Resume:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Sirah Nabawiyah
Oleh:
Dosen Pengampu:
SURABAYA
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat, hidayah,
serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan resume ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dari jalan yang gelap
menuju jalan yang terang benderang.
Penulis mengucapkan syukur yang kedua kalinya karena dengan karunia
sehat yang telah diberikan Allah SWT. Penulis dapat mempersembahkan resume
yang berjudul “Perang Hunain dan Perang Tabuk dalam Buku Fiqh Sirah Karya
Said Muhammad al-Buthy”, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada
dosen pembimbing, Bapak Faiz, yang telah membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tentunya sebagai manusia biasa, penulis tidak akan terlepas dari kesalahan
dan kekeliruan. Untuk itu penulis dengan segala hormat memohon kritik dan saran
pembaca. Dengan adanya hal tersebut, tentu dapat membantu kepenulisan pada
makalah berikutnya sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian yang
dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat, terima kasih.
Penulis
ii
1
ISI RESUME
PERANG HUNAIN DAN TABUK
A. Perang Hunain
1. Sejarah Singkat
Perang Hunain merupakan perang yang terjadi setelah terjadi peristiwa
Fathul Makkah yang terjadi pada bulan Syawal tahun kedelapan Hijriyah. Kaum
Quraish yang dahulunya membenci Rasulallah berubah menjadi seseorang yang
ingin dekat dengan Rasulallah. Sementara itu dipihak lain, yakni kabilah
Hawazin dan Tsaqif berkumpul untuk membahas masalah mereka, untuk
menyerang Rasulullah. Dibawah komando Malik ibn Auf, salah satu pimpinan
dari kabilah Hawazin itu. Mereka membawa semua harta benda serta anak dan
kaum wanita untuk bergerak menuju daerah yang bernama Authas (Sebuah
tempat yang terletak di antara Makkah dan Thaif).
Rasulallah yang mengetahui pergerakan musuh yang semakin mendekat.
Maka pada tanggal 6 Syawal Rasulallah bersama dengan dua belas ribu pasukan
islam berangkat menuju tempat pertempuran. Pasukan muslim sendiri berjumlah
sepuluh ribu orang penduduk Madinah dan dua ribu penduduk Makkah.
Rasulallah SAW juga mengutus Abdullah ibn Abu Hadrad Al-Aslami untuk
menyusup ke pihak lawan. Abdullah sendiri diperintahkan untuk tinggal
bersama orang-orang musrik dalam beberapa waktu, guna untuk mengetahui
kondisi mereka. Kemudian kembali lagi pada Rasulallah SAW.
Abdullah memberi kabar kepada Rasulallah bahwa Shafwan bin
Umayyah memiliki perlengkapan perang yang banyak. Sehingga Abdullah
segera diutus oleh beliau untuk menemui Shafwan yang saat itu belum masuk
islam. Adapun Shafwan setelah dijelaskan oleh Abdullah, ia memberikan seratus
baju besi dan berbagai macam persenjataan yang dibutuhkan.
Dari pihak musuh, telah menyiapkan rencana untuk menyerang dengan
cara bersembunyi. Ketika Rasulallah SAW bersama para sahabat sampai di
lembah Hunain. Munculah musuh-musuh yang keluar dari tempat
persembunyian di balik lembah. Karena serangan mendadak tersebut, banyak
2
pasukan muslim yang terpaksa mundur. Kuda-kuda perang pun berlarian kesana-
kemari.
Rasulallah SAW yang melihat kejadian itu, segera menyingkir ke sisi
kanan seraya berseru kepada pasukan Muslimin untuk mendekat pada
Rasulallah. Akhirnya dengan segala penyerangan brutal dan mendadak yang
dilakukan oleh kaum kafir. Membuat Rasulallah SAW dan para sahabatnya
terpaksa mundur dari medan pertempuran.
Rasulallah SAW lalu berseru “Panggil semua Ashhab as-Samrah!” yang
maksudnya adalah para peserta Baiat Ridhwan. Saat itu, Abbas r.a lah yang
memanggil dengan suara keras yang dimilikinya. Mereka kemudian menjawab
‘Labbaik….labbaik…!’ dan kemudian mereka langsung berbalik arah dan
menyerang kaum kafir. Kemudian terdengar seruan ‘Wahai Anshar’, sementara
Rasulallah melihat kehebatan yang ditunjukkan oleh mereka para sahabat
anshar. Beliau langsung berseru “Inilah saatnya perang yang sengit!” kemudian
beliau mengambil beberapa kerikil dan dilemparkan ke arah kaum kafir. Seraya
berkata “Mereka akan kalah, demi Tuhannya Muhammad”
Atas berkat bantuan Allah kaum kafir yang semula terlihat akan menang.
Ternyata dapat dikalahkan, hal ini karena rasa takut yang Allah berikan ke dalam
hati orang-orang musyrik. Adapun setelah peperangan Rasulallah SAW
bersabda “Siapa saja membunuh seorang kafir dan memiliki bukti akan itu, harta
(salb) yang ada pada si terbunuh menjadi milikinya” Muttafaq ‘alaih.
Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa Rasulallah SAW melewati
seorang wanita yang telah meninggal akibat di bunuh Khalid bin Walid. Melihat
hal tersebut Rasulallah berkata kepada orang-orang yang ada dalam kerumunan
untuk melihat wanita itu, “Temui Khalid dan katakana kepadanya, Rasulallah
SAW melarangmu untuk membunuh anak kecil, wanita dan budak”.
Dari Hunain Rasullah SAW beserta pasukan bergerak menuju Thaif dan
mengepung daerah tersebut. Melihat hal itu, orang-orang Thaif menghujani
Rasulallah dan pasukan dengan anak panah. Namun, beliau dan sahabat tetap
meneruskan pengepungannya terhadap kota tersebut sampai belasan hari.
Setelah pengepungan tersebut. Rasulallah pun terlihat akan meninggalkan Thaif.
3
tersebut, Rasulallah kemudian bertanya mengenai Malik bin Auf. Para utusan
tersebut berkata jika Malik bin Auf berada di Thaif bersama kabilah Tsaqif.
Mendengar hal tersebut, Rulallah berpesan pada utusan tersebut untuk
memberi tahu Malik. Jika ia datang dengan niatan masuk islam. Maka Rasulallah
akan mengembalikan keluarga, harta serta akan diberikan seratus ekor unta
kepadanya. Tak lam setelah hal tersebut, Malik pun memutuskan untuk menjadi
muslim dan menjadi penganut agama islam yang baik.
Selain hal-hal tersebut, Rasulallah juga mngistimewakan para Mualaf
yakni orang-orang Makkah yang baru masuk islam. Dengan memberi harta
rampasan perang dan pemberian lainnya.
Setelah berbagai kejadian Panjang. Rasulallah kemudian berangkat dari
Ji’ranah untuk menunaikan umrah. Dan setelahnya beliau kembali ke Madinah.
Dan sebelum itu, Rasulallah telah menetapkan seorang pemimpin yang akan
mengurus Makkah, yakni sahabat yang bernama ‘Athab bin Usaid r.a
B. Perang Tabuk
1. Sejarah singkat
Perang tabuk merupakan perang yang disebabkan ketika adanya
Saudagar yang melakukan perjalanan antara Syam dan Madinah menyampaikan
sebuah berita. Berita tersebut mengenai bangsa Romawi yang telah
mengumpulkan pasukan-pasukannya untuk memerangi umat islam. Pasukan
tersebut terdiri dari puak Lakhm dan Jadzam beserta seluruh sekutu arab yang
berada dibawah kekuasaan Romawi. Dengan adanya hal ini bahkan menyebar
pula desas desus yang menyebutkan jika mata-mata Romawi telah sampai di
daerah Balqa’.
Mengetahui hal tersebut Rasulallah menyeru kepada kaum muslim untuk
bersiap-siap menyambut mereka. Hal ini tidak biasa dilakukan Rasulallah,
karena biasanya Rasulallah baru akan merahasiakan perang dari orang lain
sampai perang tersebut benar-benar terjadi.
Rasulallah SAW berperang saat cuaca sedang amat panas, yakni pada
musim kemarau yang benar-benat terik panasnya. Meskipun begitu, beliau tetap
5
Muslimin yang tidak bisa ikut berperang. Tetapi keimanan mereka lurus dan
tidak ada sedikitpun keraguan pada mereka.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para ulama lainnya, bahwa pada
saat perang tabuk berkecamuk. Kaum Muslimin benar-benar dalam keadaan
lapar. Mereka meminta izin kepada Rasulallah untuk menyembelih unta mereka,
sehingga mereka dapat memakan daging dan mengambil lemaknya. Rasulallah
kemudian mengizinkan. Namun, tiba-tiba Umar datang kemudian berkata bahwa
jika hewan-hewan ini disembelih, maka akan semakin sedikit hewan
tunggangan. Sehingga, Umar meminta kepada Rasulallah untuk berdoa agar
Allah melebihkan dan menjadikan banyak perbekalan kaum Muslimin.
Rasulallah kemudian meminta diambilkan tikar dan dihamparkannya. Kemudian
ditaruhlah dalam tikar tersebut makanan-makanan yang telah disediakan namun
sedikit. Setelah itu, Rasulallah menyuruh kepada kaum Muslimin untuk
mengambil makanan dengan wadah masing-masing. Hal ajaib pun terjadi,
sampai semua pasukan telah mengabil jatah makanannya. Makanan tersebut
masih tetap ada, padahal seharusnya jika dilihat seharusnya tidak cukup dan
sudah habis. Namun inilah kuasa Allah SWT.
Setelah pasukan muslim sampai di Tabuk, mereka tidak melihat tanda-
tanda adanya kehadiran musuh. Ternyata, musuh telah bersembunyi secara
terpisah. Beberapa saat kemudian, datanglah pengusa daerah Ailah yakni
Yohana menghadap kepada Rasulallah dan menyatakan siap membayar jizyah.
Tak lama kemudian datang pula penduduk Jarba dan Adzrah yang juga
menyerahkan jizyah. Mengetahui hal ini, Rasulallah kemudian mengikat
perjanjian dengan membuat surat lalu diserahkan kepada pihak musuh.
Dalam perjalanan, Rasulallah SAW dan pasukan muslim melewati
daerah yang bernama Al-Hijr. Disinilah rumah-rumah orang Tsamud berdiri.
Kemudian Rasulallah SAW berkata kepada para sahabatnya. “Janganlah kalian
memasuki tempat tinggal orang-orang yang dulu pernah mendzalimi diri mereka
sendiri, agar kalian tidak akan tertimpa musibah sebagai mana mereka alami.
Terkecuali jika kalian masuk ke daerah itu dalam keadaan menangis.”
7
h. Hukum rampasan perang (salb) milik korban. Adapun mengenai masalah ini
ada berbedaan-berbedaan dikalangan ulama. Imam syafi’I menganggap
bahwa maklumat Rasulallah untuk membagi kepada pasukan adalah hukum
Allah. Sehingga pasukan dapat memperolehnya. Di lain sisi, Imam Abu
Hanifah dan Maliki berpendapat bahwa hukumnya berdasarkan pemimpin
atau panglima saja.
i. Jihad bukan bentuk kedengkian orang kafir. Hal ini dapat diketahui melalui
kejadian pengepuangan di kota Thaif.
j. Pasukan muslim, baru bisa mendapatkan ganimah, ketika pemimpin telah
membagikannya.
k. Strategi umat muslim untuk menundukkan para mualaf. Dengan berbuat baik
kepada mereka.
l. Keutamaan dari kaum ashar dan kecintaan Rasulallah terhadap mereka.