Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa dan karena limpahan dan
rahmat serta anugerahnya, penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu, penulis sangat berterima kasih atas bantuan serta
sumbangan tenaga, pemikiran – pemikiran dari berbagai pihak sehingga makalah ini
dapat terwujud.
Penulis mohon maaf sebesar - besarnya bila ada salah dalam penulisan dan bila
ada perkataan yang tidak berkenan di hati. Oleh sebab itu, penulis menanti kritik dan
saran untuk dijadikan acuan yang guna bagi penulis nantinya supaya dapat membuat
mkalah yang lebih baik lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
penulis sendiri serta semoga makalah ini berguna dalam meningkatkan wawasan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................ii
PENDAIIULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Surat Al Kafirun.....................................................................................................2
B. Surat An Nashr.......................................................................................................7
C. Surat Al Lahab......................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................16
KESIMPULAN...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAIIULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat islam kita memiliki dua sumber hukum islam yang utama,
yaitu Al-Quran dan Al-Hadist. Namun dalam menetapkan sebuah hukum kita perlu
penafsiran dari kedua sumber hukum tersebut. Karena apabila kita memaknai
keduanya secara normatif, maka dapat dikhawatirkan akan salah arti dan tidak
sesuai dengan permasalahan yang kontemporer. Tafsir adalah kunci untuk
membuka pintu gudang yang tenimbun dalam Al-Qur‘an.
Sungguh sangat disayangkan apabila Al-Qur’an hanya dilafadzkan saja oleh
orang-orang Islam dengan irama dan lagu yang indah, tetapi kesan yang diperoleh
dari Al-Qur‘an sedikitpun tak membekas kecuali sekedar nyanyian irama lagu atau
sekedar mengambil berkah dari padanya. Terkadang kita lalai dan enggan untuk
memahami apa makna dari AlQuran dan Al-Hadist. Padahal didalam makna ayat-
ayat Al-Quran lersebut terdapat mutiara indah yang mampu menjadi pedoman
untuk hidup kita.
Dari kegiatan menafsirkan ayat-ayat Al~Quran dan hadist tersebut, kita bisa
lebih memahami makna apa yang terkandung dalam sebuah ayat. Sena kita dapat
mengetahui asbabun nuzul surat atau ayat yang kita tafsirkan. Dalam makalah ini
kami akan membahas tentang tafsir surat Al-Lahab. An-Nashr, Al-Kairun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa isi kandungan Surat Al-Kafirun?
2. Apa isi kandungan An-Nashr ?
3. Apa isi kandungan Al-Lahab ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui seagala sesuatu tentang Surat Al-Kafirun.
2. Untuk mengetahui seagala sesuatu tentang Surat An – Nashr
3. Untuk mengetahui seagala sesuatu tentang Surat Al-Lahab
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Al Kafirun
Surat Al Kafirun ( )الكافرونadalah surat ke-109 dalam Al Quran. Berikut ini
terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat Al Kafirun. Surat ini terdiri dari enam
ayat dan merupakan Surat Makkiyah. Dinamakan surat Al Kafirun yang berarti
“orang-orang kafir” karena surat ini memerintahkan Rasulullah untuk berbicara
kepada orang-orang kafir bahwa beliau takkan menyembah berhala yang mereka
sembah.
Ia dinamakan juga Surat Al ‘Ibadah. Karena surat ini memproklamirkan
ibadah hanya kepada Allah dan takkan beribadah kepada berhala yang disembah
orang kafir. Dinamakan pula Surat Ad Din sebagaimana ayat terakhir. Nama
lainnya adalah surat Al Munabadzah dan Muqasyqasyah. Dinamakan
Muqasyqasyah atau Muqasyqisyah (penyembuh) karena kandungannya
menyembuhkan dan menghilangkan penyakit kemusyrikan.
1. Surat Al Kafirun beserta Artinya.
َواَل أَنَا عَابِ ٌد. َواَل أَ ْنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما أَ ْعبُ ُد. َ اَل أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدون. َقُلْ يَا أَيُّهَا ْال َكافِرُون
ِ لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِد. َواَل أَ ْنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما أَ ْعبُ ُد. َما َعبَ ْدتُ ْم
ين
(Qul yaa ayyuhal kaafiruun, laa a’budu maa ta’buduun. Walaa antum ‘aabiduuna
maa a’bud. Wa laa ana ‘aabidum maa ‘abadtum. Wa laa antum ‘aabiduuna maa
a’bud. Lakum diinukum waliya diin)
Artinya:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu,
dan untukkulah, agamaku”.
2. Asbabun Nuzul
Ibnu Katsir menjelaskan asbabun nuzul Surat Al Kafirun dalam
tafsirnya. Bahwa orang-orang kafir Quraisy pernah mengajak Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyembah berhala-berhala mereka selama
2
satu tahun, lalu mereka akan menyembah Allah selama satu tahun. Maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala menurunkan surat ini.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait asbabun nuzul Surat Al
Kafirun ini. Bahwa Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Abdul
Muthalib dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Mereka mengatakan, “Wahai Muhammad, marilah kami menyembah
Tuhan yang kamu sembah dan kamu menyembah Tuhan yang kami sembah.
Kita bersama-sama ikut serta dalam perkara ini. Jika ternyata agamamu lebih
baik dari agama kami, kami telah ikut serta dan mengambil keuntungan kami
dalam agamamu. Jika ternyata agama kami lebih baik dari agamamu, kamu telah
ikut serta dan mengambil keuntunganmu dalam agama kami.”
Penawaran seperti itu adalah penawaran yang bodoh dan konyol. Maka
Allah pun menurunkan Surat Al Kafirun sebagai jawaban tegas bahwa
Rasulullah berlepas diri dari agama mereka. Sayyis Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil
Quran menjelaskan, bangsa Arab tidak mengingkari adanya Allah. Akan tetapi,
mereka tidak mengerti hakikat-Nya sehingga mempersekutukan-Nya. Mereka
beribadah kepada berhala yang mereka buat untuk menggambarkan orang shalih
atau malaikat yang menjadi perantara mendekatkan diri kepada Allah. Mereka
sendiri menganggap malaikat adalah anak perempuan Allah.
Mereka merasa heran ketika Rasulullah mendakwahkan tauhid, untuk
beribadah hanya kepada Allah. Mereka pun menentang dakwah itu dengan
berbagai cara. Setelah gagal menghentikan Rasulullah dengan menyakiti beliau,
mereka menawarkan harta dan jabatan. Ketika upaya itu juga gagal, mereka
mengambil jalan kompromi. Menawarkan kerjasama dengan bersama-sama
menyembah Tuhan mereka selama satu tahun, lalu tahun berikutnya menyembah
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah pun menurunkan Surat Al Kafirun sebagai
jawabannya.
3. Tafsir Surat Al Kafirun
a. Surat Al Kafirun ayat 1
3
Kata qul ( )قلyang berarti “katakanlah” merupakan firman Allah dan perintah-
Nya agar Rasulullah menyampaikan ayat ini kepada orang-orang kafir, secara
khusus kafir Quraisy. Yakni sebagai jawaban atas tawaran mereka. Kata ini
membuktikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan
segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al Quran yang disampaikan
oleh malaikat Jibril. Seandainya ada sesuatu yang disembunyikan, yang
paling wajar adalah menghilangkan kata qul ini.
Kata al kaafiruun ( )الكافرونberasal dari kata kafara ( )كفرyang berarti
menutup. Disebut kafir karena hatinya tertutup, belum menerima hidayah
Islam. Siapapun yang tidak menerima Islam, maka ia adalah kafir. Baik itu
orang-orang musyrik maupun ahli kitab. Sebagaimana firman-Nya:
َار َجهَنَّ َم خَالِ ِدينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُ ْم َشرُّ ْالبَ ِريَّ ِة vَ ب َو ْال ُم ْش ِر ِك
ِ ين فِي ن ِ إِ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-
orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di
dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al Bayyinah: 6)
Namun secara spesifik, al kaarifuun yang diajak bicara di Surat Al Kafirun ini
adalah orang-orang kafir Quraisy yang mengajak kerjasama menyembah
Tuhan secara bergantian. Sebagai penegasan bahwa tidak mungkin Rasulullah
menyembah tuhan mereka dan tidak ada titik temu antara kemusyrikan
dengan tauhid.
b. Surat Al Kafirun ayat 2
Kata a’budu ( )أعبدmerupakan bentuk kata kerja masa kini dan akan
datang (fi’il mudhari’). Ini merupakan penegasan bahwa Rasulullah tidak
akan menyembah tuhan mereka baik di masa kini maupun masa depan.
Menurut Ibnu Katsir, makna maa ta’buduun adalah berhala-berhala dan
sekutu-sekutu yang mereka ada-adakan. Rasulullah tidak akan menyembah
mereka dan tidak akan memenuhi ajakan orang kafir dalam sisa usianya.
c. Surat Al Kafirun ayat 3
5
Sedangkan ayat 4 dan 5 menjelaskan perbedaan cara beribadah. Tegasnya,
yang disembah lain, cara menyembah juga lain.
f. Surat Al Kafirun ayat 6
6
B. Surat An Nashr
Surat An Nasr ( )النصرadalah surat ke-110 dalam Al Quran. Berikut ini
terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat An Nasr. Surat ini terdiri dari tiga ayat
dan merupakan Surat Madaniyah, meskipun turunnya tidak di Madinah. Sebab
penggolongan surat Makkiyah dan Madaniyah bukanlah berdasarkan tempat
turunnya tetapi berdasarkan waktu turunnya. Surat yang turun sebelum hijrah ke
Madinah digolongkan sebagai surat Makkiyah. Sedangkan surat yang turun sesudah
hijrah disebut Surat Madaniyah. Dinamakan surat An Nasr yang berarti pertolongan
karena surat ini membicarakan pertolongan Allah. Nama tersebut diambilkan dari
ayat pertama surat ini. Ia dinamakan juga Surat Idza jaa’a nashrullaahi wal fath,
sebagaimana bunyi awal surat ini. Ia juga dinamakan surat At Taudi’ (perpisahan)
karena terdapat isyarat dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
1. Surat An Nasr beserta Artinya
2. Asbabun Nuzul
Surat An Nasr adalah surat yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni setelah surat At Taubah. Menurut Ibnu
Katsir, ia diturunkan di Mina sewaktu Haji Wada’. Namun ada pula yang
berpendapat diturunkan sebelum Fathu Makkah. Asbabun Nuzul Surat An Nasr
ini terkait dengan dua hal. Pertama, ia mengabarkan kemenangan dan masuk
Islamnya orang-orang Arab berbondong-bondong. Kedua, ia mengisyaratkan
telah dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhu menjelaskan bahwa surat ini diturunkan pada pertengahan
hari-hari tasyrik. “Maka aku mengetahui bahwa hal ini merupakan al wada’
7
(perpisahan),” kata Ibnu Umar. Mengenai Asbabun Nuzul Surat An Nasr, Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan bahwa setelah Allah menurunkan surat
ini, Rasulullah memanggil Fatimah radhiyallahu ‘anha. Fatimah menangis saat
Rasulullah mengabarkan bahwa ajalnya telah dekat. Lalu Fatimah tersenyum
karena Rasulullah bersabda:
ٌ ك أَ َّو ُل أَ ْهلِى الَ ِح
ق بِى ِ َّ فَإِن، الَ تَ ْب ِكى
“Jangan menangis, karena sesungguhnya engkau adalah keluargaku yang paling
awal menyusulku.” (HR. Ad Darimi dan Thabrani; hasan). Terkait juga dengan
asbabun nuzul surat An Nasr, Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas
bahwa Umar bin Khattab menyertakan beliau dalam majelis para pahlawan
perang Badar. Sebagian pahlawan Badar keberatan Ibnu Abbas dimasukkan
dalam majlis itu. Lalu Umar pun menguji mereka semua. “Apa pendapat kalian
mengenai firman Allah idza ja’a nashrullahi wal fath dalam surat An Nasr?”
“Allah memerintahkan kita untuk bertahmid dan beristighfar kepada-Nya jika
Dia menolong dan memberi kemenangan,” jawab salah seorang dari mereka.
Yang lain diam, tidak ada jawaban berbeda. “Apakah demikian pendapatmu
wahai Ibnu Abbas?”
“Tidak wahai Amirul Mukminin. Idza ja’a nashrullahi wal fath
merupakan isyarat ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang Allah
beritahukan kepada beliau. Datangnya kemenangan dan fathu Makkah
merupakan tanda ajal beliau.” “Aku tidak mengetahui tafsir surat An Nasr ini
melainkan apa yang kamu katakan,” pungkas Umar.
3. Tafsir Surat An Nasr
a. Surat An Nasr ayat 1
8
adalah terbukanya sebuah jalan atau wilayah yang tadinya tertutup dan
dihalangi.
Ibnu Katsir menjelaskan, seluruh ulama sepakat bahwa al fath yang
dimaksud dalam ayat ini adalah pembebasan kota Makkah (fathu Makkah).
Saat itu, suku-suku bangsa Arab menunda masuk Islam karena menunggu
pembebasan kota Makkah. Mereka meyakini, jika Muhammad bisa kembali
ke Makkah dan mengalahkan kaumnya, ia benar-benar seorang Nabi. Sayyid
Qutb mendukung pendapat bahwa surat ini turun sebelum Fathu Makkah.
Karena ayat ini mengisyaratkan kemenangan yang akan terjadi. Dalam Tafsir
Fi Zhilalil Qur’an, ia mengkompromikan dzahiriyah nash dengan hadits
Ummu Salamah. Bahwa ayat ini turun mengabarkan berita gembira
pembebasan kota Makkah. Setelah pembebasan kota Makkah, Rasulullah
tahu bahwa beliau akan wafat sehingga memanggil Fatimah untuk
memberitahukan dekatnya ajal tersebut.
Sejalan dengan pendapat Sayyid Qutb tersebut, ayat ini sekaligus
merupakan bukti kebenaran Al Quran. Sebab apa yang dikabarkan Al Quran
kemudian benar-benar terjadi. Makkah benar-benar dibebaskan. Redaksi
dalam ayat ini juga menunjukkan bahwa pertologan Allah dan kemenangan
ini didatangkan Allah. Bukan kewenangan manusia. Rasulullah dan para
sahabat tidak bisa menentukan hasil perjuangan mereka. Namun Allah-lah
yang mendatangkan pertolongan dan kemenangan.
b. Surat An Nasr ayat 2
9
membebaskan Makkah setelah sekian lama ‘diusir’ dari tanah kelahiran yang
di dalamnya ada Baitullah.
c. Surat An Nasr ayat 3
10
Abi Waqash ketika menaklukkan kota-kota di Persia juga melakukan sholat
itu. Rasulullah mensyukuri nikmat pengampunan Allah ini dengan
pengampunan kepada seluruh penduduk Makkah. Beliau memaafkan mereka
meskipun dulunya menyakiti Rasulullah. Saat sebagian sahabat berseru
“haadza yaumul malhamah” (ini adalah hari pertempuran pembalasan),
Rasulullah menegur dengan bersabda “haadza yaumul marhamah” (ini adalah
hari kasih sayang). Saat penduduk Makkah ketakutan akan dibalas
Rasulullah, ternyata beliau memaafkan mereka semua. “Siapa yang masuk
Masjidil Haram, ia aman. Siapa yang masuk rumahnya masing-masing, ia
aman. Siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, ia aman.”
C. Surat Al Lahab
Surat Al Lahab adalah surat ke-111 dalam Al Quran. Berikut ini terjemahan,
asbabun nuzul, dan tafsir Surat Al Lahab. Surat ini terdiri dari lima ayat dan
merupakan Surat Makkiyah. Dinamakan surat Al Lahab karena surat ini
membicarakan Abu Lahab yang suka menyakiti Rasulullah dan balasan baginya
berupa neraka yang apinya bergejolak (al lahab). Kata lahab ( )لهبyang merupakan
azab bagi Abu Lahab disebutkan di ayat tiga. Ia disebut juga Surat Al Masad.
Diambil dari ayat terakhir pada surat ini, ketika mensifati istri Abu Lahab. Juga
dinamakan Surat Tabbat karena firman Allah ini diawali dengan kata tersebut.
1. Surat Al Lahab dan Artinya
11
َ َما أَ ْغنَى َع ْنهُ َمالُهُ َو َما َك َس. َّب َوتَب
ٍ َارًا َذاتَ لَهvvَ َسيَصْ لَى ن. ب
.ب ٍ ََّت يَدَا أَبِي لَه
ْ تَب
ِ ََوا ْم َرأَتُهُ َح َّمالَةَ ْال َحط
فِي ِجي ِدهَا َح ْب ٌل ِم ْن َم َس ٍد. ب
(Tabbat yadaa abii lahabiw watabb. Maa aghnaa ‘anhu maaluhuu wamaa kasab.
Sayashlaa naaron dzaata lahab. Wamroatuhuu hammaalatal hathob. Fii jiidihaa
hablum mim masad)
Artinya: Binasalah kedua tangan Abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Tidaklah berfaedah kepadanya harta benda dan apa yang ia usahakan. Kelak dia
akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa
kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut.
2. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul surat Al Lahab diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam
shahih-nya. Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
naik ke bukit Shafa, mengumpulkan orang-orang Quraisy lalu menyeru mereka.
12
masuk Islam. Dari belakang, ada laki-laki berwajah cerah, bermata juling dan
rambutnya berkepang yang tidak lain adalah Abu Lahab mengatakan,
“Sesungguhnya dia adalah pemeluk agama baru lagi pendusta.” Surat Al Lahab
ini merupakan ancaman balasan dari Allah untuk Abu Lahab dan istrinya yang
juga tak kalah sengit menyakiti Rasulullah. Bahwa kelak, Abu Lahab akan
masuk neraka dengan siksa yang sangat pedih.
3. Tafsir Surat Al Lahab
a. Surat Al Lahab ayat 1
Kata tabbat ( )تبتatau tabba ( )تبterdiri dari dua hufur yaitu ta’ ( )تdan ba’
()ب. Penggabungan dua huruf ini, manapun yang didahulukan,
mengandung arti keputusan atau kepastian yang pada umumnya berakhir
dengan kebinasaan. Yadaa ( )يداartinya adalah kedua tangan. Namun yang
binasa dari Abu Lahab bukan hanya tangannya namun keseluruhan
dirinya. Ini adalah bentuk majazi. Awalnya ia dijuluki Abu Lahab karena
wajahnya cerah atau mengkilap. Namun kata lahab ( )لهبjuga berarti
kobaran api yang menyala dan sudah tidak memiliki asap lagi. Setelah
Rasulullah diutus dan dia menyakiti beliau, nama lahab mengisyaratkan
bahwa ia akan dibakar api bergejolak di neraka. Ada juga yang
berpendapat, nama Abu Lahab mengisyaratkan bahwa gejolak api selalu
menyertainya. Yakni api permusuhannya kepada Rasulullah. Menurut Ibnu
Katsir, ayat pertama Surat Al Lahab ini menunjukkan bahwa Abu Lahab
celaka, telah nyata merugi dan binasa.
Kebinasaan Abu Lahab di dunia bisa disaksikan orang-orang yang
melihat kematiannya. Setelah perang badar, Abu Lahab ditimpa penyakit
lepra hingga akhirnya meninggal. Teman-temannya tidak ada yang yang
mau menguburkannya karena takut kalau menyentuhnya akan tertular.
Hingga tiga hari jasadnya dibiarkan. Akhirnya digali lubang di bawah
tempat tidurnya dan ia dijatuhkan ke lubang itu sebagai kuburnya.
b. Surat Al Lahab ayat 2
13
َ َما أَ ْغنَى َع ْنهُ َمالُهُ َو َما َك َس
ب
Tidaklah berfaedah kepadanya harta benda dan apa yang ia usahakan.
Kata aghna (نىvvv )أغmerupakan bentuk lampau. Seakan-akan tidak
bergunanya harta dan usahanya di masa datang sudah tidak berguna bagi
Abu Lahab. Maa kasab (ا كسبvv )مdalam ayat ini menurut menurut Ibnu
Abbas dan Aisyah adalah anak. Abu Lahab begitu membanggakan harta
dan anak-anaknya. Ia pernah mengatakan, “Jika apa yang dikatakan oleh
keponakanku ini benar, maka sesungguhnya aku di hari kiamat kelak akan
menebus diriku dari azab dengan harta dan anak-anakku.” Apa yang
dikatakan Abu Lahab hanyalah angan-angannya. Harta dan anak-anak
serta apa yang ia usahakan setelah turunnya ayat ini sama sekali tidak
bermanfaat baginya. Sama sekali tidak akan bisa menyelamatkannya dari
kebinasaan.
c. Surat Al Lahab ayat 3
Kata jiid ( )جيدartinya adalah leher. Kata ini biasanya digunakan untuk
menggambarkan keindahan leher wanita yang dihiasi dengan kalung Kata
masad ( )مسدadalah sejenis tali yang berasal dari pohon Al Masad yang
tumbuh di Yaman dan dikenal sangat kuat. Masad juga berarti tali yang
terbuat dari sabut. Ayat ini menggambarkan betapa hinanya dia. Bagian
tubuh yang seharusnya indah justru terjerat dengan tali yang terbuat dari
sabut. Ibnu Jarir menuturkan, istri Abu Lahab memiliki sebuah kalung
mewah yang sangat mahal. Ia mengatakan, “Sesungguhnya aku akan
menjual kalung ini untuk (biaya) memusuhi Muhammad.” Maka Allah
menghukumnya dengan tali dari api neraka yang dikalungkan di lehernya.
Ketika menafsirkan ayat ini, Mujahid mengatakan bahwa maknanya
adalah pasung leher yang terbuat dari besi.
4. Isi Kandungan Surat Al Lahab
Surat ini menunjukkan betapa luar biasanya ilmu Allah. Bahwa Al Quran
dan Rasulullah selalu benar meskipun Abu Lahab mendustakannya. Seandainya
Abu Lahab pura-pura masuk Islam, ia mungkin punya amunisi untuk menuduh
bahwa Al Quran keliru. Tapi Abu Lahab benar-benar selalu menentang
Rasulullah dan pada akhirnya binasa seperti firman Allah di surat ini. Syaikh
Wahbah Az Zuhaili mengatakan, surat Al Lahab ini menjelaskan bentuk siksa
Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil serta balasan mereka berdua di dunia dan
akhirat. Karena memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17