NPM : 1813033013
KELAS : A (Ganjil)
2. Bahasa
Lampung memiliki dua dialek yaitu dialek O (nyo) dan dialek A (Api). Dialek nyo
berasal dari daerah pedalaman seperti pada logat Abung dan Logat Menggala. Sedangkan
dialek Api berasal dari daerah Pesisir, contoh nya seperti logat Belalau, logat Krui, Logat
Melinting, Logat Way Kanan, Logat Pubian, Logat Sungkai dan logat Komering. Sampai saat
ini bahasa Lampung masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lampung memiliki
huruf-huruf aksara Lampung yang terdiri dari 20 aksara.
4.2 Jangat
Jangat adalah alat untuk menghaluskan belahan-belahan rotan. Dibuat dari bahan besi
lengkung tipis dan tajam yang ditancapkan di atas potongan batang kayu. Mata pisaunya
dibuat sendiri atau dapat dibeli. Cara pemakaiannya adalah: belahan-belahan rotan yang
panjang dimasukkan di antara kedua pisau besi itu, kemudian silih berganti ditarik.
5. Kesenian
Seni musik yang terkenal adalah:
Gamelan Lampung disebut juga Talo Balak
Kulitang Pring (terbuat dari bambu)
Gambus Luni, Semua alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul.
Lampung juga memiliki tari-tari tradisional seperti tari sigeh penguenten yang biasanya
digunakan untuk pengantar upacara begawi ,tari cangget, tari melinting dll.
Sastra lisan merupakan salah satu tradisi khas masyarakat Lampung. Ada berbagai jenis syair
yang dikenal masyarakat Lampung, diantaranya pattun (pantun), pepatcur, pisaan, adi-adi,
segata, sesikun, memmang, wawancan, hahiwang, dan wayak.
6. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan Lampung yaitu menarik garis dari ayah atau patrilineal. Bentuk
perkawinan pada umumnya pihak laki-laki lah yang melamar dan pada hari pertama lamaran
membawa hantaran berupa buah, kue-kue disertai alunan musik gamelan; Talo Balak. Pada
perkawinan pun diberlakukan penyembelihan kepala kerbau minimal 1 ekor. Pada
masyarakat Lampung Pedalaman memiliki peraturan yang ketat yaitu pasangan yang sudah
menikah tidak boleh bercerai, jika terpaksa bercerai akan dikenakan denda sebesar 50gram
emas dibayar kepada pihak yang diceraikan. Lain hal dengan masyarakat Lampung Pesisir
diperbolehkan kawin cerai, misalkan jika pasangan tersebut tidak memiliki keturunan dan
harus berpisah. Bagi Masyarakat Pesisir, sangat memalukan jika terjadi kawin lari atau
disebut sebambangan, karena dianggap seperti mencoreng nama keluarga sendiri.
7. Sistem Pengetahuan
Masyarakat Lampung mempercayai garuda sebagai pembawa berita. Misal pemberitahuan
tentang adanya bencana. Masyarakat Lampung tidak mempercayai sistem penaggalan seperti
halnya pada masyarakat Jawa yang bergantung pada sistem penanggalan dan pembacaan rasi
bintang saat memulai masa bertani.
Arsitektur tradisional Lampung umumnya terdiri dari bangunan tempat tinggal disebut
Lamban, Lambahana atau Nuwou, bangunan ibadah yang disebut Mesjid, Mesigit, Surau,
Rang Ngaji, atau Pok Ngajei, bangunan musyawarah yang disebut sesat atau bantaian, dan
bangunan penyimpanan bahan makanan dan benda pusaka yang disebut Lamban Pamanohan.
Bangunan lain adalah Nuwou Sesat. Bangunan ini aslinya adalah balai pertemuan adat
tempat para purwatin (penyimbang) pada saat mengadakan pepung adat (musyawarah).
Karena itu balai ini juga disebut Sesat Balai Agung. Bagian bagian dari bangunan ini adalah
ijan geladak (tangga masuk yang dilengkapi dengan atap). Atap itu disebut Rurung Agung.
Kemudian anjungan (serambi yang digunakan untuk pertemuan kecil, pusiban (ruang dalam
tempat musyawarah resmi), ruang tetabuhan (tempat menyimpan alat musik tradisional), dan
ruang Gajah Merem ( tempat istirahat bagi para penyimbang) . Hal lain yang khas di rumah
sesat ini adalah hiasan payung-payung besar di atapnya (rurung agung), yang berwarna putih,
kuning, dan merah, yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi masyarakat
tradisional Lampung Pepadun.