Anda di halaman 1dari 5

Pewaris Surga Firdaus

Tiap kali kita berbicara mengenai surga terlintas di pikiran kita kenikmatannya, kesenangannya, sungai madu yang sangat manis, sungai susu, sungai khamr dan lain-lain. Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, tidak ada kesedihan didalamnya, penghuninya hidup dengan penuh kebahagaian karena mereka dapat memandang wajah Allah ,fyang mulia. Terlebih ketika mereka memasuki surga dengan tingkatan yang paling tinggi Firdaus namanya. Karena dari surga ini mereka dapat melihat penghuni surga-surga yang ada dibawahnya. Allah mensifati orang-orang yang akan mewarisi surga ini dengan ayat-ayatNya yang terdapat dalam kitab-Nya Al-Qur'an yang mulia. Firman Alllah dalam surat Al-Mukminun ayat 1- 11, "Sesungguhnya beruntunglah orangorang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orangorang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orangorang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya". Ketika para sahabat menanyakan akhlaq Rasulullah kepada Aisyah: n : . : "Kami bertanya kepada Aisyah: Bagaimana akhlaq Rasulullah? Beliau menjawab: Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur'an. Beliau membaca (qod afalahal mukminun sampai ayat wal ladzina hum ala solawatihim yuhafidzun) beginilah akhlaq Rasulullah. [HR. An-Nasa'i] Dalam ayat pertama dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang beruntung. Hal ini berarti selain orang yang beriman tidak akan mendapatkan keberuntungan. Kenapa mereka dikatakan sebagai orang yang beruntung? Karena mereka adalah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka mendapat keberuntungan berupa kebaikan dunia dan akhirat. Dan ini berarti tidak semua orang yang beriman akan mendapatkan surga itu, karena memang surga Firdaus tidak diperuntukan bagi setiap orang yang beriman, lalu siapakah orang yang akan mendapatkannya? Berikut ini adalah pemaparan mengenai hal itu. SIFAT-SIFAT PENGHUNI SURGA FIRDAUS Allah menjelaskan sifat-sifat orang yang akan menghuni surga Firdaus-Nya dengan beberapa ayat dalam surat ini. 1. Orang yang khusyu' dalam sholatnya Imam Al Qurtubi dalam Tafsir al jami li ahkamil Quran, imam Qurtubi menyebutkan dalam kitabnya bahwa sebab turunya ayat ini adalah ketika Rosulullah dan para sahabatnya tidak memandang ketempat sujud ketika sholat. Maka Allah menegur mereka semua agar sholat yang mereka lakukan menjadi khusyu.

Sholat adalah tiangnya agama, sholat juga merupakan ibadah yang dapat mendekatkan seorang hamba dengan Rabb-nya. Sholat yang kita laksanakan setiap harinya ini memiliki syarat dan rukunnya, hal mana ini merupakan sebab diterimanya sholat yang kita lakukan. Diantara rukun-rukun sholat itu adalah khusyu'. Khusyu' berarti menghadirkan hati, dan pikiran hanya kepada Allah semata. Karena pentingnya menghadirkan kekhusyuan dalam sholat sampai-sampai Nabi memerintahkan seorang sahabat untuk mengulangi sholatnya. Maka, tanda tanya yang besar bagi kita, apakah sholat yang kita lakukan selama sudah khusyu'??? Ketahuilah! bahwa ciri pertama hamba Allah yang akan mewarisi surga Firdaus-Nya adalah orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya. Meskipun para ulama telah memberikan trik-trik agar kita meraih kekhusyu'an dalam sholat, tapi jika kita tidak berusaha keras maka hal itu akan sia-sia. Marilah kita tiru bagaimana kekhusyu'an Rasulullah dan sahabat-sahabatnya gdalam sholat mereka. 2. Orang-orang yang menjauhkan dirinya dari hal-hal yang tidak berguna Seorang muslim yang baik adalah yang dapat menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat baginya. Hal ini adalah sebagaimana yang telah disinyalir oleh Rasulullah dalam haditsnya: "Bukti dari baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat". [HR.Tirmidzi] Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur'anul Adzim, Ibnu Katsir, 3/ 321 menafsirkan "laghwu" adalah kebathilan, dan ini mencakup kesyirikan, kemaksiatan dan perkataan juga perbuatan yang tidak mendatangkan manfaat. Allah juga mensifati hamba-Nya (ibadur rohman) dengan sifat ini dalam firman-Nya: "Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya". 3. Orang-orang yang menunaikan zakat Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat ini, dan yang paling masyhur adalah dua pendapat: Maksud zakat di sini adalah zakat maal (harta) ini adalah pendapat Ibnu Katsir t dan kebanyakan ulama. Maksud zakat di sini adalah zakat jiwa yaitu menyucikannya dari kesyirikan, kemaksiatan dan dosa. Adapun hari ini kita dapati betapa banyak manusia yang enggan menunaikan zakat, meskipun pada hakikatnya dia adalah orang yang mampu. Maka dalam hal ini para ulama menghukumi orang-orang yang enggan menunaikan zakat dengan beberapa hukum, dan ini adalah hukuman di dunia:

a) Orang yang enggan menunaikan zakat karena bakhil dan dia meyakini kewajibannya maka hukuman bagi orang yang seperti ini adalah suatu kemaksiatan yang besar, fasiq dan tidak dikafirkan. Apabila dia meninggal dia dimandikan, disholatkan dan pada hari kiamat perkaranya diserahkan kepada Allah. b) Orang yang enggan menuniakan zakat dikarenakan menolak akan kewajibannya setelah datang penjelasan kepadanya, maka hukuman bagi orang seperti ini adalah kufur, tidak disholatkan dan tidak dikuburkan dikuburan kaum muslimin. Adapun hukuman bagi mereka di akhirat adalah sebagaimana firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". [QS at-Taubah: 34-35] 4. Orang-orang yang senantiasa menjaga kemaluannya. Sifat seorang mukmin yang akan beruntung, mendapat surga Firdaus dan kekal di dalamnya adalah mereka yang senantiasa menjaga kemaluannya dari hal-hal yang diharamkan Allah. Yaitu menjaga dirinya dari perbuatan zina, liwat dan semua yang dilarang Allah. Kecuali kepada istri-istri dan budak-budak mereka. Imam As-Syafi'i t, Imam Malik t dan orang-orang yang sepakat dengan beliau mengharamkan onani dengan ayat ini. Syaikh Syanqithi t juga berpendapat demikian. Adapun orang-orang yang mencari selain dari yang demikian (yang telah ditentukan Allah) dari istri dan budak, mereka adalah orang-orang yang melampui batas. 5. Orang-orang yang menjaga amanat dan janjinya Di antara sifat yang membedakan orang mukmin dengan orang munafik adalah pada hal amanah yang debankan kepada mereka. Orang mukmin adalah orang yang senantiasa menjaga amanahnya. Rasulullah n mensifati orang munafik dalam haditsnya: : "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila berkata dusta, apabila berjanji mengingkari, apabila diberi amanat khianat". [HR. Bukhari dan Muslim] Amanah ini mencakup segala hal yang telah Allah titipkan kepada kita dan Dia perintahkan untuk menjaganya. Termasuk di dalamnya menjaga anggota badan kita dari hal-hal yang tidak diridhai Allah. Adapun janji yang dimaksud dalam ayat ini adalah semua hal yang engkau telah berjanji umtuk menjaganya, berupa hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Amat banyak ayat yanga

menjelaskan perihal ini dalam Al-Qur'an diantaranya (an-Nisaa: 58) (al-Anfal:27) (alMa'arij: 32) (al-Israa: 34) (al-Maaidah: 1) (al-Fath: 10) (an-Nahl: 91) dan (al-Anbiya: 78). Oleh karena itu, hendaklah setiap muslim untuk senantiasa menjaga amanah yang dibebankan kepadanya dan janjinya. Karena sungguh amanah itu akan ditanyakan pada hari kiamat, Rasulullah bersabda: "Tiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.". [HR. Bukhari dan Muslim] 6. Orang-orang yang menjaga sholatnya Allah memulai memberikan ciri-ciri hamba-Nya yang akan mewarisi surga-Nya dengan sholat kemudian ditutup juga dengan sholat. Hal ini mengindikasikan bahwa sholat adalah ibadah yang sangat urgen. Karena sholat merupakan pembeda antara keislaman dan kekufuran, sebagaimana sabda Rasulullah: Sesungguhnya pembeda antara keislaman, kesyirikan dan kekufuran adalah sholat. [HR. Muslim] Ciri yang terakhir ini adalah kelanjutan dari ciri yang pertama. Yang itu berarti bahwa orang yang telah khusyu' dalam sholatnya dia dituntut untuk menepati waktunya. Sholat adalah ibadah yang telah ditetapkan waktunya, maka janganlah sekali-kali kita mengundur-undur waktu yang telah ditetapkan itu. Allah berfirman: "Sesungguhnya sholat telah ditentukan waktu-waktunya atas orang-orang yang beriman ". Allah mengancam hamba-hamba-Nya yang mengerjakan sholat dengan firman-Nya: "Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat. (yaitu) orang yang lalai dari sholatnya. Dan ingin dilihat oleh orang lain. Makna saahun dalam ayat ini adalah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash: "Mengakhirkan sholat dari waktunya". Atha' bin Dinar t berkata: Segala puji bagi Allah yang telah mengatakan " 'an (dari)" tidak "fii (di dalam)", karena kata 'an telah mencakup segala hal baik itu lalai dari waktunya dengan mengakhirkannya atau lalai dari kekhusyu'an dalam sholat. Coba kita perhatikan! Orang yang sholat saja akan disiksa oleh Allah manakala dia tidak menjaga sholatnya. Lantas bagaimanakah nasib orang-orang yang meninggalkan sholat sedangkan ia tahu akan kewajibannya?

Allah berfirman: "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan ". [QS Maryam: 59] Ibnu Abbas menafsirkan yang dimaksud dengan ghoyyan adalah kerugian, adapun Imam Qotadah t menafsirkannya dengan keburukan, sedangkan Ibnu Mas'ud menafsirkannya dengan sebuah lembah yang terletak di neraka jahannam yang dalam lagi berbau busuk dan penuh dengan hal yang menjijikan, Abi Ayyad t mengatakan ghoyyan adalah lembah di neraka yang berasal dari nanah dan darah . Dalam riwayat Imam Ahmad t dikatakan bahwa orang-orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja, mereka nanti pada hari kiamat akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir'aun, Haaman dan Ubay bin Kholaf. Wal 'iyadzu billah. Maka, surga Allah bagi kita manakala kita melaksanakan semua perintah Allah yang telah Dia perintahkan. Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan: Aku (Allah) telah siapkan bagi hamba-hambaKu sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan tidak terdetik dalam hati seseorang.

Demikianlah sifat atau ciri hamba-hamba Allah yang akan mewarisi surga Firdaus surga yang paling tinggi. Mereka kekal di dalamnya dan menikmati hasil dari segala apa yang telah mereka usahakan semasa di dunia. Ini adalah janji Allah dan Allah tidak akan pernah menyelisihi janji-Nya. Semoga kita termasuk dari mereka dan berusaha untuk menjadi mereka. Amiin ya Robbal alamiin

Anda mungkin juga menyukai