Anda di halaman 1dari 2

SUKU PASEMAH / BASEMAH

Pasemah sebenarnya terdiri atas tiga sub-suku bangsa, yaitu Gumai, Semidang dan Pasemah.
Menurut cerita rakyat setempat ketiga sub-suku bangsa ini berasal dari satu negeri. Mereka
datang dan berdiam di hulu sungai Lematang dan Lembah Dempo secara bergelombang dan
kurun waktu yang berbeda. Gelombang pertama dan dianggap tertua adalah Gumai, disusul
oleh kelompok Semidang dan Pasemah. Pada masa sekarang ketiganya dikenal dengan nama
Pasemah.
Daerah mereka yang subur itu memungkinkan mereka untuk mengembangkan kehidupan
sebagai petani padi di ladang atau berkebun, seperti menanam kopi, teh, buah-buahan dan
sayur-sayuran. Pada zaman dulu mereka hidup sebagai petani ladang dengan sistem tebang
bakar dan berpindah-pindah. Lahan ladang itu mereka sebut talang atau petalangan. Biasanya
talang itu terletak tidak jauh dari kesatuan pemukiman terkecil mereka, yaitu dusun. Pada
masa sekarang mereka sudaj bertanam padi di sawah, disamping beternak, menangkap ikan,
menganyam, bertanam sayur dan buah-buahan, berkebun kopi, cengkeh dan lada.
Bahasa Pasemah
Bahasa Pasemah masih bagian dari rumpun bahasa Melayu. Ciri-cirinya adalah sebagai
berikut, "kemana" diucapkan kemane, "apa" menjadi ape, "tidak" menjadi dide.

SUKU MINANGKABAU
Ciri yang paling menonjol pada masyarakat Minangkabau adalah budaya urban yang menjadi
dinamika tersendiri dan menjadi nafas dari kehidupan masyarakatnya. Umumnya cerita
rakyat Padang memiliki ciri masyarakat yang merantau, seperti misalnya dalam cerita Malin
Kundang. Jenis cerita seperti ini jarang ada pada cerita rakyat di daerah lainnya. Memang
dalam literatur hias Minang dikenal istilah itiak pulang patang yang memiliki anjuran
merantau, mengadu nasib dan pulang di petang hari membawa kesuksesan. Dalam budaya
suku Minangkabau, seorang pria harus merantau dan tidak pulang sebelum membawa hasil.
Hal ini menjadi masuk akal ketika kita mengetahui bahwa penyebaran masyarakat Padang
ada di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Legenda asal usul kata Minangkabau
Ada legenda mengenai masyarakat suku bangsa Minangkabau di masa lalu yang berkaitan
dengan namanya saat ini. Pada zaman dahulu konon ada pasukan kerajaan asing yang datang
ke Sumatera untuk melakukan penaklukan. Oleh karena itu tetua adat dan tokoh masyarakat
bermusyawarah untuk mencegah pertempuran namun tidak harus takluk tanpa perlawanan.
Maka datanglah ide untuk diadakan pertandingan adu kerbau.
Tak diduga ternyata tentara kerajaan asing tersebut masuk dalam perangkap dan menyetujui
pertandingan tersebut. Mereka membawa kerbau besar yang galak untuk diadu. Sedangkan
masyarakat Minangkabau setempat membawa anak kerbau yang sengaja dibuat lapar dan

tanduknya diberi pisau. Ketika pertandingan dimulai, anak kerbau itu menyangka bahwa
kerbau besar itu sebagai induknya, sedangkan sang kerbau besar diam saja melihat anak
kerbau. Si anak kerbau lantas menyerbu kerbau besar hendak menyusu, namun justru
menusuk kerbau besar itu dengan pisau yang dipasang di tanduknya. Maka menanglah si
anak kerbau dan masyarakat Minangkabau. Syahdan, dari peristiwa itulah muncul nama
Minangkabau. Kata ini berasal dari kata Minang yang artinya menang dan Kabau yang
artinya kerbau.

Anda mungkin juga menyukai