Anda di halaman 1dari 13

Tradisi Adat Istiadat Musi Rawas

1. Tradisi Mandi Kasai dalam Pernikahan Bujang Gadis

Tradisi menjelang pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Lubuk Linggau adalah
Mandi Kasai. Tradisi Mandi Kasai dilakukan dengan memandikan sepasang kekasih di sungai
yang disaksikan oleh teman dan kerabat mereka. Tradisi ini mempunyai dua makna, pertama
adalah sebagai pertanda sepasang kekasih calon pengantin akan meninggalkan masa remaja
dan memasuki kehidupan berumah tangga. Makna kedua, Mandi Kasai akan membersihkan
jiwa dan raga sepasang kekasih yang akan menikah.

Tradisi Mandi Kasai inilah yang kemudian menginspirasi lahirnya tari kreasi dari
Kabupaten Lubuk Linggau yang dinamakan dengan tari Bujang Gadis. Denny, perwakilan
Dewan Kesenian Lubuk Linggau mengungkapkan, “Bujang Gadis merupakan tarian
kontemporer yang mengambil ide dari tradisi pernikahan adat antara bujang dan gadis di
masyarakat Lubuk Linggau. Kami berusaha menggali tradisi-tradisi lama yang sekarang
banyak ditinggalkan, seperti Mandi Kasai itu salah satunya. Tradisi tersebut kami
kolaborasikan dengan yang modern biar kelihatan lebih menarik."

Pernikahan Bujang Gadis Lubuk Linggau dipentaskan ke atas panggung sebagai tarian
kreasi. Tari kreasi ini dipentaskan oleh laki-laki dan perempuan dengan mengenakan pakaian
adat yang kerap dipakai oleh masyarakat desa di Lubuk Linggau dalam kesehariannya, yaitu
baju kurung dengan bawahan kain songket, dilengkapi penutup kepala yang disebut tanja.
Sementara dari garapan musiknya, tarian ini diiringi oleh musik digital yang dipadukan
dengan sentuhan alat musik tradisional, seperti kendang, kromong, rebana, dan akordian
sebagai ciri khas musik melayu Sumatera.

Garapan kreasi ini menggunakan tiga latar belakang tempat sebagai pembangun cerita.
Ketiga tempat tersebut adalah suasana pedesaan, sungai, dan tempat pernikahan. Tiga latar
tempat itu dibangun dengan bantuan multimedia, sehingga membantu penonton dalam
memahami alur yang dikisahkan dalam tarian.

kebudayaan yang masih dilakukan oleh warga di Mura di antaranya, Nepung Dusun, Cuci
Kampung dan lain-lain.
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tradisi-mandi-kasai-dalam-
pernikahan-bujang-gadis-lubuk-linggau.

2. Tradisi Mandi Darah

Masyarakat di sini menganggap ritual itu sebagai bentuk pembayaran nazar atau janji
kepada Tuhan Sang Pencipta, sekaligus sebagai wujud rasa syukur serta euforia dalam suatu
momen keberhasilan. Wan (38) warga Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten
Muratara, mengatakan, beserta tiga saudaranya sudah pernah mengikuti proses mandi darah
ini pada 1999 lalu. Ia melakukannya saat lulus kuliah. Proses ini biasa disebut oleh
masyarakat setempat dengan ritual merabun kemean. Darah hewan yang digunakan paling
banyak digunakan adalah kerbau. Tapi tergantung dengan kemampuan masyarakat yang
bersangkutan.       

"Itu biasanya digunakan untuk membayar hajat. Tradisi ini sudah ada secara turun
temurun dan sampai sekarang masih tetap dipakai di masyarakat," terangnya. Ritual merabun
kemean ini dilakukan sebelum matahari terbit sehabis salat Subuh hingga selesai disaksikan
seluruh keluarga. "Darah itu tidak boleh beku jadi sekitar 5 menit kerbau disembelih,
langsunglah mandi. Biasanya darah itu ditampung pake ember," kata Wan.    
Orang yang dimandikan darah diminta untuk bertahan sekitar 10 menit sembari
didoakan kesehatan, keselamatan dan dilapangkan rezeki oleh seluruh sesepuh maupun warga
yang hadir. Lalu dilanjutkan mensucikan diri dengan mandi di aliran sungai Rawas atau
sekitar lokasi warga. Menurut Alam (26), warga lainnya ritual itu selain untuk membayar
nazar juga bertujuan menolak bala, sihir, santet, guna-guna, tabah dalam menghadapi cobaan.
Kemudian dimaknai sebagai perayaan atas kesuksesan serta memunculkan sifat keberanian
dan dapat meredam emosional. "Mandi darah itu biasanya dipakai untuk anak laki-laki. Jarang
kalau anak perempuan. Filosofinya anak laki-laki itu mesti kuat, berani, tahan banting tidak
takut," Katanya.       
Usai ritual mandi darah biasanya disambung dengan acara hajatan seperti yasinan dan
mendoakan sesepuh maupun orang tua yang telah meninggal dunia. Masyarakat di Kabupaten
Muratara, biasanya tidak secara keseluruhan memanfaatkan daging hewan sembelihan itu.
Bahkan mereka hanya menggunakan sebagian saja di dalam acara hajatan. Sisanya mereka
jual. "Tergantung yang punya hajat, tapi kebanyakan habis dipotong kerbau itu dijual,"
tuturnya.  
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muratara Firdaus mengatakan,
perkembangan kebudayaan di Kabupaten Muratara merupakan warisan dari masa Hindu dan
Budha yang sempat populer di masyarakat. Seiring waktu, perkembangan kultur budaya itu
bercampur dengan kebudayaan agama Islam yang kini menjadi mayoritas di masyarakat
Muratara. "Kalau menyikapinya semua kebudayaan itu sepenuhnya milik masyarakat. Di sini
memang banyak kebudayaan yang berkembang dan itu tetap dilestarikan,

https://www.radarbangka.co.id/rubrik/detail/features/12806/ritual-mandi-darah-di-wilayah-
kabupaten-muratara-sumsel.html

3. Ngantat Dendan, Tari Pengantar Mempelai Pria

Umak-umak ayamku luput


Umak-umak ayamku luput
Sangkane luput ooo...
Sangkane luput hako e jerang...

Umak-umak hatiku henang


Umak-umak hatiku henang
Sangkane henang ooo...
Sangkane henang linjangku hapai...

Nyanyian yang menggambarkan kegembiraan tersebut muncul berbarengan dengan para


penari yang memasuki panggung dari sisi kiri dan kanan. Penari yang semuanya perempuan
itu mengenakan baju kurung berwarna cerah, bagian bawahnya dihiasi kain songket bermotif
indah. Motif kain yang serupa juga digunakan sebagai penutup kepala. Tak lupa ikat pinggang
berwarna emas turut mempercantik tampilan para penari.

Tari ngantat dendan merupakan tari kreasi yang digarap khusus sebagai tari yang
menggambarkan iring-iringan pengantin pria dalam pernikahan adat Kota Lubuklinggau,
Sumatera Selatan. Ciri utama dari tari ngantat dendan adalah penggunaan properti berupa
jaras, yaitu rantang besar yang diikat menggunakan selendang dan diletakkan di kepala.

Dalam budaya Lubuklinggau, jaras pada pernikahan adat digunakan sebagai wadah
untuk menampung barang-barang yang diminta oleh mempelai perempuan sebagai mahar
pernikahan. Jaras di dalam rombongan mempelai laki-laki biasanya dibawa oleh kaum hawa,
baik ibu-ibu maupun para gadis. Karenanya, ketika budaya tersebut diimplementasikan ke
dalam tari, tari tersebut hanya dipentaskan oleh kaum hawa.

Secara umum, tari ngantat dendan merupakan tari yang bertumpu pada gerakan tangan
dan pinggul. Dibutuhkan keluwesan dan tenaga yang lebih untuk bisa menari sambil
memainkan jaras. Gerakan menopang jaras di kepala terlihat eksotis dengan balutan tata rias
yang dibuat minimalis, tanpa meninggalkan kesan anggun para penari.

Tari ngantat dendan biasanya diiringi oleh musik batanghari sembilan. Musik tersebut
dihasilkan dari perpaduan beberapa instrumen musik modern dan tradisional, seperti gitar,
keromong dengan 12 kenong, gendang jimbe, biola, tamborin, dan akordian sebagai melodi.
Tak lupa, di sela-sela musik, diselipkan syair-syair pantun yang isinya menggambarkan
kegembiraan hati, seperti kegembiraan mempelai pria yang akan bertemu pujaan hatinya.
[AhmadIbo/IndonesiaKaya]
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-gending-sriwijaya

4. Tradisi sunatan

Tradisi arakan penganten sunnat memakai perahu hias mini diiringi grup terbangan
masih dilestarikan masyarakat Palembang.Sepertihalnya yang terjadi di Jalan Datuk M Akib
22 Ilir Palembang, Minggu (1/1/2017).Kebetulan, penganten sunnat ini merupakan anak dari
Ust Sulaiman dan keponakaannya yakni, Afif Atokillah, Sauqi Naimawa dan Nawab.

