PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya. Selain kaya akan sumber daya alam,
Indonesia memiliki keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah yang
sangat luas. Lebih dari 300 suku bangsa berdiam di bumi nusantara ini setiap suku
bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain dengan
norma sosial yang juga berbeda-beda yang mengikat masyarakat di dalamnya. Secara
umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh perbedaan-
perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras,
bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan vertikal, berupa
capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan
tersebut tampak dalam strata sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan,
kualitas pekerjaan dan kondisi permukiman.
1
memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu, pancasila sebagai idiologi yang menjadi
poros dan tujuan bersama untuk menuju integrasi, kedaulatan dan kemakmuran
bersama.
2. Sosial Budaya
Pengertian sosial budaya dapat dirumuskan sebagai kondisi masyarakat (bangsa) yang
mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang
dilandasi dengan falsafah negara kesatuan Republik Indonesia.
3. Bangsa
Suatu kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Definisi Bangsa adalah sekelompok
manusia yang di takdirkan untuk bersama, senasib sepenanggungan dalam suatu
negara, secara umum Bangsa dapat diartikan sebagai “Kesatuan orang-orang yang
sama asal keturunan, adat, agama, dan historisnya”. Bangsa adalah sekelompok besar
manusia yang memiliki cita-cita moral dan hukum yang terikat menjadi satu karena
keinginan dan pengalaman sejarah di masa lalu serta mendiami wilayah suatu Negara.
Menurut Otto bauer ( German ) bangsa adalah suatu persatuan karakter atau perangai
yang timbul karena persamaan nasib. Sedangkan menurut Ernest Renant ( filsuf
Perancis ), bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki
kehendak bersatu sehingga merasa dirinya adalah satu.
2
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar
peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap
(aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, Belajar
merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.
Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto,
(2003:2).
Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah
diri peserta didik dalam arti luas menumbuhkembangkan keadaan peserta didik untuk
belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia mengikuti
proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung bagi
perkembangan pribadi peserta didik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kebhinnekaan adalah sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita banggakan
namun sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini dikarenakan mengatur
masyarakat yang heterogen jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengatur
4
masyarakat homogen. Masyarakat yang heterogen sudah barang tentu mempunyai
cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan
masyarakat homogen.
5
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai
potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara
sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika
interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan
dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku bangsa yang berbeda, namun juga
meliputi antar peradaban yang ada di dunia.
6
Sebuah persoalan sosial biasa bisa memicu sentimen suku bangsa tertentu apabila
para pelaku yang sedang berbeda pendapat tersebut ditarik berdasarkan jati diri yang
sudah dibawa sejak lahir, yaitu berasal dari suku bangsa tertentu. Konflik-konflik atau
perbedaan pandangan dapat diselesaikan melalui dialog dengan prinsip kebersamaan
dan kesetaraan. Tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat daerah yang
bersangkutan mewujudkannya dalam bentuk program seperti diterapkannya otonomi
daerah mulai tahun 2001.
7
UUD 1945; Batang Tubuh UUD 1945; Ketetapatn MPR; dan berbagai peraturan
perundangan lainnya.
Semua ini tentunya cukup menjadi bukti bahwa kita seharusnya merasa
bangga menjadi bagian yang membentuk bangsa Indonesia yang besar ini. Rasa
bangga tersebut harus dibuktikan secara nyata dalam bentuk karya-karya yang
membangun bangsa.
8
Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks kurikulum persekolahan
mempunyai peranan dan kedudukan yang strategis dalam upaya
membangun karakter bangsa. Oleh karena itu dalam pengembangan model
pembelajarannya, persekolahan harus dipikirkan dan dirancang secermat mungkin
sehingga mampu mengembangkan berbagai potensi yang ada dan dimiliki peserta
didik.
9
2. memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara
demokrasitis dan bertanggung jawab.
3. memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
10
Udin Saripudin (1997 : 91) menyatakan bahwa bermain peran atau role
playing berarti memainkan satu peran teftentu sehingga yang bermain tersebut harus
mampu berbuat (berbicara dan bertindak), seperti peran yang dimainkannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa dalam bermain peran terdapat situasi
tiruan atau buatan, seperti simulasi, hal ini dinyatakan juga oleh Robert Gilstrap yang
memasukkan bermain peran sebagai bagian dari simulasi karena dalam simulasi juga
ada bermain peran.
11
Perlu diperhatikan bahwa penghayatan yang berbeda terhadap peran yang
berlainan akan menghasilkan pemecahan masalah yang berbeda pula. Model
berikutnya dapat dijadikan alternatif adalah "Analisis Kasus", yairu guru menyajikan
kasus nyata yang diambil dari kejadian sehari-hari, terutama yang dekat atau paling
tidak dikenal peserta didik. Kalau guru merasa kesulitan mencari dan merumuskan
kasus riil yang ada di sekitar lingkungan hidupnya maka bisa saja kasus diambil dari
media masa, misalnya surat kabar.
Apa yang terjadi di belahan dunia lain dapat diketahui masyarakat di belahan
dunia lainnya hanya dalam hitungan detik. Generasi muda merupakan salah satu
komponen bangsa yang sangat mudah mengakses informasi baik dari media cetak,
elektronik, internet, ataupun sumber informasi lainnya. Oleh karena itu, sebagai
warga bangsa yang juga memperoleh referensi informasi dari belahan bumi lainnya,
pemahaman terhadap kemajemukan sebuah bangsa perlu senantiasa dilakukan dengan
berbagai cara. Apabila pemahaman konsep multikultural di dalam negeri, yaitu
pemahaman atas perbedaan dalam kesetaraan, belum tuntas dilakukan, dikhawatirkan
generasi muda akan mengalami kegamangan budaya apabila generasi muda tidak
memperoleh penanaman nilai budaya Indonesia sejak dini. Di sinilah peran penting
pemerintah dan pemerintah daerah untuk memfasilitasi penanaman nilai-nilai budaya
lokal dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia agar tokoh masyarakat,
tokoh partai, ataupun lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
dapat menyampaikan penanaman nilai-nilai kemajemukan dalam persatuan ini
kepada generasi muda.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru,
maka ideologi yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan
mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun
berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini
berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.
Maka, Indonesia Baru yang kita citakan itu, hendaknya ditegakkan dengan
menggeser masyarakat majemuk menjadi masyarakat multikultural, dengan
mengedepankan ke-Bhinneka-an sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan
sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang
berkepanjangan. Harus disadari, bahwa merubah masyarakat majemuk ke
multikultural itu merupakan perjuangan panjang yang berkelanjutan.
13
Pemerintah daerah memiliki kewajiban melestarikan nilai sosial budaya
seperti diatur dalam Pasal 22 huruf m Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah. Pasal tersebut menyatakan, dalam menyelenggarakan
otonomi, daerah berkewajiban (huruf m) melestarikan nilai sosial budaya.
14