Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MOOD DISORDER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal

Dosen Pengampu : Nurhasanah Pardede, M.Psi

Disusun Oleh :

Kelompok 6
1. Nurhasanah
2. Sahra Deviyani
3. Danis Hardiansyah

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan karena atas rahmat dan ridhonya kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Perdata .Shalawat serta salam tercurah limpahkan
kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW tak lupa kepada sahabatnya , tabi’it,tabiat dan
kia selaku umatnya di akhir zaman ini.Kami berterima kasih kepada Ibu ,Selaku dosen mata
kuliah Hukum Perdata yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padangsidimpuan, Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
................................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
................................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
................................................................................................................................................
1
A. Latar Belakang
....................................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
....................................................................................................................................
4
C. Tujuan Masalsah
....................................................................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN
................................................................................................................................................
5
A. Gangguan Suasana Hati
....................................................................................................................................
5
B. Jenis Gangguan Suasana Hati
....................................................................................................................................
5
C. Teori Psikologis Yang Menjelaskan Tentang Gangguan Suasana Hati
....................................................................................................................................
10

ii
D. Teori Biologis Yang Menjelaskan Tentang Gangguan Suasana Hati
....................................................................................................................................
12
E. Terapi Yang Dapat Dilakukan Untuk Individu Yang Mengalami Gangguan
Suasana Hati
....................................................................................................................................
14
BAB III PENUTUP
................................................................................................................................................
17
A. Kesimpulan
....................................................................................................................................
17
B. Saran
....................................................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan terkadang naik turun, terkadang merasa sangat senang bila memperoleh
nilai tinggi, mendapat perhatian dari seseorang yang dikasihi, mendapat reword, dan lain-
lain. Seseorang merasa sedih atau depresi bila ditolak seseorang, gagal dalam ujian, atau
bahkan mengalami kesulitan keuangan dan itu merupakan hal yang normal dan wajar.
Sesuatu yang normal dan tepat untuk merasa senang dan bahagia saat mendapatkan
kegembiraan dan juga normal pada saat mendapatkan kesedihan seseorang merasakan
terpuruk.
Mood merupakan kondisi perasaan yang terus ada dan mewarnai kehidupan
psikologis. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks
peristiwa atau situasi yang penuh tekanan, namun orang yang mengalami gangguan mood
(mood disorder) yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan
untuk memenuhi tanggung jawab secara normal. Mood memang wajar yang selalu dialami
oleh setiap orang. Mood datang dan pergi, dan ketika hal itu terjadi pasti dapat diatasi.
Gangguan mood adalah suatu tipe gangguan yang ditandai dengan gangguan pada
mood. Gangguan pada mood berlangsung sangat lama, tidak seperti biasanya, sangat parah,
dan cukup serius sehingga menghambat fungsi sehari-hari. Gangguan mood mencangkup
berbagai gangguan emosi yang membuat seseorang tidak dapat berfungsi, mulai dari
kesedihan pada depresi hingga euforia yang tidak realistis dan irritabilitas pada mania.
Ada beberapa tipe dalam gangguan mood yaitu gangguan Unipolar Dan Bipolar.
Gangguan unipolar yaitu gangguan mood yang mengacu pada satu kutub, arah atau tunggal.
Dalam gangguan unipolar terdapat gangguan depresi mayor dan gangguan distimik. Dalam
episode depresi mayor orang tersebut akan mengalami salah satu diantara mood depresi
(sangat sedih, putus asa, dan dipuruk) kehilangan minat, rasa senang pada aktifitas untuk
periode dalam waktu paling sedikit 2 minggu. Sedangkan gangguan distimik adalah pola
depresi ringan yang terjadi dalam rentang waktu dan pada dewasa biasanya dalam beberapa
tahun. Gangguan depresi disebut unipolar karena gangguan ini terjadi hanya pada satu arah
atau kutup emosional ke bawah.
Ada tipe gangguan mood lainnya adalah gangguan perubahan mood yaitu gangguan
bipolar dan siklotimik. Gangguan ini mengakibatkan ekses depresi maupun rasa girang,