https://www.gomuslim.co.id/read/belajar_islam/2019/08/22/14167/-p-makna-dan-hikmah-
aqiqah-untuk-anak-yang-baru-lahir-p-.html

5. Tradisi Aqiqahan Anak Baru Lahir

Proses aqiqahan anak baru lahir biasanya pemotongan rambut anak bayi tersebut dan
pembacaan doa-doa sebagai ritual adat untuk anak supaya tumbuh menjadi sehat dan
berakhlak
https://palembang.tribunnews.com/2017/01/01/tradisi-arak-arakan-pengantin-sunat-masih-
dipertahankan-warga-palembang

Kuliner Khas Musirawas

1. Roti Kemang dan Bubur Durian


https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3099071/roti-kemang--bubur-
durian-kuliner-khas-musi-rawas

Bubur Durian, disajikan dengan paduan ketan dan siraman kuah bubur durian
berwarna coklat muda yang merupakan perpaduan dari santan, gula merah, dan tentu saja
durian. Sementara untuk Roti Kemang, roti ini bercita rasa manis dengan isian parutan kelapa
dan campuran gula merah. Konon resep ini diyakini merupakan peninggalan dari penjajah
Belanda, sangat cocok sebagai hidangan penutup atau pencuci mulut. Bubur durian dan roti
kemang ini banyak dijumpai dan dijual pada musim durian tiba, tetapi biasanya para
penduduk Musi Rawas juga dapat membuat sendiri dirumah.

2. Pindang Musi Rawas


https://palpres.com/ini-makanan-khas-hari-raya-masyarakat-muratara-yang-wajib-
ada/

Pindang merupakan nama makanan yang sangat sering didengar dan dilihat di
berbagai jajanan yang di jual oleh masyarakat di kabupaten Musi Rawas. Pindang  berbahan
utama Ikan Patin segar yang dicampuri dengan kuah yang dibuat dengan cara tradisional oleh
masyarakat Musi Rawas.

Pindang sendiri memiliki rasa sangat enak yang tidak bisa diragukan lagi, rasanya
yang enak dan empuknya daging Ikan Patin segar menjadikan makanan yang satu ini sangat
menjunjung rasa yang begitu khas dari Musi Rawas.

Cara pembuatan pindang sendiri sangat mudah dan tidak terlalu sulit untuk di pahami,
kita hanya membutuhkan ikan Patin segar yang sudah di potong beberapa bagian, jahe, daun
salam, kunyit bakar, garam, kecap manis, tomat, batang serai, nanas, daun kemangi, air, air
asam, daun bawang. Setelah beberapa bumbu diatas di kumpulkan lalu masak semua bumbu
secara bersamaan, kemudian lumuri Ikan Patin tersebut dengan bumbu tersebut, dan
masukkan kedalam wajan, tunggu beberapa menit, setelah ikan Patin dan bumbu sudah
terlihat berubah warna, maka langsung angkat dan teteskan nenas ke wajan, lalu makanan
Pindang siap di hidangkan dan dimakan.

3. Lemang
Lemang merupakan makanan khas Musi Rawas yang wajib ada pada saat perayaan
hari lebaran Makanan yang terbuat dari beras ketan dan santan kelapa yang dimasukkan ke
dalam bambu yang selama ini dikenal sebagai makanan khas Minangkabau ini, teryata sejak
dahulu juga sudah menjadi makanan khas adat di Kabupaten Musi rawas. dalam penyajianya
lemang dipadukan dengan berbagai masakan Yang terbuat daging, seperti daging sapi, kerbau
maupun daging rusa.
Untuk cara membuatnya, siapkan bahan- bahan seperti beras ketan, Santan kelapa,
garam, dan lemang berukuran lebih kurang 50 cm. Langkah pertama cuci beras ketan terlebih
dahulu kemudian keringkan dan tiriskan. Untuk hasil terbaik rendam dahulu selama 3-4 jam
lalu cuci dan tiriskan. Selanjutnya, tambahkan santan dan garam kedalam beras ketan yang
telah dicuci. Langkah berikutnya lapisi bagian dalam bambu dengan daun pisang. Setelah itu
masukkan beras ketan yang telah diberi santan ke dalam bambu, namun ingat jangan terlalu
penuh. Kira-kira 3/4 bagiannya saja. Selanjutnya, tutupi bagian atas bambu dengan daun
pisang.
Dan yang terakhir, Nyalakan api atau bisa menggunakan kayu bakar maupun arang untuk
membakar bambu yang sudah berisi beras ketan hingga matang. Jangan lupa membolak-
balikan bambu sesekali agar matang secara merata.

