Kehamilan, selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan
baik agar dapat lahir secara selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
Kelahiran, tidak lama setelah jabang bayi lahir, dilaksanakan upacara selamatan
secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan sembilu,
alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai
berusia 2 tahun atau 3 tahun.
Pernikahan, proses ini berlaku bagi pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun,
dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai
kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan maskawinnya
berupa piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu
Johnson, apabila ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka
pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang
melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
Kematian, apabila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya
disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, sedangkan
masyarakat umum jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan
nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga
yang ditinggalkan.
Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol.
Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut seluruh
komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut ini: