Anda di halaman 1dari 14

Pulau Papua

Mayoritas Suku Di Papua


1. Suku Asmat
2. Suku Dani
3. Suku Amunge
4. Suku Korowai

1. Suku Asmat
• Adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang
unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan
mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu
sama lain dalam, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai
selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara
sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.
Karakteristuk Unik Suku Asmat
Mereka pandai membuat kerajinan dari kayu yang tentunya unik dan menarik.

Kebudayaan Suku Asmat


Beberapa kebudayaan suku asmat yang tergambar dalam berbagai sistem sosial diantaranya
adalah sebagai berikut.

1. Agama
Kepercayaan atau sistem religi suku asmat mempercaya bahwa semua keturunan mereka
adalah anak dewa yang berasal dari dunia ghoib dan terletak pada tempat dimana matahari
terbenam sore hari. Mereka menghormati nenek moyang dan mempercayainya berada pada
sebuah patung. Dalam Kehidupan sehari – hari, suku asmat meyakini adanya 3 golongan roh
yang ada disekitra lingkungan hidup manusia. Ketiga roh tersebut adalah :
• Yi-ow (roh yang bersifat baik)
• Osbopan (roh jahat penghuni sesuatu)
• Dambin (roh jahat yang mati konyol).
Secara agama, suku asmat saat ini ada yang telah memeluk agama katholik, protestan, dan
animisme.
2. Upacara adat
Beberapa upacara yang cukup terkenal dan menjadi ciri khas dari suku asmat diantaranya
adalah :
• Ritual kematian, sebuah upacara adat yang ditujukan untuk mengatar mereka yang
telah mati kembali ke alam roh. Suku asmat percaya bahwa roh orang yang mati
masih akan berada pada lingkungan rumah terutama yang dibuatkan patung mbisnya.
Dalam ritual kematian ini, suku asmat akan menghanyutkan mayat mereka yang
meninggal kesungai.
• Upacara Mbismbu (pembuat tiang), upacara mbis merupakan upacara yang sangat
sakral berkaitan dengan pembuatan ukiran patung mbis. Upacara mbis ini dulunya
dilakukan untuk memperingati saudara yang telah mati dan terbunuh dan kematian itu
harus segera dibalas dengan membunuh pelakunya.
• Upacara Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung), setiap 5 tahun sekali
suku asmat akan membuat perahu perahu yang dalam proses pembautan dan
pengukuhannya dilakukan upacara adat tsyimbu tersebut. Perahu lesung suku asmat
merupakan salah satu contoh seni budaya indonesiayang ada di masyarakat asmat.
• Upacara Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew atau rumah bujang),
suku asmat memiliki dua buah rumah yakni rumah keluarga dan rumah bujang yang
difungsikan untu kegiatan tertentu. Dalam proses pembuatan dan pengukuhannya
diperlukan sebuah upacara yang disebut yentpokmbu.

3. Rumah Adat Suku Asmat.


Jew
Rumah Adat Ini Juga Berfungsi Sebagai Tempat Penyimpanan Alat Senjata Suku Asmat
Seperti Tombak,Panah Untuk Berburu,Noken Yaitu Tas Yang Terbuat Dari Anyaman Serat
Tumbuhan.Konon Tidak Sembarang Orang Diperbolehkan Untuk Menyentuh Noken Yang
Disimpan Dalam Rumah Jew Ini.Karena Noken Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai
Penyakit Dengan Syarat Dan Aturan Tertentu.
Tysem
Rumah Tysem Juga Di Sebut Rumah Keluarga,Karena Rumah Ini Berfungsi Untuk Tempat
Tinggal Mereka Yang Sudah Berkeluarga.Biasanya Terdapat 2 Sampai 3 Pasang Keluarga
Yang Menghuni Tysem Yakni Terdiri Dari 1 Keluarga Inti Senior Dan 2 Sampai 3 Keluarga
Yunior.Jumlah Anggota Keluarga Inti Masyarakat Asmat Biasanya Terdiri Dari 4 Sampai 5
Atau 8 Sampai 10 Orang.
4. Adat Istiadat
Beberapa adat istiadat yang telah tertanam di masyarakat asmat adalah sebagai berikut.
• Kehamilan, para wanita suku asmat akan menjaga dengan baik proses penerusan
generasi ini agar bayi lahir dengan selamat.
• Kelahiran, ada upacara yang dilakukan serta proses pemotongan tali pusar dengan
sembilu dan diberi asi selama 2 tahun sampai 3 tahun.
• Pernikahan, proses ini berlangsung untuk pria dan wanita yang sudah menginjak usia
dewasa atau 17 tahun yang prosesinya dilakukan oleh orang tua laki laki setelah
mencapai kesepakatan dan uji keberanian serta jumlah mas kawain berupa piring
antik yan nilainya sesuai dengan harga penafsiran perahu johnson.
• Kematian, bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal maka jasadnya akan
dimumikan serta dipajang didepan joglo suku asmat, namun bila yang meninggal
adalah warga biasa makan akan dikubur atau dihanyutkan melalui upacara kematian.
5. Bahasa Suku Asmat
Secara Khusus, Para Ahli Linguistik Membagi Bahasa-Bahasa Tersebut Yakni Pembagian
Bahasa Asmat Hilir Sungai Menjadi Bagian Kelompok Pantai Barat Laut Atau Pantai
Flamingo Seperti Bahasa Kaniak, Bisman, Simay, Dan Becembub Dan Bagian Kelompok
Pantai Barat Daya Atau Kasuarina Seperti Misal Bahasa Batia Dan Sapan. Pembagian Bahasa
Asmat Hulu Sungai Menjadi Bagian Kelompok Keenok Dan Kaimok.
6. Baju Adat Suku Asmat
Secara Umum, Pakaian Adat Pria Dan Perempuan Papua Hampir Sama, Hanya
Memakai Sebuah Bawahan Seperti Androk Yang Terbuat Dari Rajutan Daun Sagu Yang
Dibuat Rapih Menyerupai Anderok Atau Rok Dan Dipakai Sebagai Bawahan.
Pada Bagian Kepala, Dikenakan Penutup Yang Terbuat Dari Rajutan Daun Sagu Dan Pada
Sisi Bagian Atasnya Dipenuhi Bulu Burung Kasuari.
Suku Asmat Memkai Pakaian Adat Rumbai-Rumbai, Hanya Untuk Menutupi Bagian
Tertentu. Rumbai-Rumbai Dibuat Dari Daun Sagu.
7. Tarian Suku Asmat
Tari Tobe Sering Dimainkan Saat Ada Upacara Adat. Tarian Ini Dilakukan Oleh 16 Orang
Penari Laki-Laki Dan 2 Orang Penari Perempuan. Dengan Gerakan Yang Melompat Atau
Meloncat Diiringi Irama Tifa Dan Lantunan Lagu-Lagu Yang Mengentak, Membuat Tarian
Ini Terlihat Sangat Bersemangat. Tarian Ini Memang Dimaksudkan Untuk Mengobarkan
Semangat Para Prajurit Untuk Pergi Ke Medan Perang.

8. Makanan Suku Asmat


Makanan Pokok orang Asmat adalah sagu,hampir setiap hari mereka makan sagu yang dibuat
jadi bulatan-bulatan yang dibakar dalam bara api.Kegemaran lain adalah makan ulat sagu
yang hidup dibatang pohon sagu,biasanya ulat sagu dibungkus dengan daun nipah,ditaburi
sagu,dan dibakar dalam bara api.Selain itu sayuran dan ikan bakar dijadikan pelengkap.
2. Suku Dani

Adalah suku yang terdapat atau bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah,
Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jaya Wijaya serta sebagian
kabupaten Puncak Jaya.Suku dani ditemukan pertama kali di lembah baliem dalam ekspedisi
lorentz dari belanda pada tahun 1909 – 1910. Namun kontak pertama dengan suku ini
dilakukan oleh penyidik dari Amerika yang bernama Richard Archold pada tahun 1935.
Karakteristik Unik Suku Dani
suku dani dikenal sebagai seorang petani handal yang sangat ahli dalam penggunaan alat alat
seperti kapak batu, alat pengikis, pisau dari tulang binatang, tongkat galian, dan tombak kayu.
Kebudayaan Suku Dani
Beberapa kebudayaan suku dani diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Agama
• Kepercayaan suku dani memiliki dasar religi berupa penghormatan terhadap roh
nenek moyang yang dilakukan dalam bentuk penyelengaraan upacara adat dan
dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan yang dipercayai oleh suku dani yang
terpenting adalah atou. Atou merupakan kekuatan sakti nenek moyang yang diturukan
kepada keturunan laki laki yang diantaranya adalah :
• Kekuatan sakti untuk menjaga alam disekitar lingkungan tempat tinggal suku dani.
• Kekuatan untuk menyembuhkan penyakit dan menolak bala.
• Kekuatan menyuburkan tanah sebagai bentuk dukungan untuk dalam proses pertanian
yang dilakukan oleh suku dani.
2. Tradisi Potong Jari
Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa duka dan menunjukkan rasa sedih akibat ditinggal
oleh keluarga serta sanak saudara. Bila ada keluarga dekat yang meninggal, suku dani
diwajibkan memotong jarinya. Tradisi potong jari ini dilakukan bukan hanya sebagai bentuk
ungkapan rasa sedih namun juga sebagai upaya untuk mencegah terulang kembalinya
malapetaka yang telah merengut nyawa seseorang didalam keluarga yang sedang berduka
tersebut. Pemilihan jari sebagai anggota tubuh yang dikorbankan dikarenakan jari bagi suku
dani merupakan simbol kesatuan, kerukunan, dan kekuatan keluarga dan diri manusia.

3. Rumah Adat Suku Dani


Rumah adat suku dani disebut sebagai honai yang memiliki bentuk bundar dengan ukuran
yang mungil dan berdinding kayu serta beratap jerami. Selain bundar, ternyata ada rumah
adat khusu untuk perempuan yang diberi nama Ebe’ai. Rumah adat ini masih dipertahankan
dalam kehidupan suku dani.
4. Bahasa Suku Dani
Bahaya pada suku dani dibagi menjadi 3 sub keluarga bahasa yakni :
• Sub keluarga wano di bokondini
• sub keluarga dani pusat yang terdiri dari logat Dani Barat dan logat lembah Besar
Dugawa
• sub keluarga nggalik dan ndash.
5. Kesenian Suku Dani
Kesenian suku dani lebih banyak terlihan sebagai bentuk seni rupa yang hasilnya seperti
hanoi atau rumah adat serta beberapa karya seni fungsional lainnya. Suku dani sangat pandai
dalam pembuatan alat alat berbahan dasar batu bata seperti Moliage, Valuk, Sege, Wim,
Kurok, dan Panah sege. Selain alat yang terbuat dari batu bata, suku dani juga pandai dalam
pembuatan seni kerajinan khas anyaman.
6. Pakaian Adat Suku Dani
Pakaian jenis koteka dikenakan oleh suku pedalaman,seperti suku Dani.
Selain mengenakan koteka, laki-laki suku Dani mengenakan swesi.
Kaum perempuan suku Dani mengenakan semacam rok yang disebut yokal.

7. Tarian Suku Dani

Suku dani dari Papua punya tradisi tari perang sebagai bentuk penghormatan pada leluhur.

8. Makanan khas Suku Dani

Makanan khas suku Dani yaitu papeda dan kuah ikan kuning.
3. Suku Amunge

Suku Amungme adalah salah satu suku yang tinggal di dataran tinggi Papua. Suku Amungme
memiliki tradisi pertanian berpindah, dan berburu.
Amungme terdiri dari dua kata "amung" yang artinya utama dan "mee" yang artinya manusia.
Mereka mendiami beberapa lembah luas di kabupaten Mimika dan Kabupaten Puncak Jaya
antara gunung-gunung tinggi yaitu lembah Tsinga, lembah Hoeya, dan lembah Noema serta
lembah-lembah kecil seperti lembah Bella, Alama, Aroanop, dan Wa. Sebagian lagi menetap
di lembah Beoga (disebut suku Damal, sesuai panggilan suku Dani) serta dataran rendah di
Agimuga dan kota Timika.
Karakteristik Unik Suku Amunge
Salah satunya adalah tradisi bakar batu suku Amunge.
Kebudayaan Suku Amunge
Beberapa kebudayaan suku amunge diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Agama
Suku Amungme memiliki kepercayaan bahwa mereka adalah anak pertama dari anak sulung
bangsa manusia, mereka hidup disebelah utara dan selatan pegunungan tengah yang selalu
diselimuti salju yang dalam bahasa Amungme disebut nemangkawi (anak panah putih). Suku
Amungme menggangap bahwa mereka adalah penakluk, pengusa serta pewaris alam
amungsa dari tangan Nagawan Into (Tuhan).
Selain itu Gunung yang dijadikan pusat penambangan emas dan tembaga oleh PT. Freeport
Indonesia merupakan gunung suci yang di agung-agungkan oleh masyarakat Amungme,
dengan nama Nemang Kawi. Nemang artinya panah dan kawi artinya suci. Nemang Kawi
artinya panah yang suci (bebas perang] perdamaian.
2. Bahasa Suku Amunge
Suku Amungme memiliki dua bahasa, yaitu:
• Amung-kal yang dituturkan oleh penduduk yang hidup disebelah selatan
• Damal-kal untuk suku yang menetap di utara.
Suku Amungme juga memiliki bahasa simbol yakni Aro-a-kal. Bahasa ini adalah bahasa
simbol yang paling sulit dimengerti dan dikomunikasikan, serta Tebo-a-kal, bahasa simbol
yang hanya diucapkan saat berada di wilayah yang dianggap keramat.
3. Kesenian

Lagu purba Suku Amungme yang mungkin sudah tidak dipahami lagi oleh orang Amungme
generasi sekarang. Misalnya lagu purba yang syairnya Angaye-angaye, No emki untaye.
Noken,yaitu sejenis tas terbuat dari akar tumbuhan/rotan.
Tifa adalah alat musik tradisional papua.
Tidak banyak seni rupa yang dimiliki oleh suku ini, kebanyakan mereka hanya memiliki seni
adat dan budaya itu sendiri.
4. Upacara Tradisional
• Bakar Batu
Tradisi ini merupakan salah satu tradisi terpenting masyarakat suku amungme yang berfungsi
sebagai tanda rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, atau untuk
mengumpulkan prajurit untuk berperang. Persiapan awal tradisi ini masing - masing
kelompok menyerahkan hewan babi sebagai persembahan, sebagain ada yang menari, lalu
ada yang menyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Proses ini awalnya dengan cara
menumpuk batu sedemikian rupa lalu mulai dibakar sampai kayu habis terbakar dan batu
menjadi panas. Setelah itu, babi yang telah di persiapkan tadi dipanah terkebih dahulu.
Biasanya yang memanah adalah kepala suku dan dilakukan secara bergantian. pada Tradisi
ini ada pemandangan yang cukup unik dalam ritual memanah babi. Ketika semua kepala suku
sudah memanah babi dan langsung mati, pertanda acara akan sukses dan bila tidak babi yang
di panah tadi tidak langsung mati, diyakini acara tidak akan sukses.
Proses ini awalnya dengan cara menumpuk batu sedemikian rupa lalu mulai dibakar sampai
kayu habis terbakar dan batu menjadi panas. Setelah itu, babi yang telah di persiapkan tadi
dipanah terkebih dahulu. Biasanya yang memanah adalah kepala suku dan dilakukan secara
bergantian. pada Tradisi ini ada pemandangan yang cukup unik dalam ritual memanah babi.
Ketika semua kepala suku sudah memanah babi dan langsung mati, pertanda acara akan
sukses dan bila tidak babi yang di panah tadi tidak langsung mati, diyakini acara tidak akan
sukses.
5. Baju Adat Suku Amunge
Pakaian adat mereka adalah koteka dari buah labu dan tawar dari kulit kayu serta bentuk
lainnya,namun zaman ini sudah mengenal perkembangan teknologi maka di kota tidak
menggunakan pakaian adat ,tetapi dikampung masih menggunakannya.
6. Tarian Suku Amunge
Tarian adat suku amungme adalah tari suanggi ,goyang secara putar lingkaran ada pula
seperti seka namun membentuk segi empat secara buka-tutup (weitak alan borat) dan
bernyanyi semalaman di honai antara pria dan wanita saling membalas sambil membagi harta
milik wanita pada pria dan sebaliknya pria pada wanita ( tem ).
7. Makanan Suku Amunge
Makanan khas suku Amungme terbuat dari bahan alam, seperti hewan/tanaman yang berasal
dari air, darat dan udara (Burung). Makanan khas Amungme ini disajikan menjadi hidangan
pada saat ada acara adat, seperti acara pernikahan.
4. Suku Korowai

Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang lalu[1]
di pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi sekitar 3000 orang. Suku terasing ini hidup di
rumah yang dibangun di atas pohon yang disebut Rumah Tinggi.[2] Beberapa rumah mereka
bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah.
Karakteristik Unik Suku Korowai
Keunikan suku Korowai terdapat pada tempat tinggal mereka berupa rumah pohon, yang
dapat mencapai ketinggian 8-12 meter diatas permukaan tanah atau bahkan mencapai
ketinggian 45 meter bila berada di area hulu sungai, dan dilengkapi dengan sebatang pohon
untuk membantu mereka naik ke atas rumah (tangga). Setiap rumah pohon didesain menjadi
dua hingga tiga ruangan, sedikitnya dapat ditempati oleh seorang pria dan wanita dewasa,
dan dilengkapi dengan tempat untuk meletakkan api.
Kebudayaan Suku Korowai
1. Agama
Belum diketahui pasti apa sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat suku Korowai,
namun mereka menerapkan sistem kanibalisme secara turun-temurun dari nenek moyang
mereka. Penerapan sistem ini tidak dilakukan pada sembarangan orang. Namun, sistem ini
diterapkan pada orang-orang yang melanggar peraturan yang ada di suku Korowai tersebut.

2. Bahasa Suku Korowai


Bahasa Korowai /Bahasa Awyu-Dumut,(disebut juga sebagai Kolufaup atau Karufo Auf)
merupakan bahasa Papua yang dipertuturkan oleh Suku Korowai di desa Mabul, distrik Kolf
Braza, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, Indonesia.
3. Pakaian Adat Suku Korowai
Pakaian Korowai adalah salah satu suku di Irian yang tidak memakai koteka. Kaum lelaki
suku ini memasuk-paksa-kan penis mereka ke dalam kantong jakar (scrotum) dan pada
ujungnya mereka balut ketat dengan sejenis daun. Sementara kaum perempuan hanya
memakai rok pendek terbuat dari daun sagu.
4. Rumah Adat Suku Korowai
Rumah pohon Korowai Mayoritas klan Korowai tinggal di rumah pohon di wilayah terisolasi
mereka. Sejak tahun 1980 sebagian telah pindah ke desa-desa yang baru dibuka dari
Yaniruma di tepi Sungai Becking (area Kombai-Korowai), Mu, dan Basman (daerah
Korowai-Citak).

5. Makanan Suku Korowai


Pesta adat yang dinikmati oleh Korowai adalah makan makanan yang terbuat dari Sagu.
Makanan lezat lainnya yang biasa mereka santap adalah tempayak dari kumbang Capricorn,
yang merupakan hasil panenan dari pohon sagu.
6. Adat Isriadat Suku Korowai
Menurut pemandu Raffaele, Kembaren “Banyak khakhua dibunuh dan dimakan setiap
tahun.”
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan Raffaele dengan pemimpin suku, dia menjelaskan
alasan orang Korowai mempraktikkan kanibalisme, “Bagi Korowai, jika seseorang jatuh dari
rumah pohon atau terbunuh dalam pertempuran maka alasan kematian mereka cukup jelas.
Tetapi mereka tidak memahami mikroba dan kuman, jadi ketika seseorang mati secara
misterius , mereka percaya itu adalah karena seorang khachua , penyihir lelaki yang datang
dari akhirat. ”
“Seorang khakhua harus dibunuh dengan cara dimakan. Sebab khakhua sebenarnya adalah
orang mati. Memakan mereka dianggap sebagai sistem keadilan terbaik."
Kanibalisme bagi otang suku Korowai dilakukan sebagai bagian dari sistem peradilan pidana
mereka.

Anda mungkin juga menyukai