Disusun oleh:
Assalamualaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dengan rahmat dan karunia-
Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pola
Pendidikan Inklusif (Studi Terhadap Anak Yang Mengalami Gangguan Emosi
Dan Perilak/ Emotional And Behavioural Disoreder)” Pada mata kuliah
Pembelajaran PAI Inklusif ini dapat terselesaikan. Serta tidak lupa shalawat
beriringkan salam kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad saw
yang menjadi kekasih Allah atas petunjuk risalah-Nya lah yang telah membawa
zaman kegelapan kepada zaman yang terang benderang, dan atas doa restu dan
dorongan dari teman -teman yang telah membantu penulis memberikan referensi
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN................................................................................1
a. Kesimpulan..........................................................................................11
b. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
b. Rumusan masalah
1
c. Tujuan penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Tingkah laku yang muncul adalah suatu tindakan yang ekstrem dan bukan
suatu tindakan yang hanya berbeda sedikit dengan tindakan yang biasa
dilakukan.
b. Disebut gangguan karena bersifat sesuatu yang kronis berkemungkinan
sulit untuk hilang begitu saja.
1
Ditjen PLB.com, 2006
2
Dinie Ratri Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Psikosain, 2016) h.57
3
Ibid. h.57
3
c. Tingkah laku tersebut merupakan salah satu tingkah laku yang tidak dapat
diterima karena tidak sesuai dengan norma, sosial dan budaya
Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku) memiliki ciri:
Cenderung membangkang
Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu
Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
4
Undang- undang Nomor 72 Tahun 1991 tantang Pendidikan Luar Biasa
5
Ulya Badi. Juli 2017. "Peran Keluarga dalam mengurangi gangguan emosional pada
anak berkebutuhan khusus". Jurnal Pendidikan Islam. Vol. II, No.2. h.118
4
Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos.
Anak tunalaras biasanya memiliki ciri adanya gangguan emosi dan gangguan
sosial, bisa dikarenakan penyesuaian yang salah (maladjustment). Adapun
tandanya sebagai berikut :
Ciri anak tunalaras dengan harga diri yang rendah memiliki tanda-tanda,
sebagai berikut.
5
Ciri anak tunalaras dengan harga diri yang tersembunyi, antara lain, sebagai
berikut.
Terdapat beberapa istilah lain yang menunjukkan gejala klinis lanjutan yang
bisa muncul pada tunalaras, di antaranya:
1. Anxiety hysteria: merasa takut pada sesuatu atau pada seseorang tanpa
6
alasan yang dapat diterima. Perasaan ini lahir dari usaha menekan hasrat-
hasrat yang sifatnya naluriah.
2. Conversion hysteria: mempunyai gangguan pada fungsi beberapa anggota
tubuh. Gangguan tersebut lahir dari usaha yang lama dalam menekan
hasrat-hasrat yang sifatnya naluriah.
3. Obsessional neurosis: cepat menuduh, banyak dalih, menutup diri, kaku
berjalan. Sebagai wujud dari pernyataan dari hati yang sangat sensitif dan
takut diserang.
4. Sexual perversion: suka menikmati seksual secara tidak wajar, seperti
mengintip, melakukan hubungan dengan teman sejenis.
5. Character neuroses: perubahan tingkah laku yang lahir dari konflik batin
yang tidak mendapat penyelesaian.
6
Dinie Ratri Desiningrum, h.64-65
7
Rusli Ibrahim, Psikologi Pendidikan Jasmani Olah Raga PLB, (Jakarta: Depdiknas,
2005) h. 48
6
a. Faktor Psychologis
Gangguan tingkah laku yang disebabkan terganggunya faktor psycologis.
Terganggunya faktor psycologis biasanya diwujudkan dalam bentuk
tingkah laku yang menyimpang, seperti: abnormal fixation, agresif,
regresif, resignation, dan concept of discrepancy.
b. Faktor Psychososial
Gangguan tingkah laku yang tidak hanya disebabkan oleh adanya frustrasi,
melainkan juga ada pengaruh dari faktor lain, sepert pengalaman masa
kecil yang tidak atau kurang menguntungkan perkembangan anak.
c. Faktor Physiologis
Gangguan tingkah laku yang disebabkan terganggunya proses aktivitas
organ-organ tubuh, sehingga tidak atau kurang berfungsi sebagaimana
mestinya, seperti terganggu atau adanya kelainan pada otak, hyper thyroid
dan kelainan syaraf motoris.
a. Faktor Biologi
Perilaku dan emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam diri sendiri. Faktor tersebut yaitu “keturunan (genetik), neurologis,
faktor biokimia atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut”. (Triyanto
Pristiwaluyo, 2005: 70). Faktor biologi dapat terjadi ketika anak
mengalami keadaan kurang gizi, mengidap penyakit, psikotik, dan trauma
atau disfungsi pada otak.
8
Ariana Restian, Pembelajaran Seni Tari Di Indonesia Dan Mancanegara, (Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, 2017) h.51-52
7
b. Faktor Keluarga
Faktor dari keluarga yang dimaksud adalah adanya patologis hubungan
dalam keluarga. Menurut Triyanto Pristiwaluyo (2005: 73), “tanpa disadari
hubungan dalam keluarga yang sifatnya interaksional dan transaksional
sering menjadi penyebab utama permasalahan emosi dan perilaku pada
anak.” Pengaruh dari peraturan, disiplin, dan kepribadian yang
dicontohkan atau ditanamkan dari orangtua sangat memengaruhi
perkembangan emosi dan perilaku anak.
c. Faktor Sekolah
Ada beberapa anak mengalami gangguan emosi dan perilaku ketika
mereka mulai bersekolah. Pengalaman di sekolah mempunyai kesan dan
arti penting bagi anak-anak. Glidewell, dkk (1966) dan Thomas, dkk
(1968) dalam Triyanto Pristiwaluyo (2005: 74), mengungkapkan bahwa
“kompetensi sosial ketika anak-anak saling berinteraksi dengan perilaku
dari guru dan teman sekelas sangat memberi kontribusi terhadap
permasalahan emosi dan perilaku.” Ketika seorang anak mendapat respon
negatif dari guru dan teman sekelasnya saat mengalami kesulitan dan
kurang keterampilan di sekolah tanpa disadari anak terjerat dalam interaksi
negatif. Anak akan berada dalam keadaan jengkel dan tertekan yang
diakibatkandari tanggapan yang diterimanya baik dari guru maupun teman
sekelasnya.
d. Faktor Budaya
Daniel P. Hallahan, dkk (2009: 274), menuliskan “values and behavioral
standards are communicated to children through a variety of cultural
condition, demands, prohibition, and models.” Yang dimaksudkan adalah
standar nilai-nilai perilaku anak didapat melalui tuntutan-tuntutan maupun
larangan-larangan, dan model yang disajikan oleh kondisi budaya.
Beberapa budaya dapat memengaruhi perkembangan emosi dan perilaku
anak misalnya saja contoh tindak kekerasan yang diekspos media (telivisi,
film, maupun internet), penyalahgunaan narkoba yang seharusnya sebagai
obat medis dan penenang, gaya hidup yang menjurus pada disorientasi
8
seksualitas, tuntutan-tuntutan dalam agama, dan korban kecelakaan nuklir
maupun perang.
Menurut Ahmadi, satu fungsi keluarga selain ketujuh fungsi di atas yaitu
fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah keluarga berusaha menyelenggarakan
kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya kebutuhan makan dan minum,
kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan tempat tinggal.
Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua
9
diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat
cukupmakan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.9
Pendidikan anak sudah menjadi tanggung jawab orang tua. Bahkan orang
tua adalah pendidik pertama bagi seorang anak. Sehingga orang tua memiliki
peranan yang sangat penting, terutama orang tua bagi anak berkebutuhan khusus.
Peran orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus adalah:10
9
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Bima Aksara, 1998), h. 89
10
Hewett Dan Frenk D, The Emotionally Child In The Classroom Disorders, (USA:
Ellyn and bacon, Inc, 1968) h. 9
10
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis terbuka dengan kritik
dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
12