Anda di halaman 1dari 10

Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Laporan Budaya

POPOKAN: TRADISI PERANG LUMPUR DI TRADISI DESA SENDANG,


KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG

Muh Hafidz
Uiversitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Abstract
Initially the tradition of popokan is the original tradition of Sendang village. It is developed
into a unique tradition in Semarang Regency. The tradition is not only limited to the tradition
of mud war among villagers of Sendang Village, but also modified with various processions
in the form of cleaning wells or water sources, tumpengan (food offering), carnival and
popokan war. Popokan tradition is an expression of gratitude to God the Almighty as the
Ruler of the Universe, in order to keep away from various disasters and calamities. This
tradition is also an expression of artistic ability and creativity of citizens, especially after the
Tourism Office of Semarang Regency manages it in order to preserve local wisdom from the
tradition of the local ancestors.
Key words: popokan war tradition, Sendang Village, tumpengan, carnival, Semarang
Regency

1. Pendahuluan Sendang, berlokasi di jalur Salatiga Bancak.


Sendang merupakan nama sebuah Dusun ini juga didominasi lahan pertanian
dusun (dukuh) sekaligus nama sebuah yang sangat subur. Sementara Dusun
kelurahan yang berlokasi di Kecamatan Digelan dan Kembangkerep berlokasi di
Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa sebelah selatan Dusun Pondok, di jalur
Tengah. Desa ini berada di sebelah utara menuju Desa Semowo, Kecamatan Pabelan.
Kota Salatiga, kira-kira 12 kilometer dan Demikian hasil pengamatan dan penulis di
Kota Salatiga, atau kira-kira 2 kilometer lokasi penelitian.
dari Kecamatan Bringin. Desa Sendang Mayoritas mata pencaharian warga
terdiri dari lima dusun, yakni Dusun Desa Sendang adalah pertanian, khususnya
Ngasinan, Dusun Sendang, Dusun Pondok, pertanian padi dan palawija. Lahan
Dusun Kembangkerep, dan Dusun Digelan. pertanian terlihat memanjang di kanan kiri
Masing-masing dusun dipimpin oleh kepala jalan di sepanjang jalan Salatiga-Bancak.
dusun atau Kadus. Demikian hasil Bondo deso sebagai aset yang dimiliki desa
wawancara dengan Faizin, mantan kepala sangat banyak. Sekali panen, hasil bengkok
desa, Desa Sendang, Kecamatan Bringin. lurah kepala desa dapat mencapai 60 juta
Dusun Ngasinan secara geografis rupiah, demikian kata Faizin, mantan
berada paling tinggi di antara dusun-dusun kepala desa. Di sekitar desa, sebelah utara
lainnya. Dusun ini berada di paling barat, dan selatan desa dikelilingi oleh lahan
didominasi lahan tanah kering di kanan kiri persawahan dan lahan tegalan, pertanian
jalan dusun. Ada lahan pertanian di sebelah tanah kering. Sebagian warga bermata
selatan dusun di jalan menuju Desa Lebak. pencaharian sebagai tukang dan kuli
Kemudian Dusun Sendang didominasi bangunan, yang lajo ke Salatiga. Sebagian
lahan pertanian padi yang berada di sebelah yang lain merantau ke luar kota untuk
kanan kiri jalan dusun. Balai Desa Sendang memperoleh penghasilan bagi kehidupan
juga berlokasi di Dusun Sendang ini, tepat keluarganya.
di pinggir jalan raya Salatiga Bancak di Desa Sendang, pada awalnya
ujung timur Dusun Sendang. Selanjutnya sebagaimana desa-desa lainnya, tidak
Dusun Pondok, di sebelah timur Dusun begitu dikenal di Salatiga atau di

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 188
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Kabupaten Semarang. Hampir semua warga Dalam ritual lempar lumpur ini, setiap
Kecamatan Bringin sangat familiar dengan peserta ritual tidak diperkenankan marah
Salatiga disebabkan Salatiga merupakan atau emosi dikarenakan terkena lemparan
kota terdekat yang dapat dicapai dalam lumpur dan peserta lainnya. Bahkan
waktu 30 menit. Di samping itu, Salatiga penonton yang melihat ritual ini juga tidak
merupakan tempat untuk menjual hasil diperkenankan marah apabila terkena
pertanian setiap harinya. Hasil pertanian lemparan, dikarenakan orang yang terkena
misalnya pisang, daun singkong dibawa lemparan lumpur diyakini akan mendapat
oleh pengepul dan didistribusikan di Kota berkah. Semakin banyak lumpur yang
Salatiga. Dengan demikian, Salatiga mengenai badannya semakin banyak berkah
mempunyai ikatan emosional yang sangat yang akan diperolehnya.
kuat dengan warga desa di Kecamatan Lokasi persawahan sebagai arena
Bringin, demikian hasil observasi penulis. popokan dikondisikan oleh perangkat Desa,
Di samping itu, mayoritas mereka satu minggu sebelumnya. Lokasi dialiri
memenuhi kebutuhan peralatan dan dengan air secukupnya agar lahan
perabotan rumah tangga dari Salatiga. persawahan berlumpur. Lumpur yang
Di Desa Sendang ini ada tradisi yang dipergunakan sebagai popokan merupakan
terkenal dengan nama popokan, dan dikenal lumpur yang lembek sehingga tidak
pula dengan nama perang lumpur. Tradisi menyakitkan apabila dipergunakan sebagai
popokan sebenarnya merupakan sebuah sarana untuk popokan (hasil wawancara
upacara adat lempar lumpur yang dimiliki dengan K Muhroni dan Nur Solikhin).
Dusun Sendang, salah satu dusun di Desa Tradisi popokan ini sudah
Sendang (hasil wawancara dengan K berlangsung lama, turun temurun dari
Muhroni, Nur Solikhin). Tradisi ini pendiri Desa Sendang sampai sekarang.
dilaksanakan pada bulan Agustus, tepatnya Prosesi tradisi ini diawali dengan
hari Jumat kliwon atau bulan September, pembersihan mata air atau sendang, sesuai
disesuaikan dengan masa panen (hasil dengan nama Desa Sendang pada hari
wawancara dengan Faizin). Popokan Kamis sore. Setelah shalat Jum’at, warga
dilaksanakan setelah acara kirab, dimulai Desa membawa ambeng atau nasi yang
dari jam 15.00 WIB sampai dengan jam dibentuk mirip gunungan dan jajan pasar ke
15.30 WIB. Tradisi inipun awalnya hanya rumah bayan (pengurus kampung) untuk
meliputi ritual popokan, perang lumpur di acara selamatan. Setelah selesai acara
lokasi pesawahanan di Balai desa, Desa ambengan, warga menuju perbatasan desa
Sendang. pertigaan Ntotog atau Dusun Ngasinan
Selanjutnya tradisi dusun ini sebagai awal untuk mengadakan acara kirab
disepakati oleh warga Desa Sendang atau arak-arakan dan selesai di Balai Desa
menjadi tradisi Desa Sendang. Ritual yang Sendang. Dalam acara kirab ini disajikan
sebelumnya hanya popokan dimodifikasi kesenian dari Desa Sendang yaitu reog atau
dengan beberapa prosesi lainnya. Prosesi jatilan, noknik (pagelaran wayang orang),
lainnya yang dilaksanakan bersamaan dan penampilan hasil kreasi warga di Desa
dengan popokan yaitu kirab hasil kreasi Sendang. Di barisan depan dalam acara
warga Desa Sendang. Kirab ini arak-arakan terdapat miniatur harimau. Di
menampilkan hasil kreasi warga Desa belakangnya diikuti oleh sekelompok
Sendang, juga menampilkan kreasi rombongan yang berpakaian model adat.
lembaga-lembaga pendidikan dan kesenian Miniatur harimau tersebut dilempar dengan
warga Desa Sendang. lumpur, sebagai penghormatan kepada
Dalam tradisi ini, warga Desa sesepuh Desa Sendang dulu yang berhasil
Sendang khususnya yang laki-laki dan yang mengusirnya dengan lumpur. Sampai di
masih muda saling melempar lumpur satu lokasi popokan, modin (pemuka agama)
dengan yang lainnya, di persawahan Desa. membacakan doa dan diikuti dengan

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 189
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

