebagainya.

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah


Kita tahu bahwa keberagaman budaya dapat menimbulkan konflik dan kerusuhan
sosial. Sebenarnya, telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah kita dalam
mengatasi masalah sosial akibat keberagaman budaya. Ahli-ahli ilmu sosial juga telah
memberikan teori-teori pemecahan masalah akibat konflik sosial budaya. Namun
pengaruh pemecahan masalah tersebut, tidak langsung dirasakan hasilnya oleh
masyarakat. Sungguh cerdas pujangga Mpu Tantular. Sesaat setelah melihat
keanekaragaman masyarakat yang ada di dalam masyarakat Kerajaan Majapahit, ia
membuat sebuah rumus sosial yang bisa mempersatukan seluruh perbedaan yang ada di
masyarakat. Bahkan, rumus yang ia kemukakan itu bisa dijadikan acuan dalam
menghadapi permasalahan yang muncul sebagai akibat keanekaragaman.
Ia kemudian kita ketahui menulis sebuah kitab Sutasoma, yang di dalamnya
tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Kamu tentu mengetahui
apa arti dari kalimat ini. Tetapi pelajaran yang terpenting dari potongan sejarah ini
adalah bahwa keanekaragaman bukanlah merupakan penghambat bagi tercapainya
persatuan, kesatuan, dan kerukunan masyarakat. Fakta sejarah memang membuktikan
bahwa kehidupan agama di Kerajaan Majapahit berjalan dengan sangat harmonis antara
agama Hindu Siwa, Buddha, dan lainnya, bahkan hingga masuknya pengaruh agama
Islam. Sebagai bukti adalah adanya kebijakan dari raja Majapahit saat membebaskan
raja-raja bawahan di pesisir pantai utara Jawa untuk menganut agama Islam.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Pertentangan social akibat keberagaman budaya
Keberagaman budaya dapat berdampak negative yaitu pertentangan antar budaya, apabila hal
itu tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan konflik antar budaya,konflik yang pernah
terjadi di berbagai daerah misalnya diJakarta, tasikmalaya, situbondo,ambon, poso,sambas,
Aceh, papua, dan daerah lain-lainnya.
pada era reformasi sekarang ini,dampak negative akibat keragaaman social budaya antara lain
sebagai berikut:
1. Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit diatasi
2. Menimbulkan konflik antarelit dan golongan politik
3. Menimbulkan konflik antar suku bangsa,antar golongan,atau antar kelas social
4. Menimbulkan perubahan social dan budaya yang terlalu cepatB.
Berikut ini adalah beberapa dampak positif adanya keragaman (setidaknya di Indonesia):
1. Keberagaman menjadikan sebuah negara kaya
2. Keberagaman (budaya misalnya) bisa menjadi sumber devisa
3. Keberagaman menjadi salah satu identitas bangsa yang membedakan dari bangsa lain
di dunia
4. Keberagaman menjadikan interaksi di dalam masyarakat berjalan dinamis
5. Keberagaman menjadikan hidup sebuah bangsa jauh lebih berwarna apabila dibarengi
dengan tolerasi
6. Keragaman menjadikan sebuah bangsa jauh lebih maju sebab kreatifitas dan inovasi
lahir dan berkembang lebih baik dalam masyarakat yang majemuk
7. Keberagaman menjadi kekuatan tersendiri sebab kekurangan kelompok satu bisa
ditutupi dengan kelebihan kelompok lainnya, demikian sebaliknya.
8. Melatih diri untuk bertenggang rasa dan bertoleransi.
Adapun 10 dampak negatif adanya keragaman adalah sebagai berikut:
1. Munculnya persaingan
2. Munculnya sikap negatif seperti egoisme kelompok atau golongan, fanatisme dan
sebagainya
3. Munculnya etnosentrisme
4. Mudah terpecah belah Sulit untuk mengupayakan persatuan dan kesatuan
5. Potensi munculnya perpecahan besar
6. Potensi perpecahan mengarah ke konflik dan kekerasan besar
7. Potensi munculnya pelanggaran atas hak-hak kelompok lain besar
8. Konflik dan perpecahan karena keberagaman bisa mengganggu pembangunan
nasional
9. Kelompok yang rasis dan radikal mudah muncul
10. Masyarakat yang majemuk atau beragam cenderung lebih sulit diatur

