Jamaah Tabligh didirikan oleh seorang sufi dari tarekat Jisytiyyah yang berakidah
Maturidiyyah dan bermadzhab fiqih Hanafi. Ia bernama Muhammad Ilyas bin
Muhammad Isma'il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi kemudian
Ad-Dihlawi. Al-Kandahlawi merupakan nisbat dari Kandahlah, sebuah desa yang
terletak di daerah Sahranfur. Sementara Ad-Dihlawi dinisbatkan kepada Dihli
(New Delhi), ibukota India.
Di tempat dan negara inilah, markas gerakan Jamaah Tabligh berada. Adapun Ad-
Diyubandi adalah nisbat dari Diyuband, yaitu madrasah terbesar bagi penganut
madzhab Hanafi di semenanjung India. Sedangkan Al-Jisyti dinisbatkan kepada
tarekat Al-Jisytiyah, yang didirikan oleh Mu’inuddin Al-Jisyti. Muhammad Ilyas
sendiri dilahirkan pada tahun 1303 H dengan nama asli Akhtar Ilyas. Ia meninggal
pada tanggal 11 Rajab 1363 H.1
Merupakan suatu hal yang ma’ruf di kalangan tablighiyyin (para pengikut jamah
tabligh, red) bahwasanya Muhammad Ilyas mendapatkan tugas dakwah tabligh ini
setelah kepergiannya ke makam Rasulullah saw.3
Jamaah Tabligh mempunyai suatu asas dan landasan yang sangat teguh mereka
pegang, bahkan cenderung berlebihan. Asas dan landasan ini mereka sebut dengan
al-ushulus sittah (enam landasan pokok) atau ash-shifatus sittah (sifat yang enam),
dengan rincian sebagai berikut:
Sifat Pertama:
Muhammad Rasulullah
4
keluar wilayah untuk berdakwah dengan jumlah waktu yang telah ditentukan seperti 4 bulan, 40 hari,
seminggu, dls
5
Lihat ‘Jama’ah Tabligh’ karya M. Aslam Al-Bakistani –beliau mantan tokoh Jama’ah tabligh yang ruju’
/taubat dari manhaj tablighi
6
Al-Qaulul Baligh Fit Tahdziri Min Jama’atit Tabligh, karya Asy-Syaikh Hamud At-Tuwaijiri, hal. 12.
Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc
2
Mereka menafsirkan makna Laa Ilaha Illallah dengan: “mengeluarkan keyakinan
yang rusak tentang sesuatu dari hati kita dan memasukkan keyakinan yang benar
tentang dzat Allah, bahwasanya Dialah Sang Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Maha
Mendatangkan Mudharat dan Manfaat, Maha Memuliakan dan Menghinakan,
Maha Menghidupkan dan Mematikan”. Kebanyakan pembicaraan mereka tentang
tauhid, hanya berkisar pada tauhid rububiyyah semata (Jama’atut Tabligh Mafahim
Yajibu An Tushahhah, hal. 4).
Artinya: Salat dengan konsentrasi batin dan rendah diri dengan mengikuti cara
yang dicontohkan Rasulullah.
Maksudnya: Membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah dalam salat kedalam
kehidupan sehari-hari.
cara mendapatkannya:
dakwahkan pentingnya salat khusyu' wal khudu', latihan dengan memperbaiki
zhahir dan bathinnya salat mulai dari wudhu, ruku', gerakan serta bacaan2 dalam
salat, berdoa kepada Allah agar diberi hakikat salat khusyu' dan khudu'.
3
rukun shalat, kewajiban-kewajibannya, sunnah-sunnahnya, hukum sujud sahwi, dan
perkara fiqih lainnya yang berhubungan dengan shalat dan thaharah. Seorang
tablighi (pengikut Jamaah Tabligh, red) tidaklah mengetahui hal-hal tersebut
kecuali hanya segelintir dari mereka.” (Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An
Tushahhah, hal.5- 6).
Ilmu Artinya: Semua petunjuk yang datang dari Allah melalui Baginda Rasulullah.
Dzikir Artinya: Mengingat Allah sebagaimana Agungnya Allah. Maksudnya Ilmu
ma'adz dzikr:
Melaksanakan perintah Allah dalam setiap saat dan keadaan dengan menghadirkan
ke-Agungan Allah mengikuti cara Rasulullah.
Melaksanakan perintah Allah dalam setiap saat dan keadaan dengan menghadirkan
ke-Agungan Allah mengikuti cara Rasulullah.
Mereka membagi ilmu menjadi dua bagian. Yakni ilmu masail dan ilmu fadhail.
Ilmu masail, menurut mereka, adalah ilmu yang dipelajari di negeri masing-masing.
Sedangkan ilmu fadhail adalah ilmu yang dipelajari pada ritus khuruj dan pada
majlis-majlis tabligh. Jadi, yang mereka maksudkan dengan ilmu adalah sebagian
dari fadhail amal (amalan-amalan utama, pen) serta dasar-dasar pedoman Jamaah
(secara umum), seperti sifat yang enam dan yang sejenisnya, dan hampir-hampir
tidak ada lagi selain itu.
Tidak diragukan lagi bahwasannya memperbaiki niat termasuk pokok agama dan
keikhlasan adalah porosnya. Akan tetapi semuanya membutuhkan ilmu.
Dikarenakan Jamaah Tabligh adalah orang-orang yang minim ilmu agama, maka
banyak pula kesalahan mereka dalam merealisasikan sifat kelima ini. Oleh
karenanya engkau dapati mereka biasa mereka tidak menyebarkan Islam kecuali di
masjid-masjid, mementingkan amalan ibadah mahdhah. Jauh sekali dari kehidupan
dunia yang sebenarnya.
Pengertian Khuruj
latihan dengan keluar di jalan Allah minimal 4 bulan seumur hidup, 40 hari setiap
tahun dan 3 hari setiap bulan. kita tingkatkan pengorbanan dengan keluar 4 bulan
setiap tahun, 10 hari setiap bulan dan 8 jam setiap hari.(ulama 1 tahun seumur
hidup)
Hadir pada dua majelis ta’lim setiap hari, majelis ta’lim pertama diadakan di masjid
sedangkan yang keduadiadakan di rumah. Meluangkan waktu 2,5 jam setiap hari
5
untuk menjenguk orang sakit, mengunjungi para sesepuh dan bersilaturahmi,
membaca satu juz Al Qur’an setiap hari, memelihara dzikir-dzikir pagi dan sore,
membantu para jamaah yang khuruj, serta i’tikaf pada setiap malam Jum’at di
markas.
Dan sebelum melakukan khuruj, mereka selalu diberi hadiah-hadiah berupa konsep
berdakwah (ala mereka, pen) yang disampaikan oleh salah seorang anggota jamaah
yang berpengalaman dalam hal khuruj. (Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An
Tushahhah, hal. 9)
Asy-Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan berkata: “Khuruj di jalan Allah
adalah khuruj untuk berperang. Adapun apa yang sekarang ini mereka (Jamaah
Tabligh, pen) sebut dengan khuruj maka ini bid’ah. Belum pernah ada (contoh) dari
salaf tentang keluarnya seseorang untuk berdakwah di jalan Allah yang harus
dibatasi dengan hari-hari tertentu. Bahkan hendaknya berdakwah sesuai dengan
kemampuannya tanpa dibatasi dengan jamaah tertentu, atau dibatasi 40 hari, atau
lebih sedikit atau lebih banyak.” (Aqwal Ulama As-Sunnah fi Jama’atit Tabligh,
hal. 7)
AQIDAH MEREKA
Aqidah mereka menurut pandangan ahlus sunnah wal jama’ah adalah rusak dan
berbahaya. Mereka berkeyakinan akan adanya mukasyafah 7, wali-wali akhtab8, dan
mereka membenarkan ucapan-ucapan syatahat 9. Mereka juga menghidupkan dan
mengajarkan bid’ah-bid’ah syirkiyyat seperti tabaruk10, tawassul terhadap makhluk,
terhadap kuburan-kuburan nabi dan wali, dan kesyirikan-kesyirikan yang nyata
7
tersingkapnya tabir ghaib sehingga manusia dapat mengetahui yang ghaib dan ini merupakan aqidah shufi
yang rusak
8
keyakinan adanya wali-wali kutub yang memiliki kemampuan mempengaruhi kahidupan makhluk –ini
termasuk kesyirikan yang nyata
9
(ucapan-ucapan yang keluar dari orang-orang shufiyah ketika akal mereka hilang dan mereka menganggap
mereka (orang-orang shufiyah ini, peny.) dalam maqam yang paling tinggi dan ucapannya hampir seperti
wahyu –Wallahul musta’an)
10
mencari berkah baik di kuburan ataupun di tempat-tempat yang dikeramatkan dan ini termasuk kesyirikan
yang nyata
6
lainnya. Mereka juga menghidupkan bid’ah-bid’ah mawalid dengan membaca
qashidah burdah yang penuh dengan kesyirikan dan kebid’ahan.11
10. Dalam beberapa hal mereka terpengaruh oleh cara-cara sufisme yang
tersebar di India. Karena itu mereka menerapkan praktek-praktek berikut :
Mereka begitu mencintai metode dakwah mereka yang mereka namakan khuruj ini,
bahkan seolah-olah khuruj ini termasuk dalam bagian tak terpisahkan dari syariat
islam yang murni dan suci ini.
Mereka telah mengotori manhaj dakwah nabi dengan memasukkan apa-apa yang
bukan darinya. Mereka begitu mengagung-agungkan metode ini, sampai-sampai
jika ada diantara jama’ah yang disuruh memilih antara khuruj dan haji, maka
mereka lebih memilih dan menyatakan keutamaan khuruj, sembari menyatakan,
jika kita berhaji maka pahalanya dan kebaikannya adalah untuk kita sendiri, namun
jika kita melaksanakan khuruj maka pahala dan kebaikannya selain untuk kita, juga
untuk manusia lainnya. Walaupun tidak semua tablighi mempunyai pendapat
seperti ini.
Jamaah ini sama sekali tidak pernah memikirkan tentang jihad fi sabilillah, tidak
pernah ada 1 peluru yang keluar dari jari jemari mereka untuk memerangi musuh-
musuh Allah di dunia ini.
Mereka ketika khuruj dan berdakwah kepada ummat tanpa disertai ilmu dan
bashirah (hujjah yang nyata dan jelas). Mereka mengajak kaum muslimin untuk
menegakkan sholat namun mereka tidak mau membahas permasalahan sholat
secara mendalam beserta hujjah dan dalilnya sehingga mereka tidak tahu
bagiamana sifat sholat Rasulullah yang benar itu. Mereka mengajak untuk
mencontoh kepada Rasulullah sedangkan mereka tidak mengetahui sunnah-sunnah
dan hadits Rasulullah, mereka tidak peduli entah yang mereka gunakan itu hadits
dhaif atau maudhu’, yang penting hadits…!!!
Mereka telah menetapkan sesuatu syariat yang seharusnya menjadi hak Allah dan
rasul-Nya, mereka mengkhususkan bilangan jumlah hari dalam dakwah (baca :
khuruj) secara tertentu tanpa ada keterangannya dari Rasulullah, mereka
menentukan bilangan hari dalam khuruj dengan bilangan yang tidak ada dasarnya
sama sekali dari sunnah. Mereka menentukan bilangan hari khuruj selama 6 bulan,
3 bulan, 40 hari, 20 hari, 7 hari lalu seminggu. Suatu pengkhususan yang tidak
berdasar dalam manhaj da’wah Rasulullah.
Yang seharusnya mereka menyeru kepada islam di atas hujjah yang nyata…!!!
Khuruj yang dilakukan jama’ah Tabligh yang mereka tentukan jumlah harinya pada
hakikatnya tidak pernah menjadi amalan generasi para salaf dan khalaf. Yang
mengherankan adalah mereka keluar untuk tabligh (menyampaikan islam) namun
mereka mengakui bahwa mereka tidak layak untuk tabligh dan bukan ahlinya.
9
selainnya seorang diri, tidak pernah beliau mengutus serombongan sahabat lain
untuk menyertai individu-individu utusan rasul tersebut.
