Anda di halaman 1dari 2

SUKU ASMAT

A. Pulau dan Daerah Asal

Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku yang ada di Papua
Selatan, Indonesia. Wilayah yang ditempati Suku Asmat adalah
dataran coklat lembek yang tertutup oleh jaring laba-laba
sungai. Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi
Kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan
7 Kecamatan atau Distrik.

B. Bahasa Daerah Suku Asmat


Masyarakat Suku Asmat memiliki beberapa bahasa yang
digunakan sehari-hari, bergantung letak geografisnya. Seperti
bahasa Asmat Sawa, Asmat Bets Mbup, Asmat Safan (Asmat Pantai), Asmat Sirat, dan Asmat Unir
Sirau.
1. Bahasa Asmat Sawa
Bahasa Asmat Sawa digunakan oleh masyarakat Kampung Sawa, Distrik Sawaerma, Kabupaten
Asmat, Provinsi Papua. Penduduk setempat mengaku wilayah tutur bahasa Asmat Sawa berbatasan
dengan wilayah tutur bahasa Asmat Tomor di sebelah timur, bahasa Asmat Yamas di sebelah barat,
dan bahasa Asmat Buagani di sebelah utara Kampung Sawa. Di sebelah selatan Kampung Sawa
digunakan bahasa Asmat Sawa.
2. Bahasa Asmat Bets Mbup
Bahasa dialek Bets Mbup dipakai oleh masyarakat Kampung Atsi, Distrik Atsi, Kabupaten Asmat,
Provinsi Papua. Selain di kampung itu, bahasa dialek Bets Mbup juga digunakan oleh masyarakat
Kampung Biwar Laut, Yasiu, Amanam Kay, You, dan Omanasep. Bahasa dialek Bismam digunakan
oleh masyarakat di Kampung Bismam-Ewer, Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
3. Bahasa Asmat Safan
Dalam Bahasa Asmat Safan (Asmat Pantai) digunakan oleh etnik Asmat Safan di Kampung Aworket,
Distrik Safan, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Ini digunakan oleh masyarakat yang berdomisili di
sebelah timur yaitu Kampung Emene, di sebelah barat yaitu Kampung Primapun, dan di sebelah
selatan Kampung Aworket yaitu Kampung Kayarin digunakan juga bahasa Asmat Safan (Asmat
Pantai). Di sebelah utara Kampung Aworket yaitu Kampung Saman dituturkan bahasa Attojin.
4. Bahasa Asmat Sirat
Bahasa Asmat Sirat digunakan oleh masyarakat Kampung Yaosakor, Distrik Sirets, Kabupaten
Asmat, Provinsi Papua. Bahasa Asmat Sirat juga digunakan oleh masyarakat Kampung Awok,
Kaimo, Pos, Waganu I, Waganu II, Jinak, Pepera, dan Karpis. Di sebelah timur yaitu Kampung
Amborep digunakan dialek Simay, di sebelah barat yaitu Kampung Biwar Laut digunakan dialek Bets
Mbup, dan di sebelah utara Kampung Yaosakor yaitu Kampung Kaimo digunakan bahasa Asmat
Sirat.
5. Bahasa Asmat Unir Sinau
Bahasa Asmat Unir Sirau digunakan oleh masyarakat Kampung Paar, Distrik Unir Sirau, Kabupaten
Asmat, Provinsi Papua. Bahasa ini juga dipakai oleh masyarakat Kampung Komor, Birip, Amor,
Warer, Munu, Abamu, Tomor, Sagapo, Tii, Koba, dan Jipawer.

C. Pakaian Adat Suku Asmat

Selain terkenal dengan ukirannya, suku asmat juga


memiliki pakaian adat yang khas. Seluruh bahan yang
digunakan pakaian tersebut langsung berasal dari alam.
Ini merupakan representati kedekatan Suku Asmat
dengan alam sekitarnya. Tidak hanya bahan, desain
pakaian tradisional Suku Asmat pun juga terinspirasi
dari alam.
Pakaian tradisional laki-laki dibuat menyerupai burung atau binatang lainnya karena dianggap sebagai
lambang kejantanan. Sementara rok dan penutup dada bagi perempuan yang dibuat dengan daun sagu
sehingga sekilas mirip dengan keindahan bulu burung kasuari. Bagian penutup kepala juga terbuat
dari daun sagu dengan bagian samping menggunakan bulu burung kasuari. Semua hal tersebut seolah
menunjukkan betapa dekatnya Suku Asmat dengan alamnya.

D. Rumah Adat Suku Asmat

Suku Asmat memiliki sebuah rumah adat yang


diberi nama Jew. Setiap desa Suku Asmat
umumnya memiliki satu buah Jew dengan fungsi
yang mirip dengan balai desa.
Jew merupakan sebuah rumah yang cukup besar
yang biasa dibangun di antara pohon di pinggir
sungai dengan fondasi menggunakan kayu-kayu
besi yang kokoh. Bentuknya memanjang memiliki
17 pintu masuk yang lebih dari satu dengan
tangga sederhana untuk jalur masuk di depan
pintu rumah.
Selain itu, Jew juga disebut rumah bujang karena yang tinggal di dalam rumah tersebut adalah kaum
laki-laki yang belum pernah menikah. Rumah ini juga dapat digunakan untuk seluruh penduduk Suku
Asmat terutama laki-laki karena dianggap sebagi pimpinan keluarga. Biasanya rumah ini digunakan
juga untuk berkumpulnya para pemuka adat dan pimpinan Suku Asmat untuk melakukan rapat desa
maupun menentukan strategi perang.

E. Kebiasaan Adat Suku Asmat

Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang


satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak
ternyata hampir sama. Suku Asmat Darat, suku Citak dan suku
Mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah
adalah berburu binatang hutan seperti, ular, kasuari, burung,
babi hutan, dll. Mereka juga selalu meramu/menokok sagu
sebagai makanan pokok. Adapun nelayan mencari ikan dan
udang untuk dimakan. Kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah.
Sehari-hari orang Asmat bekerja di lingkungan sekitarnya, terutama untuk mencari makan, dengan
cara berburu maupun berkebun, dengan menggunakan metode yang cukup tradisional dan masih
sederhana. Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka
adalah ulat sagu. Namun kehidupan sehari-sehari mereka hanya memanggang ikan atau daging
binatang hasil buruan.
Dalam kehidupan suku Asmat, “batu” yang biasa kita lihat di jalanan ternyata sangat berharga.
Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai maskawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal
suku Asmat yang membentuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang
berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai