Anda di halaman 1dari 14

BAB I

LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman
suku,agama,ras,budaya dan bahasa daerah. Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa.
Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lain.asuku bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap suku bangsa terdapat
kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki norma
sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera
didalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda.
Dalam hal cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika
terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang
berbeda,mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku bangsanya
(primodialisme). Itu menyebabkan pertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu
negara(disintegrasi).Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh
perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras,
bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan vertikal, berupa capaian yang
diperoleh melalui prestasi (achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam
strata sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi
permukiman.

Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui kemudian bukan
faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku. Suku tertentu bukan
dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran
mana pun di Indonesia yang secara absolut menanamkan permusuhan etnik.
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang berpotensi sebagai
sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-alat produksi dan akses ekonomi lainnya.
Selain itu juga benturan-benturan kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi, serta perluasan
batas-batas identitas sosial budaya dari sekelompok etnik. Untuk menghindari diperlukan adanya
konsolidasi antar masyarakat yang mengalami perbedaan. Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya
dengan hal tersebut. Untuk menuju integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa
diperlukan toleransi antar masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan. Selain itu faktor
sejarah lah yang mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa mempunyai nasib dan
kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika. Yaitu
walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang sama. Selain
itu,pancasila sebagai idiologi yang menjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju
integrasi,kedaulatan dan kemakmuran bersama.
Atas uraian-uraian tersebut kami mempunyai ide untuk membuat makalah yang berjudul
“PENGARUH KERAGAMAN SUKU BANGSA TERHADAP INTEGRITAS BANGSA
INDONESIA”. Dalam hal ini kami ingin menguak sisi positif dalam memulai usaha di bidang
perbukuan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 BENTUK KERAGAMAN BUDAYA BANGSA INDONESIA

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak
dari ‘buddhi” (budi atau akal). Kebudayaan diartikan sebagai hal –hal yang berkaitan dengan
budi dan akal. Sedang dalam bahasa Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah culture yang
berasal dari bahasa Latin “colere”, yaitu mengolah , mengerjakan tanah , membalik tanah atau
diartikan bertani.

3.1.1 Karakteristik budaya


Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap
budaya, kapan pun dan dimanapun budaya itu berada. Adapun sifat itu adalah
a. kebudayaan adalah milik bersama.
b. kebudayaan merupakan hasil belajar.
c. kebudayaan didasarkan pada lambang.
d. kebudayaan terintegrasi.
e. kebudayaan dapat disesuaikan.
f. kebudayaan selalu berubah.
g. kebudayaan bersifat nisbi (relatif).
Dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (pattern of behavior) yang merupakan cara-
cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang harus diikuti oleh semua anggota masyarakat
tersebut.Adapun subtansi atau isi utama budaya adalah:.
a. sistem pengetahuan, berisi pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna sekitar tempat
tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-sifat
dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu. .
b. sistem nilai budaya, adalah sesuatu yang dianggap bernilai dalam hidup.
c. kepercayaan, inti kepercayaan itu adalah usaha untuk tetap memelihara hubungan dengan
mereka yang sudah meninggal.
d. persepsi, yaitu cara pandang dari individu atau kelompok masyarakat tentang suatu
permasalahan.
e. pandangan hidup, yaitu nilai-nilai yang dipilih secara selektif oleh masyarakat. Pandangan
hidup dapat berasal dari norma agama (dogma), ideologi negara atau renungan atau falsafah
hidup individu.
f. etos budaya, yaitu watak khas dari suatu budaya yang tampak dari luar

3.1.2 Budaya lokal


Budaya lokal merupakan adat istiadat, kebudayaan yang sudah berkembang (maju) atau sesuatu
yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah yang terdapat disuatu daerah tertentu. Budaya lokal
umumnya bersifat tradisional yang masih dipertahankan. Menurut Fischer, kebudayaan –
kebudayaan yang ada di suatu wilayah berkembang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
lingkungan geografis, induk bangsa dan kontak antarbangsa. Dari pendapat tersebut dapatlah kita
kaitkan dengan kebudayaan daerah yang ada di Indonesia yang memiliki ciri-ciri khusus
antarwilayah sehingga beraneka ragam. Van Volenholen membagi masyarakat Indonesia ke
dalam 19 lingkungan hukum adat yang oleh Koentjoroningrat disebut culture area. Setiap suku
memilih mempertahankan pola-pola hidup yang sudah lama disesuaikan dengan penduduk
sekitar mereka. Lingkungan geografis yang berbeda ada yang di gunung maupun dataran rendah
dan tepi pantai, faktor ilkim dan adanya hubungan dengan suku luar menyebabkan
perkembangan kebudayaan yang beraneka macam.Contoh budaya lokal yang bersifat abstrak
misalnya Kepercayaan Kaharingan (Dayak), Surogalogi (Makasar), Adat Pikukuh (Badui).
Budaya lokal yang bersifat perilaku misalnya tari Tor-tor, tarian Pakarena, upacara Kasadha
(Masyarakat Tengger), upacara ruwatan dengan menggelar wayang kulit berlakon “Murwokolo”
(Masyarakat Jawa), orang Badui dalam berpakaian putih dan Badui luar berpakaian biru, Bahasa
Batak dan lain-lain . Budaya lokal yang bersifat artefak misalnya rumah Gadang (Sumatera
Barat), tiang mbis ( Suku Asmat), alat musik gamelan (Jawa).

3.1.3 Potensi keberagaman budaya


Walaupun Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada dasarnya
Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam
ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian,
adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara
yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku,
bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik
tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk
memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari kekayaan budaya yang kita miliki
adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana
dapat memperkuat budaya nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa
kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI sehingga
memperkuat integrasi. .
Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman
budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak pakar
menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi budaya
masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya ikatan primordialisme
baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan antara dua kelompok masyarakat
dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau mata pencaharian yang
mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas
pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta
hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat
berakhir dengan konflik.

3.1.4 Karakteristik budaya nasional


Ki Hajar Dewantara mengemukakan kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak
kebudayaan daerah, menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia adalah
kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas dan dapat
dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional.
a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebangga
nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung
antardaerah dan antar budaya.
b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia dan
non – Indonesia, serta pakaian kebaya.
c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda,
sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya , sistem aipem
pada masyarakat Asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau honai, rumah
laki-laki suku Dani serta subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah ramah tamah dan
toleransi.Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka Tunggal Ika dituliskan
konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, juga merujuk
pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular pada abad XIV.
Semboyan tersebut merupakan seloka yang menekankan pentingnya kerukunan antar umat yang
berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha. Yang terpenting disini adanya wacana baru yang
dikemukakan penulis tentang semboyan bangsa. Bhineka Tunggal Ika juga ditafsirkan sebagai
“Ben Ika Tunggale Ika “ (baca: ben iko tunggale iko, Bahasa Jawa – red). Kata ‘ben” artinya
biarpun, kata ‘ika’ dibaca iko yang artinya ‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang atau
sekelompok orang didekatnya atau di luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’ artinya ‘sadulur’ atau
‘saudara’. Jadi kalimat diatas dapat dimaknai menjadi: Biarpun yang ini/itu saudaranya yang
ini/itu dan lebih jauh lagi, makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran atau
persaudaraan. Dengan persaudaraan sebagai sebuah keluarga besar yang dilahirkan oleh Ibu
Pertiwi yang bermakna Indonesia. Jadi memang kerukunan dan toleransi merupakan akar budaya
nasional.
d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi kebanggaan nasional
misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas

3.1.5 Hubungan budaya lokal dan budaya nasional.


Budaya lokal yang bernilai positif, bersifat luhur dapat mendukung budaya nasional. Dalam
pembangunan kebudayaan bangsa, nilai-nilai budaya positif baik budaya daerah perlu
dipertahankan dan dikembangkan karena justru menjadi akar atau sumber budaya nasional.
Mengingat budaya bangsa merupakan “hasil budidaya rakyat Indonesia seluruhnya” maka cepat
lambat pertumbuhannya tergantung kearifan peran serta seluruh masyarakatnya. Bagaimana
peran keluarga, sekolah dan pemerintah menanamkan budaya daerah pada generasi berikutnya
dan kearifan generasi muda dalam melestarikan budaya daerah.