Kitab Fadhail Amal atau dikenal pula dengan nama Tablighi Nishab adalah kitab
pegangan suatu jama’ah yang dikenal dengan nama Jama’ah Tabligh. Kitab ini
karya Syaikh Muhammad Zakariyah AI Kandahlawi salah satu tokoh Jama’ah
Tabligh.
Kitab ini selain telah tersebar di kalangan mereka juga di kalangan masyarakat luas,
padahal kitab tersebut memuat hal-hal yang menyimpang dari syariat. Lantaran itu
banyak ulama yang menyingkap penyimpangannya agar kaum muslimin berhati--
hati. Di antaranya adalah Ustadz Muhammad Aslam Al-Bakistani (Pakistan) dalam
risalah Jama’atut Tabligh, ‘Agidatuha wa Afkaru Masyayikhiha, Syaikh Hamud
bin Abdullah At-Tuwaijiri rahimahullah dalam kitab Al-Qaulul Baligh fir
Raddi’ala Jama’atut Tabligh, Ustadz Sa`d Al-Husain, Atase Arab Saudi di
Yordania dalam risalahnya kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah,
Syaikh Falih Al-Harbi dalam Ad-Dienun Nashihah.
Sebab usai membawakan riwayat hadits, penulis menyebutkan hukum dari hadits--
hadits tersebut, shahih, dhaif, palsu, batil, tidak dapat dijadikan sandaran atau pada
sanadnya terdapat rawi pendusta. Akan tetapi kami tidak memikulkan kesalahan di
pundak pembaca, sebab mayoritas mereka tidak memahami bahasa Arab. Penulis
hanya menyebutkan riwayat dalam bahasa Urdu tanpa disertai hukum hadits seperti
pada edisi bahasa Arabnya.” (Tablighi Nishab, Dirasat Naqdiyyah ha1.15
Maktabah Al-Iman Deobandi).
11
Syaikh Abu Khair Al-Aqtha’ berkata, “Aku merasa lapar karena selama 5 hari aku
belum makan. Lalu aku berziarah dan ketiduran setelah aku membaca shalawat
kepada Nabi di sisi makamnya. Aku bermimpi Nabi datang bersama Syaikhani dan
Ali Radhiallahu ‘anhu. Kemudian beliau memberi aku sepotong roti. Aku makan
roti itu setengahnya, ketika aku terbangun, aku melihat setengah roti sisanya masih
ada di tanganku.” (Tablighi Nishab, bab Fadha’ilul Haj, hal 133)
8. Dalam Fadhailul Haj, hal. 218. Diceritakan : bahwa Nabi Khidr mengerjakan
sholat shubuh di Mekkah dan duduk di rukun syami sampai terbit matahari,
kemudian sholat Dhuhur di Madinah, sholat ashar di Baitul Maqdis dan Sholat
Maghrib dan Isya’ di Al-Iskandari.
Di antara kisah ini adalah kisah yang diriwayatkan oleh Sayyid Ahmad Rifa’I, di
mana dia berkata: Tatkala dia selesai menunaikan ibadah haji, dia pun mengunjungi
kuburan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam sambil melantunkan bait-bait syair
berikut dan berdiri di depan kuburan Nabi Shallallahu alaihi wasallam sambil
berkata:
تقبــل األرض عني وهي نائبتي وهــذه دولــة. . . . . . . . . .فـي حالـة البعـد روحي كنت أرسلها
فامدد يمينـك كي تحظى بها شفتي.. . . .. . . . . .األشباح قد حضرت
Setelah membaca bait-bait ini, keluarlah tangan kanan Rasul Shallallahu alaihi
wasallam, lalu akupun menciumnya. (Al-Hawi, As-Suyuthi)
12
Dan dia menyebutkan bahwa ada sembilan puluh ribu muslim yang telah melihat
kejadian besar ini, dan mereka dimuliakan dengan mengunjungi tangan yang
memiliki berkah itu. Di antara mereka adalah Syaikh Abdul Qadir Jaelani
rahimahullah. Yang waktu itu berada di masjid Nabawi yang mulia adalah
bangunan yang tinggi. Maka berkenaan dengan kisah ini, aku ingin bertanya
kepada kalian:
2. Apa menurut kalian tentang kitab “Al-Hawi” karya As-Suyuthi, di mana dia
menetapkan adanya kisah ini?
3. Jika kisah ini tidak benar, apakah boleh shalat di belakang imam yang
meriwayatkan kisah ini dan meyakini kebenarannya? Apakah sah keimamahannya
atau tidak?
Saya berharap kepada para Syaikh yang mulia agar memberi faedah kepada kami
dengan jawaban yang cukup dan terperinci, agar saya dapat menerjemahkannya ke
dalam bahasa negeri setempat lalu menyebarkanya kepada para sahabat dan
temanku, dan kaum muslimin lainnya yang saya berbincang dengannya dalam
pembahasan ini?
Lajnah menjawab:
هذه القصة باطلة ال أساس لها من الصــحة ؛ ألن األصــل في الميتـ نبيــا كــان أم غــيره أنــه ال يتحــركـ في
فما قيل من أن النــبي صــلى هللا عليــه وســلم أخــرج يــده للرفــاعيـ أو غــيره غــير، قبره بمد يد أو غيرها
ولم يمــد يــده صــلى هللا عليــه، وال يجوز تصــديقه، بل هو وهم وخيال ال أساس له من الصحة، صحيح
وال يغـتر بـذكر السـيوطي لهـذه، وسلم ألبي بكر وال عمـر وال غيرهمـا من الصـحابة فضـال عن غـيرهم
حــاطب ليـل يـذكر الغث: )الحاوي( ؛ ألن السيوطي في مؤلفاته كما قال العلمـاءـ عنــه: القصة في كتابه
، وال تجوز الصالة خلف من يعتقد صحة هذه القصة ألنه مصدق بالخرافــات ومختــل العقيــدة، والسمين
وال تجوز قراءة كتاب )فضائل أعمال( وغيره مما يشتمل على الخرافات والحكاياتـ المكذوبة على الناسـ
نســأل هللا عــز وجــل أن. في المساجد أو غيرها ؛ لما في ذلك من تضليل النــاسـ ونشــر الخرافــاتـ بينهم
. وصلى هللا على نبيناـ محمد وآله وصحبه. يوفق المسلمين لمعرفة الحق والعمل به إنه سميع مجيب
“ini adalah kisah yang batil yang tidak ada landasan kebenarannya sama sekali,
sebab asal hukum orang yang telah mati apakah dia seorang nabi atau bukan
bahwa dia sudah tidak bergerak dalam kuburannya, apakah dengan menjulurkan
tangannya atau yang lainnya. Adapun yang disebutkan bahwa Nabi Shallallahu
alaihi wasallam mengeluarkan tangannya kepada Rifa’i atau yang lainnya,
tidaklah benar. Bahkan ini merupakan khayalan yang tidak ada landasan
kebenarannya, dan tidak boleh membenarkannya. Nabi Shallallahu alaihi
13
wasallam tidak pernah menjulurkan tangannya kepada Abu Bakar, Umar, tidak
pula selain keduanya dari kalangan para sahabat, terlebih lagi selain mereka.
Jangan pula tertipu dengan penyebutan Suyuthi terhadap kisah ini dalam kitabnya
(Al-Hawi), sebab Suyuthi dalam tulisan-tulisannya seperti yang disebutkan para
ulama: hathibul lail (pencari kayu bakar di malam hari [1]), dia menyebut yang
kurus dan yang gemuk (tidak memperhatikan kebenaran apa yang dinukilnya, pen),
dan tidak diperbolehkan shalat di belakang orang yang meyakini kebenaran kisah
ini sebab dia meyakini perkara-perkara khurafat ini dan ada kerusakan dalam
akidahnya, dan tidak boleh pula membacakan kepada manusia kitab “Fadha’il al-
A’mal” dan yang lainnya dari kitab yang mengandung berbagai khurafat dan cerita-
cerita palsu di masjid-masjid atau yang lainnya, sebab yang demikian menyebabkan
tersesatnya manusia dan tersebarnya perkara khurafat di kalangan di antara mereka.
Kami memohon kepada Allah Azza wajalla agar memberi taufik kepada kaum
muslimin untuk mengenal kebenaran dan mengamalkannya. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Shalawat dan salam tercurah kepada
Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
14