Anda di halaman 1dari 3

NAMA : JOKO SUTRISNO

NPM : 1813033013
KELAS : A (Ganjil)

7 Unsur Kebudayaan Lampung yaitu :

1. Religi atau Sistem Kepercayaan


Masyarakat Lampung pada masa lampau menganut sistem kepercayaan dinamisme yaitu
menyembah benda-benda keramat seperti pohon yang berusia ratusan tahun dan diberi
sesajen. Pengaruh Hindu pun cukup kental terutama bagi masyarakat daerah pedalaman. Saat
mengadakan Ritual Pengangkatan Gelar Kepala Adat diharuskan untuk mempersembahkan
kepala kerbau, kerbau yang dipilih harus benar-benar berwarna hitam dan jika memiliki
kekayaan lebih, kepala adat tersebut bisa mempersembahkan sampai 24 kerbau, tetapi hanya
satu kepala kerbau yang disimbolkan. Pada masa ini, masyarakat Lampung didominasi oleh
agama Islam yang dibawa oleh Sultan Hasannudin. Menurut salah satu teori asal-usul
terbentuknya masyarakat Lampung, penduduk Lampung yang berasal dari Sekala Brak, di
kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat disebut Tumi (Buay Tumi) menganut kepercayaan
dinamis, yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa. Buai Tumi kemudian kemudian dapat
dipengaruhi empat orang pembawa Islam berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang
datang ke sana.

2. Bahasa
Lampung memiliki dua dialek yaitu dialek O (nyo) dan dialek A (Api). Dialek nyo
berasal dari daerah pedalaman seperti pada logat Abung dan Logat Menggala. Sedangkan
dialek Api berasal dari daerah Pesisir, contoh nya seperti logat Belalau, logat Krui, Logat
Melinting, Logat Way Kanan, Logat Pubian, Logat Sungkai dan logat Komering. Sampai saat
ini bahasa Lampung masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lampung memiliki
huruf-huruf aksara Lampung yang terdiri dari 20 aksara.

3. Sistem Mata Pencaharian


Sebagian besar masyarakat Lampung bermata pencaharian Agraris (pertanian) termasuk
perkebunan, kehutanan dan budidaya perikanan. Provinsi Lampung adalah penghasil utama
kopi Robusta, dimana Lampung adalah salah satu yang terluas daerah perkebunan kopinya.
Penghasil utama di bidang pertanian adalah padi, minyak kelapa, kopi, cengkeh, dan hasil
pertanian lainnya, peternakan dan perikanan. Produksi kopi, minyak kelapa, dan makanan
dalam kemasan, minyak, kayu lapis dan produksi kayu lainnya. Selain itu, Lampung juga
penghasil buah-buahan tropis seperti : mangga, rambutan, durian, pisang, nanas, dan jeruk.
Hasil panen utama yang lain adalah kelapa, karet mentah, minyak kelapa, coklat, lada dan
sejenisnya.

4. Peralatan dan Perlengkapan Hidup


4.1 Tapis
Tapis adalah kain khas Lampung yang terbuat dari tenunan benang kapas dengan hiasan
motif, sulaman benang emas atau perak. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah
tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang
dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. 

4.2 Jangat
Jangat adalah alat untuk menghaluskan belahan-belahan rotan. Dibuat dari bahan besi
lengkung tipis dan tajam yang ditancapkan di atas potongan batang kayu. Mata pisaunya
dibuat sendiri atau dapat dibeli. Cara pemakaiannya adalah: belahan-belahan rotan yang
panjang dimasukkan di antara kedua pisau besi itu, kemudian silih berganti ditarik.

5. Kesenian
Seni musik yang terkenal adalah:
Gamelan Lampung disebut juga Talo Balak
Kulitang Pring (terbuat dari bambu)
Gambus Luni, Semua alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul.
Lampung juga memiliki tari-tari tradisional seperti tari sigeh penguenten yang biasanya
digunakan untuk pengantar upacara begawi ,tari cangget, tari melinting dll.
Sastra lisan merupakan salah satu tradisi khas masyarakat Lampung. Ada berbagai jenis syair
yang dikenal masyarakat Lampung, diantaranya pattun (pantun), pepatcur, pisaan, adi-adi,
segata, sesikun, memmang, wawancan, hahiwang, dan wayak.
6. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan Lampung yaitu menarik garis dari ayah atau patrilineal. Bentuk
perkawinan pada umumnya pihak laki-laki lah yang melamar dan pada hari pertama lamaran
membawa hantaran berupa buah, kue-kue disertai alunan musik gamelan; Talo Balak. Pada
perkawinan pun diberlakukan penyembelihan kepala kerbau minimal 1 ekor. Pada
masyarakat Lampung Pedalaman memiliki peraturan yang ketat yaitu pasangan yang sudah
menikah tidak boleh bercerai, jika terpaksa bercerai akan dikenakan denda sebesar 50gram
emas dibayar kepada pihak yang diceraikan. Lain hal dengan masyarakat Lampung Pesisir
diperbolehkan kawin cerai, misalkan jika pasangan tersebut tidak memiliki keturunan dan
harus berpisah. Bagi Masyarakat Pesisir, sangat memalukan jika terjadi kawin lari atau
disebut sebambangan, karena dianggap seperti mencoreng nama keluarga sendiri.

7. Sistem Pengetahuan
Masyarakat Lampung mempercayai garuda sebagai pembawa berita. Misal pemberitahuan
tentang adanya bencana. Masyarakat Lampung tidak mempercayai sistem penaggalan seperti
halnya pada masyarakat Jawa yang bergantung pada sistem penanggalan dan pembacaan rasi
bintang saat memulai masa bertani.
Arsitektur tradisional Lampung umumnya terdiri dari bangunan tempat tinggal disebut
Lamban, Lambahana atau Nuwou, bangunan ibadah yang disebut Mesjid, Mesigit, Surau,
Rang Ngaji, atau Pok Ngajei, bangunan musyawarah yang disebut sesat atau bantaian, dan
bangunan penyimpanan bahan makanan dan benda pusaka yang disebut Lamban Pamanohan.

Bangunan lain adalah Nuwou Sesat. Bangunan ini aslinya adalah balai pertemuan adat
tempat para purwatin (penyimbang) pada saat mengadakan pepung adat (musyawarah).
Karena itu balai ini juga disebut Sesat Balai Agung. Bagian bagian dari bangunan ini adalah
ijan geladak (tangga masuk yang dilengkapi dengan atap). Atap itu disebut Rurung Agung.
Kemudian anjungan (serambi yang digunakan untuk pertemuan kecil, pusiban (ruang dalam
tempat musyawarah resmi), ruang tetabuhan (tempat menyimpan alat musik tradisional), dan
ruang Gajah Merem ( tempat istirahat bagi para penyimbang) . Hal lain yang khas di rumah
sesat ini adalah hiasan payung-payung besar di atapnya (rurung agung), yang berwarna putih,
kuning, dan merah, yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi masyarakat
tradisional Lampung Pepadun.

Anda mungkin juga menyukai