Anda di halaman 1dari 38

1.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes mellitus selanjutnya disingkat DM merupakan salah satu penyakit yang tidak
ditularkan (Non Communicable disease) dan sering ditemukan di masyarakat seluruh dunia.
Di negara berkembang DM juga sebagai penyebab kematian 4 5 kali dibanding dengan
penyakit lain. (Ehsa, 2010). Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di
dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Itu berarti
ada 1 orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang
berkaitan dengan diabetes. (Hans Tandra, 2008)
Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi DM
yang semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya di
kalangan 10 besar penyakit (leading diseases)
Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan
akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi DM di Indonesia mencapai
jumlah 8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun
2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. (DR. M. N. Bustan,
2007)
Jumlah pasien rawat inap di RS di Indonesia dengan diagnosis DM tahun 2007
sebanyak 56.378 pasien dengan CFR 7,38%, kasus baru pada rawat jalan sebanyak
28.095 kasus. (Ehsa, 2010)

Sementara itu, jumlah kasus Diabetes mellitus yang diperoleh dari Puskesmas
Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar pada tahun 2008 ialah sebanyak 20 kasus
(0,042%) dari 47.942 kunjungan dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 58 kasus (0,14%)
dari 42.292 kunjungan. Dan pada tahun 2010 kembali meningkat secara drastis yaitu
sebanyak 209 kasus (0,58%) dari 36.171 kunjungan. (Rekam medik Puskesmas Jongaya.
2011)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang
Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes Mellitus di Kelurahan Pabaengbaeng wilayah kerja Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2011.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes
Mellitus di Kelurahan Pabaeng-baeng wilayah kerja Puskesmas Jongaya Kecamatan
Tamalate Kota Makassar Tahun 2011?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes
Mellitus di Kelurahan Pabaeng-baeng wilayah kerja Puskesmas Jongaya Kecamatan
Tamalate Kota Makassar Tahun 2011
2. Tujuan Khusus
a.

Untuk mengetahui Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes


Mellitusmelalui Pola makan.

b. Untuk mengetahui Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes


Mellitus berdasarkan Obesitas (kegemukan)
c.

Untuk mengetahui Gambaran Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes


Mellitus berdasarkan Faktor genetik

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian sebagai bahan masukan bagi Instansi Kesehatan khususnya Puskesmas
Jongaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dimasa mendatang.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian digunakan sebagai masukan bagi pemerintah kota Makassar

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian digunakan sebagai bahan bacaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
a.

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan serta


pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian.

b. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan studi keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekolompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.
Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam
darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. (Brunner & Suddarth, 2002)
Diabetes (mellitus) lazim disebut penyakit kencing manis. Dalam hal ini, kadar gula
darah seseorang melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki insulin atau insulin tidak
dapat bekerja. (Hans Tandra, 2008)

Apabila puasa semalam, normal glukosa darah adalah 70-110 mg/dl. Pada 2 jam
sesudah makan, glukosa darah bias mencapai 149 mg/dl; menjelang tidur biasanya di bawah
120 mg/dl. (Hans Tandra, 2008)
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau
pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan
hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes
ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK). (Brunner &
Suddarth, 2002)
Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer dkk, 1999)
Pengertian lain Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin
atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. (Ehsa, 2010)
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: , diabanein, tembus atau pancuran
air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan
simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, sebagai akibat dari:
a.

Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.

b. Defisiensi transporter glukosa.


c. atau keduanya. (id.wikipedia.org)
2. Tipe Diabetes
Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan
penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Brunner
& Suddarth) :
a.

Tipe I: Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM))

b. Tipe II: Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus
(NIDDM))

c.

Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

d. Diabetes mellitus gestasional (Gestational Diabetes Mellitus (GDM))


3. Penyebab (Etiologi)
Insulin Dependent Diabetes mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus tergantung insulin
(DMTI) disebabkan oleh destruksi sel pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan
non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan
ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa. (Arif Mansjoer dkk, 1999)
DM gestational disebabkan karena dampak kehamilan. Muncul pada saaat hamil
muda, tapi akan normal setelah persalinan. Sedangkan DM tipe lain bisa berupa defek genetik
kerja insulin, infeksi, karena obat/kimiawi, sebab imunologis lain, dan sindrom genetik yang
terkait DM. (DR. M. N. Bustan, 2007)
4. Manifestasi Klinis
a.

Gejala klinis

1) Gejala khas

Poliuria (sering kencing)

Polifagia (cepat lapar)

Polidipsia (sering haus)

Lemas

Berat badan menurun

2) Gejala lain

Gatal-gatal

Mata kabur

Gatal di kemaluan (wanita)

Impotensia

Kesemutan

b. Gambaran laboratorium
1) Gula darah sewaktu > = 200 mg/dL
2) Gula darah puasa > 126 mg/dL (puasa = tidak ada masukan makanan/ kalori sejak 10 jam
terakhir)
3) Atau glukosa plasma 2 jam > 200 mg/dL setelah beban glukosa 75 gr. (DR. M. N. Bustan,
2007)
5. Komplikasi
a.

Akut

1) Koma hipoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Koma hiperosmolar nonketotik (Arief Mansjoer dkk, 1999)
b. Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar: pembuluh darah jantung, pembuluh darah
tepi, pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil: retinopati diabetik, nefropati diabetik.
3) Neuropati diabetik
4) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih.
5) Kaki diabetik (Arif Mansjoer dkk, 1999)
6) Katarak (kekeruhan lensa mata)
7) Glaukoma (tekanan dalam bola mata meningkat)
8) Angina (nyeri dada)
9) Serangan jantung (acute myocardial infarction)
10) Penyakit jantung koroner
11) Hipertensi
12) Gangguan pada hati
13) Gangguan saluran makan
14) Penyakit kulit (Hans Tandra, 2008)

6. Diet umum DM
a.

Diit diabetes diberikan dengan tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan antara (snack)
dengan jarak antara (interval) tiga jam.
Contoh : Pukul 06.30 makan pagi pukul 09.30 makanan kecil atau buah 12.30 makan siang
15.30 makanan kecil atau buah 18.30 makan malam 21.30 makanan kecil atau buah.

b. Buah-buahan yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis atau disebut buah golongan B,
misalnya pepaya, apel, kedondong, pisang, tomat dan semangka yang kurang manis. Buah
golongan A, misalnya sawo, mangga, jeruk, rambutan, durian, anggur dan lain-lain. Buah
tersebut boleh dimakan asal dalam jumlah sedikit dan jarang-jarang saja.
c.

Pedoman melaksanakan diit diabetes sehari-hari adalah 3J (Jumlah, Jadwal, Jenis).


J1

: Jumlah kalori yang diberikan harus habis.

J2

: Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya yaitu 3 jam

J3

: Jenis makanan yang manis harus dihindari, termasuk pantang buah golongan A

d. Melaksanakan olahraga, untuk penderita yang glukosa darahnya sulit normal (resisten) perlu
olahraga 1-11/2 jam sesudah makan makan makanan utama. Untuk kasus diabetes mellitus
yang mudah dirawat, olahraga cukup dua kali sehari yaitu pagi dan sore. (Tjokroprawiro,
2008).
7. Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan
insulin untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat
hipoglikemik, dan penyuluhan.
a.

Perencanaan makan (meal planning)


Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan
adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%),
dan lemak (20-25%). Apabila diperlukan, santapan dengan komposisi karbohidrat 70-75%

juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk
mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/ hari jumlah kandungan
serat 25 gr/hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat
hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.
Cara menghitung kalori pada pasien DM
Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal
pasien DM. Cara termudah adalah perhitungan menurut bocca:
BB ideal = (TB dalam cm 100) 10 % kg
Pada laki-laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan yang tingginya < 150 cm berlaku
rumus:
BB ideal = (TB dalam cm 100) x 1 kg
Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk menentukan
jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM.
1) Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalikan berat badan ideal dengan 30 untuk
laki-laki dan 25 untuk perempuan. Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai
dengan kegiatan sehari-hari
Daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktifitas
Ringan

Sedang

Berat

100-200 kkal/jam

200-350 kkal/jam

400-900 kkal/jam

Mengendarai mobil

Rumah tangga

Aerobik

Memancing

Bersepeda

Bersepeda

Kerja laboratorium

Bowling

Memanjat

Kerja sekretaris

Jalan cepat

Menari

Mengajar kerja

Berkebun

Lari

Golf

Sepak bola

Sepatu roda

Tenis

2) Kebutuhan basal dihitung seperti a, tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori
basal.

Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori basal

Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori basal

Kerja berat, ditambah 40-100% dari kalori basal

Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyusui,
ditambah 20-30% dari kalori basal.

3) Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan Tabel


Dewasa

Kkal/kgBB idaman
Kerja santai

Kerja sedang

Kerja berat

Gemuk

25

30

35

Normal

30

35

40

Kurus

35

40

40-50

4) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:

Pasien kurus

Pasien normal = 1.700-2100 kkal

Pasien gemuk = 1.300-1500 kkal

= 2.300-2.500 kkal

b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama 0,5 jam yang
sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhymical, Interval, Progressive, Endurance training)
Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke
latihan yang berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat
dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75-85% denyut nadi
maksimal. Denyut nadi maksimal (DNM) dapat dihitung dengan menggunakan formula
berikut:
DNM = 220 umur (dalam tahun)

Hal yang perlu dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum
makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi oleh orang yang tahu mengatasi
serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa tanda pengenal sebagai
pasien DM dalam pengobatan, dan memeriksa kaki secara cermat setelah olahraga.
c.

Obat berkhasiat hipoglikemik


Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur
tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik (oral/suntikan). (Arif Mansjoer dkk, 1999)

8. Konsep Dasar Keperawatan


Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat
melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.(www.wordpress.com)
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara
sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi
mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.(www.wordpress.com)
a.

Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan,
keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :

1) Aktivitas dan istirahat :


Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
3) Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4) Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5) Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
6) Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
7) Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8) Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9) Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria.(www.wordpress.com)

b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
1) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

4) Resiko

tinggi

terhadap

perubahan

persepsi

sensori

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.


5) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
6) Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak
dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
7) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan

dengan

kurangnya

pemajanan/mengingat,

kesalahan

interpretasi

informasi. (www.wordpress.com)

c.

Rencana Keperawatan

1) Kekurangan

volume

cairan

tubuh

berhubungan

dengan

diuresis

osmotik.

Tujuan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital.


Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.

Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.


Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.

Timbang berat badan setiap hari.


Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

Berikan terapi cairan sesuai indikasi.


Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respons pasien secara individual.

2) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan : Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat Menunjukkan tingkat energi
biasanya berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :

Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

Timbang

berat

badan

setiap

hari

atau

sesuai

indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan


utilisasinya).

Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.


Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan
makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

Libatkan

keluarga

pasien

pada

perencanaan

makan

sesuai

indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga


untuk memahami nutrisi pasien.

Berikan

pengobatan

insulin

secara

teratur

sesuai

indikasi.

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
3) Resiko

infeksi

berhubungan

dengan

hyperglikemia.

Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi dan


mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :

Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.


Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.


Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.

Berikan

perawatan

kulit

dengan

teratur

dan

sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

Lakukan

perubahan

posisi,

anjurkan

batuk

efektif

dan

nafas

dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
4) Resiko

tinggi

terhadap

ketidakseimbangan
Tujuan

perubahan

persepsi

glukosa/insulin

dan

berhubungan

dan

: Mempertahankan

Mengenali

sensori

atau

tingkat

mengkompensasi

dengan
elektrolit.

kesadaran/orientasi.

adanya

kerusakan

sensori.

Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital dan status mental.


Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.


Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak
dengan realitas.

Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan
sehari-hari

sesuai

kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan


mempertahankan orientasi pada lingkungannya.

Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,
kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan
kulit dan gangguan keseimbangan.

5) Kelelahan
Tujuan

berhubungan

dengan

: Mengungkapkan

penurunan
peningkatan

produksi

energi
tingkat

metabolik.
energi.

Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang


diinginkan.
Intervensi :

Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.


Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas
meskipun pasien mungkin sangat lemah.

Berikan

aktivitas

alternatif

dengan

periode

istirahat

yang

cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan


aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.


Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi.

6) Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak


dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :

Mengakui perasaan putus asa

Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil


tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :

Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di


rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan
masalah.

Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri
sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin
mengganggu kemampuan koping.

Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri
dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

7) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan

dengan

kurangnya

pemajanan/mengingat,

keselahan

interpretasi

informasi.
Tujuan :

Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan


gejala dengan faktor penyebab.

Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :

Ciptakan lingkungan saling percaya


Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.

Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.


Rasional

Memberikan

pengetahuan

dasar

dimana

pasien

dapat

membuat

pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.


Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam
merencanakan makan/mentaati program.

Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan
pasien/orang terdekat.

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.


(www.wordpress.com)

B. Tinjauan umum tentang Upaya Kesehatan Masyarakat


1. Tinjauan tentang Upaya Kesehatan Masyarakat
Usaha kesehatan pokok (Basic health services) yang diajukan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO = World Health Organization) sebagai dasar pelayanan kesehatan kepada
masyarakat adalah:
a.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

b. Kesejahteraan ibu dan anak


c.

Hygiene dan sanitasi lingkungan

d. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat


e.

Pengumpulan data-data untuk perencanaan dan penilaian (statistik kesehatan).

f.

Perawatan kesehatan masyarakat.

g. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. (Dr. Indan Entjang, 2000)


Dalam Program Kesehatan Nasional tercantum 17 macam usaha/kegiatan kesehatan
Masyarakat yaitu:
a.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

b. Kesejahteraan Ibu dan Anak


c.

Hygiene dan sanitasi lingkungan

d. Usaha Kesehatan Sekolah


e.

Usaha Kesehatan Gigi

f.

Usaha Kesehatan Mata

g. Usaha Kesehatan Jiwa


h. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
i.

Usaha gizi

j.

Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan

k. Perawatan kesehatan masyarakat


l.

Keluarga bencana

m. Rehabilitasi
n. Usaha-usaha farmasi
o. Laboratorium
p. Statistik kesehatan
q. Administrasi usaha kesehatan masyarakat. (Dr. Indan Entjang, 2000)
2. Tinjauan tentang Masyarakat
a.

Pengertian
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat"
sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat
adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah
sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur. (id.wikipedia.org)
Menurut Linton: Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama
hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir
tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. (Dr. Indan Entjang,
2000)
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan
urutan

kompleksitas

dan

besar,

terdapat

masyarakat band, suku, chiefdom,

dan

masyarakat negara.(id.wikipedia.org)
b. Macam Masyarakat
1) Masyarakat Madani
Masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society), mulai sering disebut sejak
kekuatan otoriter orde baru tumbang. Implementasinya ialah mampu memberikan jalan
keluar untuk masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kecenderungan ini
berpotensi untuk menambah derajat kefrustasian yang lebih mendalam dalam masyarakat bila
terjadi kesenjangan antara realisasi dengan harapan. Padahal kemungkinan untuk itu sangat

terbuka, antara lain yakni kesalahan mengkonsepsi dan juga pada saat manarik parameterparameter ketercapaian. (www.tsani-oke.co.cc)
Masyarakat madani dianggap sebagai institusi sosial yang mampu mengkoreksi
kekuatan militer yang otoriter. Dalam artian masyarakat sipil memiliki konotasi sebagai
antitesa dari masyarakat militer. Oleh sebab itu eksistensi masyarakat sipil selalu dianggap
berjalan linier dengan penggugatan Dwi Fungsi ABRI. Konsep Indonesia baru yang dicitacitakan merupakan masyarakat tanpa pengaruh dan dominasi kekuatan militer. Dinamika
kehidupan sosial dan politik harus memiliki garis batas pemisah yang jelas dengan dinamika
pertahanan dan keamanan. Kekurangsetujuan terhadap implementasi Dwi Fungsi ABRI,
khususnya tugas kekaryaan. Kebutuhan untuk keluar dari rasa takut akibat distorsi peran
militer selama masa orde baru menyebabkan terjadinya proses kristalisasi konsep masyarakat
madani yang berbeda dengan konsep bakunya. Dengan kata lain telah terjadi gejala
contradictio internemis pada wacana masyarakat madani dalam masyarakat kita dewasa
ini. (www.tsani-oke.co.cc)
Masyarakat madani atau masyarakat sipil dalam wacana baku ilmu sosial pada
dasarnya dipahami sebagai antitesa dari masyarakat politik atau negara. Pemikiran itu
dapat dilacak dari pendapatnya Hobbes, Locke, Montesquieu, Hegel, Marx, Gramsci dan
lain-lain. Pemikiran mengenai masyarakat sipil tumbuh dan berkembang sebagai bentuk
koreksi radikal kepada eksistensi negara karena peranannya yang cenderung menjadi alat
kapitalisme. (www.tsani-oke.co.cc)
2) Masyarakat Multikultural

Furnivall
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu satu
kesatuan politik.

Clifford Gertz
Masyarakat multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi dalam sub-sub
sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing sub sistem terkait oleh ikatanikatan primordial.

Nasikun
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh
masyarakat tersebut secara setruktur memiliki sub-subkebudayaan yang bersifat deverseyang
ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota
masyarakat dan juga sistem nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflikkonflik sosial.(juww.blogspot.com)

C. Tinjauan umum tentang Pencegahan penyakit


1. Tinjauan tentang Pencegahan penyakit
Dalam garis besarnya usha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:
a.

