Anda di halaman 1dari 7

1.

Sistem sosial dapat dimaknai seperti halnya sekumpulan dari elemen-elemen yang
saling berhubungan satu dengan lainnya secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan secara sistemik. Pemahaman tentang sistem ini digunakan untuk
menunjukkan sekumpulan gagasan yang tersusun dalam kesatuan yang logis dan lalu
diketahui sebagai buah pikiran dan membentuk keilmuan tertentu.
a. Berdasarkan paragfraf diatas. Uraikan dan jelaskan bagaimana ciri-ciri yang harus
dipenuhi “sistem sosial” dalam pengertian “ keilmuan”
b. Berikan contoh yang berhubungan dengan suatu sistem dalam praktek sederhana.
Jawab:
a. Ciri yang harus dipenuhi “sistem sosial” dalam pengertian “ keilmuan yakni:
1. Bersifat abstrak, artinya struktur sosial tidak dapat dilihat dan diraba.
2. Merupakan bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan
masyarakat. Artinya, struktur sosial berfungsi mengatur berbagai bentuk
hubungan antarindividu dalam masyarakat.
3. Struktur sosial bersifat dinamis, selalu berkembang dan dapat berubah.
4. Memiliki cakupan yang luas
5. Meliputi kebudayaan di dalam masyarakat.

b. Untuk dapat lebih memahami, coba kamu bayangkan sebuah jam tangan sebagai
Ilustrasi saja. Jam tersebut merupakan kesatuan dari komponen-komponen yang
sebelumnya terpisah. Ada komponen berupa jarum, baterai, tali jam tangan, brand
dan sebagainya. Komponen tersebut menyatu menjadi satu unit jam tangan.
Masing-masing komponen tersebut saling berhubungan untuk menjalankan fungsi
keseluruhan sebagai penunjuk waktu atau mungkin juga penanda status sosial.
Sistem sosial dengan demikian merupakan pola saling keterhubungan (interaksi)
antar individu atau aktor untuk menjalankan fungsi masing-masing sehingga
fungsi keseluruhannya sebagai satu grup, kelompok, komunitas, masyarakat,
negara dan sebagainya berjalan.
Sebagai contoh, seorang polisi yang menjalankan peran ideal sebagai seorang
penegak hukum. Ketika polisi tersebut justru menangkap orang yang tidak
bersalah karena dendam pribadi, maka terjadi kekacauan. Masyarakat akan protes
bahkan marah. Akibatnya, stabilitas sosial terganggu atau dengan kata lain, sistem
sosial tidak berfungsi.
Jarum jam harus menunjukkan ke angka yang tepat, baterai harus hidup, tali jam
harus bisa melingkar di pergelangan tangan, dan sebagainya. Prasyarat tersebut
merupakan contoh ”norma” dan ”nilai” yang memandu tindakan yang dilakukan
oleh bagian-bagian komponen jam.
Contoh dari bentuk sistem sosial yang pertama adalah gotong royong. Gotong
royong merupakan sebuah kegiatan bentuk dari sistem sosial yang di lakukan oleh
sekelompok orang secara bersama-sama sehingga hal yang di kerjakan akan
menjadi lebih lancer, mudah, dan juga ringan. Ada banyak contoh dari kegiatan
gotong royong ini diantaranya adalah pembangunan fasilitas umum ataupun
kegiatan untuk membersihkan lingkungan setempat.
2. - Bagaimanakah paradigma dari teori kategori sosial dalam teori komunikasi massa?
- Bagaimanakah penerapan teori ini dalam masyarakat dalam kaitannya dengan
ilmu komunikasi? Berikan contohnya!

Jawab:

- Teori kategori sosial adalah kumpulan, kelompok, atau kategori-kategori sosial


yang ada di masyarakat akan memberikan tanggapan yang seragam terhadap
terpaan media. Melvin L. DeFleur selaku pakar yang menampilkan teori ini
mengatakan bahwa teori kategori sosial menyatakan adanya perkumpulan–
perkumpulan, kategori sosial pada masyarakat urban-industrial yang perilakunya
ketika diterpa perangsang-perangsang tertentu akan hampir seragam.
Asumsi dasar dari teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang menyatakan
bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki
sejumlah ciri-ciri yang sama akan mempunyai pola hidup tradisional yang sama.
Ciri-cirinya : usia, seks, pendapatan, pendidikan, permukiman atau pertalian yang
bersifat religius. Persamaan gaya, orientasi dan perilaku akan berkaitan pada suatu
gejala seperti pada media massa dalam perilaku yang seragam. Anggota-anggota
dari suatu kategori tertentu akan memilih komunikasi yang kira-kira sama, dan
menanggapinya dengan cara yang hampir sama pula. DeFleur juga menegaskan
bahwa teori ini konsisten dengan dan tampaknya berasal dari sosiologi umum
mengenai massa.
Teori kategori sosial merupakan permulaan yang lebih bersifat penjelasan
daripada pembahasan, tetapi sejauh dapat digunakan sebagai landasan untuk
prediksi kasar dan sebagai pedoman untuk penelitian. Teori ini dapat berfungsi
sebagai teori sederhana untuk studi media massa. Jika dibandingkan dengan teori
perbedaan individual ditegaskan oleh defluer bahwa jika perbedaan teori
individual menyajikan pandangan mengenai proses komunikasi yang lebih
konsisten dengan penemuan-penemuan dari psikologi umum, sedangkan teori
kategori sosial konsisten dengan dan tampaknya berasal dari sosial umum
mengenai massa.
Timbul suatu keseragaman dalam suatu masyarakat meskipun masyarakat
tersebut bersipat heterogen. Teori ini mengajarkan bahwa meski perbedaan dalam
suatu masyarakat yang banyak sekali baik itu dari segi budaya, suku, bangsa, ras,
ataupun agama, dll. namun disetiap perbedaan itu masih ada suatu kesamaan baik
itu berupa usia, seks, jenis kelamin, penghasilan, dll dalam merespon
rangsangan/pesan dari media massa, baik itu media elektronik maupun media
cetak ataupun perangsang-perangsang yang lainnya. Terkadang masyarakat bisa
saja melupakan apa yang sebenarnya yang ada pada dirinya (maksudnya di sini
seperti budaya suku dan yang lainnya), karena teori ini membahas tentang
keseragaman suatu masyarakat meski masyarakat tersebut heterogen. Mengapa
tidak, karena dengan keseragaman tersebut maka suatu masyarakat akan
mengikuti aturan, norma, budaya baru dan yang lainnya dari keseragaman yang
telah tercipta tersebut.
- Orang lombok, dompu, sumbawa, jawadll, berpindah penduduk ke sesuatu daerah
misalnya ke sulawesi mereka kumpul di suatu daerah membentuk suatu penduduk
sehingga banyak perpaduan budaya akan tetapi lama-kelamaan perpaduan budaya
mereka tersebut akan membentuk suatu budaya, norma yang baru sehingga
mereka menjadi suatu kesatuan, dan seragam atau sama dalam
menerima/merespon terpaan dari media, baik itu media elektronis atau media
cetak.

3. a. Bagaimanakah rating televisi berdampak pada masyarakat? Jelaskan!


b. Bagaimanakah dampak negatif dari penggunaan rating dalam program-program
televisi?
Jawab:
a. Program acara yang memiliki rating tinggi akan dipertahankan dan yang memiliki
rating kecil akan diganti dengan cara menduplikasi dan meniru tayangan yang
dirasa memiliki rating tinggi karena mereka meyakini bahwa pengiklan hanya
mau mengiklankan apabila tv tersebut memiliki program acara dengan rating
tinggi. Hal inilah yang kemudian membuat program-program di televisi tidak
menjadikan kualitas sebagai acuan utama melainkan lebih mengedepankan
kuantitas. Padahal apabila dilihat dari perspektif yang lain yang juga dikemukakan
oleh tokoh-tokoh dalam buku ini bahwa daripada mendasarkan suatu program
pada suatu rating, sebagian yang lain memilih untuk menyesuaikan program acara
dengan karaktek produk yang akan diiklankan. Logikanya saat mereka
menampilkan suatu tayangan yang berkualitas dan edukatif tentunya yang akan
memonton juga orang-orang terpelajar dan bukan hanya mengikuti selera pasar
karena karakteristik produk dari pengiklan akan berbeda.Rating kemudian dibahas
secara lebih lanjut. Rating, selain menjadi indikator tentang berapa dan dari
kalangan sosial mana penonton program sebuah program acara, juga berfungsi
sebagai peta posisi sebuah acara yang menentukan layak tidaknya suatu program
acara untuk terus ditayangkan.
b. Kembali lagi pada masalah rating, bahwa usaha tersebut dilakukan semata untuk
mendapatkan rating yang tinggi. Tayangan-tayangan yang mengejar rating tanpa
memperdulikan kualitas konten akan sangat berpengaruh pada mentalitas dan
pandangan masyarakat terhadap realitas yang ada.Pertama perlu kita sadari bahwa
adanya lembaga rating adalah membuka akses tentang apa, siapa, dan bagaimana
tayangan yang disukasi masyarakat. Rating adalah soal akumulasi kuantitas dari
banyaknya pentonton terhadap suatu konten televisi. Bahasa kotornya, tak peduli
seberapa bagus kontennya, yang penting meraup banyak penonton. Hal ini
menjadi celah yang mudah bagi stasitun televisi untuk membuat program dengan
ratingtinnggi.Konten televisi dewasa ini telah menjadi budaya populer. Budaya
populer adalah budaya masyarakat atau orang kebanyakan. (Strinati, 2007).
Budaya Populer adalah budaya yang lahir atas keterkaitan media. Apa yang
diproduksi oleh media akan diserap oleh publik dan menjadikan hal itu sebagai
suatu kebudayaan. Dalam hal ini media televisi adalah sebagai media yang dapat
membentuk suatu budaya populer dalam masyarakat. Meski begitu, apakah
budaya populer yang dibentuk oleh TV adalah budaya populer dengan
mengangkat nilai-nilai yang baik? Hal itu belum tentu. Tayangan pengejar rating
justru membuat para penonton menjadi pribadi yang mudah berprasangka, hobi
mengumbar privasi, dan kurangnya respek terhadap sesama menjadi potensi
budaya yang dapat dihasilkan dari TV. Tentunya diperlukan sebuah lembaga
pengawas lembaga rating guna mengurangi tayangan yang kurang berkualitas
yang dapat berpotensi mengkontruksi budaya populer dalam masyarakat.

4. Dalam komunikasi pembangunan, setiap tipe pesan membicarakan saluran


komunikasi yang berbeda. setiap pemilihan media atau saluran pertimbangannya
adalah tujuan.
- Jelaskan pemilihan saluran atau media menurut tujuan informasi, persuasi, dan
kolaborasi? Berikan contoh media yang digunakan!
Jawab:
Pemilihan saluran atau media menurut tujuan informasi, persuasi, dan kolaborasi yaitu
memberi informasi (informing), melakukan persuasi (persuading), melakukan
kolaborasi (collaborating)
a. Memberi Informasi (menginformasikanTujuan pertama dalam pemilihan media
adalah memberikan informasi yang berkaitan dengan saluran atau media kepada
pihak lain. Misalnya, seorang Produser suatu saluran media memberikan
informasi masing-masing media informasi tersebut tentu saja mempunyai
kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Jadi tergantung produser untuk memilih
media mana yang akan dipilih dengan mempertimbangkan kemampuan internal
yang dimiliki oleh saluran atau media. Menyiarkan informasi adalah fungsi pers
yang pertama dan utama. Setiap informasi yang disampaikan haruslah memenuhi
kriteria dasar yaitu aktual, akurat, faktual, menarik, penting, benar, lengkap, jelas,
jujur, berimbang, relevan, bermanfaat, dan etis.

b. Persuasif, Tujuan media massa adalah persuasi yaitu dengannya media punya
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat. Seorang terpengaruh
akan tayangan televisi. Sebagai contoh ketika melihat makanan yang sangat lezat
yang membuat kita kemudian membeli produk yang ditayangkan.
Ketika menonton berita tentang cara pencegahan virus corona dengan masker,
tentu kita kemudian membeli masker untuk mencegah penularan virus corona.
Secara sederhana, persuasi adalah komunikasi yang digunakan untuk
mempengaruhi dan meyakinkan orang lain. Melalui persuasi setiap individu
mencoba berusaha mempengaruhi kepercyaan orang lain. Media massa sering
membuat atau mengukuhkan nilai-nilai yang sudah kita yaknini sebelumnya.
Orang yang religius memiliki kecendrungan melihat acara- acara televisi yang
berbau religius. Pada posisi tersebut, media mampu mengukuhkan nilai yang
diyakini seseorang.
Contoh lain ketika seseorang yang tidak memihak pada suatu partai politik akan
berubah aspirasi atau haluannya karena pengaruh pemberitaan disuatu media.

c. Melakukan Kolaborasi (berkolaborasi), Tujuan ketiga dalam komunikasi bisnis


adalah melakukan kolaborasi atau kerjasama bisnis antara seseorang dengan orang
lain. Melalui jalinan komunikasi, seseorang dapat dengan mudah melakukan
kerjasama bisnis baik antara media dosmetik Bicara mengenai kondisi di
Indonesia, tantangan terbesar bukan mengatur media mainstream, melainkan
bagaimana mengelola media sosial dan platform online. “Tantangan kita me-
manage media online, media sosial, video filesharing dan instantmessaging
dibandingkan media mainstream sendiri,” tuturnya.
Namun demikian, Menteri Rudiantara menyebutkan ada nilai yang dianut
masyarakat Indonesia dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan tantangan itu.
“Kita punya value yang tidak semua negara ada, ya gotong royong. Itu merupakan
refleksi pendekatan ekosistem. Kolaborasi, kerja sama pendekatan ekosistem,
pendekatan stakeholders harus tetap didorong. Semua harus berkontribusi dan
diajak bagaimana menyelesaikan permasalahan,” ungkapnya.
Pada akhir pernyataan sikap, Menteri Rudiantara menekankan mengenai antisipasi
atas gangguan digital dengan cara menyiapkan sumberdaya manusia inovatif.
Mengutip Clayton M Christensen, ia menyebutkan hal yang paling penting
bukanlah teknologi. “Clyaton pencetus teori gangguan menyebut teknologi yang
mengganggu harus disebut sebagai tantangan pemasaran, bukan satu teknologi.
Yang paling penting adalah sumber daya manusia dan kompetensi yang dapat
menciptakan inovasi pemasaran baru,” tandas Rudiantara.

Referensi:
Erica, TM. Dhani Iqbal & L. Panjaitan. (2006). Matinya Rating Televisi (Ilusi Sebuah
Netralitas). Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Strinati, Dominic. (2007). Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya
Populer. Yogyakarta: Bentang

Anda mungkin juga menyukai