Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya. Selain kaya akan sumber daya alam,
Indonesia memiliki keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah yang
sangat luas. Lebih dari 300 suku bangsa berdiam di bumi nusantara ini setiap suku
bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain dengan
norma sosial yang juga berbeda-beda yang mengikat masyarakat di dalamnya. Secara
umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh perbedaan-
perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras,
bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan vertikal, berupa
capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan
tersebut tampak dalam strata sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan,
kualitas pekerjaan dan kondisi permukiman.

Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui


kemudian bukan faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan
antarsuku. Suku tertentu bukan dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan
tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di Indonesia yang secara
absolut menanamkan permusuhan etnik.

Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang


berpotensi sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-alat
produksi dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan kepentingan
kekuasaan, politik dan ideologi, serta perluasan batas-batas identitas sosial budaya
dari sekelompok etnik. Untuk menghindari diperlukan adanya konsolidasi antar
masyarakat yang mengalami perbedaan. Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya
dengan hal tersebut. Untuk menuju integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku
bangsa diperlukan toleransi antar masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan.
Selain itu faktor sejarah lah yang mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka
merasa mempunyai nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai
semboyan Bhineka Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi

1
memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu, pancasila sebagai idiologi yang menjadi
poros dan tujuan bersama untuk menuju integrasi, kedaulatan dan kemakmuran
bersama.

1. Bhinneka Tunggal Ika


Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ikayang adalah moto atau
semboyan bangsa Indonesia. Frasa yang ditulis dalam bahasa Sanskrit ini diambil dari
buku Sutasoma karangan Mpu Tantular. Bhinneka Tunggal Ika seringkali
diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Diterjemahkan per
patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata tunggal
berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika
diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi
pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini
digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

2. Sosial Budaya
Pengertian sosial budaya dapat dirumuskan sebagai kondisi masyarakat (bangsa) yang
mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang
dilandasi dengan falsafah negara kesatuan Republik Indonesia.

3. Bangsa
Suatu kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Definisi Bangsa adalah sekelompok
manusia yang di takdirkan untuk bersama, senasib sepenanggungan dalam suatu
negara, secara umum Bangsa dapat diartikan sebagai “Kesatuan orang-orang yang
sama asal keturunan, adat, agama, dan historisnya”. Bangsa adalah sekelompok besar
manusia yang memiliki cita-cita moral dan hukum yang terikat menjadi satu karena
keinginan dan pengalaman sejarah di masa lalu serta mendiami wilayah suatu Negara.
Menurut Otto bauer ( German ) bangsa adalah suatu persatuan karakter atau perangai
yang timbul karena persamaan nasib. Sedangkan menurut Ernest Renant ( filsuf
Perancis ), bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki
kehendak bersatu sehingga merasa dirinya adalah satu.

2
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar
peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap
(aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, Belajar
merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.
Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto,
(2003:2).
Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah
diri peserta didik dalam arti luas menumbuhkembangkan keadaan peserta didik untuk
belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia mengikuti
proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung  bagi
perkembangan pribadi peserta didik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia


Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan atau motto bangsa Indonesia yang
terdapat dalam lambang Negara “Burung Garuda”. Bhineka Tunggal Ika menunjukan
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen, yaitu bangsa yang
mempunyai keanekaragaman, baik dalam aspek agama, budaya, maupun ras dan suku
bangsa.

Kebhinnekaan yang ada pada diri bangsa Indonesia merupakan potensi


sekaligus tantangan. Kebhinnekaan sebagai potensi dalam arti telah terbukti secara
nyata dapat menjadi perekat atau patri bagi bangsa Indonesia sejak awal-awal
kemerdekaan bahkan sejak tumbuhnya kesadaran kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kebhinnekaan telah menjadi kekayaan khusus bagi bangsa Indonesia yang
amat menarik, bagi bangsa Indonesia sendiri ataupun bagi bangsa-bangsa lain di
dunia, sehingga dapat menarik devisa melalui kunjungan wisata atau kunjungan
lainnya.

Kebhinnekaan merupakan kekuatan dan kekayaan sekaligus juga merupakan


tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan itu sangat terasa terutama ketika bangsa
Indonesia membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam rangka menghadapi
dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar negeri, seperti dewasa ini kita sedang menghadapi dan
berupaya memecahkan serta mengakhiri krisis multi dimensional dan krisis ekonomi
yang sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan visi dan
misi dari seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari krisis tersebut.

Kebhinnekaan adalah sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita banggakan
namun sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini dikarenakan mengatur
masyarakat yang heterogen jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengatur

4
masyarakat homogen. Masyarakat yang heterogen sudah barang tentu mempunyai
cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan
masyarakat homogen.

Kebhinnekaan dapat menjadi tantangan atau ancaman, karena dengan adanya


kebhinnekaan tersebut mudah membuat orang untuk berbeda pendapat yang lepas
Kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerahan, atau kesukuan atau kekerasan yang
sewaktu-waktu bias menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau persatuan
dan kesatuan bangsa.

Keanekaragaman bangsa Indonesia dilatarbelakangi terutama disebabkan oleh


jumlah suku-suku bangsa Indonesia yang mendiami wilayah Indonesia sangat
banyak, dan tersebar di mana setiap suku bangsa tersebut mempunyai cirri atau
karakter tersendiri, baik dalam aspek social maupun budaya. Menurut para ahli
(Depdikbud, 1984 : 149) jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai 300 suku bangsa
atau golongan etnik. Dengan demikian apabila masing-masing suku bangsa tersebut
memiliki tradisi social budayanya masing-masing, berarti di Indonesia telah ada dan
berkembang 300 keanekaragaman budaya. Contoh dalam bidang bahasa, dimana
setiap daerah mempunyai bahasa daerahnya masing-masing, bahasa daerah orang
Jayapura akan berbeda dengan bahasa orang Dayak. S.J Esser menyatakan di seluruh
wilayah Nusantara ada sekitar 102 bahasa daerah, bahkan bila dilihat dari segi dialek,
maka jumlahnya akan jauh lebih banyak lagi, di Irian saja ada sekitar 185 dialek
bahasa lokal. Kebhinnekaan menjadi kekayaan khusus bagi bangsa Indonesia. Salah
satunya adalah sebagai penarik devisa bagi negara melalui kunjungan wisata atau
sejenisnya.

Sejarah membuktikan bahwa sebelum tahun 1908, perjuangan bangsa


Indonesia selalu dipatahkan oleh pemerintah colonial karena belum adanya persatuan.
Namun sejak Dr. Wahidin Sudirohusodo mempelopori perjuangan nasional, mulailah
tumbuh semangat berbangsa dan bernegara satu, yaitu Indonesia. Semangat Ikrar
Sumpah Pemuda tahun 1928 semakin memperkuat rasa persatuan  dan kesatuan
bangsa Indonesia. HIngga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia
berhasil memproklamasikan kemerdekaannya.  

5
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai
potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara
sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika
interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan
dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku bangsa yang berbeda, namun juga
meliputi antar peradaban yang ada di dunia.

Heterogenitas kekayaan budaya negara bangsa Indonesia yang direkatkan


dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, diyakini merupakan fondasi nasionalisme
kebangsaan Indonesia melalui sikap untuk bersatu di antara seluruh warga bangsa.
Dengan kata lain, kekayaan budaya pun dapat bertindak sebagai faktor pemersatu
yang memang sifatnya majemuk dan dinamis.Keanekaragaman budaya Indonesia
dapat digambarkan sebagai sebuah mozaik yang sangat besar, terdiri atas semua
kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang menjadi komponen bangsa Indonesia.

Beberapa contoh keanekaragaman yang terdapat di Indonesia juga tercermin dalam 6


tipe sosial yang dimiliki yaitu:
1. Tipe masyarakat berkebun;
2. Tipe masyarakat pedesaan dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang
sedang; 
3. Tipe masyarakat pedesaan dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang
sedang dengan pengaruh kuat agama Islam;
4. Tipe masyarakat pedesaan dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang
agak kompleks;
5. Tipe masyarakat perkotaan;
6. Tipe masyarakat metropolitan.

Tidak dapat dipungkiri, di samping merupakan potensi yang memperkuat


persatuan dan kesatuan bangsa, keanekaragaman suku bangsa dan budaya di
Indonesia dapat pula menjadi potensi bernuansa kesukuan. Konflik bernuansa
kesukuan ini muncul apabila fanatisme suku bangsa tertentu bertemu dengan
kepentingan-kepentingan lain sehingga memicu konflik horizontal. Konflik semacam
ini muncul apabila terjadi salah pengertian di dalam komunikasi antarsuku bangsa.

6
Sebuah persoalan sosial biasa bisa memicu sentimen suku bangsa tertentu apabila
para pelaku yang sedang berbeda pendapat tersebut ditarik berdasarkan jati diri yang
sudah dibawa sejak lahir, yaitu berasal dari suku bangsa tertentu. Konflik-konflik atau
perbedaan pandangan dapat diselesaikan melalui dialog dengan prinsip kebersamaan
dan kesetaraan. Tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat daerah yang
bersangkutan mewujudkannya dalam bentuk program seperti diterapkannya otonomi
daerah mulai tahun 2001.

Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia merupakan sebuah


potensi kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya. Oleh karena
itu, potensi tersebut perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga mampu
menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan melemahnya
ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan nasional. Untuk
itu, sinergi segenap komponen bangsa dalam melanjutkan pembangunan karakter
bangsa (national and character building) yang sudah dimulai sejak awal kemerdekaan
perlu terus diperkuat sehingga memperkuat jati diri bangsa dan mampu membentuk
bangsa yang berkarakter, maju, dan berdaya saing.

B. Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia


Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu pulau, baik
pulau besar ataupun pulau kecil yang jumlahnya mencapai 17.508 buah,
sehingga mendapat julukan Nusantara.  Indonesia adalah negara yang terletak
di posisi silang dan di antara dua buah Samudra dan dua buah benua yang
menyebabkan Indonesia berada dalam posisi yang strategis. Sekalipun wilayah
Indonesia tersebar di antara pulau-pulau, tidak menjadikan
penduduknya bercerai. Hal ini karena bangsa Indonesia telah mempunyai ikatan
sejarah maupun juridis formal yang dapat dibanggakan. Ikatan sejarah,
misalnya karena merasa berasal dari latar belakang perjuangan yang
sama, mempunyai pengalaman yang sama, merasa berasal dari
keturunan, b a h a s a d a n a d a t i s t i a d a t y a n g s a m a d a l a m w a d a h
B a n g s a d a n N e g a r a K e s a t u a n R e p u b l i k   Indonesia. Sedangkan ikatan
yuridis bisa kita simak dari berbagai rumusan yang tertuang dalam
berbagai bentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia, seperti Pembukaan

7
UUD 1945; Batang Tubuh UUD 1945; Ketetapatn MPR; dan berbagai peraturan
perundangan lainnya.

Kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia ini


menjadi semakin lengkap, karena Indonesia mempunyai
b e r b a g a i   keunggulan yang tidak dimiliki bangsa lain. Keunggulan
dalam segi fisik, seperti: luas wilayah yang terdiri dari daratan dan
lautan dengan tanah yang subur dan berbagai jenis kekayaan alamnya,
jumlah dan potensi penduduk yang sangat besar;  keanekaragaman sosial
budaya, keindahan alam dan fauna,  letak wilayahnya yang sangat strategis di
daerah tropis sehingga dapat menikmati sinar matahari sepanjang tahun. Tidak
ketinggalan pula keunggulan dalam segi non fisik, seperti: konsep wawasan
nusantara dalam  pengembangan  wilayahnya;  semangat  Sumpah Pemuda;
memiliki  tata  krama  dan  kesopanan  yang tidak dimiliki bangsa lain; tekad
wawasan kebangsaan untuk hidup bersama tanpa membedakan identitas etnik, agama,
dan kebudayaan lokal.

Ditambah lagi dengan adanya salah satu keajaiban dunia di Indonesia,


yaitu Candi Borobudur dan tempat wisata yang mendunia misalnya pulau
dewata Bali dan lain-lain. Di samping itu kita juga pernah
dipercaya menjadi tuan rumah dari berbagai Konferensi Internasional, seperti
Konferensi Asia Afrika; KTT Gerakan Non Blok dan sebagainya. Atlet-atlet kelas
dunia juga bertabur di negara ini, sebut saja Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti
pasangan emas dari cabang bulu tangkis, Yayuk Basuki dari cabang tenis, Chris John
dari cabang tinju dan sebagainya.

Semua ini tentunya cukup menjadi bukti bahwa kita seharusnya merasa
bangga menjadi bagian yang membentuk bangsa Indonesia yang besar ini. Rasa
bangga tersebut harus dibuktikan secara nyata dalam bentuk karya-karya yang
membangun bangsa.

C. Pembelajaran Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia dan


Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia

8
Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks kurikulum persekolahan
mempunyai peranan dan kedudukan yang strategis dalam upaya
membangun karakter bangsa. Oleh karena itu dalam  pengembangan model
pembelajarannya, persekolahan harus dipikirkan dan dirancang secermat mungkin
sehingga mampu mengembangkan berbagai potensi yang ada dan dimiliki peserta
didik.

Model-model pembelajaran yang daya kini mampu mengembangkan ketiga


potensi peserta didik adalah model-model pembelajaran yang interaktif,
dalam arti yang mampu mengaktifkan berbagai potensi yang ada dan dimiliki
peserta didik. Untuk pembelajaran materi “Keanekaragaman sosial budaya
dan Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia" terdapat sejumlah alternatif
model pembelajaran yang dapat dikembangkan di kelas.Dalam kegiatan
belajar 3 di atas dicontohkan 2 model, yaitu model Bermain Peran dan
Model Analisis Kasus. Kedua model ini hanyalah contoh belaka. Oleh
karena itu pengembangannya dikelas sangat tergantung pada kreativitas,
kemampuan dan daya dukung sarana dan prasarana  yang ada di sekolah
masing-masing.

Tujuan PKn secara umum adalah untuk mengembangkan potensi individu


warga negara Indonesia sehingga memiliki wawasan posisi dan keterampilan
kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara
cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia, Oleh karena itulah untuk memfasilitasi
pembelajaran PKn yang berkenaan dengan "Keanekaragaman Sosial Budaya dan
Kebanggaan sebagai Bangsa lndonesia, yang efektif perlu dikembangkan bahan
belajar interaktif yang dikemas dalam berbagai bentuk, seperti bahan belajar tercetak
dan bahan belajar yang digali langsung dari masyarakat sebagai pengalaman langsung
(hands on experience).

Secara khusus tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah


mengembangkan kompetensi sebagai berikut :
1. memiliki kemampuan berpikir secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga
mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan.

9
2. memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara
demokrasitis dan bertanggung jawab.
3. memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dimensi lainnya adalah Watak/karakler kewarganegaraan (civic dispositions).


Watak/karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan dimensi yang paling
substantif dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dimensi
watak/karakler kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari
pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi, dan
tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karakteristik mata pelajaran ini
ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang
bersifat afektif.

Keberhasilan pembelajaran Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia


dan Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh berbagai variabel,
seperti kualitas program.

Dalam tuntutan sekarang yang mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan


Nasional nomor 22, 23 dn 24 tahun 2006 tentang Standar lsi, Standar Kelulusan dan
Pelaksanaannya, maka perangkat pembelajaran yang dipersiapkan sekolah dan guru
meliputi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilampiri dengan
silabus dan RPP setiap mata pelajaran. Oleh karena itu, sebelum guru melaksanakan
proses pembelajaran di kelas, terlebih dahulu harus mengembangkan program
pembelajaran yang dinamakan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Dalam kaitan dengan proses pembelajaran Pokok Bahasan "Keragaman Sosial


Budaya Masyarakat Indonesia" dan "Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia"
sejumlah model pembelajaran dapat dijadikan alternatif untuk dilaksanakanModel
altematif pembelajaran tersebut di antaranya model Bermain Peran. Model ini
dirasakan tepat karena berupaya memberikan pengalaman langsung kepada peserta
didik untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu yang mencerrninkan keragaman sosial
budaya masyarakat Indonesia dan Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

10
Udin Saripudin (1997 : 91) menyatakan bahwa bermain peran atau role
playing berarti memainkan satu peran teftentu sehingga yang bermain tersebut harus
mampu berbuat (berbicara dan bertindak), seperti peran yang dimainkannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa dalam bermain peran terdapat situasi
tiruan atau buatan, seperti simulasi, hal ini dinyatakan juga oleh Robert Gilstrap yang
memasukkan bermain peran sebagai bagian dari simulasi karena dalam simulasi juga
ada bermain peran.

Agar setiap kelompok mendapatkan tugas dan tanggung jawab untuk


memerankan tokoh-tokoh yang sesuai dengan pesan dan misi pokok bahasan maka
langkah berikutnya yang harus dilakukan guru setelah membentuk kelompok adalah
membuat sub-subtopik pokok bahasan menjadi sejumlah kelompok yang dibentuk.
Contoh kedua topik besar di atas, yaitu keanekaragaman sosial budaya Indonesia dan
Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dibagi lagi menjadi sub-subtopik sebagai
berikut:
1. Keanekaragaman agama di Indonesia.
2. Keanekaragaman etnis atau suku bangsa di Indonesia.
3. Keanekaragaman bahasa daerah di Indonesia.
4. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia.
5. Keanekaragaman kesenian (tari dan nyanyian daerah Indonesia).
6. Keanekaragaman mata pencaharian bangsa Indonesia.

Selanjutnya I.G.A.K. Wardani (1997) juga memberikan rambu-rambu pelaksanaan


bermain peran, yaitu sebagai berikut.
1. Setiap peserta didik sebaiknya memerankan peran yang berbeda sehingga
penghayatannya terhadap nilai dan sikap menjadi lebih mantap.
2. Jika pemahaman terhadap peran berlangsung lambat, guru dapat meminta
peserta didik membuat skenario sehingga permainan menjadi lebih lancar.
3. Jika diperlukan, guru dapat memodelkan permainan peran, terutama peran-
peran yang dianggap sukar unfuk dihayati.
4. Peran yang akan dimainkan haruslah sesuai dengan tingkat berpikir dan usia
serta pengalaman peserta didik.

11
Perlu diperhatikan bahwa penghayatan yang berbeda terhadap peran yang
berlainan akan menghasilkan pemecahan masalah yang berbeda pula. Model
berikutnya dapat dijadikan alternatif adalah "Analisis Kasus", yairu guru menyajikan
kasus nyata yang diambil dari kejadian sehari-hari, terutama yang dekat atau paling
tidak dikenal peserta didik. Kalau guru merasa kesulitan mencari dan merumuskan
kasus riil yang ada di sekitar lingkungan hidupnya maka bisa saja kasus diambil dari
media masa, misalnya surat kabar.

Dalam rangka meredam konflik bernuansa suku bangsa, penanaman nilai-nilai


perbedaan dalam kesetaraan merupakan langkah penting di masa yang akan datang.
Identitas suku bangsa merupakan jati diri yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. 
Karena, seseorang dilahirkan ke dunia, tidak bisa memilih untuk dilahirkan dalam
suku bangsa tertentu. Oleh karena itu, jati diri suku bangsa dan budaya yang dimiliki
seseorang sejak lahir harus dipahami sebagai perbedaan yang setara dalam
masyarakat majemuk bangsa Indonesia. Penanaman nilai-nilai perbedaan dalam
kesetaraan sangat penting dilakukan pada generasi muda yang akan menjadi tulang
punggung keberlangsungan negara bangsa Indonesia.

Apa yang terjadi di belahan dunia lain dapat diketahui masyarakat di belahan
dunia lainnya hanya dalam hitungan detik. Generasi muda merupakan salah satu
komponen bangsa yang sangat mudah mengakses informasi baik dari media cetak,
elektronik, internet, ataupun sumber informasi lainnya. Oleh karena itu, sebagai
warga bangsa yang juga memperoleh referensi informasi dari belahan bumi lainnya,
pemahaman terhadap kemajemukan sebuah bangsa perlu senantiasa dilakukan dengan
berbagai cara. Apabila pemahaman konsep multikultural di dalam negeri, yaitu
pemahaman atas perbedaan dalam kesetaraan, belum tuntas dilakukan, dikhawatirkan
generasi muda akan mengalami kegamangan budaya apabila generasi muda tidak
memperoleh penanaman nilai budaya Indonesia sejak dini. Di sinilah peran penting
pemerintah dan pemerintah daerah untuk memfasilitasi penanaman nilai-nilai budaya
lokal dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia agar tokoh masyarakat,
tokoh partai, ataupun lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
dapat menyampaikan penanaman nilai-nilai kemajemukan dalam persatuan ini
kepada generasi muda.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru,
maka ideologi yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan
mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun
berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini
berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.

Maka, Indonesia Baru yang kita citakan itu, hendaknya ditegakkan dengan
menggeser masyarakat majemuk menjadi masyarakat multikultural, dengan
mengedepankan ke-Bhinneka-an sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan
sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang
berkepanjangan. Harus disadari, bahwa merubah masyarakat majemuk ke
multikultural itu merupakan perjuangan panjang yang berkelanjutan.

Nilai luhur yang senantiasa harus ditanamkan dalam masyarakat majemuk


seperti Indonesia adalah kesetaraan dalam perbedaan. Sekalipun terdiri lebih dari 500
suku bangsa yang memiliki corak kebudayaan masing-masing, setiap suku bangsa
dengan kekayaan budayanya memiliki kesetaraan. Tidak ada nilai budaya yang lebih
tinggi ketimbang nilai budaya lainnya, demikian juga sebaliknya, tidak ada budaya
yang lebih rendah.Pengakuan terhadap perbedaan dalam kesetaraan, baik secara
individual maupun kelompok, dalam kerangka kebudayaan inilah yang menjadi dasar
tumbuhnya demokrasi secara lebih mengakar. Sebuah corak budaya dari berbagai
daerah yang menyatu dalam mozaik besar bernama kebudayaan Indonesia. Tidak ada
kebudayaan Indonesia bila bukan terbentuk dari kebudayaan-kebudayaan masyarakat
yang menjadi bagian dari masyarakat bangsa Indonesia.

13
Pemerintah daerah memiliki kewajiban melestarikan nilai sosial budaya
seperti diatur dalam Pasal 22 huruf m Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah. Pasal tersebut menyatakan, dalam menyelenggarakan
otonomi, daerah berkewajiban (huruf m) melestarikan nilai sosial budaya.

Perubahan dinamis dan arus globalisasi yang tinggi menyebabkan bangsa


indonesia yang memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki
kesadaran akan pentingnya peranan budaya lokal dalam memperkokoh ketahanan
Budaya Bangsa. Sesungguhnya budaya lokal yang dimiliki ini dapat menjadikan
bangsa ini lebih bernilai dibandingkan bangsa lain. Selain itu bangsa Indonesia
hendaknya mampu memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman
budaya yang ada di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan bangsa agar
budaya kita tetap terjaga dan tidak diambil oleh bangsa lain.  Oleh sebab itu, sebagai
generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara
kekayaan negara ini demi masa depan.

14

Anda mungkin juga menyukai