Usaha pencegahan (Usaha preventif)

b. Usaha pengobatan (Usaha kuratif)


c.

Usaha rehabilitasi
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama,
karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi. (Dr.
Indan Entjang, 2000)

2. Tingkat-tingkat usaha pencegahan


Leavell dan Clark dalam bukunya Preventive medicine for the Doctor in his
community membagi usaha pencegahan penyakit dalam lima tingkatan yang dapat
dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.
Usaha-usaha pencegahan itu adalah:
a.

Masa sebelum sakit

1) Mempertinggi nilai kesehatan (Helath promotion).


Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Beberapa usaha diantaranya:

Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.

Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti penyediaan air rumah tangga yang baik,
perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

2) Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (Specific protection).


Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Beberapa usaha diantaranya:

Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.

Isolasi penderita penyakit menular.

Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.

b. Pada masa sakit


1) Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan
yang tepat dan segera.
Tujuan utama dari usaha ini adalah :

Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.

Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.

Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.


Beberapa usaha di antaranya :

Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan: misalnya pemeriksaan


darah, roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan pengobatan.

Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact
person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan
tindakan-tindakan lain yang perlu misalnya isolasi, desinfeksi dan sebagainya.

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada
tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil
atau tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta
keahlian tenaga kesehatannya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu
diberikan.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan:

Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya
pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.

Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar

Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.

Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

2) Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja


yang diakibatkan suatu penyakit.
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha c yaitu pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat.
Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah
berat (dibatasi), dan ungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal
mungkin.
3) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat, semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya.

Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya. Misalnya
seseorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki
yang patah ini yaitu dengan menggunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki
yang sesungguhnya.

Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial
secara memuaskan.
Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badanlah muncul pula kelainan-kelainan atau
gangguan mental.
Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke
dalam masyarakat.

Rehabilitasi sosial vokasional

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan
kapasitas

kerja

semaksimal-maksimalnya

sesuai

dengan

kemampuan

dan

ketidakmampuannya.

Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan ras keindahan, walaupun
kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya:
penggunaan mata palsu. (Dr. Indan Entjang, 2000)
Usaha pengembalian bekas penderita ini ke dalam masyarakat, memerlukan bantuan
dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami
keadaan mereka (fisik, mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam
proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang ini.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah Pancasila
yang berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadilan sosial.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap masyarakat, bukan
hanya berdasarkan belas kasihan semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak azasinya
sebagai manusia.

3. Usaha Pencegahan dan kejadian penyakit


Bila sesorang jatuh sakit; dengan pengobatan akan terjadi tiga kemungkinan yaitu:
a.

Sembuh sempurna

b. Sembuh dengan cacat


c.

Tidak sembuh lagi (meninggal)


Yang terbaik yaitu bila terjadi kesembuhan secara sempurna. Seandainya terjadi
kecacatan, maka alat tubuh yang cacat ini akan tetap dimilikinya dan seringkali merupakan
beban (penderitaan) untuk selama-lamanya. (Dr. Indan Entjang, 2000)

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

Kejadian
DM

Kejadian DM

: Variabel yang diteliti


: Variabel yang tidak diteliti

B. Definisi Operasional variabel yang diteliti


1. Diabetes (mellitus) lazim disebut penyakit kencing manis. Dalam hal ini, kadar gula darah
seseorang melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki insulin atau insulin tidak dapat
bekerja. Apabila puasa semalam, normal glukosa darah adalah 70-110 mg/dl. Pada 2 jam
sesudah makan, glukosa darah bisamencapai 149 mg/dl; menjelang tidur biasanya di bawah
120 mg/dl. (Hans Tandra, 2008)
2. Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang
dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang
meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktorfaktor sosial, budaya dimana mereka hidup.(Z. Lubis, 2010)
Kriteria Obyektif :

Jika total skor yang diperoleh responden 50% termasuk pola makan yang baik

Jika total skor yang diperoleh responden < 50% termasuk pola makan yang kurang baik atau
buruk

3. Obesitas (kegemukan) merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak tubuh yang berlebihan, hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain faktor
makanan, faktor genetik, faktor hormonal atau metabolisme, faktor psikologis dan faktor
aktivitas fisik. (id.wikipedia.org)
Ada dua cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui apakah kita sudah memiliki
berat badan yang ideal. Yang pertama adalah mengukur BMI (Body Mass Index) dan yang
kedua adalah mengukur lingkar pinggang atau waist circumference.
a.

Mengukur BMI
Ukur tinggi badan (dalam meter) dan berat badan (dalam kilogram), kemudian masukkan ke
dalam rumus berikut:
Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
BMI orang normal adalah 20-25, bila lebih dari 25 disebut kegemukan, dan diatas 30
dikatakan obesitas.

b. Mengukur waist circumference (Lingkar pinggang)


Letakkan pengukur pada pinggang tepat di atas tulang panggul. Ukur lingkar pinggang pada
saat mengeluarkan nafas. Lingkar pinggang yang normal atau sehat adalah dibawah 88 cm
(35 inci) untuk wanita dan dibawah 102 cm (40 inci) untuk pria. (Hans Tandra, 2008)
Kriteria Obyektif

Jika total skor yang diperoleh responden 60% termasuk pencegahan yang baik

Jika total skor yang diperoleh responden < 60% termasuk pencegahan yang kurang baik

4. Faktor genetik adalah faktor yang mempengaruhi timbulnya DM dilihat dari segi pewarisan
sifat atau keturunan.
Kriteria Obyektif:

Jika total skor yang diperoleh responden > 50% termasuk pencegahan yang baik

Jika total skor yang diperoleh responden < 50% termasuk pencegahan yang baik

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, berdasarkan fakta yang
telah terjadi dan tercatat pada daerah penelitian.

B. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai
kuantitas dan karaketristik tertentu yang didtetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004)
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah semua pasien yang berobat di
Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2011.

C. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteritik yang dimiliki oleh populasi.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel adalah pasien yang tinggal di Kelurahan
Pabaeng-baeng dan berobat di Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate periode 1 April
28 Mei 2011. Sampel yang diperoleh sebanyak 60 orang.

D. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian

ini

dilaksanakan

pada

bulan 1 April

28 Mei

2011

di

Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

E. Pengumpulan Data
Data primer adalah pengumpulan data dari wawancara kepada pasien di Puskesmas
Jongaya Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Data sekunder adalah data yang didapatkan
dari Instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Kota Makassar dan kantor kelurahan setempat.

F. Pengolahan Data
Data yang terkumpul diolah secara manual dengan bantuan kalkulator dan komputer
serta disajikan dalam bentuk naskah dan tabel.

G. Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai
dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan
bahwa semua jawaban telah di isi, kemudian data yang sesuai di beri kode (coding) untuk
memudahkan tabulasi dan analisa data.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Jongaya Makassar selama kurang lebih dua
bulan, terhitung mulai tanggal 1 April - 28 Mei 2011. Sampel yang diperoleh sebanyak 60
orang yang semuanya berasal dari kelurahan Pabaeng-baeng.
Pengumpulan data yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya
masyarakat dalam pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
Tabel 1.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur masyarakat di kelurahan Pabaeng-baeng
Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011
No

Umur

Persentase (%)

12 - 17 tahun

18 44 tahun

53

88,33

45 - 54 tahun

6,67

Total

60

100

Sumber

: Data Primer, 2011.

Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, yang berumur 12 17 tahun


sebanyak 3 orang (5%), 18 44 tahun sebanyak 53 orang (88,33%) dan yang berumur 45
54 tahun sebanyak 4 orang (6,67%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 1.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur masyarakat di kelurahan Pabaeng-baeng


Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin


Tabel 2.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin masyarakat di kelurahan Pabaengbaeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011
No

Jenis kelamin

Persentase (%)

Laki-laki

11

18,33

Perempuan

49

81,67

Total

60

100

Sumber

: Data Primer, 2011.

Tabel 2. menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, 11 orang (18,33%) berjenis


kelamin laki-laki dan 49 orang (81,67%) berjenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 2.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin masyarakat di kelurahan Pabaengbaeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan


Tabel 3.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan masyarakat di kelurahan Pabaengbaeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011
No

Pola makan

Persentase (%)

Baik

46

76,67

Kurang baik

14

23,33

Total

60

100

Sumber

: Data Primer, 2011.

Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, sebanyak 46 orang (76,67%)


mempunyai pola makan yang baik dan 14 orang (23,33%) lainnya mempunyai pola makan
yang kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 3.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan masyarakat di kelurahan Pabaengbaeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun 2011

4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan jika menderita kegemukan


Tabel 4.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan terhadap DM jika menderita
kegemukan masyarakatdi kelurahan Pabaeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun
2011
No

Pencegahan

Persentase (%)

Baik

56

93,33

Kurang baik

6,67

Total

60

100

Sumber

: Data Primer, 2011.

Tabel 4. menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, yang mempunyai pencegahan


yang baik terhadap Diabetes Mellitus jika menderita obesitas yaitu sebanyak 56 orang
(93,33%), dan yang mempunyai pencegahan yang kurang baik yaitu sebanyak 4 orang
(6,67%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 4.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan terhadap DM jika menderita
kegemukan masyarakatdi kelurahan Pabaeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun
2011

5. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan

pencegahan

jika

memiliki

riwayat

keluarga menderita Diabetes Mellitus


Tabel 5.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan jika memiliki riwayat keluarga
menderita DMmasyarakat di kelurahan Pabaeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun
2011
No

Pencegahan DM

Persentase

Baik

56

93,33

Kurang baik

6,67

Total

60

100

Sumber

: Data Primer, 2011.

Tabel 5. di atas menunjukkan bahwa dari 60 orang responden, sebanyak 56 orang


(93,33%) mempunyai pencegahan yang baik jika memiliki riwayat keluarga menderita
Diabetes Mellitus dan 4 orang (66,67%) lainnya mempunyai pencegahan yang kurang baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 5.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pencegahan jika memiliki riwayat keluarga
menderita DMmasyarakat di kelurahan Pabaeng-baeng Kecamatan Tamalate Makassar tahun
2011

B. Pembahasan
Yang menjadi responden dalam penelitian sebanyak 60 orang yang terdiri dari usia
dewasa umur 18 - 44 tahun sebanyak 53 orang (88,33%), menjelang usia lanjut umur 45 54
tahun sebanyak 4 orang (6,67%) dan kelompok usia remaja yaitu pada umur 12 17 tahun
sebanyak 3 orang (5%). Jenis kelamin responden lebih banyak perempuan yaitu 49 orang
(81,67%) daripada laki-laki yaitu 11 orang (18,33%).
Pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Pola makan masyarakat dalam mencegah penyakit Diabetes Mellitus (DM).
Mengenai pola makan, sebanyak 46 (76,67%) responden berpola makan yang baik
untukmencegah penyakit Diabetes Mellitus (DM) misalnya dengan makan tidak lebih dari
tiga kali dalam sehari, sesuai dengan jadwal serta menghindari jenis makanan atau minuman
yang mengandung terlalu banyak gula. Sedangkan 14 orang (23,33%) lainnya mempunyai
pola makan kurang baik seperti makan lebih dari tiga kali sehari, makan tidak sesuai dengan
jadwal dan makan tanpa menghindari makanan yang mengandung terlalu banyak gula yang
sebenarnya tidak menguntungkan bagi kesehatan dan mempunyai resiko lebih besar

menderita Diabetes Mellitus. Hal ini menunjukkan bahwa masih adasebagian kecil
masyarakat yang

belum

dari polamakan mereka

maksimal

setiap hari.

Hal

dalam
ini

mencegah

mungkin

Diabetes Mellitus dilihat

disebabkan

karena kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang pola makan yang baik agar Diabetes Mellitus tidak terjadi
pada mereka.
2. Upaya masyarakat dalam mencegah penyakit diabetes mellitus jika menderita
kegemukan atau obesitas
Mengenai pencegahan Diabetes Mellitus jika menderita obesitas atau kegemukan,
sebanyak 56 orang (93,33%) mempunyai upaya pencegahan yang baik misalnya dengan
mengurangi berat badan, mengatur pola makan yang baik dan rutin berolahraga. Sedangkan 4
orang (6,67%) lainnya mempunyai upaya pencegahan yang kurang baik misalnya tetap
mempertahankan berat badan berlebih, olahraga tidak teratur dan berpola makan yang kurang
baik. Hal ini menggambarkan bahwa masih ada masyarakat yang pencegahannya terhadap
Diaebetes Mellitus belum maksimal. Hal ini mungkin disebabkan karena Pengetahuan
masyarakat yang kurang tentang badan gemuk yang sebenarnya mempunyai resiko lebih
besar menderita suatu penyakit termasuk penyakit Diabetes Mellitus.