3.2 PROSES INTEGRASI BANGSA INDONESIA


Menurut Hendropuspito OC dalam bukunya “Sosiologi Sistematik” istilah integrasi berasal dari
kata latin integrare yang berarti memberikan tempat dalam suatu keseluruhan. Dari kata tersebut
menurunkan kata integritas yang berarti keutuhan atau kebulatan dan integrasi berarti membuat
unsur-unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Secara umum integrasi diartikan
sebagai pernyataan secara terencana dari bagian-bagian yang berbeda menjadi satu kesatuan
yang serasi. Kata integrasi berkaitan erat dengan terbentuknya suatu bangsa, karena suatu bangsa
terdiri dari berbagai unsur seperti suku/etnis, ras, tradisi, kepercayaan dan sebagainya,yang
beranekaragam. Untuk itu integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduan dari berbagai
unsur tersebut, sehingga terwujud kesatuan wilayah, kesatuan politik, ekonomi, sosial maupun
budaya yang membentuk jatidiri bangsa tersebut. Integrasi bangsa tidak terjadi begitu saja, tetapi
memerlukan suatu proses perjalanan waktu yang panjang yang harus diawali adanya
kebersamaan dalam kehidupan. Kebersamaan tersebut memiliki arti yang luas yaitu kebersamaan
hidup, kebersamaan pola pikir, kebersamaan tujuan dan kebersamaan kepentingan.
Dengan demikian integrasi suatu bangsa dilandasi oleh cita-cita dan tujuan yang sama, adanya
saling pendekatan dan kesadaran untuk bertoleransi dan saling menghormati. Demikian pula
untuk integrasi bangsa Indonesia. Mengingat Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan
memiliki keanekaragaman budaya. Maka sangat memerlukan proses integrasi, karena dampak
dari kemajemukan ini sangat potensial terjadinya konflik/ pertentangan. Kecenderungan
terjadinya konflik di Indonesia sangatlah besar, untuk itu hendaknya setiap warga masyarakat di
Indonesia harus menyadari dan mempunyai cita-cita bersama sebagai bangsa Indonesia. Cita-cita
bersama sebagai bangsa Indonesia adalah sederhana tetapi agung yaitu suatu masyarakat dimana
semua golongan dapat hidup rukun. Mengembangkan diri tanpa merugikan golongan lain dan
bahkan membantu mendukung golongan-golongan lain, sehingga terwujud suatu masyarakat
yang adil dan makmur.
Perlu juga disadari bahwa mengejar cita-cita yang demikian tidaklah mudah, bukan merupakan
proses yang sekali jadi, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Dan untuk mencapainya bukan
hanya merupakan tugas orang-orang tertentu atau golongan-golongan tertentu tetapi merupakan
tugas seluruh nation/bangsa yang memiliki solidaritas terhadap kebangsaan Indonesia. Dalam
mengupayakan, memperjuangkan cita-cita yang luhur tersebut diperlukan pemahaman kondisi,
dalam kenyataan pemahaman dari segi-segi budaya dan akhirnya kebijaksanaan yang didasarkan
atas kearifan dan perhitungan sebagai integrasi dapat terwujud.
Proses integrasi bangsa Indonesia menurut A. Sartono Kartodirjo dapat dibagi dalam 2 jenis
yaitu ; pertama, integrasi geopolitik yang dimulai sejak jaman prasejarah sampai awal abad 20,
dan kedua, proses integrasi politik kaum elite sejak awal abad 20 sampai jaman Hindia Belanda
berakhir.
Dalam proses integrasi geo politik di Indonesia mulai menonjol pada awal abad 16 dan dalam
proses integrasi bangsa Indonesia tersebut banyak faktor yang berperan antara lain pelayaran dan
perdagangan antar pulau serta adanya bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan. Para pedagang-
pedagang Islam mejadi motor penggerak terjadinya proses integrasi, hal ini karena dalam ajaran
Islam tidak membedakan manusia baik berdasarkan kasta, agama, suku/etnis atau golongan. Bagi
pedagang-pedangan Islam yang terpenting adalah perdagangan yang saling menguntungkan.
Dengan adanya hal tersebut maka mempermudah hubungan dan komunikasi suku bangsa yang
berada di Nusantara.
Sedangkan integrasi kaum elite yang berkembang pada awal abad 20 yang berperan adalah
pendidikan karena dengan pendidikan lahirlah golongan intelektual Indonesia yang menyadari
nasib bangsanya sehingga berusaha mengembangkan wawasan integral kebangsaan. Untuk itu
integrasi politik kaum elite merupakan tulang punggung gerakan Nasionalisme Indonesia.
Melalui gerakan nasionalisme maka lahirlah integrasi nasional bangsa Indonesia sampai
sekarang.

3.3 Pentingnya Persatuan dalam Keragaman


Di sekitar tempat tinggalmu, mungkin ada yang menjumpai sejumlah suku bangsa, tidak hanya
satu suku bangsa. Mengapa demikian? Indonesia
negara kesatuan. Hubungan antarpulau sudah terjadi sejak zaman dahulu. Ketersediaan angkutan
laut sangat memudahkan hubungan antarpulau.
Banyak suku bangsa dari satu pulau pindah ke pulau yang lain. Mereka menetap di tempat yang
baru. Jadilah penduduk setempat. Kemudian menjadi penduduk desa atau kelurahan, kecamatan
dan kabupaten atau kotamu. Ada juga program transmigrasi yang menyebabkan bercampurnya
suatu suku bangsa asli dengan suku pendatang. Masing-masing dari mereka memiliki budaya
yang berbeda. Tidak hanya budaya, agama mereka pun juga mungkin berbeda. Suatu tempat
yang terdapat suku dan budaya yang beragam tentunya sangat rawan dan dapat menyulut adanya
perpecahan antarsuku. Namun ternyata hal ini tidak terjadi karena bangsa Indonesia memegang
teguh semboyan Bhineka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berarti berbedabeda tetapi tetap
satu juga. Kata Bhineka Tunggal Ika diambil dari kitab Sutasoma karangan Empu Tantular,
seorang pujangga dari Majapahit. Bunyi selengkapnya adalah Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrwa. Semboyan bangsa Indonesia ini tertulis pada kaki lambang negara Garuda
Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-
benar memahami maknanya. Negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain,
yakni:
1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4. Lambang Negara Burung Garuda
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu perjuangan
Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terjaga. Bisakah kamu menyebutkan yang lainnya? Persatuan dalam keragaman
memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus dipahami oleh setiap warga
masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang
2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab
3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah
4. Pembangunan berjalan lancar
Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan persatuan dalam keragaman antara
lain:
1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain
2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik
3. Menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak ternilai
harganya
4. Lebih mengutamakan negara daripada kepentingan daerah atau suku masing-masing
Kita mesti bangga, memiliki suku dan budaya yang beragam. Keragaman suku dan budaya
merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Bangsa asing saja banyak yang berebut
belajar budaya daerah kita. Bahkan kita pun sempat kecolongan, budaya asli daerah kita diklaim
atau diakui sebagai budaya asli bangsa lain. Karya-karya putra daerah pun juga banyak yang
diklaim oleh bangsa lain.
3.4 HUBUNGAN KERAGAMAN BUDAYA TERHADAP INTEGRASI BANGSA
INDONESIA
Sifat majemuk dari bangsa Indonesia, disamping merupakan kebanggaan hendaknya pula dilihat
bahwa suatu negara dengan keanekaragaman suku-bangsa dan kebudayaan mengandung potensi
konflik. Oleh karenanya guna menuju suatu integrasi nasional Indonesia yang kokoh, terdapat
berbagai kendala yang harus diperhatikan.
Dalam rangka mempersatukan penduduk Indonesia yang beranekawarna, Koentjaraningrat
(1982:345-346) melihat ada empat masaah pokok yang dihadapi, ialah
(a) mempersatukan aneka-warna suku-bangsa,
(b) hubungan antar umat beragama,
(c) hubungan mayoritas-minoritas dan
(d) integrasi kebudayaan di Irian Jaya dengan kebudayaan Indonesia.
Diantara sekitar 210 juta orang penduduk Indonesia dewasa ini, sulit diketahui secara pasti
distribusi jumlah dari masing-masing suku-bangsa.
Terakhir kalinya, Sensus Penduduk di Indonesia yang memuat items suku-bangsa adalah yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda; yang hasilnya dimuat dalam Volkstelling
(1930). Sensus Penduduk Indonesia yang dilakukan pada 1970 dan dalam dasawarsa berikutnya,
tidak mencantumkan items suku-bangsa. Mengingat hal tersebut, ada kesulitan untuk mengetahui
secara pasti laju pertumbuhan penduduk berdasarkan suku-bangsa dan distribusi mereka.
Sekalipun demikian, ada pula berbagai usaha untuk mengetahui hal di atas, antara lain pernah
dicoba oleh Pagkakaisa Research (1974), antara lain disebutkan bahwa suku-bangsa bahwa Jawa
mencapai 45,8 % dari total penduduk Indonesia pada 1974 (sekitar 120.000.000 orang). Berbagai
distribusi penduduk Indonesia berdasarkan suku-bangsa ialah Sunda (14,1 %), Madura (7,1 %),
Minangkabau (3,3 %), Bugis (2,5 %), Batak (2,0 %), Bali (1,8 %), 24 suku-bangsa lainnya (20,3
%) dan orang Cina (2,7 %). Sementara itu, di kalangan para pakar masih terdapat perbedaan
dalam mengklasifikasikan penduduk di Indonesia ke dalam suatu konsep suku-bangsa.
Koentjaraningrat (1982:346-347) menilai bahwa berapakah sebenarnya jumlah suku-bangsa di
Indonesia, sampai saat kini masih sukar ditentukan secara pasti. Hal ini disebabkan ruang
lingkup istilah konsep suku-bangsa dapat mengembang atau menyempit, tergantung
subyektivitas. Sebagai contoh, paling sedikit di Pulau Flores terdapat empat suku-bangsa yang
berbeda bahasa dan adat-istiadatnya, ialah orang Manggarai, Ngada, Ende-Lio dan Sikka.
Namun kalau mereka ada di luar Flores, mereka biasanya dipandang oleh suku-bangsa lainnya
atau mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai satu suku-bangsa, ialah Flores.
Hal ini juga terjadi dikalangan suku-bangsa Dayak di Pulau Kalimantan. Menurut H.J.
Malinckrodt, orang Dayak diklasifikasikan ke dalam enam rumpun atau stammen ras, ialah
Kenya-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Moeroet, Klemantan dan Poenan. Selanjutnnya jika
diamati lebih lanjut, di kalangan orang Dayak Kalimantan ada 405 suku-bangsa yang saling
berbeda satu dengan lainnya. Jika mereka berada di luar Pulau Kalimantan, orang lain menyebut
mereka dan mereka sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai suku-bangsa Dayak, akan tetapi
di Kalimantan sendiri antara satu dengan yang lain merasa memiliki perbedaan. Demikian pula
hanya di Irian Jaya, berdasarkan penelitian dari Summer Language Institute, paling tidak terdapat
252 suku-bangsa yang masing-masing memakai bahasa yang berbeda. Mengingat hal tersebut
maka, Koentjaraningrat memandang perlu upaya pendifinisian konsep suku-bangsa di Indonesia
secara ilmiah, antara lain dengan mengambil beberapa unsur kebudayaan sebagai indikator yang
dapat berlaku bagi semua “suku-suku-bangsa” yang ada di Indonesia..
Upaya untuk memahami keanekaragaman suku-bangsa dan kebudayaan di Indonesia adalah
sekaligus berpretensi pula mengungkapkan berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi di
kalangan suku-bangsa yang saling berbeda kebudayaannya. Dengan mempelajari proses interaksi
sosial yang terjadi, sekaligus diharapkan akan memberikan pengetahuan tentang proses-proses
sosial di kalangan mereka sehingga akan diketahui segi dinamis dari masyarakat dan
kebudayaan. Berbagai perubahan dan perkembangan masyarakat yang merupakan segi dinamis
adalah akibat interaksi sosial yang terjadi diantara para warganya, baik orang perorangan, orang
dengan kelompok maupun antar kelompok manusia. Kerjasama (cooperation), persaingan
(competition), pertikaian (conflict), akomodasi (acomodation), asimilasi (assimilation),
akulturasi (acculturation) dan integrasi (integration) merupakan proses-proses sosial yang perlu
diperhatikan dalam rangka studi hubugan antar suku-bangsa, terutama untuk mempercepat
terwujudnya integrasi nasional Indonesia yang kokoh.
Faktor integrasi bangsa Indonesia rasa senasib dan sepenanggungan serta rasa seperjuanagan di
masa lalu ketika mengalami penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental ataupun
fisik. Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang ditekan ( di jajah ). Sehingga
muncul kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan. Dengan kesadaran ini, maka
keberagaman suku atau golongan yang ada di Indonesia tidak dipermasalahkan semuanya
bersatu, berjuang untuk merdeka. Sehingga terbentuklah negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika. Selain itu, sumpah pemuda merupakan salah satu
faktor integrasi bangsa karena isinya adalah persatuan yaitu berbangsa satu, bertanah air satu dan
berbahasa satu Indonesia.Faktor disintegrasi bangsa di antaranya ialah negara yang berbentuk
kepulauan yang dipisahkan oleh lautan, sehingga akan memunculkan sikap ingin menguasai
daerah sendiri dan tidak mau diatur.Kemudian keberagaman suku, ras, agama bisa memicu
disintegrasi bangsa, karena setiap golongan pasti mempunyai budaya, watak, dan adat yang
berbeda dan yang pasti mereka masing-masing mempunyai ego kesukuan ( Chauvinisme )
sehingga kan mudah konflik dengan suku-suku yang lain. Faktor disintegrasi yang lain ialah rasa
ketidakadilan yang memicu pemberontakan kepada yang berbuat tidak adil. Jika pemerintah
Indonesia tidak berbuat adil pada setiap daerah yang ada di Indonesia maka akan menimbulkan
rasa ketidakpuasan dari masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut, sehingga pada akhirnya
ada keinginan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.Kemajemukan
bangsa Indonesia yang meliputi bahasa, budaya,suku, agama dan ras, bisa menjadi daya integrasi
maupun disintegrasi bangsa kita. Seperti yang kita ketahui, dengan bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia kita dapat berkomunikasi antar suku dan ras sehingga hubungan akan terjalin dengan
baik dan dapat mempererat persaudaraan sebagai satu bangsa besar yaitu bangsa Indonesia.
Selain itu, keragaman antar budaya termasuk bahasa akan saling melengkapi satu sama lainnya
menjadi kebudayaan nasional yang akan menjadi kebanggaan semua suku dan ras yang ada di
Indonesia..Dan yang ke dua, kemajemukan bangsa kita juga dapat menjadi daya disintegrasi
bangsa karena dengan keragaman itu, rentan sekali terhadap konflik antar suku dan daerah,
terutama masalah agama seperti yang terjadi akhir-akhir ini di kawasan timur Indonesia. Selain
faktor kemajemukan budaya, penyebab disintegrasi bangsa Indonesia juga terpicu oleh
sentralisasi pembangunan yang selama ini lebih terfokus di pulau Jawa, sehingga menyebabkan
kesenjangan dan kecemburuan dari daerah lain, sehingga timbul keinginan untuk memisahkan
diri dari NKRI.Yang bisa menjadi faktor integrasi bangsa adalah semboyan kita yang terkenal
yaitu bhineka tunggal ika, dimana kita terpisah-pisah oleh laut tetapi kita mempunyai ideologi
yang sama yaitu pancasila.sedangkan yang menjadi faktor desintegrasi bangsa adalah kurang
adanya rasa nasionalisme yang tinggi, kurangnya rasa toleransi sesama bangsa, campur tangan
pihak asing dalam masalah bangsa.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka ideologi yang
harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep
Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan,
bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.
Maka, Indonesia Baru yang kita citakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser
masyarakat majemuk menjadi masyarakat multikultural, dengan mengedepankan keBhinnekaan
sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat
yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan. Harus disadari, bahwa merubah
masyarakat majemuk ke multukultural itu merupakan perjuangan panjang yang berkelanjutan.

SARAN
Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia,perlu lebih di tingkatkan toleransi antar
masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Selain itu perlu adanya
control nasional untuk menjaga keseimbangan nasional.
TUGAS
“PENGARUH KEBERAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA
TERHADAP PROSES INTEGRASI NASIONAL”

Disusun oleh kelompok : 14


1. Ai Papat Patimah
2. Siti Warisa
3. Nida Susilawati

MTS NURUL FATA


TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai