Anda di halaman 1dari 4

C.

Suku Talang Mamak 


    1. Riwayat Singkat 
Menelusuri asal usul Suku Talang Mamak merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah,
sebab dari banyak tulisan yang tidak membedakan antar mitos dan sejarah. Namun demikian
dalam tulisan ini akan dicoba diketengahkan tulisan yang berbau mitos disamping dikutip tulisan
yang menggambarkan sejarah. 
Orang Desa Talang Mamak menyatakan diri sebagai keturunan dari “Datuk Patih Nan
Sebatang” yang datang dari daerah Minang Kabau melalui batang (sungai) Kuantan dengan mitos
“Rakit Kulim”.
Selanjutnya Datuak Papatih Nan Sebatang yang dipanggil Mamak mendirikan pemukiman
baru (Talang) di Indragiri, maka untuk selanjutnya anak kemenakan Datuak Papatih Nan Sebatang
menyebut pemukiman baru (Talang) sebagai “Talang Mamak” atau tempat tinggal mamak. 
Menurut  keturunan Patih Ke 28 dari Patih Bunga yang merupakan anak Datuak Papatih
Nan Sebatang bahwa leluhur orang Talang Mamak adalah Talang Parit, disinilah Patih Nan
Sebatang tinggal dan disinilah ia mempunyai 3 orang anak, yaitu Tuah Besi, Tuah Kelopak dan
Tuah Bunga ketiga ini selanjutnya membuka kampung (talang) sekaligus menjadi Patih dimasing-
masing Talang. Tuah Besi menjadi Patih di Talang Parit melanjutkan kekuasaan ayahnya, Tuah
Kelopak mendirikan Talang Perigi, Tuah Bunga mendirikan Talang Durian Cacar.
Namun pewarisan selanjutnya setelah generasi ke-3 (cucu patih nan sebatang) pola
kepemimpinannya tidak diwariskan lagi kepada anak melainkan diwariskan kepada keponakan,
maka gelar tertinggi pemimpin tidak lagi patih melainkan berubah menjadi Batin.
Selanjutnya terjadi pengembangan wilayah, Kampung Talang Parit dimekarkan menjadi 2
yaitu talang parit dan talang sungai limau, Talang durian cacar dibagi 3 yaitu, Talang selantai,
Talang Tujuh Anak Tangga, dan Talang Durian Cacar.
Dengan demikian satu talang telah berkembang menjadi 6 talang. Menurut versi orang
talang yang berada didesa siambul bahwa leluhur orang talang adalah dari talang sungai limau
karena leluhur orang talang 1 mendirikan perkampungan disungai limau, kemudian terjadi
penyebaran kearah selatan (siambul) yang masuk Kecamatan Siberida dan kearah timur dengan
nama Talang Gerinjing.
Didaerah siambul terjadi pertemuan antar orang-orang Talang Mamak dengan orang
pendatang dari siam (Thailand), kemudian mereka hidup bersama. Untuk mengenal orang-orang
siam, maka pemukiman mereka dinamakan siambul / Talang Siambul. 
    Aspek-aspek Kehidupan Suku Talang Mamak
    1. Agama dan Kepercayaan 
Pada dasarnya masyarakat Talang Mamak mempunyai pondasi kehidupan beragama
sebagai masysrakat muslim, namun dalam keadaan sehari-hari mereka lebih banyak berpedoman
kepada ajaran leluhur mereka disebut adat dan kebiasaan – kebiasaan tersebut bukan merupakan
ajaran agam Islam, maka pada akhir – akhir ini ada sebagian dari warga itu mulai menyadari
bahwa adat kebiasaan tersebut tidak sesuai denagn ajaran agama Islam yang sesungguhnya dan
mereka menyadari ini, menyatakan diri sebagai orang yang masuk Islam. Bagi mereka yang telah
masuk Islam, mereka menyamakan diri sama dengan masyarakat melayu atau sama dengan
mengikuti orang melayu, namun sebagian besar warga talang mamak adalah mengikuti langkah
lama.
Orang langkah baru adalah orang yang sering melakukan interaksi dengan orang luar dan
umumnya memiliki anak yang berpendidikan relatif lebih tinggi. Kematian bagi orang talang
mamak merupakan sesuatu yang sakral.