3. Upaya masyarakat dalam mencegah diabetes mellitus jika memiliki riwayat keturunan
atau genetik
Responden yang mempunyai upaya pencegahan yang baik jika memiliki riwayat
keluarga menderita Diabetes Mellitus seperti aktif dalam bekerja, rutin berolahraga dan
berpola makan yang baik sebanyak 56 orang (93,33%) dan 4 orang (6,67%) lainnya memiliki
upaya pencegahan yang kurang baik misalnya tidak aktif dalam bekerja, olahraga tidak rutin
dan pola makan tidak terkontrol mempunyai resiko tinggi menderita Diabetes Mellitus. Hal
ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Penyakit
Diabetes Mellitus terutama tentang Faktor genetik yang sebenarnya mempunyai resiko tinggi
menderita Diabetes Mellitus.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Responden yang memiliki pola makan baik dalam mencegah penyakit Diabetes Mellitus
yaitu sebanyak46 orang (76,67%).
2. Sebanyak 56 orang (93,33%) memiliki pencegahan Diabetes mellitus yang baik seperti lebih
rutin berolahraga dan berusaha mengurangi berat badan jika menderita obesitas atau
kegemukan.
3. Jumlah responden yang melaksanakan pencegahan dengan baik seperti lebih aktif dalam
bekerja dan berolahraga secara rutin jika memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes
Mellitus sebanyak 56 orang (93,33%).
B. Saran
1. Bagi instansi kesehatan perlu meningkatkan penyuluhan gizi dalam berbagai kelompok
masyarakat terutama mengenai pola makan yang baik bagi kesehatan untuk mencegah agar
Diabetes Mellitus tidak terjadi.
2. Perlunya masyarakat mempertahankan pola makan yang baik untuk mencegah agar Diabetes
Mellitus tidak terjadi pada mereka.
3. Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai dampak dari obesitas, yang antara
lain dapat menyebabkan Diabetes Mellitus.
4. Bagi yang memiliki riwayat keturunan Diabetes Mellitus perlu tetap aktif dalam bekerja
sebagai pengganti olahraga.
5. Bagi yang telah terdiagnosis Diabetes Mellitus sebaiknya rutin memeriksakan kadar gula
darah ke Puskesmas atau dokter.

DAFTAR PUSTAKA
Anak Harapan. 2009. Masyarakat Multikultural.
http://juww.blogspot.com/2009/04/masyarakat-multikultural-bab-4.html .
Diakses, Makassar. 1 Februari 2011. 22.00.
E. R. Harahap. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus (DM) dengan
Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus yang ada di Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung Tahun 2010.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19122/5/Chapter%20I.pdf .
Diakses: Makassar 1 Februari 2011. 15. 40.
Ehsa. 2010. Diabetes Mellitus.
http://ehsablog.com/diabetes-mellitus-dm.html. Diakses: Makassar, 1 Februari 2011. 15.35
Entjang, Indan Dr. 2008. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung. Citra Aditya Bakti
Harnawatiaj. 2008. Askep Diabetes Mellitus.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-diabetes-mellitus/
Diakses: Makassar, 9 April 2011. 22.23
Islam Akidahku. 2010. Masyarakat Madani.
http://www.tsani-oke.co.cc/2010/10/masyarakat-madani.html.
Diakses: Makassar. 1 Februari 2011. 21.50.
Lubis, Z. 2010. Pengaruh Perilaku Makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada anak
SMA.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21311/4/Chapter%20II.pdf .
Diakses: Makassar, 10 April 2011. 22.00
M. N. Bustan, DR. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Rineka Cipta
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta. Media Aesculapius
OConnell Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC

Renaldi, Rinvil dkk. 2005. Studi tentang perilaku manusia pada penderita DM tipe 2 dengan riwayat
obesitas di poli endokrin RS Perjan Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Fakultas
kedokteran komunitas Universitas Hasanuddin
Rendy Herdiawan. 2010. Pengertian Masyarakat dari beberapa Ahli Sosiologi
Dunia.
http://id.shvoong.com/law-and-politics/1922265-pegertian-masyarakat/
Diakses: Makassar 1 Februari 2011. 21.39.
Tandra, Hans. 2008. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.
Wikipedia. 2010. Masyarakat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat.
Diakses: Makassar. 1 Februari 2011. 21.35
Wikipedia. 2011. Obesitas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas
Diakses: Makassar, 10 April 2011. 21.16

Diposkan 18th March 2013 oleh akbar hamid


0

Tambahkan komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai