2. Mengapa penduduk di desa dan di kota memiliki mata pencaharian yang berbeda?
3. Apa perbedaan petani di daerah dataran rendah dengan petani di daerah dataran tinggi?
B. Tokoh dalam Cerita
Bacalah teks cerita Asal Mula Burung Ruai berikut.
Asal Mula Burung Ruai
Alkisah, di sebelah timur Sekura, Kabupaten Sambas terdapat sebuah kerajaan milik
orang-orang suku Dayak. Kerajaan itu berada di dekat Gunung Bawang dan Gunung Ruai. Raja
pemimpin kerajaan itu memiliki tujuh orang putri. Namun sayang, ibu dari anak-anaknya itu
meninggal dunia saat Si Bungsu masih kecil.
Di antara ketujuh putri raja, anak yang paling bungsu adalah yang tercantik. Selain rupawan, Si
Bungsu memiliki budi pekerti yang luhur, rajin, suka menolong, dan taat kepada orang tua. Lain
halnya dengan keenam kakaknya, perilaku mereka amat buruk. Mereka memiliki sifat angkuh,
pemalas, dan suka membantah. Tidak mengherankan jika sang ayah lebih sayang dan
memanjakan Si Bungsu.
Rupanya perllakuan Ayah terhadap Si Bungsu membuat keenam kakaknya menjadi iri hati dan
benci kepada adiknya. Setiap kali Ayah tidak berada di istana, mereka melampiaskan
kebenciannya kepada Si Bungsu dengan memerintahnya sesuka hati. Bahkan, mereka tak segan
memukulnya. Si Bungsu menjadi takut kepada kakak-kakaknya dan terpaksa menuruti semua
perintah yang diberikan kepadanya.
“Permisi, Tuan Putri!” seru Dayang. Putri Bungsu segera membuka pintu.
“Maaf, Putri. Hamba datang mendapat perintah dari Baginda Raja agar semua putri berkumpul
di pendapa istana. Ada sesuatu yang ingin Baginda sampaikan”, kata Si Dayang.
“Baiklah, kalau begitu. Tolong sampaikan kepada Raja bahwa kami akan segera kesana”, jawab SI
Bungsu.
“Dengarlah wahai putri-putriku. Ayah akan berkunjung ke kerajaan tetangga selama satu bulan
karena ada urusan penting. Selama aku disana, kekuasaan kerajaan ini akan kuserahkan kepada
Putri Bungsu”, jelas Sang Ayah. “Semua perintah dan keputusan berada di tangan Putri Bungsu.
Kalian harus patuh terhadap perintahnya.”
Keenam kakanya justru semakin membencinya, hingga pada suatu pagi mereka berencana
mencelakai Si Bungsu. Mereka mengajak mencari ikan di Goa Batu. Didalam goa itu terdapat
aliran sungai yang banyak ikannya. Keenam kakaknya meninggalkannya disana sendirian.
Setelah tujuh hari di dalam goa, terdengar suara gemuruh yang menggelegar, hingga bebatuan
runtuh. Si Bungsu pun menjerit-jerit ketakutan. Beberapa saat kemudian datangkah seorang
yang tua dihadapannya.
Si Bungsu menceritakan semua peristiwa yang dialaminya sambil menangis sedih. Sang Kakek
merasa iba, hingga dengan kesaktiannya Ia mengubah tetesan air mata Si Bungsu menjadi telur.
Setelah itu perlahan tangannya ditumbuhi bulu dan menjadi sayap burung.
“Apa yang terjadi dengan tanganku, Kek?” tanya Si Bungsu dengan heran.
“Tenanglah, Cucuku. Kakek akan menolongmu dari sesengsaraan ini. Kamu akan ku ubah
menjadi seekor burung. Setelah itu eramilah telur-telur itu hingga menetas menjadi
burung-burung yang nanti akan menjadi temanmu”, ujar Kakek.
“Cucuku, kini kamu telah menjadi burung. Kamu kuberi nama Burung Ruai.”
Seketika kakek itu pun menghilang. Burung Ruai jelmaan Putri Bungsu mengerami telurnya
selama 25 hari. Setelah dewasa, mereka keluar goa dan bertengger di atas pohon dekat istana.
Disana Si Bungsu dapat melihat keenam kakaknya dihukum karena telah mencelakai dirinya.