4. Ikan Sepit Bakar

https://lifestyle.okezone.com/read/2017/06/10/298/1712693/resep-mudah-
membuat-lemang-khas
https://sumsel.sindonews.com/read/1902/3/ikan-sepit-bakar-sajian-khas-musi-
rawas-utara-1572682305

Ikan sepit merupakan salah satu makanan khas daerah Musi Rawas, Sepit berarti
dijepit, ikan sepit berarti ikan yang dijepit. Ikan ini diolah dengan cara dijepit menggunakan
bambu lalu dibakar di atas perapian hingga matang. Bagi warga Kabupaten Musi Rawas ikan
sepit sudah sangat melegenda. Sejak dulu, warga di desa-desa sudah terbiasa membuat ikan
sepit. Warga membuat ikan sepit untuk dikonsumsi keluarga, namun kini sudah terdapat
beberapa rumah makan setempat yang menyediakan ikan sepit seperti yang berada di
Kecamatan Rupit, ibu kota Muratara.

Dalam olahan sederhana di desa-desa, ikan sepit biasa dikonsumsi langsung setelah
dicocol dengan sambal tomat atau sambal terasi.Namun, tidak jarang juga digulai santan
dengan campuran sejumlah sayuran atau ada juga yang dimasak menjadi pindang. Berbagai
jenis ikan di sungai atau sawah dapat digunakan, Seperti ikan lambak dan ikan betutu. Begitu
juga dari sawah atau rawa seperti ikan betok, ikan sepat, dan bahkan ikan gabus.

Untuk cara pembuatannya, Pertama ikan dibersihkan kemudian dijepit menggunakan


bambu. Lalu diletakkan di atas bara api selama waktu tertentu. Di sinilah perbedaannya
dengan ikan bakar atau ikan panggang lain. Ikan sepit dimasak tanpa tambahan bumbu atau
rempah-rempah. Melainkan hanya dicuci hingga bersih dan ditambahkan garam jika
diinginkan. Ikan sepit dapat langsung dimakan sebagai lauk dengan cocolan sambal atau
kecap dengan potongan bawang dan cabai hijau, jika dibakar dengan sedikit garam.
Menurut cerita, ikan sepit juga menjadi solusi ketika tidak tersedia minyak goreng atau
bahan memasak lain. Karena ikan cukup dibersihkan dan dibakar. Karena itu, di zaman
dahulu di kebun-kebun karet atau ladang, warga yang tinggal jauh di ladang banyak yang
membuat ikan sepit.Saat ini, kuliner khas yang melegenda ini telah tersedia cukup banyak di
sejumlah rumah makan di Musi Rawas.

5. Kopi Selangit

https://fin.co.id/2019/10/29/kopi-selangit-sejahterakan-petani-kopi-di-musi-rawas/

Kopi Selangit merupakan produk buatan IKM Bubuk Kopi Gumati Desa
Karangpanggung Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas. Kopi selangit berasal dari biji
kering kopi Robusta ditanam di dataran sedang huluan Sungai Lakitan.

Perkebunan rakyat kopi Robusta ditanam secara tradisional dari Ilmu Pertanian yang
turun menurun dengan sistem agroforestry kopi dan karet serta monokultur tanaman kopi
yang tersebar di sembilan desa dalam wilayah Kecamatan Selangit dan diapit oleh dua
kawasan hutan besar yaitu Hutan Produksi Terbatas (HPT) Hulu Tumpah dan Taman
Nasional Kerinci Sebelat (TNKS).
Proses produksi buah kopi ke biji kopi kering dan menjadi bubuk kopi masih sangat
tradisional dan diolah secara manual. Karena cara seperti itulah kopi Selangit menurut
penikmat kopi masih kurang sempurna. Oleh sebab itu, IKM Bubuk Kopi Gumati mencoba
membuat terobosan mengolah kopi jenis Robusta di Kecamatan Selangit menjadi lebih nikmat
dengan harapan dapat bersaing dengan merek kopi lainnya.Kopi Selangit memiliki dampak
positif dalam membantu menyejahterakan petani kopi di sekitar kawasan hutan Kecamatan
Selangit.

Proses pembuatan bubuk kopi terdiri dari penyortiran biji untuk mendapatkan biji kopi
berkualitas, dan penyangraian biji kopi dengan kuali tanah tradisional agar mendapatkan
aroma khas menjadi bubuk kopi dan dikemas dengan kemasan eksklusif. Ada 4 warna
pengemasan kopi Selangit ini. Warna emas untuk netto 75 gram, hitam 100 gram, merah 150
gram, dan silver 250 gram. Ada juga kemasan stan puch ziplock hitam beratnya 200 gram.

Anda mungkin juga menyukai