Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“ASBABUN NUZUL, KANDUNGAN, TAFSIR, DAN HIKMAH


QS. AL-LAHAB, AN-NASHR, AL-KAFIRUUN, DAN AL-
KAUTSAR”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam Kapita
Selekta dan Al-Qur’an

Dosen Pengampu : A.M Maqdum Biahmada S.Pd.I.,M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 4 :


1. Fanty Sellya Cindy (18130210375)
2. Nurul Laili Agustina (18130210376)

Kelas : 7A-3 Keuangan

PRODI MANAJEMEN/FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “ASBABNUN NUZUL, KANDUNGAN, TAFSIRAN, DAN
HIKMAH QS. AL-LAHAB, AN-NASHR, AL-KAFIRUUN, DAN AL-KAUTSAR”.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam Kapita Selekta dan
Al-Quran dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.

Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari
semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Agama Islam Kapita Selekta
dan Al-Quran yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Kediri, 13 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

1.3 Tujuan ..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6

2.1 Penjelasan Umum Surat Al Fatihah............................................................. 6

2.2 Pengertian Asbabun Nuzul........................................................................... 6

2.3 Asbabun Nuzul Surat Al Fatihah..................................................................7

2.4 Kedudukan Surat Al Fatihah Dalam Al Quran ........................................... .8

2.5 Keistimewaan Surat Al Fatihah....................................................................9

2.6 Isi Kandungan Surat Al Fatihah..................................................................10

2.7 Tafsir Surat Al Fatihah................................................................................11

2.8 Hikmah Surat Al Fatihah.............................................................................14

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 17

3.2 Saran............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai umat Islam kita memiliki dua sumber hukum Islam yang utama yaitu Alquran
dan alhadist. Namun dalam menetapkan sebuah hukum kita perlu penafsiran dari kedua
sumber hukum tersebut. Karena apabila kita memaknai keduanya secara normatif, maka
dapat dikawatirkan akan salah arti dan tidak sesuai dengan permasalahan yang kontemporer.
Tafsir adalah kunci untuk membuka pintu gudang yang tertimbun dalam Alquran.
Sungguh sangat disayangkan apabila Alquran hanya dilafadzkan saja oleh orang-
orang Islam dengan irama dan lagu yang indah, tetapi kesan yang diperoleh dari Alquran
sedikitpun tak Membekas kecuali sekedar nyanyian irama lagu atau sekedar mengambil
berkah daripadanya. Terkadang kita lalai dan enggan untuk memahami apa makna dari
Alquran dan Al hadist. Padahal di dalam makna ayat-ayat Alquran tersebut terdapat mutiara
indah yang mampu menjadi pedoman untuk hidup kita.
Dari kegiatan menafsirkan ayat-ayat Alquran dan hadis tersebut kita bisa lebih
memahami makna apa yang terkandung dalam sebuah ayat dan kita dapat mengetahui
asbabun nuzul surat atau ayat ayat yang kita tafsirkan dalam makalah ini kami akan
membahas tentang Tafsir, asbabun nuzul, kandungan, serta hikmah dari surat al-lahab an-
nasrh al-kafirun dan al-kautsar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana terjemahan, tafsir dan asbabun nuzul serta hikmah dari surah Al-Lahab ?
2. Bagaimana terjemahan, tafsir dan asbabun nuzul serta hikmah dari surah An-Nashr ?
3. Bagaimana terjemahan, tafsir dan asbabun nuzul serta hikmah dari surah Al-Kafirun?
4. Bagaimana terjemahan, tafsir dan asbabun nuzul serta hikmah dari surah Al-Kautsar?

C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang bagaimana terjemahan, tafsir dan asbabun nuzul serta
hikmah dari surah Al-Lahab, An-Nashr, Al-Kafiruun dan Al-Kautsar.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Surat Al-Lahab


Surat al-lahab adalah surat ke-111 dalam Alquran. Berikut ini terjemahan, asbabun
nuzul dan tafsir surat al-lahab. Surat ini terdiri dari 5 ayat dan merupakan surat Makkiyah.
Dinamakan surat al-lahab karena surat ini membicarakan Abu Lahab yang suka menyakiti
Rasulullah dan balasan baginya berupa neraka yang apinya bergejolak (al-lahab). Kata Lahab
yang merupakan azab bagi Abu Lahab yang disebutkan di ayat 3. Ia disebut juga Surat Al
Masad. Diambil dari ayat terakhir pada surat ini ketika mensifati istri Abu Lahab. Juga
dinamakan Surat Tabbat karena firman Allah ini diawali dengan kata tersebut.
2.1.1 Surat Al-Lahab dan Artinya

(Tabbat yadā abī lahabiw wa tabb. Ma agna 'an-hu maluhu wa ma kasab. Sayaslaa naaran
zata lahab. Wamra`atuh, hammalatal-hatab. Fi jidiha hablum mim masad.)

Artinya : binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah
berfaedah kepadanya harta benda dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam
api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada
tali dari sabut.

2.1.2 Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul Surat al-lahab diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya. Dari Ibnu
Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam naik ke bukit Shafa mengumpulkan
orang-orang Quraisy lalu menyuruh mereka.

“ Bagaimana pendapat kalian jika aku sampaikan kepada kalian bahwa musuh akan
menyerang di pagi hari atau petang hari apakah kalian percaya? “ mereka menjawab “Kami
percaya.” lalu Rasulullah mengatakan,

“ Maka sesungguhnya aku memperingatkan kepada kalian akan datangnya azab yang keras.”
Tiba-tiba Abu Lahab menyala “ Tabbal laka alihaadzaa. Celakalah kamu ini, karena inikah
engkau mengumpulkan kami ?” maka Allah menurunkan Surat Al-Lahab.

ٍ َ‫َّت يَدَا َأبِي لَه‬


َّ‫ب َوتَب‬ ْ ‫تَب‬

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa... (hingga akhir surat)
Abu Lahab yang nama aslinya Abdul uzza bin Abdul Muthalib Sebenarnya masih paman
Rasulullah. Namun orang yang memiliki nama kuniyah Abu utaibah itu adalah orang yang
paling sengit menyakiti Rasulullah. Orang yang memiliki julukan (laqab) Abu Lahab karena
wajahnya yang mengkilap ini sering mengikuti Rasulullah dari belakang Lalu mendustakan
beliau. Ia mempengaruhi orang-orang untuk menolak dakwah beliau. Imam Ahmad
meriwayatkan, suatu ketika Rasulullah sedang mendakwahi orang-orang untuk masuk Islam.
Dari belakang ada laki-laki berwajah cerah bermata juling dan rambutnya berkepang yang
tidak lain adalah Abu Lahab mengatakan, “ Sesungguhnya dia adalah pemeluk agama baru
lagi pendusta.” Surat Al-Lahab ini merupakan ancaman balasan dari Allah untuk Abu Lahab
dan istrinya yang juga tak kalah sengit menyakiti Rasulullah. Bahwa kelak, Abu Lahab akan
masuk neraka dengan siksa yang sangat pedih.

2.1.3 Tafsir Surat Al-Lahab

a. Surat Al-Lahab ayat 1

ٍ َ‫َّت يَدَا َأبِي لَه‬


َّ‫ب َوتَب‬ ْ ‫تَب‬
Binasa lah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.

Setelah Rasulullah diutus dan dia menyakiti beliau, nama Lahab mengisyaratkan
bahwa ia akan dibakar api bergejolak di neraka. Ada juga yang berpendapat nama Allah
mengisyaratkan bahwa gejala api selalu menyertainya. Yakni api permusuhannya kepada
Rasulullah. Menurut Ibnu Katsir ayat pertama surat al-lahab ini menunjukkan bahwa Abu
Lahab celaka, telah nyata, merugi dan binasa.

Kebinasaan Abu Lahab di dunia bisa disaksikan orang-orang yang melihat


kematiannya. Setelah Perang Badar, Abu Lahab ditimpa penyakit lepra hingga akhirnya
meninggal. Teman-temannya tidak ada yang mau menguburkannya karena takut kalau
menyentuhnya akan tertular. Hingga 3 hari jasadnya dibiarkan, akhirnya di gali lubang bawah
tempat tidurnya dan dia dijatuhkan ke lubang itu sebagai kuburnya.

b. Surat Al-Lahab ayat 2

َ ‫َما ا َأ ْغن َٰى َع ْنهُ َمالُهُ َو َما َك َس‬


‫ب‬

Tidaklah berfaedah kepadanya harta benda dan apa yang ia usahakan.

Abu Lahab begitu membanggakan harta dan anak-anaknya. Ia pernah mengatakan," Jika apa
yang dikatakan oleh keponakanku ini benar, maka sesungguhnya aku di hari kiamat kelak
akan menebus diriku dari azab dengan harta dan anak-anakku.” apa yang dikatakan Abu
Lahab hanyalah angan-angannya. Harta dan anak-anak serta apa yang ia usahakan setelah
turunnya ayat ini sama sekali tidak bermanfaat baginya. Sama sekali tidak akan bisa
menyelamatkannya dari kebinasaan.

c. Surat Al-Lahab ayat 3

ٍ َ‫َسيَصْ لَ ٰى نَارًا َذاتَ لَه‬


‫ب‬

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

Kata Lahab ini artinya kobaran api yang menyala dan sudah tidak memiliki asap lagi. Dan
dengan itulah Abu Lahab akan diazab. Ayat ini menjelaskan kebinasaan yang akan dialami
Abu Lahab di akhirat kelak bahwa ia akan dimasukkan ke dalam neraka yang apinya,
menurut Ibnu Katsir menyala dengan hebatnya dan sangat membakar.

d. Surat Al-Lahab ayat 4


‫ب‬ َ ‫َوا ْم َرَأتُهُ َح َّمالَةَ ْال َح‬
ِ ‫ط‬

Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.

Istri Abu Lahab bernama Ummu Jamil. Nama aslinya adalah arwah binti harb bin Umayyah,
saudara perempuan Abu Sufyan. Seperti suaminya Ummu Jamil juga sangat sengit menyakiti
Rasulullah. Ia disebut Alquran sebagai hamma latal hathab yang artinya adalah pembawa
kayu bakar. Ia pernah meletakkan ranting-ranting Berduri di jalan yang dilalui oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Kalimat hamma latal hatab juga berarti pembawa
isu dan fitnah. Ummu Jamil suka mengejek Rasulullah sebagai orang kafir.

e. Surat Al-Lahab ayat 5

‫فِ ْي ِج ْي ِدهَا َح ْب ٌل ِّم ْن َّم َس ٍد‬

Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Ayat ini menggambarkan betapa hinanya dia bagian tubuh yang seharusnya Indah justru
terjerat dengan tali yang terbuat dari sabut. Ibnu jarir menuturkan istri Abu Lahab memiliki
sebuah kalung mewah yang sangat mahal. Ia mengatakan, “ Sesungguhnya aku akan menjual
kalung ini untuk biaya memusuhi Muhammad.” maka Allah menghukumnya dengan Tali dari
api neraka yang dikalungkan di lehernya. Ketika menafsirkan ayat ini Mujahid mengatakan
bahwa maknanya adalah pasang leher yang terbuat dari besi.

2.1.4 Kandungan Surat Al-Lahab

Surat ini menunjukkan betapa luar biasanya ilmu Allah. Bahwa Alquran dan Rasulullah
selalu benar Meskipun Abu Lahab mendustakanya. Seandainya Abu Lahab pura-pura masuk
Islam, Iya mungkin punya amunisi untuk menuduh bahwa Alquran keliru. Tapi Abu Lahab
benar-benar selalu menentang Rasulullah dan pada akhirnya binasa seperti firman Allah di
surat ini. Syaikh Wahbah Az Zuhaili mengatakan surat al-lahab ini menjelaskan bentuk siksa
Abu Lahab dan Istrinya Ummu Jamil serta balasan mereka berdua di dunia dan akhirat karena
memusuhi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

2.1.5 Hikmah Surat Al-Lahab


a. Semakin Takut Untuk Berbuat Maksiat

Dengan membaca Surat Al Lahab tentang kejamnya siksaan neraka, sudah seharunya
membuat semua umat muslim untuk lebih takut pada Allah SWT dan juga takut dalam
mendurhakai Allah SWT khususnya dalam hal yang berhubungan dengan kemaksiatan dan
melakukan zina dalam Islam.

b. Membangun Keluarga Dalam Keimanan

Hubungan dari keluarga bahagia menurut Islam akan memberikan manfaat apabila dibangun
diatas keimanan seperti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat dekat dengan Abu
Lahab sebagai kerabat akan tetapi tidak bermanfaat untuk Abu Lahab yang tidak memiliki
iman.

