Anda di halaman 1dari 5

Hafalan Shalat Delisa merupakan sebuah film drama yang disutradarai oleh Sony Gaokasak serta

dibintangi oleh Nirina Zubir dan Reza Rahadian. Film ini diangkat dari novel laris karya Tere Liye
dengan judul yang sama. Seluruh pengambilan adegan film ini dibuat di Aceh. Sebuah film yang
menggambarkan perjuangan seorang anak berumur 6 tahun dalam menghafal bacaan shalat serta
keikhlasan dan ketegaran dalam menghadapi segala cobaan yang menimpanya. Sangat menarik
untuk disimak tentunya cerita apa dan siapa yang terlibat. Sebuah film yang mengajarkan bahwa
setiap permasalahan pasti ada jalannya, jangan menyerah dengan keadaan, tetap bertahan,
berjuang, dan tegar untuk menghadapi segala ujian, dan bersyukur dan tetap ikhlas atas segala
pemberian Yang Maha Kuasa.
Alisa Delisa adalah seorang gadis kecil yang ingin menghafal hafalan shalat untuk ujian praktek yang
akan dilakukannya didepan kelas. Awalnya dia sangat bersemangat menghafal karena Ummi
Salamah membeli kalung emas serta sepedah dari Abi sebagai jaminan kelulusan ujian praktek
Delisa. Tapi malangnya bencana tsunami melanda ketika dia menghafal didepan kelas, hal itu
membuat Delisa harus kehilangan keluarganya, kehilangan satu kakinya. Namun dia tetap tegar
menerimanaya, ia besyukur masih memiliki Abi Usman, cobaan ini membuat Delisa belajar
memahami arti keikhlasan, ikhlas menghafal bacaan shalat hanya karena Allah Swt semata,bukan
untuk mendapat hadiah dari Ummi dan Abi. Berikut ulasan yang ditulis oleh Irfan Sjafari.

No
.
1.

Struktur
Teks
Orientasi 1

Kalimat
Pagi hari dalam sebuah ruang sekolah di Lhok Nga, desa kecil di
Pantai Aceh, pada 26 Desember 2004, Delisa (Chantiq Schagerl)
berupaya
khusyu
menjalankan praktik shalat di depan Ustad Rahman dan Ustazah
Nur yang mengujinya. Ibunya, Ummi Salamah (Nirina Zubir),
bersama beberapa ibu lainnya menyaksikan dari luar jendela.
Ucapan Sang Ustad sebelumnya agar dia tetap fokus pada shalat
meski apapun yang terjadi di sekelilingnya benarbenar ditaati gadis

kecil itu. Termasuk juga gempa yang mengguncang dan plafon atap
mulai berjatuhan. Bahkan ketika ustad Rahman dan guru penguji
lain lari keluar dan teriakan panik ibunya tidak membuatnya
beranjak. Dia tetap membaca doa shalat yang dihafalnya. Air bah
tsunami pun meluluhlantakkantempat itu dan menenggelamkan
Delisa.
2. Tafsiran isi 1 Scene yang dahsyat dari film Hafalan Shalat Delisa jangan
bandingkan dengan teknologi 3D film Amerika untuk
mendeskripsikan tsunami tersebut-membuat saya terhenyak.
Seandainya saja saya yang shalat pada saat terjadi bencana, apakah
saya akan lari atau tetap shalat dengan risiko mati dalam keadaan
shalat sulit dibayangkan. Film berlatar belakang bencana tsunami
yang melanda Aceh dan berbagai tempat di Asia Tenggara ini
menewaskan ratusan ribu jiwa dan meninggalkan duka yang
mendalam.
3. Tafsiran isi 2 Film ini dibuka dengan beberapa adegan manis dua hari sebelum
malapetaka itu. Delisa tinggal bersama Ummi dan tiga kakaknya,
Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar Aisyah (Reska Tania
Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi). Abi Usman, ayahnya
(Reza Rahadian), bekerja di sebuah kapal tangker asing nun jauh
dari tempat tinggal mereka. Delisa digambarkan sulit melakukan
hafalan shalat, dibangunkan shalat subuh juga susah. Umminya
sampai menjanjikan sebuah kalung berhuruf D yang dibeli dari toko
milik Koh Acan (dimainkan dengan menarik oleh Joe P Project),
jika Delisa lulus ujian praktik shalat. Seperti anak-anak kecil
umumnya, Delisa senang bermain. Dia ingin belajar bersepeda dari
Tiur dan bermain bola dengan Umam. Saya suka dengan akting
Nirina Zubir yang mampu menghidupkan spontanitas seorang ibu
ketika Aisyah cemburu pada Delisa atau Delisa sedang sedih. Ia juga
menjadi imam ketika shalat bersama putri-putrinya. Awalnya akting
anak-anak ini agak kaku, namun Nirina mampu membuat suasana
hidup. Segmen ini milik Nirina.
4. Tafsiran isi 3 Setelah tsunami menghantam, Delisa diselamatkan seorang ranger
(tentara) Amerika Serikat bernama Smith (Mike Lewis). Sayang,
kaki Delisa harus diamputasi. Dia juga dikenalkan dengan Sophie,
relawan asing lainnya yang bersimpati pada Delisa. Delisa tahu
bahwa ketiga kakaknya sudah pergi ke surga, juga Tiur dan ibunya,
serta ustazah Nur. Semua digambarkan dengan surealis melintas
sebuah gerbang di lepas pantai menunju negeri dengan mesjid yang
indah. Namun keberadaan ibunya masih misteri. Melihat
keadannya, Smith ingin mengadopsi Delisa. Lelaki itu ingat
putrinya yang mati dalam kecelakaan bersama ibunya. Namun
kemudian ayahnya datang. Dia kemudian harus membangun
hidupnya kembali bersama putrinya sebagai single parent.

5. Tafsiran Isi
4

Hafalan Shalat Delisa tidak terjebak dengan melodrama yang


klise. Ada kesedihan yang membuat air mata keluar, tetapi hidup
tetap harus berjalan. Delisa dengan kaki satu berupaya tegar,
termasuk juga membangkitkan semangat Umam yang remuk
dengan bermain bola. Gadis ini juga memberi inspirasi pada ustad
Rahman yang sempat patah semangat. Percakapan ustad Rahman
dengan Sophie di kamp pengungsi menjadi adegan menyentuh
lainnya. Mengapa Allah menurunkan bencana ini? Kira-kira
demikian keluhan ustad itu. Sophie menjawab, Coba tanya Delisa.
Dia kehilangan tiga kakaknya, ibunya, sebelah kakinya, tetapi dia
ingin bermain bola.

6. Tafsiran isi 5 Pada segmen ini, akting Chantiq Schagerl memukau. Aktingnya
mengingatkan pada Gina Novalista dalam Mirror Never Lies yang
menjadi nominasi artis terbaik FFI 2011. Dia mampu mengimbangi
akting Reza Rahadian yang memang gemilang sebagai seorang ayah
yang sempat remuk hatinya. Scene ketika ayahnya membawa Delisa
di reruntuhan rumah mereka sangat menggigit. Abi akan bangun
rumah kita lagi! dengan tegas ayahnya berkata. Adegan ketika
Usman gagal membuat nasi goreng yang seenak buatan Ummi juga
menarik. Betapa susahnya menjadi single parent bagi seorang lakilaki. Termasuk ketika air mata saya tidak bisa dibendung lagi
melihat adegan Delisa memeluk ayahnya, Delisa cinta Abi karena
Allah!
7. Tafsiran isi 6 Kehadiran Koh Acan juga menghidupkan suasana. Hal ini
merupakan human interest dalam film ini. Ketika dia menawarkan
bakmi buatannya pada Delisa di kamp pengungsian memberikan
kesegaran. Begitu juga dia menengok Delisa yang sakit karena
kehujanan. Tentunya membawakan bakmi kesukaannya.
8. Evaluasi

Film ini menuju sebuah ending apakah umminya selamat atau


setidaknya ditemukan tubuhnya. Hal ini juga begitu menggetarkan.
Namun, apapun itu Delisa digambarkan sebagai sosok yang ikhlas.
Tentunya dia juga bertekad menuaikan janjinya menyelesaikan
hafalan shalatnya. Delisa shalat bukan demi kalung, tetapi ingin
shalat yang benar.