Dampak Keragaman Budaya di Indonesia


Keragaman budaya dalam ilmu Antropologi dinamakan sebagai diversitas. Negara
dengan keanekaragaman budaya seperti Indonesia jika ditanggapi dengan sikap memandang
perbedaan, dapat menimbulkan dampak negatif. Sebaliknya, bila keanekaragaman tersebut
dikelola dengan semestinya, akan menjadi kekuatan tersendiri.
Di dalam keberagaman budaya sebenarnya terkandung potensi disintegrasi, konflik,
dan separatisme sebagai dampak dari negara kesatuan yang bersifat multietnik dan struktur
masyarakat Indonesia yang majemuk dan plural. Menurut David Lockwood konsensus dan
konflik merupakan dua sisi mata uang karena konsensus dan konflik adalah dua gejala yang
melekat secara bersama-sama di dalam masyarakat. Menurut Samuel Huntington, Indonesia
adalah negara yang mempunyai potensi disintegrasi paling besar setelah Yugoslavia dan Uni
Soviet pada akhir abad ke-20.
Menurut Clifford Geertz apabila bangsa Indonesia tidak mampu mengelola
keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas etniknya maka Indonesia akan berpotensi
pecah menjadi negara-negara kecil. Misalnya, potensi disintegrasi akibat gerakan Organisasi
Papua Merdeka yang menginginkan kemerdekaan Provinsi Papua dari Indonesia.
Pola kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi dua. Pertama,
diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (custom differentiation) karena
adanya perbedaan etnik, budaya, agama, dan bahasa. Kedua, diferensiasi yang disebabkan
oleh perbedaan struktural (structural differentiation) yang disebabkan oleh adanya perbedaan
kemampuan untuk mengakses potensi ekonomi dan politik antar etnik yang menyebabkan
kesenjangan sosial antar etnik.
Namun, kemajemukan masyarakat tidak selalu menunjukkan sisi negatif saja. Pada
satu sisi kemajemukan budaya masyarakat menyimpan kekayaaan budaya dan khazanah
tentang kehidupan bersama yang harmonis apabila integrasi masyarakat berjalan dengan baik.
Selain itu, keberagaman budaya juga bisa menarik banyak turis ke Indonesia sehingga devisa
negara bertambah.
Keberagaman budaya juga akan Membentuk Masyarakat yang Toleran. Keberagaman
budaya dalam setiap daerah tentu memiliki berbagai macam perbedaan. Karena berada di satu
atap yang sama yaitu NKRI, mau tidak mau masyarakatnya berkewajiban untuk tetap
menjaga persatuan dan kesatuan dalam perbedaan. Hal ini menjadi lumrah bagi warga
Indonesia karena sudah terbiasa dengan kehadiran suku bangsa lain yang tinggal menetap di
daerah yang bukan asalnya. Interaksi masyarakat yang toleran tentu merupakan bentuk
hubungan sosial yang dapat dengan mudah terbentuk dengan sendirinya.
Pada sisi lain, kemajemukan selalu menyimpan dan menyebabkan terjadinya potensi
konflik antaretnik yang bersifat laten (tidak disadari) maupun manifes (nyata) yang
disebabkan oleh adanya sikap etnosentrisme, primordialisme, dan kesenjangan sosial.
Pola etnopolitic conflict dapat terjadi dalam dua dimensi, yaitu pertama, konflik di
dalam tingkatan ideologi. Konflik ini terwujud dalam bentuk konflik antara sistem nilai yang
dianut oleh pendukung suatu etnik serta menjadi ideologi dari kesatuan sosial. Kedua, konflik
yang terjadi dalam tingkatan politik. Konflik ini terjadi dalam bentuk pertentangan dalam
pembagian akses politik dan ekonomi yang terbatas dalam masyarakat.
Perbedaan kesejarahan, geografis, pengetahuan, ekonomi, peranan politik, dan
kemampuan untuk mengembangkan potensi kebudayaannya sesuai dengan kaidah yang
dimiliki secara optimal sering menimbulkan dominasi etnik dalam struktur sosial maupun
struktur politik, baik dalam tingkat lokal maupun nasional. Dominasi etnik tersebut pada
akhirnya melahirkan kebudayaan dominan (dominant culture) dan kebudayaan tidak dominan
(inferior culture) yang akan melahirkan konflik antaretnik yang berkepanjangan.
Dominasi etnik dan kebudayaan dalam suatu masyarakat apabila dimanfaatkan untuk
kepentingan golongan selalu melahirkan konflik yang bersifat horizontal dan vertikal. Ciri
khas masyarakat majemuk seperti keanekaragaman suku bangsa telah menghasilkan adanya
potensi konflik antarsuku bangsa dan antara pemerintah dengan suatu masyarakat suku
bangsa. Potensi-potensi konflik tersebut merupakan permasalahan yang ada seiring dengan
sifat suku bangsa yang majemuk. Selain itu, pembangunan yang berjalan selama ini
menimbulkan dampak berupa terjadinya ketimpangan regional (antara Pulau Jawa dengan
luar Jawa), sektoral (antara sektor industri dengan sektor pertanian), antar ras (antara pribumi
dan nonpribumi), dan antarlapisan (antara golongan kaya dengan golongan miskin).

 Pengaruh Positif Keragaman Budaya di Indonesia


1) Kenekaragaman kebudayaan sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai objek
pariwisata.
2) Keanekaragaman budaya daerah dapat membantu meningkatkan pengembangan
budaya yang ada pada tingkat nasional.
3) Meningkatnya ilmu etnografi secara signifikan di Indonesia.
4) Tertanamnya sikap ntuk saling menghormati dan menghargai antar suku yang
berbeda.
5) Munculnya kesadaran untuk melakukan kerjasama  antar daerah dan antar budaya
yang menumbuhkan kesadaran nasional.

 Pengaruh Negatif Keragaman Budaya di Indonesia


1) Adanya pandangan stereotif atau gambaran subjektif terhadap ciri-ciri suku bangsa
lain.
2) Timbul kecurigaan antar suku bangsa.
3) Adanya potensi konflik antarsuku dan hambatan pergaulan antarsuku karena
perbedaan SARA, bahasa dan juga kebudayaan.
4) Banyaknya suku bangsa yang ingin menerapkan hukum adatnya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi hendaknya
dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia mempunyai
kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam tersebut. Di samping
itu, dengan mendalami kebudayaan yang beraneka ragam tersebut, wawasan kita akan
bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa yang kerdil. Kita dapat menjadi bangsa
yang mau dan mampu menghargai kekayaan yang kita miliki, yang berupa keanekaragaman
kebudayaan tersebut.

5.2 Saran
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan kita yang
terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang dari luar. Melestarikan
kebudayaan nasional harus didasari dengan rasa kesadaran yang tingi tanpa adanya paksaan
dari siapapun. Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional, kebudayaan daerah perlu juga
kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai kedudukan yang sangat
penting.Untuk menyikapi keberagaman yang ada kita harus saling menghormati antara satu
denan yang lain agar tercipta kedamaian, tidak ada perpecahan di antara kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta : UI Press

Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

Anda mungkin juga menyukai