KABUPATEN DHARMASRAYA
Ada banyak cerita dan kajian yang menjelaskan tentang asal usul Suku Anak
Dalam, suku ini terbentuk ketika adanya perang antara Kerajaan Jambi yang
dipimpin Puti Selara Pinang Masak dan Kerajaan Tanjung Jabung yang dipimpim
Rangkayo Hitam. Konon, perselisihan ini semakin memanas, hingga akhirnya
didengar Raja Pagar Ruyung, yang notabene ayah dari Puti Selara Pinang Masak.
Asal usul Suku Kubu memang masih dirundung misteri. Pasalnya, banyak versi
cerita dan kajian yang mendasari keberadaannya. Namun, Jatna Supriatna, biolog
dan pejuang konservasi, dalam bukunya Melestarikan Alam Indonesia,
menegaskan asal usul Suku Anak Dalam ini belum jelas. Hal senada juga
diucapkan Pandong Spenra, aktivis lingkungan yang telah membina Suku Anak
Dalam di Dharmasraya, Sumatera Barat sejak 2010.
Suku Anak Dalam juga mengikuti garis keturunan matrilineal (wanita atau ibu).
Sama dengan garis keturunan yang diterapkan masyarakat Minangkabau,
sementara di Indonesia satu-satunya masyarakat yang memakai paham garis
keturunan ibu hanya Minangkabau.
“Mereka sangat matrilineal. Perempuan diletakkan pada posisi seperti bundo
kanduang di Ranah Minang. Jadi besar kemungkinan mereka adalah bagian dari
Minangkabau,” ujarnya.
“Melihat tradisi mereka, bisa saya pastikan kalau mereka merupakan bagian dari
Minangkabau. Tapi bagaimana proses sejarahnya saya tidak tahu,” pungkasnya.
Ragam Tradisi
Sama seperti suku pada umumnya, Suku Kubu juga memiliki beragam tradisi yang
terkait dengan adat istiadatnya. Berikut beberapa di antaranya.
Melangun
Hal ini terkait dengan kematian orang terdekatnya. Suku Kubu biasanya
menganggap hal ini merupakan kesedihan, terutama bagi keluarga yang
ditinggalkannya. Selain itu, kelompok yang berada di sekitar rumah kematian akan
pergi karena menganggap hal tersebut merupakan kesialan.
Tradisi ini juga kerap digunakan untuk melupakan kesedihan, dan uniknya dalam
tradisi ini mereka akan meninggalkan tempat tinggalnya dalam waktu cukup lama,
bahkan para leluhur Suku Kubu bisa pergi 10 sampai 12 tahun lamanya.
Besale
Kata Besale hingga saat ini belum diketahui artinya, namun secara harfiah dapat
diartikan sebagai kegiatan duduk bersama untuk memohon kepada Yang
Mahakuasa agar diberikan kesehatan, ketenteraman, dan dihindarkan dari
marabahaya. Tradisi besale dilaksanakan pada malam hari yang dipimpin seorang
tokoh yang disegani. Tokoh ini harus memiliki kemampuan lebih, terutama untuk
berkomunikasi dengan dunia gaib. Dalam tradisi ini biasanya orang Kubu akan
membuat bunyi-bunyian dari alat musik tradisional redab (Gendang Melayu) dan
tari-tarian khas yang bersifat sakral.
Suku Anak Dalam atau yang biasa disebut Suku Kubu atau Orang Rimba ini adalah
salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatra, terutama di
daerah Palembang, Riau, dan Jambi. Namun, mayoritas keberadaan suku ini
banyak terdapat di wilayah Jambi.
Hingga 2006, paling sedikit terdapat 59 kelompok kecil Suku Kubu. Beberapa ada
yang mulai hidup dan menyatukan diri dengan kehidupan desa sekitarnya.
Namun, sebagian besar masih tinggal di hutan dan menerapkan hukum adat
sebagaimana nenek moyang mereka.
Selain di TNBD, kelompok Orang Rimba juga tersebar di tiga wilayah lain. Populasi
terbesar terdapat di Bayung Lencir, Sumatra Selatan, sekitar 8.000 orang. Mereka
hidup di sepanjang aliran anak sungai seperti anak Sungai Bayung Lencir, Sungai
Lilin, dan Sungai Bahar. Ada juga yang hidup di Kabupaten Sarolangun, sepanjang
anak Sungai Limun, Batang Asai, Merangin, Tabir, Pelepak, dan Kembang Bungo,
jumlahnya sekitar 1.200 orang. Lalu kelompok lainnya menempati Taman Nasional
Bukit Tigapuluh, tercatat sekitar 500 orang.
Kehidupan suku ini terkenal dengan kebiasaan hidup yang terisolasi dari dunia luar
sehingga dari segi budaya ataupun kebanyakan dari mereka masih sangat orisinal,
bahkan bisa dibilang primitif.
Dalam percakapan antar warga masyarakat Jambi tentang orang Kubu tercermin
dari ungkapan seseorang yang menunjukan segi kedudukan dan kebodohan,
misalnya membuang sampah sembarangan diumpat “Kubu kau….!”. Sebutan lain
yang disenangi orang rimba ialah “sanak”, yaitu cara memanggil seseorang yang
belum kenal dan jarang bertemu. Bila sudah sering bertemu maka panggilan
akrab ialah “nco” yang berarti kawan.
Namun sekarang suku anak dalam sudah bersosialisasi dengan masyarakat yang
ada di kabupaten dharmasraya. Dimana SAD yang sebelumnya tidak pakai Baju
sekarang sudah pakai baju bahkan sekarang sudah ikut Upacara Bendera dalam
rangka 17 Agustus 2017