Anda di halaman 1dari 2

BENCANA

Perubahan iklim didaerah Trenggalek khususnya Kecamatan Gandusari menyebabkan kemarau


yang berkepanjangan apalagi puncak kemarau di Gandusari terjadi pada bulan Agustus 2020 lalu
menyebabkan kekeringan pada daerah saya yang didominasi area persawahan sehingga para
petani di daerah saya mengalami kesulitan mendapatkan air dan akhirnya hasil panen para petani
mengalami kegagalan panen. Tidak hanya petani saja yang mendapat dampak kekeringan tetapi
juga semua warga khususnya daerah Gandusari kekurangan air dimusim kemarau. Untuk minum
saja masyarakat didaerah Gandusari harus menunggu air PDAM yang berkeliling untuk memberi
bantuan di musim kemarau. Pemerintah memberikan bantuan berupa air PDAM untuk dibagikan
pada area yang memang sangat minim air, selain itu pemerintah juga memberikan bantuan
kepada petani berupa penyiraman tanaman mereka dengan menggunakan air PDAM.

Kearifan lokal di Kabupaten Trenggalek yang dipercaya dapat melindungi dari bencana
TIBAN
Ritual Tiban sudah menjadi kebudayaan di kota Trenggalek khususnya di daerah Jajar,
Gandusari. Penyelenggaraannya sendiri dilakukan secara turun-temurun sejak zaman nenek
moyang dahulu. Tiban dilakukan ketika musim kemarau tiba, ketika masyarakat kesulitan
mencari air maka ritual tiban ini dilakukan. Dalam pelaksanaannya, ada dua kelompok yang
masing-masing dipimpin seorang wasit yang biasa disebut dengan Landang atau Plandang.
Ritual Tiban selalu diiringi alunan music gamelan dengan komposisi lengkapyang biasanya
terdiri dari kendang, kentongan, dan gambang laras. Tiban biasanya terdiri dari beberapa
kelompok kelompok yang saling mengadu kesaktian menari menari dan mencambuk lawan.
Cambuk yang digunakan dalam tiban yaitu ujung atau lidi dari pohon aren. Sementara itu,
hitungan cambukan ditentukan oleh Landang. Dalam kesenian Tiban, ada aturan-aturan yang
harus dipatuhi oleh para pemain. Di antaranya, para peserta melepas baju saat memasuki
gelanggang. Mereka hanya diperbolehkan memakai celana. Selain itu, pecut dipegang dengan
tangan kanan dan genggamannya setara dengan pucuk bawah lidi. Cara mencambuk dari arah
kanan, tidak boleh dari arah kiri. Para pemain tidak diperkenankan mengenai kepala dan alat
kelamin lawan. Semua peserta dalam Ritual Tiban merupakan laki-laki berusia 20 tahun ke atas.
Permainan Tiban berlangsung hingga sore hari. Jika ada kelompok yang tidak sanggup
melanjutkan permainan, maka akan diatur oleh kelompok berikutnya. Ritual Tiban sendiri
menjadi simbol permintaan kepada Yang Maha Kuasa hujan turun di daerah setempat. Ritual ini
juga menjadi simbol harapan tentang kelestarian alam.
NYADRAN
Trandisi Nyadran Dam Bagong merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang ada di
Kabupaten Trenggalek. Tradisi ini merupakan turun temurun dari nenek moyang atau sesepuh
Kabupaten Trenggalek. Nyadran biasanya dilakukan atau diperingati pada Jum’at Kliwon bulan
Selo atau bulan Jawa. Nyadran dilakukan di daerah Bagong yaitu tepatnya di Dam Bagong. Dam
ini merupakan dam pembagi aliran sungai Bagong yang digunakan untuk mengairi persawahan
di Kota Trenggalek. Dalam tradisi ini akan dikorbankan seekor kerbau yang kemudian
disembelih, Penyembelihan kerbau dilakukan malam hari sebelumnya. Ada beberapa macam
jenis penyembelihan seperti Kepala, kulit, beserta tulang-tulang kerbau dilempar ke sungai yang
kemudian nanti diperebutkan oleh warga masyarakat sekitar. Tujuan tradisi nyadran dam bagong
ini adalah sebagai tolak balak. Nyadran dam bagong ini sebenarnya tidak hanya sebagai tolak
balak tetapi juga sebagai simbol supaya kehidupan warga Trenggalek gemah ripah loh jinawi
(tentram, subur, dan makmur).
Tradisi nyadran dam bagong mempunyai beberapa tahapan, yaitu:
Penyembelihan kerbau (berkorban) dan dilakukan didekat dam bagong yang bertujuan supaya
tidak terjadi banjir bandang. Penyembelihan kerbau biasanya dilakukan malam hari sebelum
tradisi dilakukan.
Setelah penyembelihan adalah memberikan sesaji yang dilakukan oleh dalang pada saat ruwatan.
Perlengkapan yang digunakan juga cukup banyak, misalnya mule metri, kembang telon, dan
lain-lain.
Kemudian bapak bupati dan masyarakat berjalan dari makam Adipati Menak Sopal (sesepuh
cikal bakal Kabupaten Trenggalek) menuju dam bagong lalu melemparkan kepala, kaki, kulit
serta tulang kerbau ke dalam dam bagong dan diperebutkan oleh masyarakat yang sudah ada di
dalam dam bagong.
Setelah acara pelemparan atau larung selesai, kemudian makan-makan. Makan bersama disini
dilakukan oleh masyarakat dan seluruh undangan yang ada. Mereka semua memakan daging
kerbau yang telah dimasak.
Dan kemudian yang terakhir adalah ruwatan wayang kulit yabg dilakukan semalam penuh
dengan tujuan agar masyarakat Kabupaten Trenggalek diberikan keselamatan, terhindari dari
segala jenis bahaya dan bencana yang tidak diinginkan serta supaya dam bagong selalu dapat
mengairi sawah-sawah penduduk sehingga nantinya akan membderikan manfaat bagi seluruh
penduduk terutama penduduk Kabupaten Trenggalek.

Anda mungkin juga menyukai