    2. Mata Pencaharian 
Sebagian besar mata pencaharian pokok masyarakat adalah berkebun karet, disamping itu
juga berladang padi, dengan masa panen selama 6 (enam) bulan, sistem teknologinya masih
sederhana dalam pengolahan dan pemeliharaannya. Hasil panen padi warga tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga menjelang musim panen berikutnya, karena banyaknya
hama pengganggu seperti babi hutan, burung, monyet serta kurangnya pemeliharaan. 
Tanaman lainnya yang menjadi tambahan penghasilan masyarakat desa Talang Perigi
adalah tanaman pekarangan seperti kelapa, rambutan, sayuran, buah – buahan lainnya.
Aktivitas lainnya yang menjadi alternatif untuk menambah penghasilan masyarakat Desa
Talang Perigi adalah berburu, meramu hasil hutan untuk obat- obatan, menangkap ikan sungai.
    3. Luas Pemilikan Lahan 
Tanah bagi masyarakat Talang Perigi merupakan kekayaan yang dimiliki baik secara turun
temurun maupun atas usaha sendiri membuka lahan. Walaupun sudah mengenal tempat tinggal
dan berkebun tetap, namun dalam berladang masih berpindah – pindah dengan sirkulasi 5
tahunan. Masyarakat talang perigi umumnya memiliki kebun yang ditanam berbagai jenis pohon
seperti pohon karet, kelapa, buah-buahan dan lainnya sebagainya. Hanya sekitar 5% saja yang
tidak memiliki lahan. Kepemilikan lahan bila rata – rata perkepala keluarga seluas 7 ha dengan
interval berkisar antara 2-10 ha.
    4. Lembaga Kepemimpinan
Sistem kepemimpinan dalam masyarakat desa Talang Mamak didesak Talang perigi
menempatkan batin sebagai pucuk pimpinan Adat, hal ini diungkapkan melalui pepatah yang hidup
ditengah - tengah masyarakatnya yang berbunyi :
“Sebuah Nagari seorang Hatinya“
“Sebuah Banjar seorang Tuanya“
“Sebuah Rumah seorang Tungganainya“
    5. Sistem Pengobatan         
Pengobatan biasanya dipercaya kepada dukun atau kemantan. Didesa Talang Perigi
terdapat 2 orang kemantan, 3 orang dukun dan 4 orang dukun beranak. Sistem yang dilakukan
dukun dan kemantan berbeda. Kemantan dalam melakukan pengobatan melakukan upacara bulian
sedangkan dukun dalam melakukan pengobatan disebut dengan upacara berdukun. Upacara
pengobatan Bulian dibantu “pinai” dan “kebayau” (beberapa orang wanita) yang mengiringi
perilaku kemantan. 
Dukun sunat sudah dikenal dalam masyarakat desa Talang Perigi, mereka menyebutnya
orang pandai untuk penyunatan anak laki – laki dan bidan untuk penyunatan terhadap wanita.

D. Suku Bonai 
    1. Sejarah Singkat 
Asal kata Bonai sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun dalam masyarakat
Suku Bonai berkembang 2 versi tentang asal usul mereka. Pertama menerangkan bahwa nenek
moyang mereka adalah berasal dari Borneo (Kalimantan) yang datang menyusuri muara Sungai
Rokan ke arah hulu, dan sampailah mereka ketempat pemukiman sekarang. Menurut sejarah
nenek moyang suku Bonai dipimpin oleh 2 orang bersaudara, yaitu Sultan Janggut yang menjadi
cikal bakal orang Sakai dibagian hilir Sungai Rokan dan Sultan Harimau yang menjadi cikal bakal
orang Bonai.
Menurut cerita singkat setelah mereka bertemu diantara Rokan Kiri dan Rokan Kanan
(kuala sako). Kedua beradik tersebut berpisah mencari pemukiman masing –masing. Sultan
Janggut menyusuri sungai Rokan Kanan dan Sultan Harimau menyusuri sungai Rokan Kiri kearah
hulu sungai diyakini oleh mereka bahwa Sultan Harimau berasal dari Borneo, sehingga kata Bonai
dianggap berasal dari kata tersebut. 
Cerita versi ini sulit diterima kebenarannya, karena secara Geohistoris tidak ditemukan
bukti-bukti tentang adanya migrasi orang  “Borneo atau selebes” kewilayah pedalaman Sumatera
bahkan bahkan menurut Alimandan (P3-S, 1989), bahwa nama Sultan Harimau yang dipercayai
sebagai nenek moyang orang Bonai berasal dari Borneo (Kalimantan) yang dengan jelas tidak ada
harimaunya.
Versi kedua, menerangkan asal usul nenek moyang orang Bonai adalah berasal dari
kerajaan Pagaruyung. Terlepas dari mitos misi “Rakit Kulim” Datuk Papatih Nan Sebatang yang
juga berkembang dalam masyarakat Bonai, seperti yang terjadi dalam orang Talang Mamak.
Cerita ini cukup masuk akal dan mudah diterima jika dikaitkan dengan kebudayaan dan sistem
kekerabatannya yang ada pada suku Bonai. Bukti konkritnya adalah orang Bonai mengenal sistem
kekerabatan seperti orang minang kabau. Mereka mengenal Ninik Mamak dan hubungan dengan
pihak keluarga ibu sangat dekat (matrilineal) selain itu mereka juga mengenal suku-suku sebagai
cerminan keluarga dan garis keturunanya. 
Dari kedua versi diatas tentu sangat sulit menyebutkan secara pasti dari asal usul mereka.
Tidak ada bukti sejarah yang kuat menyebutkan mereka berasal dari salah satu versi tersebut.
Namun bila pendekatan sosial budaya yang dilakukan, maka kecenderungan kesimpulan lebih
memberatkan asal usul mereka kepada Minang Kabau yaitu berasal dari kerajaan Pagaruyung.
    Tatanan Sosial Budaya
    1. Pranata Ekonomi 
Sumber mata pencaharian utama masyarakat suku Bonai adalah sebagai nelayan
penangkap ikan khususnya disepanjang sungai Rokan Kanan. Teknologi yang digunakan masih
tradisional seperti “siapang” (tombak mata tiga), “kayo” (pancing yang dipasang malam dan akan
diambil pagi hari), lukah dan jaring. 
Hasil tangkapan ikan mereka, kebanyakan digunakan untuk konsumsi sendiri, dan
sebagian dijual untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain dari sektor perikanan, mereka juga sebagai petani dan pengumpul hasil hutan yang
sangat tergantung pada alam, pekerjaan perkebunan dilakukan secara sub-sistem, khususnya
tanaman ubi, jeruk dan tanaman muda lainya yang tidak mendapatkan perawatan.
    2. Pranata Kekerabatan
Extended Family merupakan tipologi keluarga suku Bonai disusun bunga tanjung mereka
mengacu kepada lineage campuran antara Patrilincal dan Matrilincal dan biasa disebut dengan
bilineal. Dalam banyak aspek hubungan kekerabatan yang berlaku adalah Matrilineal. Hal ini
disebabkan dengan interaksi yang mereka lakukan dengan masyarakat disekitarnya.
Sebagai kelompok masyarakat dari dusun Bunga Tanjung, dalam suku Bonai terdapat 2
suku, yaitu : Suku Monilang dan Suku Kandang Kopuh sedangkan dalam masyarakat Dusun Bunga
Tanjung Desa Kasimang terdapat 7 suku yaitu :
a. Suku Melayu 
b. Suku Monilang 
c. Suku Anak Raja – Raja 
d. Suku Pungkuik 
e. Suku Kandang Kopuh 
f. Suku Kuti
g. Suku Ampu
Dalam setiap suku mengenal istilah Mamak Sako (adik/abang laki-laki saudara dari ibu)
yang memiliki peran besar terhadap kehidupan dari kemenakannya. Pada setiap suku memiliki
ninik mamak, meskipun terdapat dua suku yang memiliki ninik mamak didusun bunga tanjung
akan tetapi Suku Bonai tidak pernah merasa memiliki keterikatan langsung dengan mereka.
Pada saat sekarang ini pula kepemimpinan tradisional sudah semakin memudar dalam
komunitas suku Bonai, mereka hanya mengakui keberadaan ‘bomo” (dukun). Dalam
kesehariannya masyarakat suku bonai memang hidup berdampingan dengan “bomonya”. Jika
“bomo” pindah rumah kepemukiman lain, kecenderungan akan diikuti oleh sebagian besar
komunitas suku Bonai. 
Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan hidup serta intensitas interaksi
mereka dengan masyarakat Dusun Bunga Tanjung Desa Kasimbang cukup tinggi, pada saat ini
mereka telah semakinn terbuka terhadap berbagai hal baru dalam kehidupanya. Terlebih lagi
ketika masuk program Inpres Desa Tertinggi (IDT pada Tahun 1996), dengan persetujuan
kelompok yang dibentuk oleh masyarakat Dusun Bunga Tanjung Desa Kesimang mereka
memperoleh bibit jeruk. 
    3. Pranata Religi
Komuntas Adat Terpencil Suku Bonai Dusun Bunga Tanjung Desa Kesimang pada saat
sekarang ini memeluk agama islam. Sebagaimana masyarakat Komunitas Adat Terpencil lainnya,
mereka pada awalnya penganut “Animisme”. Islam dikenal pada fase kedua awal tahun 1930-an,
setelah para kholifah yang berasal dari Basilam Sumatra Utara menyebarkan agama Islam. 
Pada awalnya Dusun Bunga Tanjung Desa Kesimang merupakan kota Raja, dengan nama
Rantau Binuang. Konon, ditempat ini pada masa tersebut Syech Abdul Wahab Rokan tinggal dan
mengaji diatas pohon Binuang. 
Komunitas Adat Terpencil Suku Bonai dari Zaman kerajaan telah mengenal Islam, dan
menyatakan telah memeluk Islam. Dalam kehidupan sehari-harinya masyarakat suku Bonai masih
diwarnai oleh praktek-praktek animisme, seperti tradisi pengobatan tradisional oleh bomo dan
pemujaan terhadap roh-roh penunggu hutan, syariat Islam belum sepenuhnya dilaksanakan oleh
mereka, ini suatu kewajaran karena syiar Islam belum intensif dan pembangunan bidang
keagamaan belum menyentuh mereka.
 
E. Suku Laut (Duano)
    1. Sejarah singkat  
Propinsi Riau mempunyai ciri khas yang berbeda dengan propinsi lain (daerah), ciri khas
tersebut termasuk geografis dan kondisi pulau yang terpisah-pisah serta mempunyai komunitas
terpencil paling banyak dibandingkan dengan daerah yang lain, seperti suku Talang Mamak yang
ada di Kabupaten Indragiri Hulu, Suku Sakai yang ada di Kembang Luar di Kabupaten Bengkalis,
Suku Akit yang ada di Rupat Utara Kabupaten Bengkalis, Suku Bonai, dan Suku Kuala (Duano)
yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir.
Beberapa permasalahan yang timbul pada Komunitas Adat Terpencil adalah masalah
kemiskinan, relatif tertinggal dari kehidupan komunitas yang lain, pada umumnya hidup
dipedalaman, perairan, pulau-pulau atau daerah-daerah perbatasan Negara tetangga dan kawasan
industri. Asal usul tau perkembangan Suku Kuala bermula dari Suku Laut. Yang bisa dikatakan
sebagai Suku Asli Suku Melayu yang ada di Propinsi Riau dan sama halnya dengan suku bangsa
lainya yang ada di Indonesia, yaitu berbagai percampuran Genetika Ras, yang berasal dari pusat-
pusat penyebaran disegala penjuru dunia. 
Gelombang migrasi kedua Ras Mongoloid sesudah Tahun 1500 SM, yaitu Ras Nelayan
Mongoloid yang disebut “Deutro – Melayu” berasal dari daratan Asia Tenggara datang kepulau
Indonesia, Malaysia dan Filipina. Kedatangan Ras ini yang menyebabkan golongan Migrasi Ras
pertama dan kedua menyingkir kepedalaman dan sisanya berbaur dengan pendatang baru
tersebut. Dan hasil pencampuran inilah yang akhirnya menurunkan orang Melayu Riau sekarang
ini.
Dengan mengacu pada teori gelombang perpindahan ini, maka dapatlah disimpulkan,
bahwa asal usul nenek moyang penduduk asli Suku-suku terbelakang di Provinsi Riau semuanya
hasil pencampuran dari Ras Veddoit dengan Asiattie Mongoloid yang telah melahirkan puak-puak
asli Suku terasing di Riau. Menurut perkembangan sejarah suku Asli yang ada di Propinsi Riau,
baik yang ada di Rupat Utara maupun di Indragiri Hilir dahulunya termasuk dari Siak Sri Indrapura
yang termasuk Kerajaan Melayu Riau. Kerajaan ini didirikan sejak abad ke-17 oleh Raja Kecil yang
diberikan gelar Sultan Siak yang berada dipinggiran Sungai Siak.
    2. Pranata Sosial  Budaya 
        a. Politik dan Kelembagaan
Sekarang kepemimpinan Suku Laut (Duano) yang dikuala selat jaman dahulu dipegang
oleh seorang Batin. Kondisi sekarang tidak dapat menjelaskan secara mendetail. Mereka hanya
mengetahui saat ini adalah Bapak Wali (Kepala Desa).
Kelembagaan didesa Kuala Selat dalam hal pemerintahan masih harus dibenahi, warga ada
yang tidak mempunyai KTP dan mempunyai KK. Lembaga Adat tidak tersedia dan tidak
berpengaruh terhadap warganya, yang sangat berpengaruh adalah Kepala Desa dan Sekretaris
Desa.
        b. Agama / Religi dan Sistem Kepercayaan
Komunitas Adat terpencil Suku Doano dahulu menganut kepercayaan pada berhala –
berhala. Sekarang sudah tidak mengenal dan menggunakan mantera – mantera. Dikarenakan
program keagamaan islam telah masuk kedesa. Tetepi mereka ada yang melaksanakan shalat dan
ada hanya beberapa orang saja yang bisa menggunakan doa – doa islam hanya bisanya 1 kalimat
misalnya Bismillahirrohmanirrohim saja. Doa yang lainya dilanjutkan dengan menggunakan
bahasa Melayu (Kepada Tuhan). 
        c. Kesehatan dan Sistem Pengobatan 
Kesehatan merupakan upaya untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk atau warganya sehingga hidup menjadi optimal. Dalam kondisi didesa Kuala selat
terdapat Pustu, Bidan masing – masing hanya 1 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang ada kurang memadai. Terlihat dilokasi Desa Kuala Selat maka lingkungan rumah
tidak terjamin kesehatanya. Dikarenakan pemukiman diatas tepi pantai. Yang kadang kala air
masuk sampai pelantaran jalan maupun rumah. Masih ditemukan warga KAT  untuk berobat ke
dukun,  karena ketidakmampuan secara ekonomi.
        d. Pendidikan Pengetahuan dan Sistem Teknologi
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan pemerintah telah mewajibkan pada
usia sekolah untuk sekolah, sehingga pendidikan untuk berbagai lapisan masyarakat. Namun di
Desa Kuala Selat masih terdapat anak usia sekolah tidak sekolah, karena membantu orang tuanya
mencari ikan dan yang sudah sekolah pun tidak ditamatkan. Karena tidak memahami arti sekolah,
ibu-ibu dan bapak-bapak pada umumnya ada yang masih buta aksara. Sarana Sekolah Dasar di
Desa tersebut sudah memenuhi kebutuhan warganya. Teknologi dan ilmu pengetahuan
merupakan alat atau media yang digunakan dalam pranata pendidikan pada generasi anak-
anaknya. Untuk Suku Laut yang ada di Desa Kuala Selat tidak ada keterampilan apapun kecuali
hanya anyam menganyam, pembuatan jaring dan lain-lainnya.
        e. Pranata Keturunan dan Kekerabatan
Mengikuti alur patrilineal yaitu menurut garis keturunan bapak. Hak waris turun pada
anak-anaknya. Sistem gotong royong masih kuat. Karena kalau ada acara sunatan dan
perkawinan saling bantu membantu. 
        f. Jaringan Sosial dan Hubungan Kerja 
Untuk Komunitas Adat Terpencil di Desa Kuala Selat mempunyai potensi gotong royong
yang tinggi,  ketika ada pesta perkawinan mereka saling menyumbang materi, seperti memberi
beras, gula, telor dan bumbu-bumbu untuk memasak walaupun tidak banyak. Hubungan sosial
dengan etnis lainpun sudah berlangsung. Karena posisi pemukimanya saling berdekatan,
hubungan sosial dengan nelayan dan para toke bersifat ketergantungan, sehingga hasil dari
penangkapannya dikuasai oleh tokenya (Patron Klien).

Anda mungkin juga menyukai