Anda di halaman 1dari 23

SUKU ASMAT

( PAPUA )
Azizah Amirah
Debby Mawar Sari
Edham Ranof
Indah Khairunnisa
Jihad Sabilah Putra

SUKU ASMAT
Nama Asmat berasal dari kata-kata Asmat "As Akat", yang
menurut orang Asmat berarti "orang yang tepat".
Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa Asmat
berasal dari kata Osamat yang berarti "manusia
dari pohon".
Tetapi kalo menurut tetangga suku Asmat, yaitu suku
Mimika, nama Asmat ini berasal dari kata-kata mereka
untuk suku "manue", yang berarti "pemakan manusia".

ASAL-USUL
Berasal dari Fumeripits, yang berarti Sang Pencipta.
Menurut kisahnya, ada beberapa poin penting:
Terdampar dan diselamatkan
Pengelanaan sendiri
Kesadaran mencipta dan terus berkelana
Di kisah lain, Fumeripits merupakan salah satu dari
beberapa dewa asal usul suku Asmat

AGAMA
Masyarakat Suku Asmat beragama Katolik,
Protestan, dan Animisme yakni suatu ajaran dan
praktek keseimbangan alam dan penyembahan
kepada roh orang mati atau patung.

KEPECAYAAN
Dari asal usul, suku Asmat konvensional, sekarang mayoritasnya
Protestan dan Katolik
Dewa dewa yang dipercayai
Yi-Ow(Baik)
Osbopan (Kurang baik)
Dambin (Konyol)
Percaya bahwa konsep dunia ada tiga
amat ow campinmi (dunia sekarang)
dampu ow campinmi (alam persinggahan roh)
Safar (surga)

BAHASA
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Asmat. Digunakan
untuk menyatukan suku Asmat dalam komunikasi sehari hari dan juga pengganti bahasa Indonesia dalam mediasi
antar penduduk .
Contoh bahasanya antara lain :
Yerak atau kayu
Pomerem atau emas kawin
Bis atau patung leluhur

PERSEBARAN SUKU ASMAT

Suku asmat tersebar dan mendiami


wilayah disekitar pantai laut arafuru
dan hutan belantara di pegunungan
jayawijaya.

CIRI FISIK

Suku Asmat memiliki ciri fisik


yang khas yaitu berkulit hitam
dan berambut keriting. Rata-rata
tinggi badan orang Asmat wanita
sekitar 162cm dan tinggi badan
laki-laki mencapai 172cm.

MATA PENCAHARIAN

MAKANAN POKOK

RUMAH JEU ( RUMAH


BUJANG )

BAJU ADAT (MODERN)

Pakaian Daerah
Koteka, biasa
dikenakan oleh
kaum lelaki yang
tinggal di sekitar
wilayah Wamena.
Koteka terbuat dari
kulit labu yang
panjang dan
sempit. Berfungsi
untuk menutup
bagian alat

Pakaian Daerah
Kaum perempuan
mereka hanya
menutup bagian
tubuh disekitar organ
reproduksi. Mereka
mengenakan pakaian
seperti rok dari bahan
akar tanaman kering
yang dipilin atau
dirajut seperti
benang-benang kasar.

RITUAL / UPACARA ADAT SUKU


ASMAT

Pernikahan
Pernikahan berlaku bagi suku Asmat yang telah berusia 17 tahun
dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak
mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli
wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada
nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada
kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak
pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria
dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan
tinggal dalam satu atap.

Kelahiran
Pada saat kelahiran, tidak ada hal yang khusus seperti pada
umumnya suku lain. Bayi yang baru lahir hanya dibersihkan lalu tali
pusarnya dipotong dengan bambu yang disebut dengan sembilu

Click icon to add picture

KEMATIAN
Bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan
dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila
masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan
iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari
anggota keluarga yang ditinggalkan.

Click icon to add picture

UPACARA TOPENG (MBIPOKUMBU)


Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah
meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit,
bencana, bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta
menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar
pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan
pesta ulat-ulat sagu.

Setiap 5 tahun sekali suku Asmat akan membuat


perahu-perahu baru. Dalam proses pembuatan
perahu hingga selesai, ada berapa hal yang perlu
diperhatikan. Setelah pohon dipilih, ditebang,
dikupas kulitnya dan diruncingkan kedua ujungnya,
batang itu telah siap untuk diangkut ke pembuatan
perahu. Sementara itu, tempat pegangan untuk
menahan tali penarik dan tali kendali sudah
dipersiapkan. Pantangan yang harus diperhatikan
saat mengerjakan itu semua adalah tidak boleh
membuat banyak bunyi-bunyian di sekitar tempa itu.
Masyarakat Asmat percaya bahwa jika batang kayu
itu diinjak sebelum ditarik ke air, maka batang itu
akan bertambah berat sehingga tidak dapat
dipindahkan.

RITUAL PEMBUATAN DAN PENGUKUHAN PERAHU


LESUNG

PRAKTIK KANIBALISME
Ketika terjadi pertentangan, suku Asmat membunuh
musuhnya dan mayatnya dibawa ke kampung, kemudian
dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk
dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian
dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun
sago yang dipanggang dan dimakan. Seiring
perkembangan zaman, hal ini sudah tidak pernah terjadi
lagi.

ALAT MUSIK TRADITIONAL

Tifa, mirip seperti gendang cara


dimainkan adalah dengan
dipukul. Terbuat dari sebatang
kayu yang dikosongi atau
dihilangi isinya dan pada salah
satu sisi ujungnya ditutupi, dan
biasanya penutupnya digunakan
kulit rusa yang telah dikeringkan
untuk menghasilkan suara yang
bagus dan indah. bentuknyapun
biasanya dibuat dengan ukiran.
tiap suku di maluku dan
papuamemiliki tifa dengan ciri
khas nya masing-masing.

Suku Asmat terkenal akan ukiran kayu nya yang


unik

TARIAN

Tari Tobe ( Tari Perang )

Tari Selamat Datang

Tari Musyoh

Anda mungkin juga menyukai