Anda di halaman 1dari 8

Asal-Usul Desa Sianggunan

Dosen Pengampu
Drs. Effan Zulfiqar Harahap,, M.Si

Disusun oleh :
Dea Amanda Rambe
2302100035
Ruang : 02

Prodi :Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
2023/2024
ASAL-USUL DESA SIANGGUNAN

Pada zaman dahulu kala, ada cerita tentang “ASAL MULANYA DESA SIANGGUNAN”. Desa sianggunan ini adalah
perpindahan (mambukkas) padang bolak siijuk ke sianggunan. Na pinda sian padang bolak siijuk marga SIREGAR anak boru nia marga
HARAHAP. Di desa sianggunan ini ada terdapat pohon beringin yang sangat besar. Pohon beringin yang berada disitu bukan sembarangan
pohon, melainkan ada penunggu nya. Dan disitu ada sebuah ayunan khusus untuk orang halus. Jadi, karena itu orang-orang sebut desa ini
menjadi DESA SIANGGUNAN. Yang membina atau memimpin desa sianggunan ini itulah yang disebut raja sinomba yang bermarga
SIREGAR.

Sebelum desa sianggunan menjadi desa, dulu desa sianggunan dikelilingi lahan sawah. Dan yang pertama kali membuka desa ini
itulah yang membangun rumah besar yaitu Bagas Godang. Dulu bagas godang yang pertama dibangun dan lama kelamaan orang-orang
mulai berdatangan ke desa sianggunan. Desa sianggunan ini dihuni oleh masyarakat yang merupakan orang pindahan ke desa tersebut dan
orang desa tersebut ada yang asli padang bolak kini hanya tinggal beberapa rumah lagi. Bagas godang adalah bagas raja desa sianggunan
yang bermarga siregar, dulu bagas godang dijadikan tempat musyawarah para tokoh-tokoh masyarakat sianggunan.

Apabila ada masalah ataupun musyawarah mengenai perkembangan desa. Parbagas godang adalah orang yang paling disegani dan
dihormati di desa sianggunan karena mereka adalah orang yang pertama kali yang membuka desa sianggunan dan menjadi raja sianggunan.
Yang duluan membuka desa sianggunan. Adapun adat istiadatnya desa ini itulah yang disebut paradat godang. Raja sian bagas godang.
Desa Sianggunan juga mempunyai Balai yang terletak di perantaraan rumah masyarakat desa sianggunan. Yang mana makam beliau yang
berada di tengah-tengah rumah warga desa sianggunan.

Berikut dibawah ini adalah gambar balai desa sianggunan.


Adapun pencetus nama balai
di tengah-tengah rumah masyarakat desa sianggunan. Yang letaknya di
dalam bangunan yang tidak berpagar dan mempunyai atap serta memiliki
area yang cukup lebar di dalam bangunannya. Agar keluarga datang
berkunjung memiliki tempat untuk berziarah. Keluarga beliau yang
tinggal di sekitaran balai makam tersebut datang untuk berkunjung atau
berziarah pada saat ingin menyambut bulan puasa dan saat sebelum hari
raya islam. Desa sianggunan ini diapit oleh 4 sungai yaitu sungai siandi-andi, sungai sialang, sungai air rodang, dan sungai parsariran.

a. Sungai Siandi-andi
kegunaannya adalah mengairi air sawah para petani. Sungai siandi-andi
ini juga tempat orang-orang biasanya mencuci pakaian, tempat
pemancingan para pemuda.

b. Sungai Sialang
sungai sialang pun juga dapat mengairi air sawah dan tempat mandi,
mencuci honda, dan orang-orang juga suka masak-masak dan
memanggang di sungai sialang.

c. Sungai Parsariran
Sungai Parsariran adalah air yang mengairi air sawah, tempat memancing ikan dan sebagian air sungai parsariran dijadikan lubuk
larangan setiap tahun baru dibuka. Air parsariran digunakan juga tempat pengambilan batu dan pasir.
d. Sungai rodang (aek rodang)
Air rodang adalah air yang paling jernih, biarpun airnya kecil tapi sangat banyak manfaatnya. Masyarakat sianggunan pada umumnya
menggunakan air rodang meski mata air rodang kecil tapi tidak pernah mengering dan disaat kemarau panjang pun airnya tidak habis.
Air rodang tempat warga desa sianggunan mandi, mencuci piring, mencuci baju, dan mengambil air minum.

Air rodang bisa dialirkan kerumah masyarakat sianggunan ataupun ke mesjid dan dialirkan air bersih disetiap sungai kecil yang ada
di desa sianggunan.

Dan juga terdapat beberapa sawah (saba) seperti saba bolak, saba jae, saba donok, saba rimba, dan saba siloung. Desa ini juga memberikan
kemakmuran bagi warganya dengan tanah yang subur yang bisa ditanami oleh petani-petani yang menghasilkan. Seperti Padi, Jagung,
Bengkoang, dan lain-lainnya. Mata pencaharian masyarakat DESA SIANGGUNAN adalah Petani (seperti Sawit, Karet, Gula Aren,
Sawah), Pedagang, Bidan, dan Guru.

1. Bahasa yang digunakan

Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya, bahasa ini alat
komunikasi terbaik dibandingkan alat komunikasi lainnya, bahasa merupakan simbol bunyi hasil dari alat ucap manusia. Bahasa
memiliki sifat dinamis yang artinya berkembang, bahasa selalu mengalami perkembangan dari zaman ke zaman, terbukti dari
munculnya bahasa yang bervariasi. Variasi bahasa bisa didasarkan pada panuturnya, penggunanya, dari segi jalur yang digunakan untuk
mengungkapkan bahasa, dan segi keformalan bahasa itu sendiri.

Bahasa memiliki banyak fungsi selain dari alat berinteraksi dan berkomunikasi antar sesama manusia. Bahasa memiliki fungsi lain
yakni sebagai ciri dari kelompok mana dia berasal dan bahasa merupakan alat pemersatu. Bahasa sebagai ciri dan pemarsatu bagi kita
bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia yakni bahasa negara dan bahasa nasional. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia di desa
dapat kita amati saat kita melihat atau menghadiri sebuah acara-acara resmi atau tidak resmi di desa. Acara-acara seperti ini biasanya
seperti; pesta pernikahan, acara perkumpulan, dan lain sebagainya.

Selain itu, penggunaan bahasa di desa dapat kita amati ketika salah seorang anggota masyarakat desa pulang dari merantau di
kota ataupun masyarakat desa yang telah lama tinggal dikota. Kembali tinggal di desa karena faktor lingkungan menjadikan masyarakat
desa tersebut cenderung menggunakan bahasa Indonesia didesanya. Penggunaan bahasa Indonesia di desa juga dapat kita amati saat
desa tersebut kehadiran seorang pengunjung ke desanya, yang entah untuk alasan liburan ataupun kepentingan lainnya dia datang ke
desa tersebut.

Dalam interaksi antara pengunju


apalagi jika pengunjung tersebut tidak menguasai bahasa desa. Akan tetapi,
masyarakat dari berbagai daerah ataupun yang sudah tinggal dikota lain,
memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Namun jika penggunaan bahasa
daerah ini digunakan untuk berinteraksi dengan yang lain tentu akan sulit bagi
masyarakat pedesaan memahami bahasa satu dengan yang lainnya, karena itulah
penggunaan bahasa yang memiliki fungsi sebagai alat pemersatu lebih dominan
didaerah.
Akan tetapi, penggunaan bahasa Indonesia juga digunakan oleh masyarakat desa atau orang-orang desa. Penggunaan bahasa
Indonesia digunakan hanya seperlunya saja tidak seperti didaerah kota yang cenderung yang lebih sering digunakan. Bahasa masyarakat
desa umumnya adalah bahasa daerah yakni bahasa yang mereka kenal sejak mereka lahir. Bahasa yang digunakan di desa sianggunan ini
bisa kita sebut sebagai Bahasa Batak ( Batak Tapanuli), dan bahasa Indonesia. Dari awal terbentuknya desa sianggunan ataupun dari
sejak mereka lahir sudah menggunakan bahasa tersebut, tidak ada yang menggunakan bahasa lain selain bahasa batak.

Namun hanya sebagian orang yang menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa lainnya. Ada sebagian orang-orang yang sedang
merantau atau nikah ke daerah lain jika pulang kampung ke desa, mereka menggunakan bahasa lain seperti bahasa Indonesia,
mandailing dan bahasa lainnya.

2. Letak Geografi Desa Sianggunan.

Desa sianggunan merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan batangtoru. Desa sianggunan jika dilihat dari sudut
geografisnya merupakan desa yang strategis karena desa ini terletak pada jalan raya lintas padangsidempuan-sibolga (KM 23-24). Untuk
mengetahui desa sianggunan dari sudut geografisnya dapat dilihat dari batas-batasnya. Adapun batas-batas wilayah desa sianggunan
adalah sebagai berikut :

a. Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Siandi-andi.


b. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Hutabaru.
c. Sebelah barat berbatasan dengan Tor sipincur.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sisipa.

3. Visi-Misi Desa Sianggunan.


Visi : Membangun rumah bersama pemerintah dan masyarakat menuju masa depan yang sejahtera, makmur ,lahir dan batin.
Misi: Untuk mencapai misi desa sianggunan , perlu dilakukan misi atau langkah-langkah yang dikerjakan sesuai dengan kebutuhan desa
sebagai berikut:

a. Masyarakat mau melaksanakan gotong royong.


b. Melaksanakan tugas pemerintah yang transparan jujur dan adil.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
d. Meningkatkan usaha tani.

4. Agama dan kepercayaan di desa sianggunan.

Agama dan kepercayaan sering kali digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki makna yang sedikit berbeda, agama
biasanya merujuk pada sistem kepercayaan dan praktik formal yang mencakup keyakinan tentang Tuhan, ajaran moral, dan ritual
tertentu. Agama biasanya memiliki organisasi dan struktur yang jelas, seperti gereja dan masjid. Sedangkan kepercayaan bisa lebih luas ,
ini bisa merujuk pada keyakinan pribadi atau filosofis yang tidak selalu terorganisir atau formal. Misalnya, seseorang mungkin memiliki
kepercayaan pribadi tentang bagaimana dunia bekerja atau apa yang terjadi setelah kematian, tetapi mereka mungkin tidak mengikuti

agama tertentu. Namun, baik agama maupun kepercayaan adalah bagian penting dari identitas banyak orang dan sering kali
mempengaruhi cara mereka melihat dunia. Orang memiliki keyakinan agama yang berbeda akan mengartikan agama menurut versi
agamanya, misalnya agama islam berbeda dengan agama hindu, atau lainnya ketika mendefenisikan agama. Begitu juga orang yang
berbeda latar belakang dan tingkat keilmuannya atau berbeda disiplin ilmunya, akan mengartikan agama sesuai dengan kapasitas
keilmuannya. Namun kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu kepada orang lain dimana kita memiliki keyakinan
kepadanya.

Agama adalah kepercayaan setiap umat manusia, begitu juga dengan masyarakat desa sianggunan bahwa mayoritas penduduk desa
sianggunan tersebut beragama islam. Bahkan seluruh masyarakat desa sianggunan adalah beragama islam 100% untuk menunjang
rutinitas masyarakat dalam menjalankan ibadah sebagai umat beragama. Di sebuah desa kecil yaitu desa sianggunan hiduplah berbagai
kelompok agama dan kepercayaan yang berbeda meskipun mereka memiliki keyakinan yang berbeda, mereka hidup berdampingan
dalam harmoni dan saling menghargai. Masyarakat desa perlu saran tempat beribadah. Adapun jumlah tempat ibadah di desa
sianggunan ada 3 masjid sebagai tempat beribadah masyarakat di desa tersebut.

5. Kondisi sosial dan budaya

Sosial budaya merujuk pada aspek-aspek kehidupan sosial dan budaya suatu masyarakat ini melibatkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan cara hidup, nilai-nilai, norma, kebiasaan, tradisi, insitusi, dan interaksi sosial yang terjadi dalam suatu kelompok
masyarakat. Sosial budaya adalah suatu tatanan dalam kehidupan masyarakat yang meliputi elemen-elemen, seperti adat istiadat,
pengetahuan, kepercayaan, dan moral. Sosial budaya biasa juga disebut kebudayaan secara universal, sosial budaya lahir dari pola pikir
dan akal budi manusia-manusia yang hidup di dalam masyarakat.

Masyarakat desa sianggunan terdiri dari masyarakat yang homogen yang sebagian besar didominasi oleh batak yang beragam islam.
Rata- rata masyarakat memiliki mata pencarian sebagai petani karet, padi, sayuran, dan lain-lain. Mata pencarian merupakan suatu usaha
untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus akan turut menentukan kelangsungan hidup mereka sendiri. Kehidupan masyarakat desa
sianggunan dengan tradisi-tradisi seperti perkawinan, kematian yang hampir selalu dilakukan oleh masyarakat. Selain itu tradisi kenduri,
syukuran dan Marsialap ari.

Seiringnya zaman berlalu kegotong-royongan masyarakat sudah jauh berkurang. Tetapi menjenguk orang sakit (tetangga dan keluarga)
masih dilakukan oleh masyarakat.

6. Organisasi Sosial Di Desa Sianggunan.

Organisasi sosial adalah sturuktur yang dibentuk oleh individu untuk mencapai tujuan bersama, sturuktur ini biasanya memiliki
peraturan dan prosedur tertentu yang ditetapkan untuk membantu menjaga organisasi dan memastikan semua anggota bekerja sama
dengan efektif. Organisasi sosial bisa berupa berbagai jenis kelompok, organisasi sosial yang terdapat masyarakat yakni STM (Serikat
Tolong Menolong) yang ketika terjadi kemalangan / meninggal menolong dengan memberikan uang dengan jumlah Rp. 5000 per
rumah tangga. Stm juga menyediakan kain kafan dan beberapa alat masak seperti PARDANDANGAN yang dimana orang-orang
menggunakan setiap

ada acara. Organisasi yang ada di desa siangunan adalah NNB (Naposo Nauli Bulung), merupakan organisasi yang di dalamnya terdapat
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang di harapkan yang di dalamnya terdapat hubungan kerja sama yang
saling berhubungan satu sama lain yang bertugas untuk saling memahami, mendeskripsikan, menjelaskan dan juga memprediksikan.
Misalnya : perkawinan, kematian ataupun acara-acara lainnya. Dimana para pemuda saling tolong menolong dalam acara tersebut.

7. Adat Istiadat Desa Sianggunan.

Sistem kekerabatan adat istiadat masih memegang pada adat istiadat yang disebut dengan “Markoum Marsisolkot”. Adat istiadat
ini sudah disempurnakan atas pihak-pihak yang untuk dapat disatukan menjadi hidup berdampingan rukun dan damai. Karena dari arti
makna “Markoum” adalah berkaum atau family dekat. Meskipun ia dari orang yang jauh atau orang yang tidak pernah dikenal.
Sedangkan “Marsisolkot” artinya mendekatkan yang sudah dekat, artinya masih satu marga atau suku dari satu nenek moyang. Adat
istiadat “Markoum Marsisolkot” di desa sianggunan sudah disepakati untuk dipakai kepada masyarakatnya.

Masyarakat desa sianggunan menerapkan nilai-nilai dalam setiap perilaku kehidupan termasuk prosesi pernikahan yang di usung
dalam rangkaian upacara adat yang meriah (seperti margondang). Perlengkapan pesta pernikahan hingga tata cara dalam setiap prosesi
yang berlaku mencerminkan bahwa masyarakat desa sianggunan amat menjunjung tinggi kaidah dan nilai yang terkandung dalam ajaran
agama islam (seperti mangalehen hepeng sahatan, manyapai boru, manulak sere, mangalehen mangan, mangalap boru, makkobar, , dan
mangolat boru).

Berikut adalah penjelasan mengenai adat perkawinan di desa sianggunan, yaitu sebagai berikut :

a. Mangalehen hepeng sahatan : Jika mempelai perempuan duluan menikah, maka mempelai perempuan tersebut mendenda 2JT apabila
maharnya 1JT. Dan apabila mempelai laki-laki duluan menikah maka mahrnya tidak kembali.

b. Manulak Sere : mengantarkan mahar, dimana pengantin laki-laki harus membawa semua persyaratan-persyaratan yang diminta pihak
perempuan. Adapun hantaran nya seperti perlengkapan kamar, pakaian lengkap, seperangkat alat sholat, kain sarung, dan perabotan
rumah tangga lainnya.

c. Martahi : Tradisi ini dilakukan sebelum pernikahan dimana keluarga pihak pengantin laki-laki mendatangi berbagai daerah dan
kampung terdekat untuk mengundang para koum sisolkot ( Keluarga Terdekat) untuk hadir di acara tersebut.

d. Mangalap Boru : adat penjemputan pengantin wanita dalam upacara adat perkawinan masyarakat desa sianggunan pada saat yang
telah disepakati bersama keluarga dan juga iboto-ibotonya (saudara) dari pengantin pria akan berangkat menuju rumah pengantin
wanita, mereka menggunakan pakaian adat lengkap serta membawa makanan (rendang ayam dan ittak).

e. Makkobar : adat istiadat perkawinan yang dilakukan dengan cara berbicara dalam tutur sapa yang sangat khas dan unik antara barisan
yang terdapat dalam dalihan natolu, harajaon, dan hatobangon.
f. Mangolat Boru : acara menghadang pengantin sebelum kepergian mempelai ke rumah namboru (mertua) yang dilakukan anak
namboru dari mempelai perempuan sebagai suatu perpisahan sehingga adanya upah atau uang pangolat.

Anda mungkin juga menyukai