c. Menahan Hujan

Apabila seseorang ingin mengadakan atau menyelenggarakan sebuah acara perkawinan atau
upacara lain, perjalanan dan tidak ingin turun hujan yang bisa menghambat acara tersebut,
maka membaca surat Al Lahab bisa dilakukan yang Insya Allah akan membuat hujan batal
turun meksipun cuaca sedang mendung.

d. Menghadapi Seseorang Yang Ditakutkan

Surat Al Lahab juga memberikan syafaat serta keutamaan bagi manusia seperti salah satunya
adalah saat behadapan dengan seseorang yang ditakuti dan mengancam diri secara tidak
langsung. Surat Al Lahab ini bisa dibacakan sebanyak dua kali saat berhadapan dengan orang
tersebut.

e. Menjauhkan Diri Dari Hidup Penuh Derita

Keutamaan lain yang bisa dipetik dari Surat Al Lahab adalah menjadi peringatan bagi siapa
saja yang mempunyai perangai dan watak seperti Abu Lahab yang senang melakukan fitnah
dalam Islam, maka akan dipastikan mengalami hidup yang dipenuhi dengan derita. Seseorang
yang seperti ini akan membuat dirinya jatuh dalam lembah yang tidak berujung.

f. Harta Tidak Menyelamatkan Dari Siksa Allah SWT


Allah SWT berfirman, “Tidaklah berpelajaran kepadanya harta bendanya dan apa yang ia
usahakan” [Al-Lahab : 2]”.

Ini mengartikan jika harta dalam Islam yang diusahakan tidak akan memiliki manfaaat sedikit
pun apabila tidak bisa menyelematkan pemiliknya dari naar sehingga Allah SWT berfirman,
“Maa agnaa anhu maaluhu” yang artinya harta tidak akan bisa menyelamatkan dari siksaan
Allah SWT.

g. Mengenal Surat Al Lahab

Surat Al Lahab masuk ke dalam surat pendek golongan makiyyah karena diturunkan di kota
Mekah sebelum Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah ke Madinah. Surat AL Lahab ini
terletak sesudah Surat An Nasr. Dengan membaca Surat Al Lahab ini, kita akan semakin
mengenal mengenai azab neraka yang mengerikan yang akan diterima saat seseorang masuk
ke dalam kejamnya neraka.

2.2 Surat An-Nashr

Surat An-Nashr adalah surat ke-110 dalam Al Quran. Berikut ini terjemahan, asbabun
nuzul, tafsir, isi kandungan serta hikmah Surat An-Nashr. Surat ini terdiri dari 3 ayat dan
merupakan surat Makkiyah dan madaniyah bukanlah berdasarkan tempat turunnya tetapi
berdasarkan waktu turunnya. Surat yang turun sebelum hijrah ke Madinah digolongkan
sebagai surat Makkiyah. Sedangkan Surat yang turun sesudah hijrah disebut surat
Madaniyah. Dinamakan surat an-nasr berarti pertolongan karena surat ini membicarakan
Pertolongan Allah. Nama tersebut diambilkan dari ayat pertama surat ini. Ia dinamakan juga
surat idza jaa'a nasrullahi wal fath, sebagaimana bunyi awal surat ini ia juga dinamakan Surat
at' Taudi (perpisahan) karena terdapat isyarat dekatnya ajal Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam.

2.2.1 Surat An-Nashr dan Artinya


( Idza jaa-a nas rullahi walfath. Wa ra-aitan naasa yadkhuluuna fii diinil laahi afwajah. Fa sab
bih bihamdi rabbika was taghfir, innahu kaana tawwaaba.)

Artinya : Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia
masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima
taubat.

2.2.2 Asbabun Nuzul

Surat An Nasr adalah surat yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam yakni setelah surat At-Taubah. Menurut Ibnu Katsir ia diturunkan di Minasa
waktu Haji Wada'. Namun ada pula yang berpendapat diturunkan sebelum Fathu Makkah
asbabun nuzul surat An Nasr ini terkait dengan 2 hal. Pertama, ia menggambarkan
kemenangan dan masuk Islamnya orang-orang Arab berbondong-bondong. Kedua, ia
mengisyaratkan telah dekatnya ajal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ibnu Umar
radhiyallahu anhu menjelaskan bahwa surat ini diturunkan pada pertengahan hari-hari tasyrik.
“Maka aku mengetahui bahwa hal ini merupakan al wada' (perpisahan).” Kata Ibnu Umar.
Mengenai Asbabun Nuzul surat an-nasr, Ibnu Abbas radhiyallahu Anhu menjelaskan bahwa
setelah Allah menurunkan surat ini Rasulullah memanggil Fatimah radhiyallahu anha.
Fatimah menangis saat Rasulullah mengabarkan bahwa ajalnya telah dekat. Lalu Fatimah
tersenyum karena Rasulullah berkata “Jangan menangis, maka sesungghnya Engkau adalah
keluargaku yang paling awal menyusulku.”
Terkait juga dengan Asbabun Nuzul Surat an-nasr, Imam Bukhari meriwayatkan dari
Ibnu Abbas bahwa Umar Bin Khattab menyertakan beliau dalam majelis para pahlawan
Perang Badar. Sebagian pahlawan Badar keberatan Ibnu Abbas dimasukkan dalam majelis
itu. Lalu Umar pun menguji mereka semua “Apa pendapat kalian mengenai firman Allah idza
ja anasrullah hiwalfat dalam surat an-nasr?”

“ Allah memerintahkan kita untuk bertahmid dan beristighfar kepadanya Jika dia menolong
dan memberi kemenangan.” jawab salah seorang dari mereka, yang lain diam tidak ada
jawaban berbeda.

“ Tidak wahai Amirul Mukminin idza ja anasrullahi walfath merupakan isyarat ajal
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang Allah beritahukan kepada beliau. Datangnya
kemenangan dan fathu Makkah merupakan tanda ajal beliau.” “Aku tidak mengetahui tafsir
surat An Nasr ini melainkan Apa yang kamu katakan.” pungkas Umar.

2.2.3 Tafsir Surat An-Nashr

a. Surat An-Nashr ayat 1

‫اِ َذا َج ۤا َء نَصْ ُر هّٰللا ِ َو ْالفَ ْت ۙ ُح‬

Apabila telah datang Pertolongan Allah dan kemenangan.

Ibnu Katsir menjelaskan, seluruh ulama sepakat bahwa al fath yang dimaksud dalam
ayat ini adalah pembebasan kota Makkah. Saat itu, suku-suku bangsa Arab menunda masuk
Islam karena menunggu pembebasan kota Makkah. Mereka meyakini, jika Muhammad bisa
kembali ke Makkah dan mengalahkan kaumnya ia benar-benar seorang Nabi. Sayyid Qutb
mendukung pendapat bahwa surat ini turun sebelum Fathu Makkah. Karena ayat ini
mengisyaratkan kemenangan yang akan terjadi. Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an, Iya
mengkompromikan Dzahiriyah Nash Dengan hadist Ummu Salamah. Bahwa ayat ini turun
mengabarkan berita gembira pembebasan kota Mekah. Setelah pembebasan kota Mekah,
Rasulullah tahu bahwa beliau akan wafat sehingga memanggil Fatimah untuk
memberitahukan dekatnya aja tersebut.

Ayat ini Sekaligus merupakan bukti kebenaran Alquran. Sebab apa yang dikabarkan Alquran
kemudian benar-benar terjadi. Makkah benar benar dibebaskan. redaksi dalam ayat ini juga
menunjukkan bahwa Pertolongan Allah dan kemenangan ini didatangkan Allah. bukan
kewenangan manusia. Rasulullah dan para sahabat tidak bisa menentukan hasil perjuangan
mereka. Namun, Allah lah yang mendatangkan pertolongan dan kemenangan.

b. Surat An-Nashr ayat 2

‫اس يَ ْد ُخلُوْ نَ فِ ْي ِد ْي ِن هّٰللا ِ اَ ْف َواج ًۙا‬


َ َّ‫َو َراَيْتَ الن‬

Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.

Kata raaita ( َ‫)راَيْت‬


َ bisa berarti melihat dengan mata kepala dan bisa juga bermakna
mengetahui. Dan Rasulullah melihat secara langsung penduduk Makkah berduyun-duyun
masuk Islam dan beliau mendapatkan berita bahwa penduduk Jazirah Arab juga berbondong-
bondong masuk Islam. Setelah Fathu Makkah, penduduk Mekah berbondong-bondong masuk
Islam sebagiannya langsung di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Orang-
orang Arab di luar Makkah dan Madinah juga berbondong-bondong masuk Islam. Selama ini
mereka menunggu Apakah Rasulullah bisa membebaskan maka Setelah sekian lama diusir
dari tanah kelahiran yang didalamnya ada Baitullah.

c. Surat An-Nashr ayat 3

‫ك َوا ْستَ ْغفِرْ ۗهُ اِنَّهٗ َكانَ تَوَّابًا‬


َ ِّ‫فَ َسبِّحْ بِ َح ْم ِد َرب‬

Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan memohon ampun kepadanya sesungguhnya
dia adalah Maha Penerima Taubat.

Taubat adalah kembalinya seorang hamba ke posisinya di hadapan Allah. Jika pelaku
tawwab adalah Allah maka artinya dia menerima Taubat hambanya. Inilah taujih Rabbani
saat datang Pertolongan Allah dan kemenangan dari-Nya. Rasulullah diperintahkan u tuk
bertasbih, bertahmid dan beristighfar. Orang orang beriman tidak boleh sombong dan euforia
atas kemenangan ini. Tapi harus menyadari bahwa kemenangan itu datangnya dari Allah.
Karena-Nya harus mendekatkan diri kepada-Nya, mensucikan -Nya, bersyukur kepada-Nya
dan memohon ampunan.

Ibnu Katsir menjelaskan Rasulullah tak hanya bertasbih dan beristighfar. Bahkan pada
hari Fathu Makkah beliau mengerjakan salat duha 8 rokaat. Sebagian ulama berpendapat
disunnahkan mencontoh Rasulullah mengerjakan salat 8 rokaat ketika mendapat kemenangan
atas suatu Negeri. Salat itu disebut surat al-fath. Saad bin Abi waqqash ketika menaklukkan
kota-kota di Persia juga melakukan salat itu. Rasulullah mensyukuri nikmat pengampunan
Allah ini dengan pengampunan kepada seluruh penduduk Makkah. Beliau memaafkan
mereka meskipun dulunya menyakiti Rasulullah. Saat sebagian sahabat berseru “haadza
yaumul malhamah” (ini adalah hari pertempuran pembalasan) Rasulullah menegur dengan
bersabda “haadza yaumul marhamah” (ini adalah hari kasih sayang). saat penduduk Makkah
ketakutan akan dibalas Rasulullah, ternyata beliau memaafkan mereka semua. “Siapa yang
masuk Masjidil Haram, ia aman. Siapa yang masuk rumahnya masing-masing, ia aman. Siapa
yang masuk rumah Abu Sufyan, ia aman.”

2.2.4 Kandungan Surat An-Nashr

Surat An-Nashr mengandung kabar gembira, arahan dan isyarat masa depan. Kabar
gembira bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menolong Rasulullah dan memberinya
kemenangan. Orang-orang pun akan berbondong-bondong masuk Islam setelah kemenangan
itu. Surat ini sekaligus memberi arahan ketika datang Pertolongan Allah dan kemenangan
tersebut hendaklah Rasulullah menghadapkan diri kepada Allah dengan bertasbih, bertahmid
dan beristighfar. Yang tidak banyak diketahui surat ini memberikan isyarat akan tibanya ajal
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau akan wafat sehingga sahabat yang tahu
seperti Abu Bakar dan Fatimah menangis karenanya.

2.2.5 Hikmah Surat An-Nashr

a. Surat An Nasr diturunkan kepada Rasulullah SAW sebagai berita gembira atas perjuangan
beliau dalam mendakwahkan Islam, yaitu dengan berbagai kemenangan dalam penaklukan
wilayah dan banyaknya yang memeluk Islam serta penaklukan Mekah dengan cara damai.

b. Turunnya Surat An Nasr merupakan isyarat akan dekatnya kewafatan Rasulullah SAW,
dan telah sempurnanya perjuangan Rasulullah SAW menyampaikan risalah, sehingga sudah
saatnya bagi beliau mempersiapkan diri untuk menghadap Allah Ta’ala.

c. Allah SWT akan selalu menolong dan memberi kemenangan kepada para hamba-Nya yang
selalu berjuang untuk mendakwahkan Islam dan meninggikan kalimat-kalimat-Nya.

d. Perintah Allah SWT kepada kita agar berdzikir kepada-Nya dengan memperbanyak tasbih
dan tahmid.

e. Perintah Allah SWT kepada kita agar memperbanyak memohon ampunan (istighfar) dan
bertaubat kepada Allah Ta’ala, serta mempersiapkan bekal sebaik-baiknya untuk menghadap
Allah Ta’ala. Kita tidak tahu kapan ajal menjemput, berbeda dengan Rasulullah SAW yang
telah diberi isyarat dekatnya ajal beliau.

