Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pola Pendidikan Inklusif (Studi Terhadap Anak Yang


Mengalami Gangguan Emosi Dan Perilak/ Emotional And
Behavioural Disoreder)

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas indivdu mata kuliah:


Pembelajaran PAI Inklusif

Dosen Pengampu: Dr.M. Syukri Azwar Lubis, MA

Disusun oleh:

Kelompok 10 PAI-6 Semester IV:

1. Halimatun Sakdiah (0301182202)


2. Nur Hasanah (0301181066)
3. Asmahani Khairiah (0301182141)
4. Hasdar Mizi (0301181061)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN TA. 2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dengan rahmat dan karunia-
Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pola
Pendidikan Inklusif (Studi Terhadap Anak Yang Mengalami Gangguan Emosi
Dan Perilak/ Emotional And Behavioural Disoreder)” Pada mata kuliah
Pembelajaran PAI Inklusif ini dapat terselesaikan. Serta tidak lupa shalawat
beriringkan salam kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad saw
yang menjadi kekasih Allah atas petunjuk risalah-Nya lah yang telah membawa
zaman kegelapan kepada zaman yang terang benderang, dan atas doa restu dan
dorongan dari teman -teman yang telah membantu penulis memberikan referensi
dalam pembuatan makalah ini.

Namun terlepas dari semua itu, penyusun ingin mengucapkan terimakasih


kepada bapak Dr.M. Syukri Azwar Lubis, MA yang telah membimbing dan
memberikan tugas ini, penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat dinilai
dengan baik serta dengan dibuatnya makalah ini dapat memperluas pengetahuan
pembaca mengenai gangguan belajar emosi dan perilaku (Tunalaras). Sekian.
Wassalamualaikum.

Medan, Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN................................................................................1

a. Latar Belakang Masalah........................................................................1


b. Rumusan Masalah.................................................................................1
c. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................3

1. Pengertian Gangguan Emosi dan Perilaku............................................3


2. Karakterisitik Gangguan Emosi dan Perilaku......................................5
3. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku dan Pencegahan.......6
4. Peran Keluarga dalam Mengurangi Gangguan Emosional Pada Anak.9

BAB III: PENUTUP.......................................................................................11

a. Kesimpulan..........................................................................................11
b. Saran....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar belakang masalah

Anak dengan gangguan emosi dan perilaku mempunyai karakteristikdan


seringkali pelakunya nyamelakukan hal-hal seperti banyak bergerak mengganggu
teman sepermainan adanya perlawanan dan ada kalah perilaku lebih memilih
menyendiri. Anak dengan gangguan emosi dan perilaku dapat ditemukan di
berbagai komunitas anak-anak seperti playgroup, sekolah dasar serta lingkungan.
Teruntuk orang tua dan guru secara umumnya perilaku tersebut dianggap wajar
dan hanya perlu diberi julukan nakal atau pembangkang dan perlu
memperingatkan teman sebayanya untuk berhati-hati bahkan menjauhinya. Pada
akhirnya kesulitan-kesulitan perkembangan yang dialami oleh anak dengan
gangguan emosi dan perilaku ini yang tidak teridentifikasi tidak akan teratasi dan
cenderung semakin parah bahkan akan menjadi perilaku menetap hingga mereka
dewasa. dengan begitu maka betapa pentingnya permasalahan gangguan mental
emosional anak sangat membutuhkan perhatian pembuat kebijakan dengan adanya
penanganan gangguan mental emosional yang secara tepat sejak dini diharapkan
dapat membantu anak mempunyai perkembangan yang lebih baik bagi masa
depannya.

b. Rumusan masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan dengan rumusan


masalah sebagai berikut:

1. Pengertian Gangguan Emosi dan Perilaku


2. Karakterisitik Gangguan Emosi dan Perilaku
3. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku dan Pencegahan
4. Peran Keluarga dalam Mengurangi Gangguan Emosional Pada Anak

1
c. Tujuan penulisan

Dari rumusan masalah di atas, dapat penulis simpulkan tujuan penulisan


makalah sebagai berikut:

1. Agar Mengetahui Pengertian Gangguan Emosi dan Perilaku


2. Agar Mengetahui Karakteristik Gangguan Emosi dan Perilaku
3. Agar Mengetahui Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku Serta
Pencegahannya
4. Agar Mengetahui Peran Keluarga dalam Mengurangi Gangguan
Emosional Pada Anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian gangguan emosional dan Perilaku (Tunalaras)

Gangguan Emosi dan Perilaku Anak atau Emotional And Behavioral


Disorders  (EBD) adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga
merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan
pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya .1

Pengertian anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan perilaku


serta memberikan respon kronis yang jelas tidak dapat diterima secara sosial
lingkungan atau perilaku yang secara personal kurang memuaskan tetapi masih
dapat di didik sehingga dapat berperilaku yang dapat diterima oleh kelompok
sosial dan bertingkah laku yang dapat memuaskan dirinya sendiri. Berarti anak
yang termasuk dalam gangguan perilaku kategori berat dan para memerlukan
intervensi yang intensif dan berkelanjutan serta dapat dilatih di rumah, di kelas
khusus, sekolah luar biasa atau instuisi berasrama khusus.2

Terdapat beberapa pandangan umum mengenai gangguan ini pandangan


tersebut dilandaskan pada beberapa hal sebagai berikut:3

a. Tingkah laku yang muncul adalah suatu tindakan yang ekstrem dan bukan
suatu tindakan yang hanya berbeda sedikit dengan tindakan yang biasa
dilakukan.
b. Disebut gangguan karena bersifat sesuatu yang kronis berkemungkinan
sulit untuk hilang begitu saja.

1
Ditjen PLB.com, 2006
2
Dinie Ratri Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Psikosain, 2016) h.57
3
Ibid. h.57

3
c. Tingkah laku tersebut merupakan salah satu tingkah laku yang tidak dapat
diterima karena tidak sesuai dengan norma, sosial dan budaya

Dalam peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar


Biasa disebutkan tunalaras adalah gangguan atau hambatan serta kelainan tingkah
laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.4

Gangguan emosional diartikan sebagai suatu ketidakmampuan belajar yang


tidak dijelaskan oleh faktor kesehatan, intelektual, dan sensorik. Gangguan
emosional juga dapat diartikan sebagai suatu ketidakmampuan yang dimiliki oleh
seseorang dalam membangun dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan guru. Anak dengan gangguan perilaku (Tunalaras) adalah anak
yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat,
terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan
emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun
lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan
pendidikan secara khusus. Di dalam dunia PLB (Pendidikan Luar Biasa) dikenal
dengan nama anak tunalaras (behavioral disorder). Kelainan tingkah laku
ditetapkan bila mengandung unsur:5

a. Tingkah laku anak menyimpang dari standar yang diterima umum.


b. Derajat penyimpangan tingkah laku dari standar umum sudah ekstrim.
c. Lamanya waktu pola tingkah laku itu dilakukan.

Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku) memiliki ciri:

 Cenderung membangkang
 Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
 Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu
 Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.

4
Undang- undang Nomor 72 Tahun 1991 tantang Pendidikan Luar Biasa
5
Ulya Badi. Juli 2017. "Peran Keluarga dalam mengurangi gangguan emosional pada
anak berkebutuhan khusus". Jurnal Pendidikan Islam. Vol. II, No.2. h.118

4
 Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos.

