DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VII
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Gagal dalam
Penyesuaian.
Makalah ini dibuat dengan berbagai pencarian secara online dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Kritik dan saran yang
membangun sangat di harapkan untuk menjadi koreksi dan perbaikan dalam penulisan-
penulisan selanjutnya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kelompok VII
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Ciri-ciri individu yang mengalami kegagalan dalam melakukan penyesuaian. . 2
2.2 Gangguan mental yang diakibatkan karena gagal dalam penyesuaian............... 3
a. Apa saja ciri-ciri individu yang mengalami kegagalan dalam melakukan penyesuaian?
b. Apa saja gangguan mental yang diakibatkan karena gagal dalam penyesuaian?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui ciri-ciri individu yang mengalami kegagalan dalam melakukan
penyesuaian.
b. Mengetahui gangguan mental yang diakibatkan karena gagal dalam penyesuaian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa gejala yang bisa diamati pada individu yang mengalami kesulitan
dan gagal melakukan penyesuaian diri yang efektif. Gejala-ala tersebut adalah:
1. Tingkah laku yang "aneh, eksentrik" karena menyimpang dan norma atau standar
sosial yang berlaku atau yang berlaku di ling mngan masyarakatnya. Biasanya
individu bersangkutan menam aakkan tindakan-tindakan yang tidak umum. aneh,
bahkan dirasakan mengancam bagi sekitarnya sehingga orang-orang di sekelilingnya
mengalami ketakutan dan tidak percaya pada individu yang bersangkutan. Ini
disebabkan karena tingkah laku yang dimunculkan tidak bisa diprediksi. Masyarakat
biasanya memberi label "gila, sakit, tidak waras dan lain-lain" pada individu semacam
ini.
2. Individu yang bersangkutan tampak mengalami kesulitan gangguan, atau
ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian diri secara efektif dalam kehidupan
sehari-hari. Ini tampak pada prestasinya yang tidak optimal, yang tidak sesuai dengan
potensi yang dimilild. Misalnya pada pelajar, dia mendapatkan banyak angka merah
di rapor padahal kemampuan intelektualnya tergolong baik. Atau juga individu yang
bersangkutan tidak bisa menjalankan peran dan status, yang dimilikinya dalam
masyarakat, misalnya peran sebagai ayak suami. atau karyawan.
3. Individu yang bersangkutan mengalami distres subjektif yang seeing atau kronis.
Masalah-masalah yang umum bagi kebanyakan orang, dan mudah diselesaikan
menjadi masalah yang luar biasa bagi individu tersebut. Misalnya, individu menjadi
ketakutan untuk menjalin relasi dengan orang lain. padahal orang umumnya tidak
terlalu bermasalah dalam menjalin hubungan. Distres subjektif tersebut pada akhimya
mengakibatkan munculnya gejala-gejala lanjutan seperti kecemasan, panik, depresi,
rasa bersalah, rasa malu, marah tanpa sebab yang jelas, dan lain-lain.
b. Pengertian Depresi
c. Bentuk-bentuk Depresi
d. Sintom-sintom Depresi
2. Schizofrenia
Satu dari 100 orang (1% populasi ) diduga mengalami gangguan ini.
Perkembangan gangguan ini lebih awal dialami pria dibandingkan wanita
yaitu mulai muncul sekitar awal usia 20-an tahun pada pria dan akhir usia
20-an pada wanita. Ada 4 tipe schizoprenia yaitu :
a. Simple Schizophrenia
b. Katatonik schizophrenia
Penderita ini menun jukkan satu dari dua pola yang dramatis yaitu :
d. Paranoid schizophrenia
3. Paranoid
a) Paranoid: tes realita masih ada tapi yang terganggu pada sistem delusi dan
masih dapat berfungsi dalam tingkat tertentu
b) Schizophrenia : distorsi realita benar-benar berat sehingga tidak bisa
membedakan kenyataan dan imajinasi dan tidak dapat berfungsi sama sekali.
Gejala halusinasinya sangat nyata.
b. Neurosis
Neurosis adalah orang yang mengalami gangguan jiwa diduga berasal dari
adanya sistem saraf yang tidak berfungsi dengan semestinya.penderita neurosis
bukanlah terletak pada masalah fungsi saraf yang tidak beres ,tetapi lebih pada
sebab sebab psikologis. Neurosis berbeda dengan psikosis terutama pada tingkat
keparahan gangguan .pada penderita psikosis gangguan telah demikian parah
sehingga terjadi distorsi terhadap realita.
1. kecemasan
2. Disosiasi
a. Amnesia
b. Fuga
c. Kepribadian majemuk
d. Somnabulisme
3. Reaksi Kontroversi
4. Pobia
5. Obsesif-Kompulsif
Oleh karena itu prognosis untuk penderita neurosis biasanya lebih positif
dibandingkn dengan penderita psikosis. Hal ini disebabkan karena penderita
neurosis tidak mengalami distorsi yang berat terhadap realita. Distorsi hanya
dialami pada bagian tertentu yang berkaitan dengan hal yang dicemaskan. Selain
itu penderita neurosis tidak mengalami disorganisasi kepribadian yang berat.
Disorganisasi hanya terjadi pada aspek kepribadian kepribadian tertentu dan
biasanya terlokalisasi. Ini berbeda dengan penderita psikosis yang mengalami
distorsi dan disorganisasi yang berat.
c. Gangguan Kepribadian
1) Kepribadian Paranoid
Kepribadian paranoid berbeda dengan psikosis paranoid, yaitu pada
kepribadian paranoid tidak ada sistem delusi seperti yang dimiliki oleh
psikosis paranoid. Ciri-ciri kepribadian paranoid ditampakkan dalam bentuk
tingkah laku terhadap orang lain yang penuh dengan kecurigaan, iri, cemburu,
kepala batu, dan memiliki keyakinan bahwa orang lain akan mengambil
keuntungan darinya. Orang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid
tidak bisa mempercayai orang lain dan bila tidak disadari oleh lingkungan
sosial sekitarnya (tetangga), orang ini berpotensi membuat relasi sosial antar
tetangga menjadi renggang bahkan menimbulkan permusuhan. Ini biasanya
terjadi pada penghuni perumahan, dimana hampir semua merukana orang baru
dan belum mengenal satu sama lain sehingga orang yang memiliki gangguan
kepribadian paranoid belum dikenali, tapi “racun” yang disebarkannya sudah
menjalar ke para tetangga sehingga menimbulkan perselisihan sampai
pertengkaran terbuka diantara tetangga.
2) Kepribadian Pasif-Agresif
Gangguan kepribadian pasif-agresif dicirikan dengan ketidakmampun untuk
menjalin relasi interpersonal dan mengekspresikan diri melalui tiga pola:
Pasif-dependent
Pola pasif-dependent dicirikan dengan orangnya menunjukkan perilaku
tidak berdaya, tidak mampu mengambil keputusan, kecenderungan secara
menetap untuk memanipulasi hubungan dengan orang lain sehingga orang
tersebut akan memberi perhatian atau memberikan dukungan sosial dan
bahkan petunjuk arah yang harus dijalani.
Pasif-agresif
Pola pasif-agresif dicirikan dengan ditunjukkannya sikap permusuhan
yang terus-menerus tetapi tidak dalam oposisi yang bersifat langsung
melainkan dalam bentuk pasif atau dengan cara tidak langsung seperti
kepala batu, melakukan penundaan, bekerja secara tidak efisien, secara
tidak langsung menghalang-halangi suatu keputusan atau kebijakan.
Misalnya, tidak mengomunikasikan informasi-informasi yang seharusnya
disampaikan sehingga perubahan kebijakan atau lainnya berjalan lamban
atau bahkan mungkin gagal.
Agresif
Pola agresif dicirikan dengan perilaku yang mudah tersinggung,
tempertantrum dan tingkah laku yang destruktif ketika menghadapi situasi
yang membuatnya frustrasi.
3) Kepribadian Antisosial
Gangguan kepribadian antisosial juga sering disebut dengan sikopat/sosiopat.
Orang yang memiliki gangguan kepribadian ini biasanya mengalami masalah
dibidang sosial maupun hukum. Penderita psikopat biasanya tidak pernah
mendapatkan manfaat dari hukuman yang diberikan terhadap pelanggaran
yang dilakukannya. Ini menyebabkan dia menjadi risidivis atau penjahat
kambuhan sehingga menjadi langganan penjara. Psikopat juga memiliki ciri
tidak memiliki loyalitas terhadap orang lain maupun kelompok. Dia hanya
tertarik dan memperhatikan pemuasan diri sendiri yang harus dilakukan
dengan segera. Orang yang didiagnosa mengalami gangguan kepribadian
antisosial ini juga tidak memiliki lagi suara hati/hati nurani, dia selalu
memiliki alasan pembenar untuk setiap tingkah laku yang dilakukannya dan
orang lainlah yang bersalah. Prinsip hidupnya adalah aku selalu oke
sedangkan orang lainlah yang tidak oke. Ini membuatnya sulit untuk dididik.
4) Kecanduan
Kecanduan merupakan bentuk gagasan kepribadian lainnya. Kecanduan yang
dimaksud disini adalah kecanduan alkohol dan atau obat-obatan. Sebenarnya
orang yang mengalami kecanduan rokok termasuk kedalam gangguan
kepribadian kecanduan ini, namun karena rokok merupakan hal umum,
biasanya kesadaran bahwa merokok merupakan salah satu bentuk kecanduan
kurang disadari oleh masyarakat. Orang mengalami gangguan kecanduan
apabila dia tidak mengonsumsi obat atau bahan yang dicandui, akan
menimbulkan reaksi tidak menyenangkan pada dirinya sehingga hal ini
mendorongnya untuk mengkonsumsi obat atau benda tersebut berulang kali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan
perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan, mengatasi ketegangan,
frustasi, serta konflik dengan memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia
hidup. Namun sering kali individu mengalami kegagalan untuk melakukan penyesuaian
dengan persoalan atau situasi yang dihadapi dalam jangka panjang yang berakibat
munculnya gangguan mental pada diri individu tersebut. Akibat dari gangguan mental
tersebut mempengaruhi diri individu yang bersangkutan, keluarga maupun masyarakat
sekitarnya. Individu yang mengalami gangguan mental menjadi kurang bisa optimal dan
dalam tingkat tertentu menjadi tidak produktif dan serta menjadi beban bagi keluarga dan
masyarakat.
Gangguan mental sendiri bisa dibedakan menjadi gangguan mental organic, yaitu
gangguan mental yang disebabkan oleh kelainan otak maupun hormonal dan gangguan
mental fungsional, yaitu karena individu yang bersangkutan gagal melakukan
penyesuaian.
Gangguan mental fungsional dapat muncul dalam berbagau bentuk, berdasarkan gejala-
gejalanya. Bentuk-bentuk gangguan mental fungsional yang dibahas dalam bab ini antara
lain psikosis, neurosis, dan gangguan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA