Anda di halaman 1dari 17

ANAK DENGAN BERKEBUTUHAN KHUSUS(TUNA LARAS)

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus 1

Dosen Pengampu : Dr.Muhammad Yusuf,M.pd.i

Oleh :

Khusnul Khotimah (201310014)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM

MA’ARIF NU ( IAIMNU) METRO TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 1
yang berjudul”Anak Dengan Berkebutuhan Khusus(Tuna Laras)”.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Anak Berkebutuhan Khusus
( Tuna Laras) yang kami sajikan dalam berbagai sumber informasi,referensi,dan berita. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa IAIM NU Metro. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu,kepada Dosen pembimbing kami meminta
masukannya demi perbaikkan makalah kami dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran kepada pembaca.

Metro,17 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Tunalaras...........................................................................2

B. Jenis-jenis Tunalaras...................................................................................5

C. Faktor Penyebab Tunalaras ........................................................................6

D. Terapi Tuna Tuna laras...............................................................................

E. Layanan Pendidikan Tuna Laras..................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penangan khusus


karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang di alami anak. Berkaitan
dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki
keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti
tunanetra dan tunarungu,maupun bersifat psikologis seperti autis dan ADHD.

Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan
pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam
pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,berbeda dengan anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan
perkembangan. Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari anak tunalaras?


2. Apa sajakah jenis-jenis tunalaras?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab tunalaras?
4. Bagaimanakah terapi bagi anak tunalaras?
5. Bagaimanakah layanan pendidikan bagi anak tunalaras?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui tentang Anak Tunalaras


2. Untuk mengetahuii jenis-jenis Anak Tunalaras
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab Tunalaras
4. Untuk mengetahui terapi bagi anak Tunalaras
5. Untuk mengetahu Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunalararas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Tuna Laras

Tuna laras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan


emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya menunjukkan perilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di
sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal
yaitu pengaruh dari lingkungan.
Anak tunalaras sering juga disebut tunasosial karena tingkah laku anak ini
menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang
berwujud seperti mencuri,mengganggu,dan menyakiti orang lain1.Perkembangan
yang terjadi pada anak tunalaras,tidak jauh berbeda dengan anak yang tidak
memiliki hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Hanya saja
akibat dari gangguan emosi yang ia miliki,berpengaruh terhadap segi
kognitif,kepribadian,dan sosial anak. Dimana pada segi kognitif anak kehilangan
minat dan konsentrasi belajar, dan beberapa anak mempunyai ketidakmampuan
bersaing dengan teman-temannya.
Ada banyak hal yang dapat mencirikan seorang anak dianggap tunalaras. Marlina
mendefinisakan dalam hal tersebut bahwasannya masing-masing klasifikasi atau
jenis tunalaras tersebut berbeda-beda,antara lain:
a.Mengalami gangguan perilaku:
 Berkelahi,memukul,dan menyerang
 Pemarah,mencari perhatian,dan suka pamer
 Tidak mau mengikuti aturan
 Merusak milik orang lain maupun miliknya sendiri
 Tidak sopan,kurang ajar,dan kasar
 Penentang,tidak mau bekerjasama
 Suka mengganggu
 Tidak mau mengakui kesalahan sendiri dan suka menyalahkan orang
lain,dll
b.Mengalami kecemasan dan menyendiri

1
Sujihati Somantri,”Psikologi Anak Luar Biasa”(Rafika Aditama:2007),hlm.139
 Cemas,tegang,pemalu,tidak punya teman.
 Tertekan,sedih,merasa terganggu,sangat sensitif,mudah sakit
hati,dan selalu merasa di permalukan.
 Penyimpan rahasia,pendiam,dan bungkam.
c. Anak agresif sosial
 Suka diluar rumah sampai larut
 Jarang masuk sekolah
 Suka keluar rumah2

Selain karakteristik diatas,berikut ini karakteristik yang berkaitan dengan segi


akademik,sosial/emosional dan fisik/kesehatan anak tunalaras:

1.Karakteristik Akademik:

Kelainan perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial di sekolah semakin buruk.


Akibatnya, dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:

 belajar dibawah rata-rata

 Tidak menaati peraturan , baik disekolah maupun di lingkungan sekitar.

2.Karakteristik sosial/emosional:

a.Karakteristik sosial

1. Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain:

 Perilaku itu tidak diterima masyarakat,biasanya selalu melanggar norma


budaya.

 Perilaku itu bersifat mengganggu dan dapat dikenai sanksi oleh kelompok
sosial

2. Perilaku itu ditandai dengan tindakan agresif,yaitu:

 Tidak mengikuti aturan


 Bersifat menganggu
 Bersifat menentang
 Tidak dapat bekerjasama

2
Marlina.Asesmen anak berkebutuhan khusus(pendekatan psikoedukasional).Padang:UNP Pres.
(2015).hlm.28-29
3. Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan remaja

 Karakteristik emosional
 Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak,misalnya tekanan
batin dan rasa cemas

b. Karakteristik fisik/kesehatan

Pada anak tunalaras umumnya masalah fisik/kesehatan yang dialami berupa


gangguan makan,gangguan tidur atau gangguan gerakan. Umumnya mereka merasa ada
yang tidak beres dengan jasmaninya, ia mudah mengalami gangguan, merasa cemas pada
kesehatannya, seolah-olah merasa sakit,dll. Kelainan lain yang berupa fisik yaitu gagap,
buang air tidak terkontrol,sering mengompol,dll.

B. Jenis-Jenis Tunalaras

Hewitt dan Jenkins, anak tunalaras (Socially Maldjusted Children) mengklasifikasikan


menjadi tiga kelompok, yaitu: Unsocialized Agresive Children, Sosialized Aggressive
Children, dan Maldjusted Children.
Klasifikasi dan karakteristik yang dijelaskan kedua ahli tersebut pada adsarnya identik
dengan yang dikemukakan A.Kirk pada kelompok Sosially Madjusted Children dan
delinquney.
1. Unsocialized Aggressive Children
Unsocialized Aggressive Children, yaitu kelompok anak yang menunjukan
gejala-gejala : tidak menyenangi sikap ototitas, seperti guru dan polisi.
Kebanyakan anak ini berasal dari keluarga broken home, tidak mendapatkan
perhatian dari kedua orangtuanya. Anak kelompok ini kebanyakan lahir diluar
perkawinan.. Mereka tidak berkembang superegonya, tidak dapat melakukan
hubungan interpersonal secara positif. Sikap dan prilaku mereka bersifat anti
social, sering melakukan kekejaman, kekerasan dan sadis.
2. Sosialized Aggressive Children
Sosialized Aggressive Children, yaitu kelompok anak yang masih mampu
melakukan hubungan dan interaksi social dengan kelompok yang terbatas,
seperti gang-nya. Pada umumnya berasal dari keluarga broken home, masa
kecil mereka pernah memperoleh kasih sayang, tetapi masa berikutnya
diabaikan, sehingga ia masih mampu melakukan hubungan dan interaksi
social secara terbatas, tetapi mereka membenci orang-orang yang memiliki
otoritas.

3. Maldjusted Children

Kelompok anak ini sering juga disebut kelompok anak “inhibited”. Dengan
karakteristik prilaku, seperti : penakut, pemalu, cemas, menyendiri, sensitive, sulit
melakukan interaksi social secara baik dengan teman-temannya, sangat
ketergantungan, dan mengalami defresi. Pada umumnya berasal dari keluarga
mampu, dimana mereka terlalu diperhatikan, dan dimanjakan, sehingga kurang
mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang menuntut sesuatu dari
seperti tanggung jawab social, agama, budaya, dsb.
C. Faktor-faktor Penyebab Tunalaras

1.kondisi/keadaan fisik: Disfungsi kelenjer endokrin merupakan salah satu penyebab


gangguan. Kelenjer endrokin ini mengeluarkan hormone yang mempengaruhi tenaga
seseorang. Bila secara terus menerus fungsinya mengalami gangguan,maka dapat berkibat
terganggunya fisik dan mental seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap
perkembangan wataknya.

2.Masalah perkembangan: Di dalam menjalani setiap fase perkembangan individu,


sulit untuk terhindar dari berbagai konflik. Konflik emosi ini terutama terjadi pada masa
anak-anak dan masa pubertas. Jiwa anak yang masih labil pada masa ini banyak
mengandung resiko berbahaya, jika kurang mendapat bimbingan dan pengarahan dari
orang dewasa maka akan mudah terjerumus pada tingkah laku menyimpang.

3.Lingkungan keluarga: Keluargalah peletak dasar perasaan aman( emotional scurity )


pada anak. Dalam keluarga pula anak memperoleh pengalaman pertama mengenai
perasaan dan sikap sosial. Beberapa aspek yang terdapat dalam lingkungan keluarga yang
berkaitan dengan masalah gangguan emosi dan tingkah laku: kasih sayang dan perhatian,
keharmonisan keluarga dan kondisi ekonomi.

4.Lingkungan sekolah: Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua bagi anak
setelah keluarga. Tanggung-jawab sekolah tidak hanya sekedar membekali anak didik
dengan sejumlah ilmu pengetahuan, akan tetapi sekolah juga bertanggungjawab membina
kepribadian anak didik sehingga menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab baik
terhadap lingkungan masyarakat yang luas. Timbulnya tingkah laku antara lain berasal dari
guru dan fasilitas lain.

5.Lingkungan masyarakat: Satu hal yang nampak mempengaruhi pola perilaku anak
dalam lingkungan sosial adalah keteladanan, yaitu meniru perilaku orang lain. Di samping
pengaruh-pengaruh yang bersifat, di dalam lingkungan masyarakat juga terdapat banyak
sumber yang merupakan pengaruh negatif yang dapat memicu munculnya perilaku
menyimpang.

D . Terapi Tuna Laras

Terdapat beberapa cara atau metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi atau
mengidentifikasi secara diri terhadap anak yang dianggap mengalami gangguan
tunalaras,antara lain sebagai berikut:

a.Psikotes

Psikotes dilakukan untuk mempengaruhi kematangan sosial dan gangguan emosi.


Sedangkan alat tes yang lain yaitu tes proyeksi yang memiliki beberapa jenis tes yaitu:
1.Tes Rorchach. Tes ini memberikan gambaran mengenai keseluruhan
kepribadian,kelainan dan perlunya psikoterapi. Gambaran ini ditafsirkan dari reaksi anak
terhadap gambaran-gambaran yang terbuat dari tetesan tinta.

2.Thematic Apperception Test(TAT). Tes ini memperlihatkan berbagai situasi emosi dalam
bentuk gambar-gambar. Gambaran kepribadian tampak dari tafsiran anak mengenai situasi
emosi tersebut untuk itu disediakan skala khusus.

3.Tes Gambar Orang. Dalam tes ini persoalan-persoalan emosi tampak dari gambar harus
dibuat oleh anak. Gambarannya ialah seorang laki-laki dan perempuan.

4.Dispert Fable Tes. Tes ini memberikan gambaran mengenai : iri hati, rasa dosa, rasa
cemas , tanggapan terhadap diri sendiri , ketergantungan terhadap orang tua , dan
sebagainya.

b. Sosiometri

Sosiometri adalah alat tes yang digunakan untuk mengetahui suka atau tidaknya
seseorang. Caranya ialah tanyakan kepada para anggota kelompok siapa diantara
anggotanya yang mereka sukai. Setiap anggotanya hendaknya memilih menurut pilihannya
sendiri. Dari jawaban itu akan diketahui siapa yang tidak disukai oleh para anggota. Perlu
diperingatkan bahwa hasil-hasil sosiometri adalah hasil sementara yang perlu di telaah lebih
lanjut. Anak yang dikucilkan belum tentu anak yang tunalaras,bahkan mungkin tidak
dikucilkn lagi dalam sosiometri berikutnya. Walaupun demikian, sosiometri dapat dipakai
bersama-sama dengan cara yang lain.

c. Membandingkan dengan tingkah laku anak pada umumnya

Keadaan tunalaras dapat diketahui dengan cara membandingkan tingkah laku anak pada
umumnya. Dalam hal membandingkan boleh dilakukan oleh setiap orang dewasa. Anak
yang nakal dapat diketahui kenakalannya oleh masyarakat. Demikian juga anak yang tidak
nakal tetapi kelakuannya tidak sesuai dengan norma yang berlaku,diketahui oleh
masyarakat. Masyarakat mempunyai ketentuan-ketentuan untuk menetapkan nakal dan
tidaknya atau serasi dan tidaknya tingkah laku para anggotanya.

d. Memeriksakan ke klinik psikiatri anak

Bentuk usaha lain untuk mengetahui anak tunalaras adalah dengan memeriksakan ke
klinik psiklatri. Tugas pokoknya ialah melakukan usaha rehabilitasi dan penyembuhan
terhadap mereka yang mengalami psikis,tetapi juga dapat menetapkan apakah seseorang
mempunyai kelainan tunalaras atau tidak. Dalam surat keterangan yang telah dikeluarkan
oleh klinik psikilatri anak menyebutkan istilah antara lain:
1.Anxienty hysteria. Merasa takut pada sesuatu atau pada seseorang tanpa alasan yang
dapat diterima. Perasaan ini lahir dari usaha menekankan hasrat-hasrat yang sifatnya
naluriah.

2.Conversion hysteria. Mempunyai gangguan pada fungsi beberapa anggota


tubuh,perbuatan anggota pada pendirian. Gangguan tersebut lahir dari usaha yang lama
menekan hasrat-hasrat yang sifatnya naluriah.

3.Obsessional neurosis. Cepat menuduh,banyak dalih,menutup diri,dan sebagainya. Ini


adalah pernyataan dari hati yang sensitif dan takut diserang. Hal ini timbul dari usaha
menoleh hasrat.

4.Sexual pervesion. Suka mengikuti sexual secara tidak wajar,seperti mengintip,melakukan


hubungan dengan teman sejenis.

5.Character pervesion. Perubahan tingkah laku yang lahir dari konflik batin yang tidak
mendapat penyelesaian.

6.Psychose. Anak mempunyai kesulitan menyesuaikan diri terhadap segala-galanya. 3

E. Layanan Pendidikan Anak Tunalaras

Program pendidikan bagi anak gangguan emosi membutuhkan perhatian


termasuk dukungan moral,bantuan agar mereka menguasai
akademisnya,membangun kemampuan sosialnya,meningkatkan kesadaran
diri,kemampuan mengontrol diri dan kepercayaan diri.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan anak tunalaras,yaitu:

1.Berusaha mengatasi semua masalahnya dengan menyesuaikan proses


pembelajaran sesuai dengan kondisi anak tunalaras.

2.Berusaha mengembangkan kemampuan fisik,mengembangkan bakat dan


mengembangkan intelektual.

3.Memberi keterampilan khusus utuk bekal hidupnya.

4.Memberi kesempatan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

5.Memberi rasa aman agar mereka punya percaya diri dan merasa tidak disia-
siakan oleh lingkungan sekitar.

3
Hidayat,Saepul,D.,dan Gunawan,W.Mengembangkan Pendidikan Bagi Peserta Didik:Cerdas Istimewa dan
Bakat Istimewa. (Bandung:Luxima Metro Media,2013).
6.Menciptakan suasana yang tidak menambah rasa rendah diri dan rasa bersalah
bagi anak tunalaras.4

Ada beberapa teknik dan strategi pendidikan yang dapat diterapkan untuk
mengarahkan anak dengan gangguan emosi dan perilaku seperti anak tunalaras
atau tunasosial,yaitu sebagai berikut:

1.Interest Bosting(meningkatkan perhatian siswa). Agar siswa tidak selalu


bertindak di luar pelajaran atau menyimpang dari materi yang diajarkan,alangkah
baiknya jika guru menambahkan suatu metode atau media dalam belajarnya,yang
menambah ketertarikan serta perhatian siswa pada materi yang sedang di
ajarkan.

2.Planned Ignoring(perencanaan teknik pengabaian/penolakan). Teknik ini


merupakan bagian dari modifikasi perilaku. Keberhasilan dari teknik ini
dipengaruhi oleh perencanaan yang matang sebelum perilaku yang tidak
diharapkan dari siswa terjadi. Misalnya ketika dalam situasi pembeljaran,salah
satu siswa berusaha untuk mencoba mencuri perhatian dengan mengganggu
siswa lain,maka guru dapat menerapkan teknik pengabaian yang diwujudkan
dengan tidak memanggil siswa tersebut,tetapi tetap melanjutkan kegiatan belajar
mengajar. Penting bagi guruuntuk menyediakan penguatan positif jika perilaku
yang diharapkan muncul. Teknik ini tidak diperkenankan untuk diberikan bagi
tunalaras dengan kategori masalah perilaku yang cukup berat.

3.Providing More Information(memberi informasi lanjutan). Memberikan


penjelasan mengenai pengalaman dan harapan apa yang dapat dicapai dari hasil
belajar,jika siswa tidak bereaksi saat melakukan kesalahan persepsi atau
kesalahpahaman.

4.Tension Reduction Through Humor(mengurangi ketegangan dengan humor).


Sering kali suatu masalah yang potensial sekalipun akan teredamkan jika diselingi
dengan humor. Kecemasan,kekuatan bahkan sebuah tantangan pasti membuat
tiap orang terbawa dalam reaksi negatif. Namun keadaan ini perlahan dapat
teredam dengan datangnya selingan humor. Humor juga telah terbukti dapat
menekan kecemasan yang dialami seseorang karena ekspresi mereka terbawa
kearah positif dan muncul dalam bentuk sebuah senyuman atau tawa.

5.Acknowledging the Message(memberi suatu pesan pengakuan). Memberi


pesan pengakuan dengan jujur dengan cara tidak menghakimi adalah lebih baik

4
Meimulyani,Y dan Caryoto.Media Pembelajaran Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus(Jakarta:Luxima,2013).
dibandingkan memberikan pengakuan dengan cara menentang. Dengan cara ini
perilaku yang dihasilkan akan lebih baik, karena siswa belajar untuk menghargai
serta menghormati orang lain.

6.Signal Interference(sinyal interferensi). Termasuk teknik pengendalian emosi


dan perilaku siswa engan cara non verbal,saat perilakunya mulai menyimpang.
Contoh: mengangkat tangan untuk menunjukkan arti”berhenti”.

7.Proximity Control(kontrol kedekatan). Saat siswa mulai menunjukkan perilaku


mengganggu atau merusak, sebaiknya pendidik mulai bergerak mendekati siswa
sambil membawanya ke dalam aktivitas dengan kelompoknya. Tiadak ada
hukuman apapun yang diberikan pada siswa saat itu. Karena umumnya,dengan
adanya kehadiran orang yang lebih dewasa didekatnya, cukup untuk meredakan
perilaku ringan yang menyimpang. Maka perlu diperhatikan apakah siswa
merasakan kedekatan itu sebagai sebagai sebuah ancaman atau tidak.

8.Hurdle Help(bantuan rintangan). Pendidik dapat memberikan instruksi secara


langsung kepada siswa,saat ia mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi
dengan temannya. Pendidik dapat memberikan sebuah saran saat masalah itu
muncul,sehingga siswa mengikuti arah yang benar.

9.Making A Direct Appeal to Values(membuat nilai pembanding langsungan).


Siswa didorong untuk membuat suatu alesan mengenai perilaku mereka. Siswa
didorong untuk berfikir apakah perilaku yang mereka munculkan itu dapat
membantu memperbaiki situasi atau tidak. Satu per satu penjelasan dapat
menimbulkan pemahaman, perilaku seperti apakah yang dapat membuat
keadaan semakin memburuk, kemudian menemukan sikap yang tepat yang dapat
membantu siswa fokus pada masalah yang dihadapi. Contoh pertanyaan:”kenapa
ini bisa terjadi?,apa yang harus kamu lakukan?,bagaimana perasaan
mu?,mengapa kamu bersikap demikian?”. Sampai akhirnya siswa berkomitmen
dirinya untuk tidak melakukan atau bahkan masih mau melakukan perilaku
tersebut setiap kali permasalahn terjadi.

10.Infusion with Affection(selalu berikan kasih sayang). Setiap sikap yang


positif,dukungan , serta penghargaan yang diberikan seseorang dapat membuat
anak mampu merespon dengan sangat tepat. Sebuah kehangatan,keterbukaan
serta keperdulian dari seorang guru dapat membantu setiap curahan siswa
tentang masalah yang dialaminya,sehingga siswa dapat bersikap dengan tepat,
dan masalah tersebut tidan menjadi semakin parah.5

5
Pierangelo,R.,dan Giuliani,G.Teaching Students With Learning Disabilities(New Dehl:Crowin Press,2008).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpilkan bahwa kelainan tingkah laku yang
dialami anak tunalaras mempunyai dampak negatif baik bagi dirinya sendiri
maupun lingkungan sosialnya. Saah satu dampak serius yang mereka alami adalah
tekanan batin berkepanjangan sehingga menimbulkan perasaan merusak diri
mereka sendiri. Menghadapi keadaan tersebut kita hendaknya dapat
mempengaruhi lingungan mereka, mengajar dan menguatkan keterampilan sosial
antar pribadi yang lebih efektif,serta menghindarkan mereka dari ketergantungan
dan penguatan ketakberdayaan. Bahwa perilaku menyimpang pada anak
tunalaras merugikan lingkungannya kiranya sudah jelas dan sering kali orang tua
maupun guru merasa kehabisan akal menghadapi anak dengan gangguan perilaku
seperti ini.

Saran

Dari uraian diatas, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat


kekurangan dn masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun
dari sumber yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bertujuan agar makalah yang selanjutnya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Hj. T.Sutjihati Somantri,M.Si.,psi-Psikologi Anak Luar Biasa-Rafika Aditama

Gunarsa D Singgih,Prof.Dr,Psikologi Anak Bermasalah.Libri

Munawir Yusuf,dkk(2003). Pendidikan bagi anak dengan problema belajar. Tiga


Serangkai

Hidayat, Saepul, D., dan Gunawan,W.2013.Mengembangkan Pendidikan Bagi


Peserta Didik:Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa. Bandung:Luxima Metro
Media.

Meimulyani,Y dan Caryoto.2013.Media Pembelajaran Adaptif Bagi Anak


Berkebutuhan Khusus. Jakarta:Luxima.

Pierangelo,R., dan Giuliani, G. 2008. Teaching Students With Learning


Disabilities. New Dehl: Corwin Press.

Marlina.2015.Asesmen anak berkebutuhan khusus(pendekatan


psikoedukasional).Padang:UNP Press.

Anda mungkin juga menyukai