Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropologi adalah bidang studi yang memfokuskan pada pembelajaran

tentang manusia dan budaya yang dihasilkannya. Karena manusia dan budaya

adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan, dimana ada sekelompok manusia

disana pula kebudayaan berkembang.

Kebudayaan sendiri berarti segala sesuatu ciptaan manusia yang

diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lain. Hasil dari

kebudayaan itu sendiri dapat berupa tulisan, bahasa, benda, ataupun adat

istiadat.

Indonesia adalah negara yang majemuk, setiap daerahnya memiliki

kebudayaan khas masing masing. Salah satunya adalah upacara tradisi

Siraman Sedudo dari Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Tradisi Siraman

Sedudo bagi masyarakat Nganjuk adalah, tradisi mandi bersama di Air Terjun

Sedudo setiap tanggal 1 (satu) suro dalam penanggalan Jawa atau dalam

kalender Islam disebut 1 (satu) Muharram. Tradisi ini sudah dilaksanakan

secara turun temurun dan membutuhkan banyak orang dalam praktiknya.

Supaya upacara tradisi ini berjalan lancar ada beragam prosesi yang harus

dilakukan dan setiap prosesinya mengandung makna tersendiri.

Kata Tradisi menurut kamus besar bahasa Indonesia KBBI adalah adat

kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam

masyarakat. Sedangkan Menurut Coomans, M, (1987:73) Tradisi adalah suatu


2

gambaran sikap dan perilaku yang berproses dalam waktu lama dan dilakukan

secara turun dimulai dari nenek moyang. Hal ini sesuai dengan apa yang di

jabarkan dalam Buku Nganjuk dan Sejarahnya bahwa Tradisi Upacara Ritual

Siraman Sedudo telah di laksanakan oleh masyarkat Desa Ngliman,

Kabupaten Nganjuk secara turun temurun, dari generasi ke generasi

melestarikan tradisi mandi sedudo yang sudah berlangsung beratus-ratus tahun

(Harimintadji, 1994:109).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari tradisi Siraman Sedudo?

2. Bagaimana prosesi tradisi Siraman Sedudo?

3. Apa makna dari setiap prosesi Siraman Sedudo?

1.3 Tujuan Penulisan

Pembaca bisa mengetahui apa itu tradisi Siraman Sedudo, bagaimana

prosesi tradisi Siraman dan apa makna dari setiap prosesi Siraman Sedudo.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tradisi Siraman Sedudo

Siraman Sedudo adalah tradisi mandi bersama di Air Terjun Sedudo

setiap tanggal satu Suro atau satu Muharram. Tanggal 1 (satu) Muharram sendiri

diperingati sebagai tahun baru islam, maka masayarakat Nganjuk yang mayoritas

beragama Islam melaksanakan ritual ini guna membersihkan dan menyucikan diri

dari dosa yang telah lalu, dan menyambut tahun baru Islam ini dengan keadaan

jiwa yang bersih dan suci kembali.

Air Terjun Sedudo adalah obyek wisata yang terletak di Desa Ngliman,

Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Berada pada ketinggian

1.438 meter dpl, ketinggian air terjun ini sekitar 105 meter .Masyarakat setempat

masih mempercayai, air terjun ini memiliki kekuatan supranatural yang mana

airnya dipercaya membawa banyak khasiat untuk kesehatan dan membuat awet

muda bagi siapa saja yang mandi disana.

Menurut cerita kata Sedudo berasal dari kata “Se” berarti satu, “Dudo”

berarti orang yang sudah tidak mempunyai istri atau sengaja tidak beristri

(Harimintadji, 1994:108). Menurut kepercayaan penduduk Sang Dudo tersebut

adalah orang yang membuka Desa Ngliman, dan air terjun yang berada di desa

tersebut setiap hari digunakan sebagai tempat mandi bagi Sang Dudo, maka

tempat itu kemudian diberi nama Air Terjun Sedudo. Sebagai peghormatan dan

penghargaan terhadap Sang Dudo yang dianggap telah berjasa dalam membuka

Desa Ngliman, kebiasaan mandi di air terjun diikuti oleh warga desa Ngliman.
4

Hanya saja pelaksanaan/kebiasaan mandi yang sudah mentradisi itu tidak

dilaksanakan tiap hari, tetapi dilaksanakan setahun sekali yang kemudian disebut

Upacara Mandi/Siraman (Harimintadji, 1994:109).

2.2 Prosesi Siraman Sedudo

Tempat dilaksanakan upacar tradisi Siraman Sedudo ini berada di lereng

Gunung Wilis, yang air terjunnya dianggap suci oleh masyarakat setempat. Untuk

tempat yang disakralkan atau disucikan terdapat peraturannya sendiri.

1. Tempat berlangsungnya upacara, tempat yang digunakan untuk

melangsungkan suatu upacara biasanya adalah tempat keramat atau bersifat

sacral/suci, tidak setiap orang dapat mengunjungi tempat tersebut. Tempat

tersebut hanya dikunjungi oleh orang-orang yang berkepentingan, dalam hal

ini adalah orang yang terlibat dalam pelaksanaan upacara seperti pemimpin

upacara

2. Saat berlangsungnya upacara/waktu pelaksanaan, waktu pelaksanaan upacara

adalah saat-saat tertentu yang dirasakan tepat untuk melangsungkan upacara

3. Benda-benda atau alat dalam pelaksanaan upacara adalah sesuatu yang harus

ada semacam sesaji yang berfungsi sebagai alat dalam sebuah upacara adat

4. Orang-orang yang terlibat didalamnya, orang-orang yang terlibat dalam

upacara adat adalah mereka yang bertindak sebagai pemimpin jalanya

upacara dan beberapa orang yang paham dalam ritual upacara adat

(Koentjaraningrat, 1967: 241).


5

Tradisi ritual upacara siraman dilaksankan dengan menerapkan beberapa langkah

yang sudah dilaksankan secara turun temurun. Beberapa kegiatan atau langkah

pelaksanaan upacara ritual sebagai berikut (Harimintadji, 1994:110).

1. Upacara diawali dengan sajian tari sakral yang dibawakan 10 orang

penari putri yang masing masing membawa klenting (biasa digunakan

untuk tempat air yang terbuat dari tanah liat). Tari tersebut

menggambarkan permohonan kepada Tuhan YME agar upacara

Siram/ Mandi Sedudo dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan dan

membersihkan kleting agar terhindar dari segala macam kotoran.

(tarian ini diiringi dengan alat msik Jedor dan Tembang Sekar Mijil).

2. Dari arah timur 10 gadis berambut panjang yang berbusana indah

serta anggun bak bidadari yang turun dari kahyangan, berjalan

menuju di hadapan bapak bupati, 10 gadis tersebut duduk (jengkeng)

memberi hormat/sembah mohon do’a restu.

3. Bapak Bupati memberikan klenting kepada 10 orang gadis yang

duduk di depan, masing masing sebuah secara bergilir, (klenting

tersebut telah disiapkan oleh gadis yang juga berambut panjang yang

berada di sebelah kiri bupati).

4. Setelah menerima klenting 10 gadis berdiri, kemudian berjalan

perlahan-lahan diikuti oleh 10 gadis lainya menuju sendang/kolam di

bawah grojogan Sedudo diiringi tembanga ilir-ilir yang dibawakan

group tembang dan tabukan jedor.

5. Setelah sampai di kolam 10 gadis tersebut menyerahkan klenting,

kepada 5 orang jejaka taruna yang sudah siap menunggu di bawah air
6

terjun Sedudo.

6. Lima Orang jejaka mengisi klenting dengan air dari grojogan dan

kemudian menyerahkan kembali kepada 10 orang gadis untuk dibawa

ke tepi kolam (ke arah timur) yang diikuti oleh 10 gadis lain dan 5

jejaka taruna.

7. Air suci tersebut diserahkan kepada juru kunci makam desa Ngliman

yang telah siap bersama sesepuh desa setempat.

8. Oleh juru kunci dan sesepuh desa air suci tersebut di bawa ke atas

yang selanjutnya disimpan di makam desa Ngliman, sedangkan 10

gadis dan 5 jejaka taruna menuju ke tempat yang telah disediakan.

9. Sambutan dan peresmian mandi/Siraman Sedudo oleh Bupati

Kabupaten Nganjuk.

10. Pembacaan do’a secara Islam.

11. Mandi bersama, dilanjutkan ziarah ke makam Kyai Ngliman.


7

2.3 Makna dari Beragam Prosesi Siraman Sedudo

1. Tabur Bunga

Gambar 2.1-Tabur Bunga


Sumber : https://www.jurnaljatim.com/2019/09/promosi-wisata-
siraman-air-terjun-sedudo-nganjuk-dihadiri-7-negara/
Sebelum prosesi tarian dimulai yang pertama dilakukan adalah upacara

tabur bunga ke tengah air terjun sedudo oleh para sesepuh, Bupati

Nganjuk, dan para forum pimpinan daerah. Makna dari dilakukan ritual ini

adalah, manusia hendaknya selalu menebar keharuman atau kebaikan baik

kepada sesama manusia maupun lingkungan.

2. Tarian Sakral

Gambar 2.2 – Bedhayan Amek Tirta Gambar 2.3 – Bedhayan Amek Tirta
Sumber : Sumber :
https://m.facebook.com/NganjukKotaB https://m.facebook.com/NganjukKotaB
ayu/photos/a.1567535559997898/2415 ayu/photos/a.1567535559997898/241
105228574256/?type=3&source=54 6197695131676/?type=3&source=54
8

Setelah tabur bunga, acara selanjutnya adalah menarikan Tarian Bedhayan

Amek Tirto. Para penari menarikannya di depan para pejabat daerah

Nganjuk dahulu, setelah selesai menari, para penari, sepuluh gadis, dan

lima perjaka berjalan menuju air terjun guna mengambil air dengan

klenthing atau kendi yang sudah didoakan dan direstui Bupati Nganjuk.

Namun sebelum masuk ke dalam air, para sesepuh melarungkan sesaji

dahulu ke tengah tengah air sedudo. Baru setelah itu para penari

menarikan Bedhayan Amek Tirta kembali di tengah dinginnya Air Terjun

Sedudo. Tarian ini menggambarkan permohonan kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa agar upacara Siraman Sedudo dapat berjalan dengan lancar.

3. Larung Sesaji

Gambar 2.4 – Larung Sesaji


Sumber : http://infowisata-
daerah.blogspot.com/2013/04/prosesi-larung-sesaji-siraman-
sedudo.html?m=1

Larung sesaji adalah melarungkan atau menghanyutkan sesaji ke tengah

air terjun dan dilaksanakan setelah para penari menarikan Bedhayan

Amek Tirta di depan pejabat daerah Nganjuk. Makna dari prosesi ini

adalah sebagai sedekah alam yang merupakan perwujudan dari rasa

syukur kepada Tuhan yang maha kuasa karena telah melimpahkan


9

rahmatnya berupa hasil bumi.

4. Pengambilan air suci

Gambar 2.5 – Pengambilan Air Suci


Sumber : https://amp.antarafoto.com/bisnis/v1475319904/ritual-
siraman-sedudo-nganjuk

Pengambilan air suci merupakan suatu prosesi yang dilakukan gadis

berambut panjang dan perjaka dalam mengambil air suci di bawah

grojogan air terjun Sedudo. Makna dari prosesi ini adalah penghayatan

akan pentingnya air di dalam hidup manusia, karena air merupakan simbol

penting yang menggambarkan kehidupan.

5. Mandi bersama

Gambar 2.6 – Mandi Bersama


Sumber : http://afrikenz.blogspot.com/2014/11/ritual-siraman-di-
air-terjun-sedudo-2014.html?m=1

Setelah beragam prosesi tersebut selesai, maka tibalah di puncak acara


10

yaitu mandi bersama di bawah guyuran air terjun sedudo. Yang pertama

mandi adalah para pejabat daerah Nganjuk baru kemudian disusul

masyarakat atau pengunjung setempat. Mandi di sini bermakna sebagai

pembersihan dosa dosa yang lalu dan dipercaya juga sebagai obat awet

muda.
11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Di tengah zaman yang sudah sangat modern ini, ternyata masyarakat

Kabupaten Nganjuk masih mempertahankan dan melestarikan tradisi leluhurnya

yaitu Siraman Sedudo, yang dipercaya bisa menjadikan siapapun yang mandi di

sana awet muda. Tradisi ini memiliki beberapa tata urutan dalam pelaksanaanya,

meliputi tabur bunga, tarian sakral Bedhayan Amek Tirta, larung sesaji,

penganmbilan air suci, dan puncaknya adalah mandi bersama. Di setiap prosesnya

memiliki makna tertentu, yang berisi harapan dan doa.

Siraman Sedudo menjadi ke khasan tersendiri bagi Kabupaten Nganjuk,

sehingga banyak orang yang datang berkunjung sekedar menikmati pemandangan

alamnya atau mempercayai mitos airnya menjadikan awet muda. Namun dengan

adanya wisata Air Terjun Sedudo dan acara siramannya, perekonomian

masyarakat setempat ikut terangkat, mereka bisa mendapatkan tambahan

penghasilan memalui penjualan makanan, souvenir, dan penyediaan lahan parkir.

3.2 Saran

Para pemuda dan pemerintah Kabupaten Nganjuk hendaknya terus

melestarikan dan menjaga budaya yang sudah mengakar bagi masyarakat Nganjuk

ini, supaya tidak tergerus dengan kebudayaan asing dan memperkuat

perekonomian penduduk sekitar.


12

DAFTAR PUSTAKA

Sasmita, Wikan. 2018. Tradisi Upacara Ritual Siraman Sedudo Sebagai Wujud

Pelestarian Nilai-Nilai Sosial. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2018, 209 – 211.

Harimintadji, 1994. Nganjuk dan Sejarahnya. Jakarta: Pustaka Kartini.

Koentjaraningrat, 1967. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian

Rakyat

Comans, M, 1987. Manusia Daya: Dahulu Sekarang Masa Depan. Jakarta: PT

Gramedia.

Pratiwi. 2019. Nilai Simbolisme Ritual Siraman Sedudo Adat Jawa di Lereng

Gunung Wilis Desa Ngliman Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk.

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri, 3, 5 – 7.

Anda mungkin juga menyukai