Tafsir Q.S. An.Nisa, 4:115,170 dan Tafsir Q.S. Ali Imran, 3:106-108
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan
Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
Simpulan..............................................................................................................................8
Daftar Pustaka......................................................................................................................8
BAB I
Pendahuluan
Di dalam Al-Qur’an tidak kurang dari 431 kali kat Rasul baik dalam bentuk tunggal
(singular) maupun jamak (plural) disebutkan. Telah dinyatakan dlaam hadist bahwa jumlah
Rasul ada 124.000 orang. Karena itulah kita harus beriman kepada semua Rasul yang
dibangkitkan di India, Cina, Iran, Mesir, Afrika, Eropa dan di negeri-negeri lainnya di seluruh
dunia.
Akan tetapi, kita tidakdapat memastikan seseorang di luar daftar para Rasul lyang nama-
namanya tercantum di dalam Al-Qur’an, apakah dia seorang Rasul ataukah bukan, sebab kita
tidak diberi tahu secara pasti tentang dia. Tidak pula kita diizinkan mengatakan penolakan
terhadap orang-orang suci dari agama-agama lain. Sangat dimungkinkan bahwa sebagian dari
mereka adalah para Rasul Allah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka disini penulis akan
membahas makalah yang berjudul Misi Kerasulan dalam tafsir surat An-Nisa’ ayat 115 dan 170
serta surat Ali Imran ayat 106-108 secara singkat dan jelas agar mudah untuk dipahami dan
dimengerti.
BAB II
A. Sebab-Sebab Diturunkannya Surah An Nisaa’ (4) Ayat 115
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, al-Hakim, dan lain-lain, yang bersumber dari Qatadah bin
an-Nu’man. Menurut al-Hakim, hadits ini shahih berdasarkan syarat Imam Muslim. Bahwa
diantara keluarga serumah Bani Ubairiq, yaitu Bisyr dan Mubasysyir, terdapat seorang munafik
yang bernama Busyair, yang hidupnya melarat sejak zaman jahiliyah. Ia pernah menggubah
syair untuk mencaci maki para shahabat Rasulullah ﷺdan menuduh bahwa syair itu gubahan
orang lain.
Pada waktu itu makanan orang melarat ialah kurma dan sya’ir (semacam jewawut;
Inggris: barley) yang didatangkan dari Madinah (sedang makanan orang-orang kaya adalah
terigu).
Suatu ketika Rifa’ah bin Zaid (paman Qatadah) membeli terigu beberapa karung yang kemudian
disimpan di dalam gudang tempat penyimpanan alat perang, baju besi, dan pedang.
Pada tengah malam gudang itu dibongkara orang yang semua isinya dicuri. Pagi harinya Rifa’ah
datang kepada Qatadah dan berkata: “Wahai anak saudaraku, tadi malam gudang kita
dibongkar orang, makanan dan senjata dicuri.” Kemudian mereka menyelidikinya dan bertanya-
tanya di sekitar kampung itu.
Ada orang yang mengatakan bahwa semalam bani Ubairiq menyalakan api dan
memasak terigu (makanan orang kaya). Berkatalah Bani Ubairiq: “Kami telah bertanya-tanya di
kampung ini.
Demi Allah, kami yakin bahwa pencurinya adalah Labid bin Sahl.” Labid bin Sahl terkenal
sebagai Muslim yang jujur. Ketika Labid mendengar ucapan Bani Ubairiq, ia naik darah dan
mencabut pedangnya sambil berkata dengan marah: “Engkau menuduh aku mencuri?
Demi Allah pedang ini akan ikut campur berbicara, sehingga terang dan jelas siapa
pencuri itu.” Bani Ubairiq berkata: “Jangan berkata kami yang menuduhmu, sebenarnya buka
kamu pencurinya.” Maka berangkatlah Qatadah dan Rifa’ah meneliti dan bertanya-tanya di
sekitar kampung itu sehingga yakin bahwa pencurinya adalah Bani Ubairiq.
Ketika Qatadah berhadapan dengan Rasulullah, iapun ditegur dengan sabdanya: “Kamu
telah menuduh mencuri kepada seorang Muslim yang jujur dan lurus tanpa bukti apa pun?”
Kemudian Qatadah pulang untuk menceritakan hal itu pada pamannya.
Berkatalah Rifa’ah: “Allahul musta’aan (Allah tempat kita berlindung).” Tidak lama
kemudian turunlah ayat ini (an-Nisaa’: 105) sebagai teguran kepada Nabi ﷺberkenaan dengan
pembelaannya terhadap Bani Ubairiq; dan surah an-Nisaa’ ayat 114 berkenaan dengan ucapan
Nabi ﷺterhadap Qatadah.
Setelah itu Nabi ﷺmembawa sendiri senjata yang hilang itu dan menyerahkannya
kepada Rifa’ah, sedang Busyair menggabungkan diri dengan kaum musyrikin dan menumpang
pada Sullafah binti Sa’d.
Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya (an-Nisaa’: 115-116) sebagai teguran kepada orang-
orang yang menggabungkan diri dengan musuh setelah jelas petunjuk Allah kepadanya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d di dalam kitab ath-Thabaqaat, dengan sanad yang
bersumber dari Mahmud bin Labid. Bahwa Busyair bin al-Harits membongkar gudang Rifa’ah
bin Zaid (paman Qatadah bin an-Nu’man) dan mencuri makanan serta dua perangkat baju besi.
Qatadah mengadu kepada Nabi ﷺtentang peristiwa itu, yang kemudian ditanyakan kepada
Busyair oleh Nabi ﷺ. Akan tetapi ia mungkir, dan malah menuduh Labid bin Sahl, seorang
bangsawan lagi hartawan.
Maka turunlah ayat ini (an-Nisaa’: 105) yang menerangkan bahwa Busyair itu seorang pendusta,
sedang Labid seorang yang bersih.
Setelah turun ayat itu (an-Nisaa’: 105) yang menunjukkan kepalsuan Busyair, iapun
murtad dan lari ke Mekah menggabungkan diri dengan kaum musyrikin serta menumpang di
rumah Sullafah binti Sa’d. Ia mencaci maki Nabi dan kaum Muslimin, Maka turunlah ayat
selanjutnya (an-Nisaa’: 115) berkenaan dengan peristiwa Busyair ini. Kemudian Hassan bin
Tsabit menggubah syair yang menyindir Busyair, sehingga ia kembali pada bulan Rabi’ tahun
keempat Hijrah.
Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 115 (Tentang Rasulullah SAW)
Tafsir : (Dan siapa yang menyalahi) atau menentang (Rasul) mengenai kebenaran yang
dibawanya (setelah nyata baginya petunjuk) artinya, setelah jelas baginya kebenaran dengan
adanya mukjizat-mukjizat (dan ia mengikuti) jalan (yang bukan jalan orang-orang mukmin)
artinya, jalan keagamaan yang biasa mereka lalui dengan cara menyimpang dan
mengingkarinya (maka Kami jadikan ia menguasai apa yang telah dikuasainya berupa
kesesatan) artinya, Kami jadikan ia membina hubungan di antaranya dengan kesesatan itu di
atas dunia, lalu (Kami masukkan ia) di akhirat (ke dalam neraka Jahanam) hingga ia terbakar
hangus di dalamnya (dan itulah seburuk-buruk tempat kembali).
Asababun nuzul secara bahasa berarti turunnya ayat-ayat Al Qur’an dari kata “asbab” jamak
dari “sababa” yang artinya sebab-sebab, dan nuzul artinya turun. Jadi, asbabun nuzul adalah
suatu peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat-ayat al Qur’an baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Secara istilah, menurut Manna Al Qathan
َما نَ َز َل قُ ْرآن ِبشَ ْأنه و ْق َت ُوقُ ْو ِعه ك َحا ِدثَ ٍة َأ ْو ُسَؤ ٍال
Asbabun nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turun Al Qur’an berkenaan dengan
waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian maupun berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Adapun menurut Nurcholis Majid adalah konsep, teori,
atau berita tentang adanya sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari Al Qur’an kepada nabi
Muhammad ﷺ. Jadi dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul adalah kejadian/peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat Al Qur’an dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Allah memerintahkan supaya mansia beriman kepadaNya karena itulah yang baik bagi
mereka. Ajaran-ajaran yang dibawalah yang akan membawa manusia kepada keselamatan dan
kebahagiaan didunia dan akhirat. Barangsiapa yang mematuhi perintahNya dan menjadi
seorang mukmin sejati, tentulah ia akan diridhoi Allah dan dilimpahkan rahmatNya dan
tentulah ia akan menjadi orang yang beruntung didunia dan diakhirat.
Tafsir : (Hai manusia) maksudnya warga Mekah (sesungguhnya telah datang kepadamu rasul)
yakni Muhammad saw. (membawa kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu)
kepadanya (dan usahakanlah yang terbaik bagi kamu) dari apa yang melingkungimu (Dan jika
kamu kafir) kepadanya (maka bagi-Nya apa yang di langit dan yang di bumi) baik sebagai milik
maupun sebagai makhluk dan hamba hingga tidaklah merugikan kepada-Nya kekafiranmu itu
(Dan Allah Maha Mengetahui) terhadap makhluk-Nya (lagi Maha Bijaksana) mengenai
perbuatan-Nya terhadap mereka.
Tafsir Q.S Al-Imran Ayat 106-108 (Tentang Rasulullah SAW)
Tafsir : (Ingatlah suatu hari di mana wajah-wajah ada yang menjadi putih berseri dan ada pula
yang hitam legam) maksudnya pada hari kiamat. (Adapun orang-orang yang wajahnya menjadi
hitam) yakni orang-orang kafir, maka mereka dilemparkan ke dalam neraka dan dikatakan
kepada mereka sebagai celaan ("Kenapa kamu kafir setelah beriman?") yaitu sewaktu
pengambilan ikrar dulu. ("Maka rasailah siksa disebabkan kekafiranmu itu.").
Tafsir : (Adapun orang-orang yang wajahnya menjadi putih berseri) yakni orang-orang
yang beriman (mereka berada dalam rahmat Allah) dalam surga-Nya (mereka kekal di
dalamnya).
ِۡتكۡل َ َءايَٰ ُت ٱهَّلل ِ ن َ ۡتلُو َها عَلَ ۡي َك ِبٱلۡ َح ّ ِق ۗ َو َما ٱهَّلل ُ يُ ِريدُ ُظل ًما
)١٠٨(ِل ّلۡ َعٰ لَ ِم َني
Terjemahan : "Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepadamu dengan benar dan tidaklah
Allah berkehendak melakukan kezaliman pada semesta alam." (108)
Tafsir : (Itulah) maksudnya ayat-ayat tadi (ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu)
hai Muhammad (dengan benar, dan tiadalah Allah menghendaki keaniayaan bagi
seluruh alam) misalnya dengan menjatuhkan hukuman pada mereka tanpa dosa.
BAB III
Simpulan
Berdasarkan pembahasan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Di dalam Al-
Qur’an tidak kurang dari 431 kali kat Rasul baik dalam bentuk tunggal (singular) maupun
jamak (plural) disebutkan. Telah dinyatakan dlaam hadist bahwa jumlah Rasul ada 124.000
orang. Karena itulah kita harus beriman kepada semua Rasul yang dibangkitkan di India, Cina,
Iran, Mesir, Afrika, Eropa dan di negeri-negeri lainnya di seluruh dunia.
Dari keterangan ayat tersebut, dapat diketahui bahwa ayat-ayat tersebut pada intinya
berisi ancaman terhadap orang-orang yang menentang Rasulullah yang sebelumnya mereka telah
memeluk agama Islam dan mendapatkan penjelasan tentang ajaran Islam tersebut. Mereka akan
dimasukan kedalam neraka Jahannam, yang disebabkan karena perbuatan mereka sendiri.
Daftar Pustaka
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-3-al-'imran/ayat-106
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-4-an-nisa/ayat-115
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-4-an-nisa/ayat-170