Suku Asmat percaya bahwa kematian yang datang kecuali pada usia
yang terlalu tua atau terlalu muda, adalah disebabkan oleh tindakan jahat, baik
dari kekuatan magis atau tindakan kekerasan. Kepercayaan mereka
mengharuskan pembalasan dendam untuk korban yang sudah meninggal. Roh
leluhur, kepada siapa mereka membaktikan diri, direpresentasikan dalam ukiran
kayu spektakuler di kano, tameng atau tiang kayu yang berukir figur manusia.
Apabila ada orang tua yang sakit, maka keluarga terdekat berkumpul
mendekati si sakit sambil menangis, sebab mereka percaya ajal akan
menjemputnya. Tidak ada usaha-usaha untuk mengobati atau memberi makan
kepada si sakit. Keluarga terdekat si sakit tidak berani mendekatinya karena
mereka percaya si sakit akan ´membawa´ salah seorang dari yang dicintainya
untuk menemani.
Saat ini, dengan masuknya pengaruh dari luar, orang Asmat telah
mengubur jenazah dan beberapa barang milik pribadi yang meninggal.
Umumnya, jenazah laki-laki dikubur tanpa menggunakan pakaian, sedangkan
jenazah wanita dikubur dengan menggunakan pakaian. Orang Asmat juga tidak
memiliki pemakaman umum, maka jenazah biasanya dikubur di hutan, di
pinggir sungai atau semak-semak tanpa nisan. Dimana pun jenazah itu dikubur,
keluarga tetap dapat menemukan kuburannya.