9. Kesimpulan

Film yang diangkat dari novel laris karya Tere Liye ini merupakan
film akhir tahun dan sekaligus juga film menyambut awal tahun
2012 yang manis. Cocok diputar untuk menyambut peringatan
tsunami
sekaligus
juga
hari
ibu.
(Sumber: http://hiburan.kompasiana.com)

Teks ulasan yang disajikan penulis memiliki sisi kelebihan dan sisi kekurangan. Dilihat dari
kelebihannya, teks ulasan ini memuat beberapa aspek penting dan pokok, sehingga memudahkan
penulis untuk memahami teks tersebut. Dilihat dari kekurangannya, penulis kurang memperhatikan

kata kata yang digunakan itu baku atau tidak. Contoh seperti kata salat menjadi shalat dan kata
ustadz menjadi ustad, hal ini dapat berpengaruh besar dalam aspek kebahasaan karena dapat
merusak
kaidah
kebahasaan
yang
baik
dan
benar.
Jangan bandingkan dengan teknologi 3D film Amerika untuk mendeskripsikan tsunami
tersebut. Film khas Indonesia yang satu ini memang tidak bisa dibandingkan dengan teknologi film
Amerika, karena kesederhanaan efeknya. Namun kesederhanaan dalam film ini dapat tertutupi
dengan totalitas para pemain film (aktris dan aktor) yang mendalami peran mereka dengan baik
disertai juga dengan jalan cerita yang menyentuh dan mengandung pesan kemanusiaan yang sangat
besar.
Tsunami yang terjadi pada tanggal 24 Desember 2004 merenggut banyak korban dan menyisakan
kesedihan bagi sebagian besar masyarakat aceh, begitu juga dengan delisa, Gadis kecil yang baru
berusia 6 tahun harus kehilangan ummi, ketiga kakak kandung, tetangga, teman kerabat, tempat
tinggal, tempat bermain, dan sebagainya. Tapi tokoh Delisa yang Tegar dan ceria bisa mengatasi
kesedihannya dan bisa memaknai makna keiklasan untuk sesuatu yang telah hilang dan pergi untuk
selamanya. Ia mampu memberikan inspirasi dan pemahaman kepada masyarakat yang berada
disekitarnya.
Setelah peristiwa tsunami mereda, Delisa diselamatkan seorang tentara A.S bernama Smith, namun
kaki delisa harus diamputasi. Delisa juga dikenalkan dengan Sophie, relawan yang merasa simpati
terhadapnya. Dia sudah mengetahui bahwa umi, dan ketiga kakaknya telah pergi, yang digambarkan
melalui surealis melintasi sebuah gerbang di lepas pantai menuju negri dengan masjid yang indah.
Namun keberadaan uminya masih misterius. Melihat keadaan delisa, Smith ingin mengadopsi
delisa, namun terlebih dahulu delisa sudah dijemput abinya.
Ulasan
Penulis pada teks ulasan tersebut penulis mengulas beberapa hal yaitu:
1.

Hafalan Shalat Delisa tidak terjebak dengan melodrama yang klise. Ada kesedihan yang
membuat air mata keluar, tetapi hidup tetap harus berjalan.
2.
Akting Chantiq Schagerl memukau, dia mampu mengimbangi akting Reza Rahadian yang
memang gemilang sebagai seorang ayah yang sempat remuk hatinya.
3.
Kehadiran Koh Acan merupakan human interest ketika dia menawarkan bakmi buatannya
pada Delisa di kamp pengungsian memberikan kesegaran.
4.
Ending cerita apakah umminya selamat atau setidaknya ditemukan tubuhnya begitu
menggetarkan namun, apapun itu Delisa digambarkan sebagai sosok yang ikhlas.
Kata Baku dan Tidak Baku
Pada teks ulasan Belajar Ikhlas dari Hafalan Shalat Delisa tersebut terdapat beberapa kata yang
tidak baku. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
KATA

BAKU

TIDAK BAKU

Shalat

Salat

Salat

Shalat

Ustaz

Ustad

Ustaz

Ustad

Doa

Doa

Doa

Doa

Risiko

Resiko

Resiko

Risiko

Tangker

Tanker

Tanker

Tangker

Prakti

Praktek

Praktek

Praktik

Masjid

Mesjid

Masjid

Mesjid

Kamp

Kemp

Kamp

Kemp

Iklas

Ikhlas

Ikhlas

Iklas

Khusyuk

Khusyu

Khusyu

Khusyuk

Penginderaan atau Imajinasi


Penginderaan yang paling hakiki terhadap pertunjukan itu adalah: pertama, bidang visual
menyangkut kemampuan mata yaitu melihat; dan kedua, bidang audio menyangkut kemampuan
telinga yaitu mendengar. Menurut Alif Danya Munsi, corak seperti apa yang ada dalam pikiran dan
perasaan kalian yang mesti dibuat kritiknya ditentukan oleh indera tiap kritikus. Ada empat corak
dalam menulis kritik tersebut.
1.
Pertama, corak kritik apresiasi, meliputi dua ciri: individual yang semata-mata merupakan
ekspresi tunggal mewakili kemauan kalian untuk menyatakan segi positif dari pertunjukan yang
disaksikan; serta sosial yang mewakili pandangan objektif dengan menyertakan atau mencatat
bagaimana respons masyarakat dalam menyaksikan pertunjukan tersebut.
2.
Kedua, corak kritik eksposisi merupakan ulasan tentang film dan drama berdasarkan baganbagan yang membangun film atau drama tersebut. Dalam ulasan eksposisi ini, kalian menulis
kritik dengan jalan keluar. Artinya, kalian bertanggung jawab dengan kritik yang kalian buat.
3.
Ketiga, corak kritik evaluasi berangkat dari cara memindai kerangka cerita, premis, dan
tema, lalu bagaimana sutradara menafsirkannya melalui gambar.
4.
Keempat, corak kritik prevalensi, berupa ulasan yag merata, umum, luas, dengan ukuran
perbandingan yang ideal atas tontonan-tontonan lain yang yang pernah ada. Ulasan ini dimulai
dengan menyebut sesuatu sebagai ukuran ideal, dan diakhiri dengan harapan-harapan.
Teks ulasan Belajar Ikhlas dari Hafalan Shalat Delisa menggunakan corak kritik apresiasi dimana
sang pengulas Irfan Sjafari memberikan tanggapan positif terhadap film ini.
Nilai-nilai yang terkandung :
Nilai agama. Di gambarkan saat ustadz Rahman mengajarkan kepada Delisa tentang
keagamaan seperti pada saat mengerjakan salat harus engan khusyu tidak perlu memperhatikan
keadaan sekitar.
2.
Nilai moral. Pengarang menggambarkan watak tokoh pada cerita penuh rasa ikhlas. Setelah
bencana itu melanda perkampungan tidak ada lagi yang tersisa, yang ada hanya tangisan. Setelah
delisa dirawat di klinik dia sadar bahwa kakinya telah diamputasi tetapi delisa dapat menerimanya
dengan ikhlas. Delisa salat bukan karena ingin mendapat kalung, tetapi dia ingin salat yang benar.
3.
Nilai sosial. Ketika delisa membangkitkan semangat umam dan delisa juga memberi
semangat kepada ustaz Rahman yang hampir patah semangat.
1.

Anda mungkin juga menyukai