perebutan nasi tumpeng oleh warga. Setelah membersihkan air sendang sampai bersih
pembacaan doa selesai, acara popokan dari dedaunan ataupun endapan di
dilaksanakan. Warga saling melempar dalamnya hingga air sendang terlihat jernih
lumpur di tengah persawahan, di perbatasan kembali. Sebagian yang lain membersihkan
desa tanpa ada rasa emosi. rumput liar atau pepohonan yang tumbuh di
Dari perspektif historis, tradisi sekitar sendang dengan memangkasnya
popokan, telah berlangsung sangat lama, agar menjadi rapi. Sebagian membersihkan
konon telah berlangsung dari sesepuh Desa sekitar sendang dengan pacul sehingga
Sendang. Tradisi ini bermula dari tanah sekitar bersih terbebas dan rumput
munculnya seekor macan atau harimau liar.
yang merusak tanaman warga Desa Bersih sendang atau sumber mata air
Sendang dan mengancam warga desa. ini dilakukan di sendang atau mata air yang
Warga Desa Sendang berusaha berada di Dusun Sendang yang berjumlah
mengusirnya dengan berbagai senjata empat sumber mata air yaitu sendang (kali)
tajam, tetapi macan tersebut tidak mau Preh, sendang Glagah, dan sendang
pergi dari desa. Warga bertambah khawatir Dawung (hasil wawancara dengan Nur
dan takut atas keberadaan macan tersebut. Solikhin). Bersih sendang ini biasanya
Selanjutnya ada sesepuh Desa Sendang dilkuti oleh laki-laki dewasa dengan
yang menyarankan agar harimau itu jangan peralatan pacul, sabit, dan sapu. Sementara
diusir dengan kekerasan dengan senjata anak-anak usia sekolah tetap melakukan
tajam, tetapi usirlah dengan lumpur sawah. aktivitas kesehariannya sebagaimana
Benar saja, atas nasehat sesepuh desa biasanya. Mereka pergi ke sekolah dan
tersebut, macan atau harimau itu akhirnya tidak terlibat dalam tradisi bersih sendang
pergi dati Desa Sendang dengan cara ini. Sementara ibu-ibu menyiapkan
melemparnya dengan lumpur sawah. makanan dan nasi tumpeng di rumah
Akhirnya lempar lumpur menjadi tradisi masing-masing.
yang dilestarikan oleh warga Desa Sendang Bersih sendang ini biasanya
sampai sekarang ini. dilakukan pada hari Kamis sore, jam 13.00
sampai dengan jam 16.00 WIB, satu hari
2. Ritual Popokan sebelum tradisi popokan dilakukan. Bersih
Popokan merupakan tradisi dari sendang ini dilakukan oleh warga
Dusun Sendang, Kelurahan Sendang dikarenakan mereka berkeyakinan bahwa
Kabupaten Semarang. Tradisi popokan ini air merupakan sumber kehidupan, sumber
hakekatnya merupakan tradisi tasyakuran kehidupan warga seluruhnya. Maka sumber
yang dilakukan oleh warga Desa Sendang kehidupan ini perlu untuk dibersihkan dari
atas keselamatan warga, panen yang kotoran sehingga kehidupan merekapun
melimpah yang diterima oleh seluruh warga akan bersih jauh dari kotoran ataupun
desa. Tradisi popokan atau perang lumpur marabahaya yang mengancamnya.
sebenarnya merupakan ending dari tradisi Keyakinan inilah yang mendorong warga
tasyakuran warga. sangat antusias untuk membersihkan
Secara garis besar, ritual popokan sendang yang ada di Dusun Sendang.
dapat diklasifikasikan menjadi empat Bersih sendang ini dilakukan dalam waktu
macam. Pertama, bersih sendang atau satu tahun sekali bersamaan dengan
sumber mata air di Dusun Sendang yang tasyakuran desa atau popokan. Ada
berjumlah empat sumber mata air, sendang beberapa alasan yang mendasarinya.
Glagah, sendang Preh dan sendang Sendang bagi kehidupan masyarakat
Dawung. Bapak-bapak dan warga Dusun Dusun Sendang sangat vital. Setiap hari
Sendang berpartisipasi aktif membersihkan sebagian warga masyarakat menggunakan
mata air atau sendang yang ada di Dusun sendang sebagai tempat mandi, khususnya
Sendang. Sebagian dan mereka setelah pulang dan sawah. Di samping itu,

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 190
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

sendang juga dipergunakan sebagai tempat sekedar mengikuti tradisi popokan ini.
untuk mencuci pakaian bagi ibu-ibu. Ibu- Tradisi popokan ini secara emosional
ibu biasanya mencuci pakaian anak-anak melebihi tradisi lebaran. Semua warga Desa
dan suaminya di sendang tersebut. Dengan Sendang seluruhnya tidak hanya Dusun
demikian sendang mempunyai peran yang Sendang, berpartisipasi aktif dalam tradisi
sangat vital bagi masyarakat Dusun ini, tanpa melihat agama yang dianutnya.
Sendang. Mayoritas warga Desa Sendang beragama
Selanjutnya, dilakukan upacara Islam, tetapi ada sebagaian kecil warga di
tumpengan dari warga Dusun Sendang yang Dusun Sendang yang beragama Kristen.
dibuat oleh setiap keluarga di dusun Semuanya menyatu dalam tradisi popokan
tersebut. Nasi tumpeng merupakan nasi ini.
yang dibuat dengan bentuk gunungan, Ritual tumpengan dilaksanakan di
dengan puncak yang lancip diletakkan di rumah modin (Imamuddin: pemuka agama).
baskom, ataupun tampah (sejenis anyaman Warga Dusun Sendang khususnya bapak-
bambu yang diperuntukkan untuk nasi bapak datang membawa nasi tumpeng
tumpeng). Nasi tumpeng itu dilengkapi masing-masing ke rumah modin. Mereka
dengan lauk pauk khusus. Lauk pauk duduk berjajar saling berhadapan, di
sebagai pelengkap nasi tumpeng adalah tengahnya diletakkan nasi tumpeng yang
klubanan, yaitu rebusan sayur mayur yang dibawanya. Setelah seluruh warga Dusun
dicampur dengan sambal kelapa. Sambal Sendang datang dan berkumpul, acara
yang terbuat dan lombok, garam, brambang tumpengan dimulai. Modin mulai membaca
dan bawang yang dicampur dengan parutan hadroh, ila hadharati ruhi, sampai lengkap
kelapa. Sayur mayur yang dibuat sebagai ditanjutkan bacaan surat at Ikhlas, surat al
klubanan biasanya berasal dari bayam, Falaq, surat an Nas, dan bacaan sebagian
kacang panjang, kluwih, sekarang biasanya ayat al Qur’an, tahlil sampai doanya. Doa-
daun kulbis, daun sawi, daun singkong, doa dilakukan dalam versi Islam meskipun
daun protoseli, daun kacang panjang dan ada sebagian warga yang beragama Kristen.
dicampur dengan kecambah. Di samping Setetah selesai berdoa, warga makan nasi
itu, nasi tumpeng dilengkapi dengan ikan tumpeng dan lauk pauk yang dibawanya
asin misalnya ikan ten, ikan pethek, atau secara bersamaan.
dilengkapi dengan telur rebus, tahu tempe, Awalnya ritual tumpengan hanya
daging ayam, ikan asin lainnya. Semua lauk diikuti oleh warga Dusun Sendang (bukan
pauk dan klubanan tersebut ditaruh Desa Sendang), tetapi pemerintah desa
melingkar di pinggir nasi tumpeng. setempat mengelola tradisi ini sebagai
Nasi tumpeng juga dilengkapi dengan pemberdayaan Desa Sendang, maka
tuntuman. Tuntuman adalah sambal yang tumpengan pun diikuti oteh perangkat desa
dicampur dengan parutan kelapa, biji setempat dan tokoh-tokoh atau sesepuh
mlanding, irisan jepan dan dibungkus Desa Sendang yang meliputi berbagai
dalam daun pisang kemudian dimasak dusun.
sampai matang. Tuntuman ditaruh di sekitar Ketiga, kirab dan arak-arakan yang
nasi tumpeng sebagai tambahan jika ditakukan oleh warga Desa Sendang
klubanan dalam nasi tumpeng kurang. seluruhnya. Arakan-arakan ini dilakukan
Setiap keluarga di Dusun Sendang mulai dari pertigaan Ntotog, persimpangan
membuat nasi tumpeng yang akan jalur ke Gubug dan jalur ke Kecamatan
dipergunakan sebagai bagian dan tradisi Bancak, Kabupaten Semarang sampai Balai
popokan. Di samping membuat nasi Desa Sendang, sejauh kira-kira 2 kilometer.
tumpeng warga juga membuat makanan Kadang-kadang kirab dimulai dari Dusun
kecil lainnya, seperti mereka menyiapkan Ngasinan, dusun paling barat dilanjutkan
lebaran. Bahkan warga yang di perantauan sampai balai Desa Sendang (hasil
pun menyempatkan diri untuk pulang wawancara dengan Nur Solikhin). Arak-

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 191
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

arakan ini diikuti oleh warga Desa Sendang, diikuti oleh anak anak, remaja dan orang
anak-anak, pemuda dan orang tua. Dalam tua khususnya yang laki-laki. Mereka
arak-arakan ini, warga menampilkan seni tampak asyik saling melempar tanpa
dan seluruh kreatifitasnya. Setiap dusun di sasaran yang jelas. Bahkan kadang terjadi
Desa Sendang menampilkan kreatifitasnya aksi saling kejar mengejar untuk saling
masing-masing bahkan setiap RT di setiap melempar di area persawahan yang
dusun mempunyai kreatifitasnya masing- dipergunakan sebagai ajang perang lumpur.
masing. Menurut Faizin (mantan kepala Desa
Dalam arak-arakan atau kirab itu, Sendang), peserta perang lumpur tidak
warga melakukan ritual dengan mengarak diperkenankan marah dan emosi karena
atau menggiring hewan macan yang terbuat terkena lemparan lumpur dari peserta lain.
dan boneka, yang di dalamnya berisikan Sebaliknya, warga yang terkena lemparan
orang. Di samping itu, warga juga lumpur ini akan merasa senang, karena
mengarak nasi tumpeng yang dilengkapi dipercaya akan dapat berkah.
dengan ingkung, ingkung burung dara, ikan Sementara itu, mobil-mobil
wader, udang, ikan belut hasil tangkapan dihentikan sementara di Dusun Pondok
dan warga. Burung dara, ikan wader, udang, yang berasal dari jalur timur, dan yang
dan belut. Kesemuanya merupakan hasil berasal dari jalur barat dihentikan di Dusun
tangkapan dan warga, bukan hasil ternak Ngasinan untuk ,emghindari terkena
dan bukan beli dari pasar. Setelah sampai lemparan lumpur dari peserta popokan,
balai desa, Desa Sendang, modin atau kiai demikian diungkapkan Heru dan Ulis
membaca doa atas nasi tumpeng yang Sa’adah.
dibawa di belakang kirab miniatur harimau. Aksi lempar lumpur ini dilakukan di
Setelah itu, dilanjutkan dengan berebut nasi jalan raya antar desa yang berada di area
tumpeng dan ayam panggang yang dibawa persawahan Desa Sendang, Kabupaten
oleh para sesepuh masyarakat sekitar (hasil Semarang. Tradisi perang lumpur ini tetap
wawancara dengan Nur Solikhin). dilakukan oleh warga, untuk menghormati
Arak-arakan ini dilakukan pada hari warisan budaya nenek moyang mereka.
Jum’at kliwon, setelah melaksanakan Upacara popokan ini bermakna sebagai
ibadah shalat Jum’at. Arak-arakan ini bentuk rasa syukur warga kepada leluhur
dilakukan dari jam 13.00 sampai jam 15.00 yang telah berhasil mengusir hewan buas
WIB, sehingga jalan raya antara Salatiga- yang mengganggu warga.
Bancak praktis macet selama tiga jam Tradisi perang lumpur atau yang
ataupun kalau jalan, hanya satu jalur. Jalur biasa disebut popokan merupakan tradisi
mobil yang melewati jalan ini ditutup pengusiran binatang buas seperti harimau
sementara waktu sampai tradisi popokan dan macan di sekitar pemukiman warga
selesai, sekitar jam 16.00 WIB. karena sering merusak area persawahan.
Menurut Ulis Sa’adah, jalur lalu lintas Kegiatan ini dilakukan nenek moyang
untuk sepeda montor dapat dialihkan lewat mereka jaman dahulu.
jalur sebelah selatan, bersamaan dengan Tradisi popokan merupakan
tradisi popokan dilaksanakan. Jalur selatan manifestasi atas keselamatan warga dari
yang melewati Desa Lebak di selatan, Desa berbagai ancaman manabahaya dan
Sendang. Sementara mobil roda empat tetap manifestasi hasil bumi yang melimpah.
melewati jalur Salatiga Bancak tidak Tradisi ini khususnya merupakan wujud
dialihkan ke jalur lain. rasa syukur masyarakat petani Desa
Keempat, popokan atau perang Sendang kepada Tuhan Yang Maha Esa
lumpur berlangsung di dekat Balai Desa atas hasil panen yang diperolehnya dan
Sendang, di jalan Raya Salatiga-Bancak. memohon berkah keselamatan bagi
Tradisi lempar lumpur antar warga masyarakat setempat khususnya para
berlangsung sangat meriah, dikarenakan petani.

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 192
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Dengan demikian popokan bermakna nasional. Tradisi popokan awalnya hanya


pembersihan din atau menghilangkan dikenal di Desa Sendang, Kecamatan
kejahatan dengan cara yang santun tanpa Bringin, Kabupaten Semarang. Seiring
kekerasan, dengan rendah hati dan taat pada dengan perubahan zaman dan
Allah swt. perkembangan teknologi yang begitu cepat
tradisi popokan tidak hanya dikenal di
3. Alasan Tradisi Popokan wilayah Kecamatan Bringin saja, tetapi juga
Tradisi popokan merupakan warisan dikenal di Jawa Tengah.
dan nenek moyang mereka yang telah Upaya untuk mengangkat dan
berlangsung cukup lama. Menurut Faizin, memperkenalkan tradisi popokan ke tingkat
popokan merupakan ritual pengusiran nasional dikemas dengan berbagai acara
terhadap macan yang masuk dan tambahan yang dapat menyedot perhatian
mengganggu warga Desa Sendang. Cerita warga. Acara kirab dan arak-arakan yang
tentang pengusiran terhadap binatang melibatkan massa yang banyak merupakan
menurut Faizin hanya berlangsung sampai salah satu upaya untuk memaksimalkan
pada Mbah Darmo, sesepuh nonik yang tradisi popokan. Kirab ini melibatkan
berasal dan Kayuglagah, Beji, Kecamatan berbagai kelompok seni yang ada di
Tuntang, Kabupaten Semarang. masyarakat Desa Sendang, misalnya nonik,
Menurut Nur Solikhin cerita tentang wayang orang, drum blek, kelompok
pengusiran harimau yang mengganggu drumband yang berasal dan kaleng bekas,
warga terjadi pada masa mbah Semendi jatilan. Di samping kelonipok seni, kirab
(sesepuh Desa Sendang). Beliau adalah atau arak-arakan ini juga melibatkan semua
sesepuh Desa Sendang yang berasal dari kelompok lembaga pendidikan dan
Yogyakarta, yang dalam pengembaraannya Raudlatul Atfal (RA) sampai Sekolah Dasar
beliau menetap di Dusun Sendang. Dusun (SD) yang ada di Desa Sendang, termasuk
yang banyak sendangnya atau sumber mata lembaga pendidikan dan Madrasah Diniyah
air cocok untuk bermukim. (Madin), Taman Pendidikan Al Qur’an
Menurut Faizin, alasan yang (TPQ) yang ada di Desa Sendang. Dalam
melatarbelakangi tradisi popokan tetap kirab tersebut juga ditampilkan karya dan
dilestarikan di Desa Sendang ada tiga hal. hasil kreatifitas warga Desa Sendang
Pertama, tradisi ini dianggap sebagai upaya misalnya modifikasi teknologi, pesawat,
untuk melestarikan budaya lokal sebagai kapal dan lainnya, hasil pertanian warga di
warisan dari nenek moyang mereka. Tradisi Desa Sendang.
popokan sebagaimana asal muasalnya yang Dengan demikian kirab ini
merupakan upaya sesepuh desa zaman itu melibatkan massa yang cukup banyak tidak
untuk mengusir macan yang mengganggu hanya dan masyarakat Desa Sendang dan
warga Desa Sendang. Kecamatan Bringin tetapi juga masyarakat
Popokan yang dimaknai sebagai luar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa
upaya mengusir harimau yang mengganggu kali stasiun TV nasional melakukan liputan
warga desa dengan cara melempar lumpur acara popokan ini misalnya ANTV atau
sawah. Melempar lumpur pun tetap Indosiar. Penonton berjajar dari kanan kiri
dilestarikan sampai sekarang ini. Di pertigaan Ntotog sampai balai desa, Desa
samping popokan sebagai tradisi yang perlu Sendang. Mereka datang dari kota-kota
dilestarikan dan dijaga oleh warga Desa lain, sperti Purwodadi, Gubug, Demak,
Sendang, ada pula tradisi lain sebagai Kudus, Pati, Salatiga, dan Semarang kota.
tahapan popokan. Tradisi lain itu adalah Mereka datang karena penasaran dengan
membersihkan sendang atau mata air di tradisi lempar lumpur atau popokan yang
Desa Sendang. dilakukan oleh warga Desa Sendang.
Kedua, tradisi popokan mengangkat Setelah mereka melihat secara langsung
dan mengenalkan tradisi lokal ke tingkat tradisi ini mereka percaya bahwa ada tradisi

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 193
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

lempar lumpur di Desa Sendang ini. Tradisi maka biaya yang cukup besar dapat
ini dilestarikan oleh warga sebagai bentuk diselesaikan. Dana yang besar dibebankan
rasa syukur terhadap Allah swt atas kepada seluruh warga Desa Sendang,
terjauhnya dari berbagai bahaya yang sehingga seluruh warga dilibatkan dalam
mengancam warga baik fisik maupun non tradisi popokan ini. Demikian hasil
fisik. Tradisi popokan sebenarnya berasal wawancara penulis dengan mbah K.
dari tradisi Dusun Sendang saja. Untuk Muhroni, tokoh agama dari Dusun
mengangkat tradisi lokal ini, pemerintah Ngasinan.
Desa Sendang bekerjasama dengan Dinas
Pariwisata Kabupaten Semarang 4. Makna Tradisi Popokan
memberdayakan tradisi popokan menjadi Makna simbol dari piranti tradisi
tradisi yang layak untuk dilihat dan popokan di Desa Sendang, Kecamatan
ditonton sebagai salah satu wisata tahunan Bringin, Kab. Semarang berupa:
bagi warga Kabupaten Semarang. 1. Tumpengan
Ketiga, tradisi popokan Masyarakat Jawa mempunyai variasi
dikembangkan dan dimodifikasi menjadi budaya yang beraneka ragam. Nasi tumpeng
beberapa prosesi yang bersifat massal. merupakan salah satu budaya Jawa.
Tradisi dikembangkan dengan kirab dan Tumpeng merupakan sajian dengan bahan
arak-arakan yang melibatkan sejumlah utama nasi yang dibuat berbentuk kerucut
elemen masyarakat. Diupayakan tradisi ini menyerupai bentuk gunung. Di bawahnya
tidak hanya milik warga Desa Sendang atau ditata berbagai jenis lauk pauk khusunya
kecamatan Bringin, tetapi menjadi milik klubanan dan berbagai macam hiasan agar
warga Kabupaten Semarang. kelihatan menarik. Nasi tumpeng kuning
Pemerintah desa, Desa Sendang melambangkan kesejahteraan, kekayaan,
dalam memodifikasi tradisi popokan atau rejeki yang melimpah. Nasi tumpeng
melibatkan pemerintah Kabupaten kuning pada bagian bawahnya terdapat
Semarang, khususnya Dinas Pariwisata. lauk-pauk, seperti sayuran dan olahan
Dalam acara popokan, mulai dari prosesi berbagai jenis daging.
kirab atau arak-arakan, Bupati Semarang, Nasi tumpeng yang dibuat kerucut
menyempatkan hadir untuk membuka acara pada puncaknya mempunyai makna bahwa
kirab dalam acara popokan ini didampingi tujuan dan semua mahluk hidup di dunia itu
Kapolres Kabupaten Semarang dan Camat adalah Allah swt sebagai pencipta, Tuhan
Bringin. Dengan kehadiran beberapa penguasa alam semesta. Kemudian manusia
pejabat Kabupaten Semarang menjadikan berada di bawahnya. Sedangkan pada
acara popokan ini semakin meriah, bagian paling bawah terdapat berbagai jenis
sekaligus menjadi salah satu obyek wisata lauk pauk, apakah yang terbuat dari jenis
di Kabupaten Semarang, khususnya daging atau ikan dan berbagai macam
Kecamatan Bringin. Dengan demikian sayuran. Ini melambangkan kehidupan
tradisi popokan menjadi salah satu tumbuhan dan hewan yang berada di bawah
kebanggan Kabupaten Semarang sebagai manusia. Nasi tumpeng yang dibuat
tradisi yang unik. sedemikian rupa melambangkan
Dengan demikian tradisi popokan keharmonisan kehidupan manusia.
membutuhkan biaya yang cukup besar yang Hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
menjadi beban warga Desa Sendang, bukan dengan hewan dan tumbuhan, maupuan
hanya Dusun Sendang. Biaya yang besar hubungan yang harmonis antara manusia itu
biasanya dipergunakan untuk konsumsi sendiri.
bagi peserta kirab atau arak-arakan, serta Secara umum nasi tumpeng
untuk honor kelompok seni yang mempunyai makna sebagai ungkapan puji
berpartisipasi dalam acara kirab tersebut. syukur kepada Allah atas atas limpahan
Dengan partisipasi warga Desa Sendang, rejeki yang telah Dia berikan. Juga disertai

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 194
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

harapan agar seluruh manusia akan selalu memotong dengan sembarangan dapat
hidup tenteram, sehat dan sejahtera di masa menghilangkan esensinya. Diawali tumpeng
yang akan datang. Dalam bahasa Jawa kata dipotong ujungnya yang memiliki arti
selamatan dikenal dengan slametan, yang sebagai pancer, dan potongan yang satunya
merupakan salah satu kegiatan yang cukup dipotong atau dibelah secara melintang
penting dalam setiap upacara ritual yang yang sehingga terbagi menjadi 4 bagian
diadakan. Slametan dan kata slamet yang yang memiliki anti sebagai sedulur kembar
artinya terhindar dari suatu kejadian yang papal atau empat unsur alam yang
tidak diinginkan secara lahiriah dan mempengaruhi sifat manusia. Potongan
batiniah serta selalu dalam pengayoman dan yang melambangkan pancer tadi tidak
Ilahi Rabbi, Gusti Kang Murbeng Dumadi. untuk dimakan, tetapi dilengkapi dengan
Filosofis makna slametan dalam lauk pauk tumpeng dan dipersembahkan
bahasa Jawa dinyatakan dengan ungkapan kepada Gusti Maha Agung. Sedangkan
bahwa manungsa iku urip ing alam donya potongan tumpeng yang terbelah menjadi
ora mung luru pangan, sandhang lan papan empat bagian itulah yang dimakan beramai-
ananging uga luru kasuwargan. Dalam ramai dan ini memiliki arti atau harapan
setiap kegiatan kehidupan orang Jawa yang agar 4 unsur alam yang ada dalam diri
belum ilang jawane memulai sesuatu usaha manusia tetap dapat memberikan pengaruh
dalam kesehariannya selalu didahului yang baik pada diri manusia, empat unsur
dengan slametan, sejak seseorang alam itu adalah “air, api, udara dan tanah”.
dilahirkan, menjalani kehidupannya, sampai Sifat-sifat alam mi harus ada dalam diri
masuk kembali ke liang kubur, selalu manusia karena apabila sifat alam ini tidak
disertai dengan acara slametan. Slametan ada dalam diri manusia maka ia seperti
juga dilakukan ketika dalam kandungan orang mati.
empat bulan, tujuh bulan, sampai kelahiran, Dalam prosesi tumpeng ada proses
dilanjutkan slametan ketika khitan, islamisasi dan modifikasi sehingga sesuai
menikah dan seterusnya. Dengan menyadari dengan ajaran Islam. Islam sangat
kelemahan dan kekurangan pada dirinya menganjurkan untuk memanfaatkan sesuatu
dan keyakinannya yang bulat akan adanya semaksimal mungkin, menghindari perilaku
Allah, maka setiap gerak langkah orang mubadzir. Dengan demikian semua nasi
Jawa selalu dimulai dengan memohon tumpeng dapat dimakan untuk menghindari
kepada Allah dalam bentuk slametan. perilaku mubadzir.
Dalam slametan disertai permohonan
(panuwunan) akan kebaikan semuanya 2. Nasi Klubanan
yang terekspresi dalam nasi tumpeng. Klubanan dan lauk pauk dalam
Tumpeng, mempunyai arti dan tumpeng memiliki makna yaitu variasi dan
maksud tumuju lempeng marang Gusti atau berbagai macam rasa dalam kehidupan,
tertuju kepada Allah swt, juga dapat layaknya seperti rasa klubanan, ada rasa
diartikan dedonga anteng, meneng, Jejeg, pedas, rasa asin, rasa sepet, rasa asam.
menthentheng, yang artinya berdoa itu Kombinasi berbagai rasa ini akan memberi
dengan tenang, khusuk, istiqamah dan kenikmatan hidup yang bisa membuat
fokus. Bentuk tumpeng yang bulat kerucut hidup semakin berkualitas.
berbentuk seperti gunung dan terbuat dan Dalam klubanan biasanya ada daun
nasi putih adalah mengandung arti “dalam bayem yang artinya dapat membuat adem
memohon kepada Tuhan hendaknya disertai ayem, kacang panjang yang maknanya
dengan fiat dan jiwa yang bersih (seperti yuswa dawa, kecambah yang maknanya
warna tumpeng) tenang dan teguh atau tansah sumrambah, kluwih yang maknanya
kokoh seperti gunung”. luwih-luwih, kangkung yang maknanya
Cara memotong tumpengpun tidak jinangkungan dening Gusti Kang Murbeng
boleh sembarangan asal memotong, karena Dumadi atau selalu mendapat perlindungan

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 195
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

dan Allah. Klubanan tersebut apabila dengan bulan Agustus, warga akan
dirangkai adalah wong urip yen tansah menyelenggarakan tradisi popokan, sebagai
ayem tentrem, bakale yuswane dawa lan ungkapan menerima atas segala ketentuan
tansah sumrambah lan bisa luwih-luwih, yang mereka terima.
apa-apa tansah jinangkungan dening Gusti. Kedua, tradisi popokan merupakan
Artinya, apabila dalam menjalani hidup ini ungkapan rasa syukur kepada Allah swt
dengan tenang dan tentram, maka umur atas limpahan kenikmatan, keberkahan
akan panjang, selalu berkembang serta dalam kehidupan ini. Warga Desa Sendang
mendapat kecukupan, dan semua yang mengungkapkan rasa syukur kepada Allah
dijalankan selalu mendapatkan swt setelah menerima berbagai kenikmatan
perlindungan dan Ilahi Rabb, Tuhan Yang utamanya panen yang mereka terima.
Maha Esa. Bentuk syukur itu mereka ekspresikan
melalui berbagai prosesi dalam tradisi
3. Ingkung popokan, mulai dan bersih sendang, kirab
Nasi tumpeng mempunyai makna warga, nasi tumpeng dan popokan.
khusus, demikian dengan klubanan sebagai Demikian pula, mereka bersyukur
pelengkapnya. Ingkung merupakan terjauhkan dari berbagai marabahaya yang
kelanjutan dan makna nasi tumpengan dan mengancamnya. Dulu moyang mereka
klubanan tersebut. lngkung mempunyai terancam harimau yang masuk ke wilayah
makna filosofis yaitu kembali kepada desanya, sekarang ancaman dan
kesucian, atau kembali kepada fitrah. Fitrah marabahaya dapat terwujud dalam bentuk
atau kesucian akan tercapai dan terwujud, narkoba, minuman keras, dan perilaku jelek
apabila seseorang tersebut telah menjalani lainnya.
dengan tetap menjaga hubungan dengan Ketiga, tradisi popokan merupakan
Ilahi Rabb, menjaga hubungan dengan ekspresi rasa, seni, kreatifitas hidup dan
sesama dan menjaga hubungan dengan kehidupan warga Desa Sendang khususnya.
makhluk yang lain. Ekspresi ini diwujudkan dalam bentuk kirab
Ingkung hakekatnya memiliki makna sebelum acara popokan. Kirab melibatkan
kesucian dan fitrah, seperti ayam ingkung berbagai kelompok seni, misalnya
yang nglegeno atau telanjang tanpa bulu. kelompok nonik, kuda lumping, drumblek,
Dan ini adalah tujuan akhir dari hidup, sehingga mereka dapat mengekpresikan
yaitu mancapai kesucian. Maka tujuan kemampuan seni. Di samping itu, semua
hidup pada dasarnya adalah untuk mencapai kelompok warga dapat menampilkan hasil
kesucian, fitrah sebagai tujuan akhir. kreatifitasnya dan hasil pertanian yang
Tujuan yang akan dicapai oleh setiap insan mereka miliki.
adalah untuk mencapai kesucian, fitrah
setelah menjalani kehidupan dengan rasa 5. Simpulan
serasi dan harmonis. Awalnya tradisi popokan merupakan
Dengan demikian bahwa tradisi tradisi asli Dusun Sendang, berkembang
popokan mempunyai beberapa makna. menjadi tradisi Desa Sendang. Selanjutnya
Pertama, tradisi popokan merupakan berkembang menjadi tradisi unik di
ungkapan untuk menerima realitas Kabupaten Semarang setelah Dinas
kehidupan apa adanya dengan berbagai rasa Pariwisata Kabupaten Semarang
kehidupan. Warga Desa Sendang akan mengelolanya.
menerima kehidupan ini dengan dengan Tradisi popokan tidak sebatas tradisi
nerimo setelah melakukan ikhtiar yang perang lumpur antar warga Desa Sendang,
maksimal. Mereka akan mengolah lahan tetapi dimodifikasi dengan berbagai prosesi,
pertanian mereka dengan sebaik-baiknya dimulai dari bersih sendang atau sumber
atau akan bekerja sesuai dengan profesinya. air, tumpengan, kirab dan popokan.
Ketika tiba waktunya panen, bersamaan

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 196
Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Tradisi popokan merupakan


ungkapan syukur kepada Allah sebagai
penguasa jagat raya, terjauhkan dari
berbagai bencana dan musibah,
bertambahnya berbagai kenikmatan. Tradisi
popokan juga sebagai ekspresi kemampuan
seni dan kreatifitas mereka, terlebih setelah
Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang
mengelolanya. Tradisi popokan merupakan
upaya untuk menjaga kearifan lokal, tradisi
nenek moyang yang perlu dilestarikan,
dengan sebaik-baiknya.

Daftar Wawancara dan Informasi

Dokumen Desa Sendang, Kecamatan


Bringin, Kabupaten Semarang.
Wawancara dengan Nur Faizin, tanggal 10
Juli 2016, jam 11 .00 sampai dengan
13.00.
Wawancara dengan Nur Faizin, tanggal 24
Juli 2016, jam 13.00 sampai dengan
15.15.
Wawancara dengan Nur Faizin, tanggal 27
Juli 2016, jam 11.00 sampai dengan
12.00.
Wawancara dengan Nur Solikhin, tanggal
27 Juli 2016, jam 10.00 sampai
dengan 11.45.
Wawancara dengan Kiai Muhroni, tanggal
27 Juli 2016, jam 13.15 sampai
dengan 14.35.
Wawancara dengan Heru Saputro, tanggal
28 Juli 2016, jam 07.30 sampai
dengan 08.00.
Wawancara dengan Ulis Sa’adah, tanggal
28 Juli 2016, jam 13.00 sampal
dengan 13.20.

POPOKAN:TRADISI PERANG LUMPUR DI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN,


KABUPATEN SEMARANG 197

Anda mungkin juga menyukai