2. Karakteristik Anak Dengan Ganggguan Emosi Dan Perilaku


(Tunalaras)

Anak tunalaras biasanya memiliki ciri adanya gangguan emosi dan gangguan
sosial, bisa dikarenakan penyesuaian yang salah (maladjustment). Adapun
tandanya sebagai berikut :

a) Hubungan antar keluarga, teman sepermainan, teman sekolah, ditanggapi


dengan tidak menyenangkan.
b) Segan bergaul, terasing.
c) Suka melarikan diri dari tanggung jawab.
d) Menangis, kecewa, berdusta, menipu, mencuri, menyakiti hati, atau
sebaliknya, sangat ingin dipuji .
e) Ingin selalu mandiri.
f) Penakut dan kurang percaya pada diri sendiri.
g) Tidak mempunyai inisiatif dan tanggung jawab, kurang keberanian, dan
sangat tergantung pada orang lain.
h) Agresif terhadap diri sendiri, curiga, acuh tak acuh, banyak mengkhayal.
i) Memperlihatkan perbuatan gugup misalnya menggigit kuku dan komat-
kamit.

Ciri anak tunalaras dengan harga diri yang rendah memiliki tanda-tanda,
sebagai berikut.

a) Terlalu mempersoalkan kekurangan diri, sering minta maaf, takut tampil


di muka umum, takut bicara.
b) Berkeluh kesah.
c) Segan melakukan hal-hal baru atau hal yang dapat memperlihatkan
kekurangannya.
d) Selalu ingin sempurna, tidak puas dengan apa yang telah diperbuat.
e) Sikap introvert, lebih banyak mengarahkan perhatian kepada diri sendiri.

5
Ciri anak tunalaras dengan harga diri yang tersembunyi, antara lain, sebagai
berikut.

a) Bernada murung jika berbicara, cepat merasa tersinggung.


b) Sering merasa tidak enak badan.
c) Berpura-pura lebih dari orang lain,suka menonjolkan diri, bicara lantang,
merendahkan orang lain.
d) Suka melakukan perbuatan jahat.

Terdapat beberapa istilah lain yang menunjukkan gejala klinis lanjutan yang
bisa muncul pada tunalaras, di antaranya:

1. Anxiety hysteria: merasa takut pada sesuatu atau pada seseorang tanpa
6
alasan yang dapat diterima. Perasaan ini lahir dari usaha menekan hasrat-
hasrat yang sifatnya naluriah.
2. Conversion hysteria: mempunyai gangguan pada fungsi beberapa anggota
tubuh. Gangguan tersebut lahir dari usaha yang lama dalam menekan
hasrat-hasrat yang sifatnya naluriah.
3. Obsessional neurosis: cepat menuduh, banyak dalih, menutup diri, kaku
berjalan. Sebagai wujud dari pernyataan dari hati yang sangat sensitif dan
takut diserang.
4. Sexual perversion: suka menikmati seksual secara tidak wajar, seperti
mengintip, melakukan hubungan dengan teman sejenis.
5. Character neuroses: perubahan tingkah laku yang lahir dari konflik batin
yang tidak mendapat penyelesaian.

3. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku Serta


Pencegahannya

Sebab-sebab anak menjadi tunalaras secara garis besarnya menurut Rusli


dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok di antaranya:7

6
Dinie Ratri Desiningrum, h.64-65
7
Rusli Ibrahim, Psikologi Pendidikan Jasmani Olah Raga PLB, (Jakarta: Depdiknas,
2005) h. 48

6
a. Faktor Psychologis
Gangguan tingkah laku yang disebabkan terganggunya faktor psycologis.
Terganggunya faktor psycologis biasanya diwujudkan dalam bentuk
tingkah laku yang menyimpang, seperti: abnormal fixation, agresif,
regresif, resignation, dan concept of discrepancy.
b. Faktor Psychososial
Gangguan tingkah laku yang tidak hanya disebabkan oleh adanya frustrasi,
melainkan juga ada pengaruh dari faktor lain, sepert pengalaman masa
kecil yang tidak atau kurang menguntungkan perkembangan anak.
c. Faktor Physiologis
Gangguan tingkah laku yang disebabkan terganggunya proses aktivitas
organ-organ tubuh, sehingga tidak atau kurang berfungsi sebagaimana
mestinya, seperti terganggu atau adanya kelainan pada otak, hyper thyroid
dan kelainan syaraf motoris.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama seseorang mengalami


ketunalarasan. Daniel P. Hallahan, dkk (2009: 270), menuliskan terdapat empat
faktor utama yang menjadi penyebab ketunalarasan yaitu faktor biologis,
patologis hubungan keluarga, pengalaman tidak menyenangkan di sekolah, dan
pengaruh lingkungan ata budaya yang negatif atau buruk. Berikut ini penjelasan
dari keempat

Faktor-faktor yang menjadi penyebab ketunalarasan tersebut:8

a. Faktor Biologi
Perilaku dan emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam diri sendiri. Faktor tersebut yaitu “keturunan (genetik), neurologis,
faktor biokimia atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut”. (Triyanto
Pristiwaluyo, 2005: 70). Faktor biologi dapat terjadi ketika anak
mengalami keadaan kurang gizi, mengidap penyakit, psikotik, dan trauma
atau disfungsi pada otak.

8
Ariana Restian, Pembelajaran Seni Tari Di Indonesia Dan Mancanegara, (Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, 2017) h.51-52

7
b. Faktor Keluarga
Faktor dari keluarga yang dimaksud adalah adanya patologis hubungan
dalam keluarga. Menurut Triyanto Pristiwaluyo (2005: 73), “tanpa disadari
hubungan dalam keluarga yang sifatnya interaksional dan transaksional
sering menjadi penyebab utama permasalahan emosi dan perilaku pada
anak.” Pengaruh dari peraturan, disiplin, dan kepribadian yang
dicontohkan atau ditanamkan dari orangtua sangat memengaruhi
perkembangan emosi dan perilaku anak.
c. Faktor Sekolah
Ada beberapa anak mengalami gangguan emosi dan perilaku ketika
mereka mulai bersekolah. Pengalaman di sekolah mempunyai kesan dan
arti penting bagi anak-anak. Glidewell, dkk (1966) dan Thomas, dkk
(1968) dalam Triyanto Pristiwaluyo (2005: 74), mengungkapkan bahwa
“kompetensi sosial ketika anak-anak saling berinteraksi dengan perilaku
dari guru dan teman sekelas sangat memberi kontribusi terhadap
permasalahan emosi dan perilaku.” Ketika seorang anak mendapat respon
negatif dari guru dan teman sekelasnya saat mengalami kesulitan dan
kurang keterampilan di sekolah tanpa disadari anak terjerat dalam interaksi
negatif. Anak akan berada dalam keadaan jengkel dan tertekan yang
diakibatkandari tanggapan yang diterimanya baik dari guru maupun teman
sekelasnya.
d. Faktor Budaya
Daniel P. Hallahan, dkk (2009: 274), menuliskan “values and behavioral
standards are communicated to children through a variety of cultural
condition, demands, prohibition, and models.” Yang dimaksudkan adalah
standar nilai-nilai perilaku anak didapat melalui tuntutan-tuntutan maupun
larangan-larangan, dan model yang disajikan oleh kondisi budaya.
Beberapa budaya dapat memengaruhi perkembangan emosi dan perilaku
anak misalnya saja contoh tindak kekerasan yang diekspos media (telivisi,
film, maupun internet), penyalahgunaan narkoba yang seharusnya sebagai
obat medis dan penenang, gaya hidup yang menjurus pada disorientasi

8
seksualitas, tuntutan-tuntutan dalam agama, dan korban kecelakaan nuklir
maupun perang.

Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan emosi dan perilaku


kita juga daoat melakukan beberapa hal Pencegahan Gangguan emosi dan
perilaku (Emotional Behavioural Disorder).

Beberapa gangguan perilaku atau emosional dapat dicegah dengan menghilangkan


penyebab utama atau memperbaiki gejalanya. Sebagai contoh:

- mendidik wanita hamil untuk tidak minum untuk mencegah dampak


perilaku sindrom alkohol janin.
- Di dalam kelas, guru dapatmenggunakan teknik-teknik pengelolaan
perilaku masalah untuk mencegah berkembang menjadimasalah serius.
Sebagai sebuah masyarakat, strategi umum untuk mencegah gangguan
emosi danperilaku meliputi:
1) Memberikan terapi individu dan keluarga
2) Mengajarkan keluarga cara-cara baru berinteraksi
3) Mempromosikan dan memberikan pelatihan karakter
4) Pendidikan moral
5) Mempromosikan kesehatan bayi dan anak-anak, dan
6) Memberikan intervensi medis.

4. Peran Keluarga dalam Mengurangi Gangguan Emosional Pada


Anak

Menurut Ahmadi, satu fungsi keluarga selain ketujuh fungsi di atas yaitu
fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah keluarga berusaha menyelenggarakan
kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya kebutuhan makan dan minum,
kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan tempat tinggal.
Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua

9
diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat
cukupmakan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.9

Pendidikan anak sudah menjadi tanggung jawab orang tua. Bahkan orang
tua adalah pendidik pertama bagi seorang anak. Sehingga orang tua memiliki
peranan yang sangat penting, terutama orang tua bagi anak berkebutuhan khusus.
Peran orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus adalah:10

a. Sebagai pendamping utama yaitu sebagai pendamping utama yang dalam


membantu tercapainya tujuan layanan penanganan dan pendidikan anak.
b. Sebagai advokat yang mengerti, mengusahakan dan mennjaga hak anak
dalam kesempatan mendapat layanan pendidikan sesuai dengan
karakteristik khususnya.
c. Sebagai sumber menjadi sumber data yang lengkap dan benar mengenai
diri anak dalam usaha intervensi perilaku anak.
d. Sebagai guru berperan menjadi pendidik bagi anak dalam kehidupan
sehari-hari di luar jam sekolah.
e. Sebagai diagnostisian penentu karakteristik dan jenis kebutuhan khusus
dan berkemampuan melakukan treatmen, terutama di luar jam sekolah.

Kebutuhan pembelajaran bagi anak tunalaras yang harus diperhatikan guru


antara lain adalah:

a. Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi


setiap anak.
b. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan masalah yang
dihadapi oleh setiap anak.
c. Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan
minat anak.
d. Perlu adanya pengembangan akhlak atau mental melalui kegiatan sehari-
hari, dan contoh dari lingkungan.

9
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Bima Aksara, 1998), h. 89
10
Hewett Dan Frenk D, The Emotionally Child In The Classroom Disorders, (USA:
Ellyn and bacon, Inc, 1968) h. 9

10
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Gangguan Emosi dan Perilaku Anak atau Emotional And Behavioral


Disorders  (EBD) adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga
merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan
pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya. Oleh
sebab itu, sebagai individu yang memiliki peran penting dalam tumbuh kembang
seorang anak, orangtua di harapkan dapat melaksanakan perannya dengan
mengusahakan dan mennjaga hak anak dalam kesempatan mendapat layanan
pendidikan sesuai dengan karakteristik khususnya agar kedepannya gangguan
emosi dan perilaku bisa di atasi/ di sembukan secara perlahan.

b. Saran

Demikian makalah yang dapat kami susun. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis terbuka dengan kritik
dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1998. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bima Aksara

Budi, Ulya. 2017. Peran Keluarga dalam mengurangi gangguan


emosional pada anak berkebutuhan khusus". Jurnal Pendidikan Islam.

Hewett Dan Frenk D. 1968. The Emotionally Child In The Classroom


Disorders. USA:
Ellyn and bacon, Inc

Ibrahim, Rusli. 2005. Psikologi Pendidikan Jasmani Olah Raga PLB,


Jakarta: Depdiknas

Ratri Desiningrum, Dini. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.


Yogyakarta: Psikosain,

Republik Indonesia. 1991. Undang- Undang No. 72 Tahun 1991 tentang


Peendidikan Luar Biasa. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991, No.
3460. Sekretariat Negara. Jakarta.

Restian, Ariana. 2017. Pembelajaran Seni Tari Di Indonesia Dan


Mancanegara. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

12

Anda mungkin juga menyukai