1
biasanya dalam pola yang saling bergantian. Seperti mengandarai roller coster emosional,
berayun dari satu ketinggian rasa girang ke kedalaman depresi tanpa adanya penyebab
eksternal. Seseorang yang mengidap gangguan bipolar biasanya sering merasakan euforia
(kegembiraan) yang berlebihan dan mengalami depresi. Periode ini biasanya ini bisa
berganti dalam hitungan jam, minggu maupun bulan. Dan untuk penyebab yang tidak jelas
sejumlah orang mengalami perubahan mood yang dramatis dari kedalaman.
Kebanyakan orang tahu bahwa susanana perasaan akan cepat berlalu bahkan akan
kembali diri sendiri dalam satu atau dua hari berikutnya. Jika seseorang tidak pernah
merasakan sedih dan selalu melihat hal yang baik saja dari setiap situasi yang dihadapi itu
benar-benar hebat dibandingkan sesekali yang mengalami depresi. Perasaan depresi bersifat
universal dan membuat mood disorders (gangguan suasana perasaan) gangguan yang
membuat orang begitu kehilangan daya hingga bunuh diri dianggap sebagai pilihan yang
lebih baik dari pada tetap hidup.
Depresi dimulai dengan perasaan hambar, yang membuat hari-hari berkabut dan
berubah menjadi membosankan, melemahkan tindakan yang sudah biasa dilakukan
sedemikian rupa sehingga bentuknya yang semula jelas menjadi kabur oleh usahanya itu.
Membuat seseorang menjadi lelah, bosan, dan terobsesi dengan diri tetapi dapat dilaluinya.
Tetapi pada saat melaluinya seseorang dapat melewatinya meskipun tidak membahagiakan
tidak seorangpun dapat menemukan titik runtuhnya yang menandai depresi mayor, tetapi
ketika sampai disana hampir tidak akan keliru mengenalinya.
Euforia dirasakan oleh seseorang yang sebelumnya tengah mengalami situasi hidup
yang jenuh atau dalam seebuah konflik psikologis yang mendalam. Hal itu yang
menyebabkan ketika ada sedikit stimulus yang positif, misalnya ada kabar gembira,
seseorang tersebut merasakan secara berlebih karena kondisi tersebut sangat kontras dengan
kondisi sebelumnya. Euforia terjadi dalam waktu singkat dan tidak abadi, biasanya orang
yang mengalami euforia dalam fase hidup tertentu berpotensi akan mudah merasakan
euforia dalam fase-fase berikutnya.
Remaja mudah sekali terpengaruh oleh lingkungannya. Bagaimana pentingnya
pengaruh keluarga, lingkungan, teman sebaya terhadap perkembangan remaja. Terkadang
remaja mengalami ketidakseimbangan dalam emosi dan dibiarkan berlarut-larut tanpa ada
perhatian khusus dari lingkungan sekitar atau orang terdekatnya bisa menjadi suatu masalah
yang serius bagi perkembangan psikologi remaja yang memang sangat labil pada masanya.
Perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak.
2
Emosi yang tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang sedang dialami remaja.
Oleh kerena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan pada masa remaja dapat sedih sekali dilain waktu dapat marah sekali, terkadang
bahagia yang berlebihan.Remaja sering kali cemas atau depresi, tetapi kondisi emosional
seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal bila tidak sesuai dengan situasinya.
Dan melebihi kadar normalnya atau diluar batas kewajaran.
Sehubungan dengan gangguan mood yang dialami oleh siswi SMPN 3 Pulung kelas
VIIC sebutkah GA (nama samaran) yang menunjukkan ciri-ciri perilaku yang bisa dikatakan
abnormal terutama kebiasaannya di dalam kelas yang suka melamun, cenderung tidak
bertanggung jawab, tidak melibatan diri dalam suatu kegiatan kelompok, tidak sopan saat
berinteraksi dengan orang lain, cenderung murung dan kurang memiliki respon positif pada
orang di sekitarnya, namun suatu waktu tertentu GA terlibat sangat aktif dan penting, selalu
terlihat mencolok dan menarik perhatian orang lain.
Siswi GA juga sangat sukar untuk membagi perasaannya pada oang lain ketika di
ajak komunikasi GA selalu berkata tidak terjadi apa-apa namun dalam waktu tertentu GA
menjadi sangat mudah diajak komunikasi dan mengutarakan masalahnya. GA memiliki
perasaan yang berubah-ubah, terkadang GA sangat murung dan seketika menjadi aktif yang
sangat mencolok.
Terapi rasional emotif behavior adalah satu terapi yang menaruh perhatian pada
asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur
maupun berfikir irrasional serta menekankan pada suatu perubahan yang mendalam cara
berfikir dapat menghasilkan perubahan dan berperasaan serta beperilaku sehingga individu
akan menjadi produktif dalam kehidupannya.
Dengan terapi rasional emotif behavior konselor diharapkan membantu konseling
untuk mengubah perilaku atau kebiasaan negatifnya. Prinsip dasar terapi ini adalah
menekankan proses belajar dalam melatih ketrampilan untuk mengubah pola pikir yang
rasional serta mempelajari cara yang lebih efektif dalam mengatasi masalah atau gangguan
emosinya. Dengan menempatkan kondisi emosinya dalam kerangka berfikir yang rasional,
konseling diharapkan dapat menampilkan perilaku yang rasional pula.
Menurut Ellis yang dikutip oleh Singgih D. Gunarsih bahwa pendekatan Rasional
Emotif Behavior dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah klinis seperti :depresi,
anxietas (kecemasan), gangguan karakteorologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan,
perkawinan, pengasuhan masalah perilaku pada anak remaja.

3
Terapi rasional emotif behavior menggunakan beberapa teknik yang bersifat kognitif,
imageri, dan behavioristik yang disesuaikan denagn kondisi konseling. Setiap konselor
dapat menggunakan gabungan teknik sejauh gabungan sejauh penggabungan itu
memungkinkan.
Tujuan dari dilaksanakannya terapi rasional emotif behevior adalah untuk
mengentaskan problem yang dialami oleh GA yang mengalami gangguan mood. Dengan
diadakannya terapi rasional emotif behavior tersebut diharapkan siswi tersebut mampu
berfikir secara rasional atau logis ketika mengalami suatu perubahan mood atau suasana
perasaan, yang akibatnya akan berpengaruh kepada hubungan sosialnya. Pikiran-pikiran
negatifnya yang membuat suasana perasaan berubah-ubah. Masalah yang dialaminya
merupakan bentuk dari pola pikirnya yang irrasional dan pemecahan masalah yang
dihadapinya tersebut merupakan tanggung jawabnya sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud gangguan suasana hati?
2. Apa saja jenis gangguan suasana hati?
3. Apa saja teori psikologis yang menjelaskan tentang gangguan suasana hati?
4. Apa saja teori biologis yang menjelaskan tentang gangguan suasana hati?
5. Apa saja terapi yang dapat dilakukan untuk individu yang mengalami gangguan
suasana hati?

C. Tujuan Masalah
1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud gangguan suasana hati.
2. Supaya mahasiswa dapat mengetahui jenis gangguan suasana hati.
3. Supaya mahasiswa dapat mengetahui teori psikologis yang menjleakan tentang
gangguan suasana hati.
4. Supaya mahasiswa dapat mengetahui teori biologis yang menjelaskan tentang
gangguan suasana hati.
5. Supaya mahasiswa dapat mengetahui terapi yang dapat dilakukan untuk individu yang
mengalami gangguan suasana hati.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gangguan Suasana Hati


Mood disorder (gangguan suasana hati) adalah suatu gangguan mental yang
ditandai oleh perubahan mood. Pada DSM, gangguan susana hati meliputi gangguan-
gangguan yang terdapat pada mood dimulai dari depresi yang ekstrem hingga mania yang
ekstrem. Dalam DSM-III-R tahun (1987) disebut sebagai mood disorder atau gangguan
suasana hati. Suasana hati (mood) mengacu kepada pengertian emosi yang bertahan lama
yang mewarnai seluruh kehidupan manusia, yang melibatkan bagian depresi maupun
kegembiraan atau mania.

B. Jenis Gangguan Suasana Hati


Gangguan suasana hati terbagi menjadi dalam gangguan depresi (unipolar) dan
gangguan bipolar.
1. Gangguan depresi
Dalam DSM-III-R gangguan depresi terletak pada aksis 1. Aksis satu
menggambarkan sindrom klinis. Hampir semua orang pernah mengalami depresi.
Sebagian besar dari kita pernah mengalami saat-saat dimana kita mengalami sedih,
letargik (kelesuan), dan tidak tertarik pada aktivitas apapun bahkan aktivitas yang
menyenangkan. Depresi adalah respon normal pada banyak stress kehidupan. Depresi
dianggap abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan
terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih. Kekesalan dan
kesedihan adalah gejala emosional yang paling menonjol pada depresi. Individu
merasa putus asa dan tidak berdaya, seringkali menangis dan mungkin mencoba bunuh
diri. Yang sama menonjolnya pada depresi adalah hilangnya kegembiraan atau
kepuasan dalam kehidupan. Ciri-ciri pokok dari gangguan depresi (unipolar) adalah
adanya satu atau lebih episode depresi (tanpa munculnya episode mania).
Gejala-gejala psikologis gangguan depresi:
a. Suasana hati :Kesedihan, kecemasan, mudah marah

5
b. Berpikir :Kehilangan konsentrasi, lamban dan kacau dalam berpikir,
penyalahan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.
c. Motivasi :Kurang minat dalam bekerja dan hobi, menghindari kegiatan kerja
dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi.
d. Perilaku :Lamban, mondar-mandir, menangis, mengeluh
Simtom-simton biologis gangguan depresi adalah:
a. Hilangnya nafsu makan atau nafsu makan bertambah
b. Hilang nafsu birahi
c. Tidur terganggu
Gangguan depresi dapat mempengaruhi berbagai macam fungsi menjadi lebih
giat atau lebih lemah. Semua penderita depresi akan memperlihatkan beberapa atau
semua simtom dengan tingkat keparahan berbeda, dan bebereapa penderita depresi juga
menunjukan simtom psikotis yang jelas dalam bentuk delusi dan halusinasi.
Jenis-jenis depresi :
1. Major depression (depresi mayor)
Ciri pokoknya dengan adanya satu atau lebih episode depresi. Biasa disebut
depresi berat, unipolar depresi, atau depresi klinis. telah terjadi di dingin bulan
dengan tidak sama lain selama dua tahun atau lebih.
Suasana hati yang depresi atau hilangnya minat atau kegembiraan di semua
kegiatan minimal selama dua minggu dan hampir setiap hari. Setidaknya minimal 5
dari gejala di bawah ini terjadi secara bersamaan selama masa 2 minggu tersebut,
diantaranya :
a. Suasana hati yang depresif (bisa berupa perasaan mudah marah), misalnya
perasaan sedih, kehilangan harapan, kecil hati, dll.
b. Menghilangnya minat atau kegembiraan pada semua atau hampir di semua
kegiatan secara mencolok, misalnya “tidak pedui lagi”.
c. Secara mencolok hilang berat badan atau tambah berat badan, (lebih dari 5%
berat badan dalam satu bulan).
d. Gangguan tidur : insomnia atau hypersomnia.
e. Agitasi psikomotoris (misalnya tidak bisa duduk tenang, menggosok-gosok
rambut atau kulit), atau retardasi (misalnya bicara lambat atau bersuara pelan,
gerak tubuh lambat).
f. Kelelahan atau hilangnya tenaga.
g. Merasa tidak berharga atau merasa sangat bersalah.
6
h. Hilangnya kemampuan berpikir, konsentrasi, ketidakmampuan membuat
keputusan.
i. Sering munculnya pikiran mengenai kematian atau bunuh diri (rencana bunuh
diri atau usaha untuk bunuh diri).

Adapun mayor depresi terbagi menjadi beberapa subtipe yaitu:


a. Atypical depresi (AD) ini ditandai dengan suasana hati reaktifitas dan positif,
signifikan kenaikan berat badan atau peningkatan nafsu, berlebihan tidur atau
sifat tidur (hipersomnia), sebuah sensasi berat pada tungkai yang dikenal
sebagai kelumpuhan berat, dan kerusakan sosial yang signifikan sebagai akibat
hipersensitivitas yang dirasakan penolakan antarpribadi.
b. Melankolis depresi ditandai dengan hilangnya kesenangan (anhedonia) di
sebagian besar atau semua kegiatan, kegagalan reaktivitas untuk menyenangkan
rangsangan, kualitas mengalami depresi suasana hati lebih menonjol daripada
kesedihan atau kehilangan, gejala yang memburuk pada pagi hari, awal pagi
bangun, keterbelakangan psikomotorik, penurunan berat badan yang berlebihan,
atau rasa bersalah yang berlebihan.
c. Depresi psikotik (PMD) adalah istilah untuk episode depresif besar, terutama
dari sifat melankolis, di mana pengalaman-pengalaman pasien psikotik gejala
seperti delusi atau, lebih jarang terjadi, halusinasi.
d. Depresi katatonik adalah dimana penderitanya dapat mengalami kehilangan
ekstrem keterampilan motorik atau bahkan hiperaktif konstan aktivitas motorik.
Penderita kadang-kadang akan terus pose kaku berjam-jam dan akan
mengabaikan rangsangan eksternal. Penderita dapat juga menunjukkan
stereotip, gerakan-gerakan berulang-ulang.
e. Depresi pascamelahirkan (PPD) merupakan suatu bentuk depresi klinis yang
dapat mempengaruhi banyak perempuan. Depresi paska melahirkan terjadi pada
wanita setelah mereka membawa anak, biasanya dalam beberapa bulan
pertama. Gejala meliputi kesedihan, kelelahan, insomnia, perubahan nafsu
makan, berkurangnya libido, menangis episode, kecemasan, dan mudah marah.
f. Seasonal affective disorder (SAD), merupakan gangguan suasana hati yang
serius ketika perubahan musim Gejala SAD dapat terdiri dari: kesulitan bangun
di pagi hari, kecenderungan untuk kesiangan serta makan terlalu banyak, dan
terutama kerinduan untuk karbohidrat, yang menyebabkan kenaikan berat
7
badan. Gejala lain termasuk kekurangan energi, kesulitan berkonsentrasi
menyelesaikan tugas-tugas, dan penarikan diri dari teman-teman, keluarga, dan
kegiatan social. Semua ini mengarah ke depresi, pesimisme, dan kurangnya
kesenangan yang mencirikan seseorang yang menderita gangguan ini

2. Dysthymia
Dysthymia atau depresi yang neurotis ciri pokoknya adalah suasana hati depresi
yang kronis untuk setidaknya 1 tahun pada anak atau 2 tahun pada orang dewasa,
perasaan “kelabu”, hilangnya perasaan senang dalam berbagai aktivitas yang biasa
dilakukan, Beberapa gejala depresi seperti : nafsu makan berkurang,
hipersomna/insomnia, energi berkurang / mereasa lelah, self erteem rendah,
konsentrasi rendah, kesulitan membuat kepuusan, merasa putus asa. Bentuk depresi
ini lebih ringan daripada major depression.
3. Depresive Disorder not otherwise specified
Depresive Disorder not otherwise specified atau gangguan depresi yang tidak
ditentukan, menurut DSM-IV, DD-NOS meliputi "depresi apapun yang tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan tertentu." Yang termasuk ke dalam DD-NOS,
yaitu:
 Depresi Singkat yang Berulang (RBD), dibedakan dari depresi major terutama
oleh perbedaan dalam durasi. Orang dengan RBD memiliki episode depresif
sekitar sekali per bulan, dengan episode individu berlangsung kurang dari dua
minggu dan biasanya sekitar 2-3 hari.
 Depresi minor, atau sekadar depresi kecil, yang mengacu pada suatu depresi yang
tidak memenuhi kriteria penuh depresi berat, setidaknya dua gejala yang hadir
selama dua minggu.
2. Gangguan Bipolar
Bipolar disorder atau manic-depressive disorder (juga disebut sebagai bipolar
afektif disorder atau manic depresi) adalah diagnosis psikiatri yang menjelaskan
kategori dari gangguan suasana hati ditentukan oleh kehadiran satu atau lebih episode
suasana hati meningkat secara tidak normal. Suasana hati ini secara klinis disebut
sebagai mania atau jika lebih ringan, hypomania.
Adapun mania yaitu suatu episode dimana terjadi peningkatan mood yang
ekstrim. Ciri-ciri mania :

8
a. Adanya mood dimana individu mudah marah atau tersinggung, ekspansif, secara
terus menerus meninggi, dan berifat abnormal.
b. Berlangsung minimal dalam waktu 1 minggu (atau kurang dari itu, namun
membutuhkan perawatan di rumah sakit)
c. Tiga atau lebih symptom muncul secara terus menerus
d. Cukup berat dan menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau terganggunya
berbagai fungsi,
e. Tidak dikarenakan penggunaan obat atau kondisi medis
f. Simptom, antara lain :
 Terjadi peningkatan aktivitas – di pekerjaan, social atau seksual
 Self esteem atau rasa bangga yang meningkat – keyakinan bahwa dirinya
memiliki kemampuan, kekuasaan atau bakat tertentu
 Penurunan kebutuhan untuk tidur
 Lebih cerewet dari biasanya, adanya keinginan untuk tetap berbicara, bicaranya
cepat
 Ide banyak bermunculan, adanya ide / pikiran melompat-lompat, perhatian
mudah terpecah / terbagi
 Peningkatan aktivitas-aktivitas berorientasi tujuan
 Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang berdampak
negative, miss belanja, promisquity
Hypomania ialah suatu periode dimana terjadi peningkatan mood namun dalam
taraf yang rendah, cirinya :
a. Adanya mood dimana individu mudah marah atau tersinggung ekspansif, secara
terus menerus meninggi, dan bersifat abnormal.
b. Berakhir dalam waktu 4 hari.
c. Tiga atau lebih symptorn muncul secara terus menerus.
d. Tidak cukup berat untuk menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau
terganggunya berbagai fungsi, perawatan di rumah sakit, tidak ada gangguan
psikotik.
e. Tidak dikarenakan penggunaan obat atau kondisi medis.
f. Simptorn, antara lain :
 Terjadi peningkatan aktivitas – di pekerjaan, social atau seksual
 Self esteem atau rasa bangga yang meningkat – keyakinan bahwa dirinya
memiliki kemampuan, kekuasaan atau bakat tertentu
9
 Penurunan kebutuhan untuk tidur
 Lebih cerewet dari biasanya, adanya keinginan untuk tetap berbicara, bicaranya
cepat
 Adanya ide/pikiran melompat-lompat, perhatian mudah terpecah / terbagi
 Peningkatan aktivitas-aktivitas berorientasi tujuan
 Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas-aktvitas yang berdampak
negative, miss belanja, promisquity
Beberapa subtipe gangguan bipolar yaitu:
a. Gangguan Bipolar I, menurut definisi yang digariskan dalam DSM-IV, yang
dianggap sebagai bentuk yang paling parah penyakit mental ini, adalah
"Dicirikan oleh satu atau lebih Manic atau Mixed Episode, biasanya disertai
oleh Mayor Episode depresif”. Beberapa ciri-ciri gangguan Bipolar yaitu,
keputusasaan, menangis tak terkendali, pikiran atau usaha bunuh diri.
b. Gangguan Bipolar II adalah gangguan spektrum bipolar ditandai dengan
setidaknya satu hypomanic episode dan setidaknya satu episode depresif
utama; dengan gangguan ini, episode depresif lebih sering dan lebih kuat
daripada manic episode. Hal ini diyakini sebagai perilaku hypomania
terdiagnosis karena sering muncul sebagai fungsi sangat tinggi perilaku.

Cyclothymia, suatu kondisi yang menyebabkan ringan hypomanic dan depresif


episode. Secara khusus, gangguan ini adalah bentuk yang lebih ringan gangguan
bipolar II yang terdiri dari gangguan mood yang berulang antara hypomania dan
dysthymic suasana hati. Satu episode hypomania cukup untuk mendiagnosis
gangguan cyclothymic tetapi, sebagian besar individu juga memiliki dysthymic
periode.

C. Teori Psikologis Yang Menjelaskan Tentang Gangguan Suasana Hati


1. Teori Psikoanalisis Tentang Depresi

Menurut Freud (1917/ 1950) potensi depresi muncul pada awal masa kanak-
kanak. Pada fase oral anak mungkin kurang/ terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia
terfiksasi pada fase ini mengakibatkan individu dependen, low self esteem. Hipotesanya
adalah, setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi diri dengan orang
tersebut seolah untuk mencegah kehilangan. Lama-lama ia malah marah pada dirinya
sendiri, merasa bersalah.
10
2. Teori Kognitif Tentang Depresi
a. Teori depresi Beck (1967)
Tesis utamanya bahwa individu yang depresi merasa demikian karena pemikiran
mereka dibiarkan pada interpretasi negatif. Menurut Beck, memandang dunia secara
negatif muncul karena adanya peristiwa tidak menyenangkan pada masa kanak-
kanak atau remaja, dengan adanya triad negatif: pandanagn negatif tentang diri
sendiri, dunia, dan masa depan yang sangat jauh untuk dijangkau. Triad negatif ini
mempengaruhi penilaian individu tentang kemampuannya beradaptasi dengan
lingkungan.
Berikut ini adalah bias kognitif yang biasanya muncul pada individu yang
mengalami depresi:
a. Penyimpulan yang arbiter, yaitu kesimpulan yang diambil tanpa ada bukti yang
cukup, bahkan tanpa bukti sama sekali.
b. Abstraksi selektif, yaitu kesimpulan yang diambil berkaitan dengan salah satu
elemen dalam situasi.
c. Overgeneralisasi, penyimpulan keseluruhan yang ditarik berdasarkan peristiwa
tunggal, yang mungkin mengecoh.
d. Membesarkan atau mengecilkan, yaitu berlebihan dalam penilaian performa.
b. Teori helplessness/ hopelessness
1) Teori Learned Helplessness
Menurut teori ini, kepasifan individu dan perasaan tidak dapat melakukan
atau mengontrol hidupnya, diperoleh dari pengalaman tidak menyenangkan dan
trauma yang gagal dikontrol oleh individu, menghasilkan ketidakberdayaan yang
mengakibatkan depresi.
2) Attribution and Learned Helplessness
Menurut teori ini, individu akan mengalami depresi apabila mereka
mengatribusi peristiwa negatif adalah dengan atribusi global
(menggeneralisasikan efek kegagalan) dan stabil. Individu yang rentan terhadap
depresi adalah yang memperlihatkan gaya atribusi depresif, yaitu kecenderungan
untuk mengatribusi hasil yang buruk pada kesalahan pribadi yang global dan
menetap.
3) Teori Hopelessness
Dimana peristiwa yang menyakitkan akan diatribusikan pada faktor global
atau faktor kognitif lain sehingga akan memunculkan perasaan tidak ada harapan,
11
tidak ada respon yang memungkinkan untuk mengatasi situasi dan perkiraan
bahwa hasil yang diharapkan tidak akan terjadi, pada kahirnya menimbulkan
depresi.
3. Teori Interpersonal Tentang Depresi
Menurut teori ini, individu yang depresi cenderung memiliki hubungan sosial
yang kurang baik dan menganggap mereka kurang memberikan dukungan. Sedikit
dukungan sosial dapat mengurangi peristiwa hidup yang negatif dan membuat mereka
rentan terhadap depresi.
Sudut pandang lainnyamenyetakan bahwa individu depresi cenderung mencari-
cari kepastian bahwa orang lain sungguh-sungguh memperhatikan mereka, meskipun
sudah cukup meyakinkan akan hal ini, mereka masih kurang merasa puas. Konsep diri
yang negatif menyebabkan mereka meragukan umpan balik yang diterima, dan mereka
terus mencari kepastian, dan hal ini mulai mengganggu orang lain. Selanjutnya mereka
mencari umpan balik negatif untuk memvalidasi konsep diri mereka yang negatif.
4. Teori Psikologi Tentang Gangguan Bipolar
a. Tekanan hidup adalah faktor penting munculnya gangguan bipolar.
Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan simptom depresi, tapi tidak
simtom mania.
b. Attributional style + sikap disfungsi + kejadian buruk ---->peningkatan simptom
depresi ataupun mania pasien bipolar.
c. Self esteem individu mania mungkin sangat rendah.

D. Teori Biologis Yang Menjelaskan Tentang Gangguan Suasana Hati


1. Genetic Data
Penelitian mengenai faktor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar
melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-
15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu
episode gangguan mood. Pada gangguan unipolar, meskipun faktor genetis
mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar. Resiko
akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat mengalami
gangguan. Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi,
munculnya delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme
meningkatkan resiko pada keluarga.
2. Neurochemistry dan Mood Disorders
12
Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah
norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana
tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi
menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga
menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan
monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Tricyclics seperti imipramine (tofranil) adalah
obat antidepresan yang berfungsi untuk mencegah pengambilan kembali
norephinephrine dan serotonin oleh presynaptic neuron setelah sebelumnya dilepaskan,
meninggalkan lebih banyak neurotransmitter pada synapse sehingga transmisi pada
impuls syaraf berikutnya menjadi lebih mudah. Monoamine oxidase (MAO) inhibitors
merupakan obat antidepresan yang dapat meningkatkan serotonin dan norephineprhine.
Terdapat pula obat yang dapat secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut
sehingga peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan
komplikasi lainnya.
3. Sistem Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus.
Hipotalamus kemudian mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang
dihasilkannya. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar
pituitary. Relevansinya terkait dengan simtom vegetatif pada gangguan depresi, seperti
gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa
orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi,
hal itu disebabkan produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh
hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga
menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal . Banyaknya cortisol tersebut juga
berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah
membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal.
Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat
cortisol pada gangguan depresi.
4. An Integrated Theory of Bipolar Disorder
Gangguan bipolar merefleksikan adanya gangguan pada sistem motivasional
yang disebut dengan behavioral activation system atau BAS. BAS memfasilitasi
kemampuan manusia unuk mendekati atau memperoleh reward dari lingkungannya dan
13
ini telah dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti
ekstrovert, peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara
biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur syaraf dalam otak yang melibatkan
dopamine neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward.
Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapaian tujuan atau reward diprediksi
meningkatkan simtom mania. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan
perubahan pada simtom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait dengan perubahan
dalam simtom depresi. Dengan demikian, BAS dan manifestasi perilakunya, yaitu
pencapaian tujuan diasosiasikan dengan simtom mania dari gangguan bipolar.

E. Terapi Yang Dapat Dilakukan Untuk Individu Yang Mengalami Gangguan Suasana
Hati
1. Terapi-terapi Psikologis untuk Depresi
a. Terapi Psikodinamik
Disebabkan depresi dianggap berasal dari perasaan akan kehilangan yang
kemudian direpres dan juga kemarahan yang secara tidak disadari diarahkan ke diri
sendiri, maka terapi psikoanalis mencoba untuk membantu pasiennya memperoleh
insight mengenai konflik yang direpres dan mendorong pelepasan kemarahan yang
selama ini diarahkan ke dalam dirinya. Tujuan dari terapi psikoanalis adalah untuk
membuka motivasi tersembunyi tentang depresi pasien. Pasien seringkali
menyalahkan dirinya sendiri atas kurangnya kasih sayang yang diberikan orang tua
dan kemudian me-repres keyakinan tersebut. Terapis harus membimbing pasiennya
untuk mengkonfrontasi kenyataan dan membantu pasien untuk menyadari rasa
bersalah yang tidak berdasar tersebut. Selain itu juga membebaskan pasien dari
lingkungan masa kecilnya yang penuh dengan tekanan. Tidak banyak penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari terapi psikodinamik ini.
Terdapat pula terapi interpersonal (IPT) dari Klerman dan Weissman’s yang
dapat mengatasi gangguan depresi dengan menekankan pada peningkatan
kemampuan interpersonal atau sosial, serta interaksi dengan orang lain. Terapi
tersebut lebih kepada terapi kelompok yang menekankan pada pemahaman yang baik
mengenai masalah interpersonal yang mendorong depresi. Pasien dibebaskan untuk
mendiskusikan berbagai masalah interpersonal saat ini dan bukan masa lampau.
b. Terapi Cognitive-Behavioral

14
Depresi terjadi karena skema yang negatif dan kesalahan dalam proses berpikir.
Terapis mencoba mempersuasi pasien depresi untuk mengubah pandangan tentang
dirinya sendiri dan peristiwa. Terapis juga meminta pasien untuk memperhatikan
pernyataan pribadinya dan mengidentifikasi semua pola pikirnya yang menyebabkan
depresi agar dapat membuat asumsi yang lebih positif serta realistis. Dapat pula
dikembangkan metode Ellis’s rational emotive dan analisis Beck. Melalui metode
tersebut, pasien dapat diminta untuk melakukan hal positif ketika mengalami depresi
atau terapis memberikan aktivitas pada pasien yang berkaitan dengan pengalaman
akan kesuksesan dan membuat pasien berpikir positif mengenai dirinya sendiri.
Dengan demikian pendekatannya adalah melakukan perubahan struktur kognitif
dengan cara mempersuasi pasien memperoleh perbedaan dalam berpikir.
c. Terapi-terapi Psikologis untuk Gangguan Bipolar
Intervensi cognitive-behavioral dapat dilakukan dengan target pada pemikiran
dan perilaku interpersonal yang buruk pada saat mood mudah berpindah sehingga
lebih efektif. Selain itu, pemberian pengetahuan mengenai gangguan bipolar dan
treatment-nya juga dapat meningkatkan ketaatan penyembuhan dengan menggunakan
lithium, dimana membantu mengurangi mood yang mudah berpindah dan membuat
kehidupan pasien lebih stabil. Masalah yang timbul adalah pasien cenderung
kehilangan insight tentang perilaku mereka yang tidak sesuai dan cenderung merusak.
Hal itu membuat intervensi juga perlu dilakukan pada keluarga dengan mengajarkan
mereka tentang gangguan dan bagaimana harus memperlakukan pasien serta
menciptakan suasana yang mendukung kesembuhan pasien. Dapat pula dilakukan
family-focused treatment (FFT), yaitu pemberian pengetahuan pada keluarga
mengenai gangguan, meningkatkan komunikasi dalam keluarga, dan melatih
kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Kombinasi antara terapi obat dan terapi
ini lebih efektif dibandingkan menggunakan terapi obat saja.

2. Terapi-terapi Biologis untuk Gangguan Mood


a. Electroconvulsive therapy (ECT)
Meskipun masih kontrovesial, ECT yang dikemukakan oleh Cerletti dan Bini
dianggap merupakan pengobatan yang paling optimal untuk depresi yang parah.
Elektroda dengan kekuatan antara 70-130 volt diletakkan pada setiap sisi kepala
memungkinkan untuk melewati kedua hemisfer otak, metode ini adalah bilateral
ECT. Namun, saat ini lebih sering diletakkan pada satu hemisfer saja (kiri) untuk
15
mengurangi efek samping pada kognisi, seperti hilangnya memori. Dulu, pasien
melalui ECT dalam keadaan sadar sehingga terkadang dapat menimbulkan tulang
patah. Saat ini, pasien diberikan bius singkat dan suntikan relaksasi otot sebelum
dilakukan ECT. Mekanisme kerja dari ECT tidak diketahui. Secara umum, ECT
mengurangi aktivitas metabolisme dan sirkulasi darah ke otak. Biasanya dilakukan
setelah terapi lainnya mengalami kegagalan.

b. Drug therapy
Umumnya, obat-obatan lebih sering digunakan untuk mengatasi gangguan mood.
Namun tidak dapat diterapkan pada setiap pasien dan efek samping yang
ditimbulkan biasanya serius.
a) Terapi Obat untuk Gangguan Depresi .
Obat-obat utama untuk depresi adalah
1) Tricyclics, seperti imipramine (Tofranil), dan amitriptyline (Elavil).
2) Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine
(Prozac) dan sertraline (Zoloft).
3) Monoamine oxidase (MAO) inhibitors, seperti tranylcypromine (Parnate).
Dari ketiga jenis obat tersebut, MAO inhibitors memiliki efek samping
yang paling besar sehingga yang paling banyak digunakan adalah dua jenis
obat yang lainnya. Penggunaan obat antidepresan ini biasanya juga
dikombinasikan dengan penggunaan terapi lainnya. Obat antidepresan
biasanya digunakan untuk depresi yang parah, namun meskipun
penggunaannya mengurangi episode depresi, secara umum kekambuhan
dapat muncul setelah penggunaan obat dihentikan .
b) Terapi Obat untuk Gangguan Bipolar
Berkaitan dengan gangguan bipolar, terapi menggunakan lithium karena
dapat mengatasi episode mania dan depresi secara efektif. Dilakukan dengan
mengontrol dosis dari lithium carbonate, yang lebih efektif digunakan pada
gangguan bipolar dibandingkan unipolar. Lithium memberikan pengaruhnya
secara bertahap, biasanya terapi diawali dengan penggunaan lithium dan
antipsikotik seperti Hafdol untuk memberikan efek penenang dengan cepat.
Pasien harus melakukan tes darah secara teratur untuk memastikan tingkat
penggunaan lithium tidak terlalu tinggi sehingga menjadi racun bagi tubuh.
16
Penggunan lithium juga harus secara teratur karena kekambuhan gangguan
masih dapat terjadi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mood adalah pengalaman emosional individu yang bersifat menyebar, kondisi perasaan
yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi
bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan.
Namun orang dengan Gangguan Mood (Mood Disorder) mengalami gangguan mood yang
sangat parah atau berlangsung sangat lama dan mengganggu kemamapuan mereka untuk
berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal.
Gangguan suasana hati terdiri dari gangguan depresi dan gangguan bipolar. Beberapa
terapi yang dapat digunakan untuk individu yang mengalami gangguan suasana hati dapat
dilakukan dengan terapi pikologi dan terapi biologis.

B. Saran
Dari uraian di atas, tentang mood disorder diharapkan dapat bermanfaat dalam
informasi bagi para konselor maupun kepada semua pihak yang berminat aktif dalam dunia
BK. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menenukan
kebijakan praktek bimbingan konseling

17
DAFTAR PUSTAKA

Durand, V. Mark (2006), Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Gerald Corey (2007), Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi , Bandung: Refika
Aditama.
Jeffrey S. Nevid, dkk (2003), Psikologi Abnormal edisi kelima jilid 1, Jakarta :Penerbit
Erlangga.
Jeffrey S. Nevid, dkk (2010), Psikologi Abnormal edisi kelima jilid 1, Jakarta :Penerbit
Erlangga.
Latipun (2005), Psikologi konseling, Malang :Umm Press.
Muhammad Surya (2009), Teori-Teori Konseling, Jakarta :Medika Utama.
Namora Lumongga Lubis (2009), Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana.
Rahmad Krisyanto (2006), Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana.
Singgih D. Gunarsih (2020), Konseling dan Psikoterapi, Jakarta :BPK Gunung Mulia.
Thomas F. Oltomas (2013), Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

18

Anda mungkin juga menyukai