2.3 Surat Al-Kafiruun

Surat Al Kafirun (‫ )الكافرون‬adalah surat ke-109 dalam Al Quran. Surat ini terdiri dari
enam ayat dan merupakan Surat Makkiyah. Dinamakan surat Al Kafirun yang berarti “orang-
orang kafir” karena surat ini memerintahkan Rasulullah untuk berbicara kepada orang-orang
kafir bahwa beliau takkan menyembah berhala yang mereka sembah. Nama lainya adalah
surat Al Munabadzah dan Muqasyqasyah. Dinamakan Muqasyqasyah dan Muqasyqisyah
(penyembuh) karena kandungan nya menyembuhkan dan dan menghilangkan penyakit
kemusyrikan.

2.3.1 Surat Al-Kafiruun dan Artinya

(Qul yaa ayyuhal kaafiruun, laa a’budu maa ta’buduun. Walaa antum ‘aabiduuna maa a’bud.
Wa laa ana ‘aabidum maa ‘abadtum. Wa laa antum ‘aabiduuna maa a’bud. Lakum diinukum
waliya diin.)

Artinya: Katakanlah, "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kalian sembah. Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
men]adi penyembah apa yang kalian sembah, dan kalian tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk kalianlah agama kalian, dan untukkulah
agamaku.”
2.3.2 Asbabun Nuzul

Ibnu Katsir menjelaskan asbabun nuzul Surat Al Kafirun dalam tafsirnya. Bahwa
orang-orang kafir Quraisy pernah mengajak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, lalu mereka akan menyembah Allah
selama satu tahun. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan surat ini.

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait asbabun nuzul Surat Al Kafirun ini.
Bahwa Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Abdul Muthalib dan Umayyah bin
Khalaf menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka mengatakan, “Wahai
Muhammad, marilah kami menyembah Tuhan yang kamu sembah dan kamu menyembah
Tuhan yang kami sembah. Kita bersama-sama ikut serta dalam perkara ini. Jika ternyata
agamamu lebih baik dari agama kami, kami telah ikut serta dan mengambil keuntungan kami
dalam agamamu. Jika ternyata agama kami lebih baik dari agamamu, kamu telah ikut serta
dan mengambil keuntunganmu dalam agama kami.” Penawaran seperti itu adalah penawaran
yang bodoh dan konyol. Maka Allah pun menurunkan Surat Al Kafirun sebagai jawaban
tegas bahwa Rasulullah berlepas diri dari agama mereka.  

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, bangsa Arab tidak


mengingkari adanya Allah. Akan tetapi, mereka tidak mengerti hakikat-Nya sehingga
mempersekutukan-Nya. Maka, mereka beribadah kepada berhala yang mereka buat untuk
menggambarkan orang shalih atau malaikat yang menjadi perantara mendekatkan diri kepada
Allah. Juga menganggap malaikat adalah anak perempuan Allah.

Mereka merasa heran ketika Rasulullah mendakwahkan tauhid, untuk beribadah


hanya kepada Allah. Maka, mereka menentang dakwah itu dengan berbagai cara. Setelah
gagal menghentikan Rasulullah dengan menyakiti beliau, mereka menawarkan harta dan
jabatan. Ketika upaya itu juga gagal, mereka mengambil jalan kompromi. Menawarkan
kerjasama dengan bersama-sama menyembah Tuhan mereka selama satu tahun, lalu tahun
berikutnya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah pun menurunkan Surat Al Kafirun
sebagai jawabannya.

2.3.3 Tafsir Surat Al-Kafiruun

a. Surat Al-Kafiruun ayat 1


َ‫قُلْ ٰيٓاَيُّهَا ْال ٰكفِرُوْ ۙن‬

Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!”

Kata qul (‫ )قل‬yang berarti “katakanlah” merupakan firman Allah dan perintah-Nya
agar Rasulullah menyampaikan ayat ini kepada orang-orang kafir, secara khusus kafir
Quraisy. Yakni sebagai jawaban atas tawaran mereka.

Kata ini membuktikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan


segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al Quran yang disampaikan oleh malaikat
Jibril. Seandainya ada sesuatu yang disembunyikan, yang paling wajar adalah menghilangkan
kata qul ini.

Kata al kaafiruun (‫ )الك———افرون‬berasal dari kata kafara (‫ )كفر‬yang berarti menutup.


Disebut kafir karena hatinya tertutup, belum menerima hidayah Islam. Siapapun yang tidak
menerima Islam, maka ia adalah kafir. Baik itu orang-orang musyrik maupun ahli kitab. 

Namun secara spesifik, al kaarifuun yang diajak bicara di Surat Al Kafirun ini adalah
orang-orang kafir Quraisy yang mengajak kerjasama menyembah Tuhan secara bergantian.
Sebagai penegasan bahwa tidak mungkin Rasulullah menyembah tuhan mereka dan tidak ada
titik temu antara kemusyrikan dengan tauhid.

b. Surat Al-Kafiruun ayat 2

َ‫آَل اَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدوْ ۙن‬

Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

Kata a’budu (‫ )أعبد‬merupakan bentuk kata kerja masa kini dan akan datang (fi’il mudhari’).
Ini merupakan penegasan bahwa Rasulullah tidak akan menyembah tuhan mereka baik di
masa kini maupun masa depan.

Menurut Ibnu Katsir, makna maa ta’buduun adalah berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang


mereka ada-adakan. Rasulullah tidak akan menyembah mereka dan tidak akan memenuhi
ajakan orang kafir dalam sisa usianya.

c. Surat Al-Kafiruun ayat 3


‫َوآَل اَ ْنتُ ْم ٰعبِ ُدوْ نَ َمآ اَ ْعبُ ۚ ُد‬

Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir itu juga tidak akan menyembah Tuhan yang
disembah Rasulullah di masa kini dan masa datang. Meskipun nantinya penduduk Makkah
berbondong-bondong masuk Islam, namun orang-orang yang mendatangi Rasulullah untuk
mengajak menyembah tuhan mereka, semuanya tidak masuk Islam bahkan mati terbunuh
dalam kondisi kafir.

d. Surat Al-Kafiruun ayat 4

‫َوآَل اَن َ۠ا عَابِ ٌد َّما َعبَ ْد ُّت ۙ ْم‬

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.

Ada sebagian mufassir yang menyamakan makna ayat 4 ini dengan ayat 2. Dan menyamakan
makna ayat 5 dengan ayat 3. Padahal jika diperhatikan kata yang digunakan, akan didapati
makna yang terkandung di dalamnya.

Kata ‘abadtum (‫ )عب——دتم‬merupakan bentuk kata kerja masa lampau (fi’il madhi). Berbeda


dengan kata ta’budun (‫ )تعبدون‬pada ayat 2 yang merupakan fi’il mudhari’.

Perbedaan maa ta’buduun dan maa ‘abadtum ini menunjukkan bahwa apa yang mereka


sembah di masa kini dan esok bisa berbeda dengan apa yang mereka sembah di masa
kemarin. Sedangkan untuk Allah yang diibadahi Rasulullah, digunakan kata yang sama
yakni maa a’bud. Menunjukkan konsistensi ibadah dan ketaatan hanya kepada Allah. Tidak
akan berubah.

e. Surat Al-Kafiruum ayat 5

‫َوآَل اَ ْنتُ ْم ٰعبِ ُدوْ نَ َمآ اَ ْعبُ ۗ ُد‬

“Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.”
Perhatikan redaksi ayat 3 dan ayat 5 ini. Sama-sama digunakan kata maa a’bud (‫ )ما أعبد‬yang
merupakan bentuk kata kerja masa kini dan masa datang (fi’il mudhari’). Menegaskan bahwa
apa yang beliau sembah tidak berubah.

Sayyid Qutb mengatakan bahwa ayat ini merupakan penegasan terhadap ayat sebelumnya
agar tidak ada lagi salah sangka dan kesamaran. Supaya tidak ada lagi prasangka dan syubhat.
Syaikh Muhammad Abduh mengatakan, ayat 2 dan ayat 3 menjelaskan perbedaan yang
disembah. Sedangkan ayat 4 dan 5 menjelaskan perbedaan cara beribadah. Tegasnya, yang
disembah lain, cara menyembah juga lain.

f. Surat Al-Kafiruun ayat 6

‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َولِ َي ِد ْي ِن‬

”Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

Kata diin (‫ )دين‬artinya adalah agama, balasan, kepatuhan dan ketaatan. Sebagian ulama
memilih makna balasan karena menurut mereka orang kafir Quraisy tidak memiliki agama.
Sedangkan yang mengartikan din sebagai agama, bukan berarti Rasulullah mengakui
kebenaran agama mereka namun mempersilakan menganut apa yang mereka yakini.

Didahulukannya kata lakum (‫ )لكم‬dan liya (‫ )لي‬menggambarkan kekhususan karena masing-


masing agama berdiri sendiri dan tidak perlu dicampurbaurkan. Ibnu Katsir mengutip Imam
Bukhari bahwa lakum diinukum yakni kekafiran, sedangkan waliya diin yakni Islam. Sayyid
Qutb menegaskan, “Aku di sini dan kamu di sana! Tidak ada penyeberangan, tidak ada
jembatan dan tidak ada jalan kompromi antara aku dan kamu!”. “Sesungguhnya jahiliyah
adalah jahiliyah dan Islam adalah Islam. Perbedaan antara keduanya sangat jauh.”

Sedangkan Buya Hamka menegaskan dalam Tafsir Al Azhar, “Soal aqidah, di antara tauhid
mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampuradukkan dengan
syirik. Tauhid kalau telah didamaikan dengan syirik, artinya adalah kemenangan syirik.”

2.3.4 Kandungan Surat Al-Kafiruun


a. Surat Al Kafirun menunjukkan perbedaan sesembahan dan ibadah kaum muslimin dan
orang-orang selain mereka. Seluruh kekufuran adalah satu agama dan bertentangan dengan
Islam.

b. Surat Al Kafirun berisi penolakan tegas atas ajakan kafir Quraisy untuk menyembah
berhala walau sesaat, dengan tujuan apapun.

c. Surat Al Kafirun menegaskan tidak ada kompromi dalam perkara aqidah. Tidak dibenarkan
kerjasama yang mencampurbaurkan dua aqidah yang berbeda.

d. Surat ini juga menegaskan bahwa Rasulullah tidak akan menyembah berhala mereka
sampai kapan pun.

e. Surat ini merupakan salah satu mukjizat dan bukti kebenaran Al Quran karena mereka
yang mendatangi Rasulullah untuk mengajak menyembah berhala, sampai akhir hayatnya
tidak pernah masuk Islam. Bahkan sebagiannya mati terbunuh dalam kondisi kafir.

f. Surat Al Kafirun berisi ajaran toleransi untuk tidak memaksa orang lain dalam aqidah dan
beribadah. Bagi seseorang adalah agama sebagaimana pilihannya dan semua akan
mendapatkan balasan sesuai pilihan tersebut.

2.3.5 Hikmah Surat Al-Kafiruun

a. Membangun Pondasi Keimanan

Dengan membaca surat Al Kafirun, kita dapat memperkuat pondasi keimanan kita dan
menjadikan keimanan kita lebih kuat. Karena surat ini berisikan dengan ketundukan dan
kepatuhan kita terhadap Allah SWT. Di dalam ayat-ayat Al kafirun menunjukkan bahwa kita
adalah orang yang berikrar dan bersaksi hanya kepada Allah SWT.

b. Membangun Keberanian Menghadapi Orang-Orang Kafir

Di dalam surat Al Kafirun terdapat makna bahwa orang-orang islam siap dalam melawan dan
menentang orang0orang kafir bahwa agama islam tidak bisa disamakan dengan agama
mereka. Orang-orang islam dan orang-orang kafir tentunya berbeda dan hal ini ditunjukkan
dalam surat Al Kafirun.
c. Menjadi Pembeda Antara Islam dan Kafir

Surat Al Kafirun juga menjadi pembeda antara islam dan kafir. Hal ini ditunjukkan oleh ayat
tersebut bahwa apa yang disembah, diikuti dan apapun yang menjadi aturan islam tidak sama
dengan apa yang mereka yakini. Mereka tidak bisa menjadi muslim dan muslim tidak bisa
menjadi mereka. Inilah keutamaan ayat ini sehingga menjadi identitas dan pembeda antara
muslim dan bukan.

d. Membangun Keoptimisan Islam

Ayat ini juga menjelaskan bahwa umat islam tidak perlu takut dan harus optimis dalam
membangun kemenangan ketika melawan kafir. Untuk itu, optimis dalam membangun
masayrakat islami adalah hal yang menjadi keutamaan dalam ayar ini. Ayat ini bisa
membangun keoptimisan dan langkah umat islam dalam berjuang.

e. Menghargai Perbedaan dan Keyakinan

Perbedaan dalam keyakinan pasti akan terjadi. Untuk itu perlu adanya pembeda.
Bagaimanapun dalam konteks masyarakat hari ini menghargai perlu, sehingga tidak perlu
menjadi konflik. Akan tetapi, tetap antara satu keyakinan lain dengan keyakinan lainnya tidak
bisa disamakan. Untuk itulah ayat dalam Al Kafirun ini ada.

2.4 Surat Al-Kautsar

Surat Al Kautsar (‫ )الكوثر‬adalah surat ke-108 dan merupakan surat terpendek dalam Al
Quran. Surat ini terdiri dari tiga ayat dan merupakan Surat Makkiyah, menurut mayoritas
ulama. Ia adalah surat ke-14 atau ke-15 yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Yakni setelah Surat Al Adiyat dan sebelum surat At Takatsur.

Ada sebagian ulama yang berpendapat surat ini Madaniyah karena di dalamnya
memerintahkan inhar (berkorbanlah). Sedangkan ibadah qurban disyariatkan setelah hijrah ke
Madinah. Namun pendapat ini ditolak ulama lainnya karena sejak di Makkah sudah dikenal
penyembelihan binatang sebagai pengorbanan.
Dinamakan surat Al Kautsar yang merupakan nama sungai di surga dan dapat pula
diartikan nikmat yang banyak, diambil dari ayat pertama dari surat ini. Surat ini juga
dinamakan Surat An Nahr, diambil dari ayat kedua.

2.4.1 Surat Al-Kautsar dan Artinya

(Innaa a’thoinaa kal kautsar. Fasholli lirobbika wanhar. Inna syaani,aka huwal
abtar)

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka


dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-
orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

2.4.2 Asbabun Nuzul

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu


terkait asbabun nuzul Surat Al Kautsar. Bahwa Rasulullah menundukkan
kepalanya sejenak lalu beliau mengangkat kepalanya seraya tersenyum. Para
sahabat bertanya, “Mengapa engkau tersenyum ya Rasulullah?” Maka
Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku suatu surat.”
Lalu beliau membaca Surat Al Kautsar.  “Tahukah kalian apakah Al Kautsar
itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya :

Al Kautsar adalah sebuah sungai (telaga) yang diberikan kepadaku oleh


Tuhanku di dalam surga. Padanya terdapat kebaikan yang baik. Umatku kelak
akan mendatanginya di hari kiamat. Jumlah wadah-wadah (bejana-bejana)nya
sama dengan bilangan bintang-bintang. Diusir darinya seseorang hamba, maka
aku berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya dia dari umatku.” Maka dikatakan,
“Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya
sesudahmu.” (HR. Ahmad; shahih)

Berdasarkan asbabun nuzul ini, sebagian ulama berpendapat surat Al


Kautsar adalah madaniyah. Karena Anas bin Malik masuk Islam setelah
Rasulullah hijrah ke Madinah. Namun ada pula yang berpendapat, surat ini
turun di Makkah, lalu diturunkan lagi di Madinah. Ibnu Katsir dalam tafsirnya
tidak memastikan apakah Al Kautsar ini makkiyah atau madaniyah.

Asbabun nuzul yang lain, surat ini turun berkenaan dengan Ash bin Wail.
Dia menghina Rasulullah sebagai abtar (terputus) karena putra beliau meninggal
sehingga nasabnya terputus. Lalu Allah menurunkan surat ini memberitakan
bahwa Ash bin Wail yang telah memusuhi Rasulullah itulah yang abtar.
Peristiwa itu terjadi di Makkah sehingga menjadi hujjah bahwa surat ini
merupakan surat Makkiyah.

2.4.3 Tafsir Surat Al-Kautsar

a. Surat Al-Kautsar ayat 1

‫ك ْال َكوْ ثَ ۗ َر‬


َ ‫اِنَّٓا اَ ْعطَي ْٰن‬

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”


Kata a’thainaaka (‫)أعطينك‬ berasal dari kata a’tha (‫)أعطى‬ yang artinya
adalah memberi. Biasa digunakan untuk pemberian yang menjadi milik pribadi
seseorang. Kata al kautsar (—‫ )الك——وثر‬berasal dari kata katsir (‫ )كث——ير‬yang artinya
adalah banyak. Bisa digunakan untuk menunjuk sesuatu yang bilangannya
banyak, bisa pula untuk menunjuk sesuatu yang tinggi nilainya.

Banyak makna al kautsar dalam ayat ini. Ada yang berpendapat maknanya
adalah sungai di surga dengan berhujjah pada hadits di atas dan hadits-hadits
sejenis yang menerangkan al kautsar. Ada yang berpendapat maknanya adalah
keturunan Rasulullah sangat banyak. Merupakan dari lawan abtar, pada ayat
terakhir. Meskipun putra-putra beliau meninggal semasa kecil, putri beliau
Fatimah telah memberikan keturunan yang darinya Ali Zainal Abidin -yang
selamat dari pembantaian di Karbala- kemudian memiliki banyak keturunan
hingga saat ini. Ada pula yang berpendapat maknanya adalah nikmat yang
banyak.

Sebenarnya makna-makna ini tidak saling bertentangan. Al kautsar adalah


nikmat yang banyak, yang diberikan Allah kepada Rasulullah, di antaranya
adalah keturunan yang banyak dan telaga al kaustar di surga. Sehingga Sayyid
Qutb menafsirkannya dalam Tafsir Fi Zilalil Quran: “Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak dan melimpah ruah, yang tidak
bisa dihalangi dan tidak putus-putusnya.

b. Surat Al-Kautsar ayat 2

ْ‫ص ِّل لِ َربِّكَ َوا ْن َح ۗ—ر‬


َ َ‫ف‬

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.”


Kata shalli (‫ )صل‬adalah bentuk perintah dari shalat (‫)ص————الة‬. Sedangkan
kata inhar (‫ )انحر‬berasal dari kata nahr (‫ )نحر‬yang artinya pangkal leher, sekitar
tempat meletakkan kalung. Dari sana muncul makna penyembelihan karena
menyembelih unta itu di pangkal leher. Setelah diberi penegasan nikmat yang
demikian banyak, maka Rasulullah diarahkan untuk mensyukuri nikmat itu
dengan shalat dan berkorban. Qatadah, Atha’ dan Ikrimah mengatakan bahwa
yang dimaksud ayat ini adalah mendirikan shalat idul adha dan menyembelih
hewan qurban.

Sedangkan Ibnu Jarir menjelaskan bahwa maknanya adalah jadikan seluruh


shalatmu untuk Tuhanmu, dengan niat ikhlas hanya kepada-Nya, tidak kepada
siapapun selain-Nya. Demikian pula jadikan hewan sembelihanmu hanya untuk-
Nya, bukan untuk berhala-berhala. Itu semua kamu lakukan demi rasa syukur
atas segala yang telah Dia berikan kepadamu berupa kemuliaan dan kebaikan
yang tiada tandingannya. Dia mengkhususkan hal itu hanya untukmu.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, melalui ayat ini
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk senantiasa shalat. Ini
merupakan kebalikan dari sifat orang yang meninggalkan shalat pada Surat Al
Ma’un. Allah memerintahkan shalat dengan ikhlas (lirabbika), lawan dari shalat
yang riya’ pada Surat Al Ma’un.

c. Surat Al-Kautsar ayat 3

‫ك ه َُو ااْل َ ْبتَ ُر‬


َ ‫اِ َّن َشانَِئ‬

“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”

Kata syani’aka (‫ )ش————انئك‬berasal dari kata syana’aan (‫ )ش————نآن‬yang artinya


adalah kebencian. Kata ini digunakan untuk menunjukkan kebencian yang
bukan pada tempatnya dan yang lahir dari iri hati. Ayat pertama menetapkan
bahwa Rasulullah bukanlah orang yang terputus dari nikmat Allah. Ayat
terakhir ini menegaskan bahwa orang yang membencinya justru yang terputus
dari nikmat Allah. Ayat pertama menetapkan bahwa Rasulullah memiliki
keturunan yang banyak, yang bertolak belakang dari hinaan orang-orang
musyrikin Makkah yang menyebut Rasulullah abtar. Ayat terakhir ini
menegaskan bahwa orang yang menghina Rasulullah itu justru orang yang pada
akhirnya abtar.

Ash bin Wail yang suka menghina Rasulullah “biarkan dia, sesungguhnya
dia abtar” akhirnya justru menjadi orang abtar karena semua anaknya mati. Ia
juga abtar karena terputus dari sejarah, namanya tidak dikenal kecuali dengan
kejelekan. Juga abtar karena terputus dari nikmat Allah. Para pembenci Nabi
pasti abtar sebagaimana ayat ini, walaupun ia punya anak banyak. Walid bin
Mughirah yang membenci Nabi, ia punya sebelas anak. Tapi anaknya tidak
melanjutkan misi dan pandangan Walid sehingga ia bisa disebut abtar. Terputus
dari keturunannya dan terputus pula dari kebajikan.   Orang yang abtar, jika
dihubungkan dengan al kautsar yang bermakna telaga surga, ia juga tidak akan
bisa meminum dari sana.

2.4.4 Kandungan Surat Al-Kautsar

a. Surat Al Kaustar menunjukkan bahwa Allah memberikan nikmat yang


banyak kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nikmat yang banyak itu
di antaranya adalah keturunan yang banyak dan telaga al kautsar di surga kelak.

b. Surat Al Kautsar memberikan arahan kepada Rasulullah untuk mensyukuri


nikmat yang banyak itu dengan shalat dan qurban. Yakni shalat yang ikhlas
karena Allah dan qurban yang dipersembahkan kepada-Nya semata.

c. Surat ini juga memberitakan bahwa orang-orang yang membenci Rasulullah,


merekalah orang-orang yang abtar, yakni terputus dari kebajikan dan rahmat
Allah. Juga terputus dari sejarah dikenal sebagai orang baik, bahkan di
antaranya benar-benar terputus keturunannya.

d. Surat ini merupakan mukjizat bukti kebenaran Al Quran. Sebab di kemudian


hari terbukti keturunan Rasulullah sangat banyak, hingga saat ini. Meskipun
putra-putra beliau meninggal di masa kecil, Fatimah telah melahirkan Hasan
dan Husein, dari Husein kemudian Ali Zainal Abidin satu-satunya yang selamat
saat pembantaian di Karbala dan dari beliaulah keturunan Rasulullah
berkembang demikian banyak hingga hari ini.

e. Mukjizat lain bukti kebenaran Al Quran dalam surat Al Kautsar, orang-orang


yang membenci Rasulullah akhirnya benar-benar abtar. Ash bin Wail yang
mengatakan Rasulullah abtar, akhirnya dia sendiri yang abtar karena semua
anaknya mati. Demikian pula tokoh kafir Quraisy lain, seperti Walid bin
Mughirah, meskipun punya banyak anak namun misi dan pandangannya
terputus karena tidak ada yang meneruskan.

2.4.5 Hikmah Surat Al-Kautsar

a. Bisa Membuat Hubungan Keluarga Menjadi Lebih Harmonis

Cara mengamalkannya adalah dengan membacanya saat anda melaksanakan


shalat tahajud secara rutin bersamaan dengan pasangan anda tersebut. Dengan
melakukannya secara rutin diharapkan anda bisa menjadi keluarga yang
sakinah, mawadah dan warohmah sampai maut memisahkan.

b. Bisa Mengatasi Rasa Ketakutan Yang Berlebihan

Jika anda dalam kondisi merasa takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
bacalah surat Al Kautsar untuk menenangkan hati anda serta menghilangkan
rasa ketakutan yang mungkin terlalu berlebihan.
c. Bisa Membuat Anda Mencicipi Air Dari Surga

Allah akan memberikan suatu pertolongan ketika di akherat nanti dengan


memberikan minuman yang diambil dan berasal dari surga langsung. Hanya
dengan membaca satu kali saja surat Al Kautsar, Allah sudah begitu baiknya
memberikan nikmatnya yang tak terkira.

d. Menciptakan Suasana Ketentraman Dalam Hati

Dengan membaca surat Al Kautsar dan mengamalkannya di kehidupan sehari-


hari, maka anda akan mendapatkan ketenangan serta ketentraman hati. Sehingga
nantinya saat anda sedang mengerjakan shalat, akan anda rasakan sendiri
manfaatnya, yakni shalat anda akan lebih khusyuk.

e. Bisa Menjadi Pembuka Rezeki

Pengamalan surat Al Kautsar yang anda lakukan, secara tidak langsung akan
membantu anda dalam upaya mendapatkan rezeki yang barokah dan halalan
toyyiban.

f. Bisa Mengidentifikasi Keberadaan Sihir

Seringkali seseorang terkena sihir karena berbagai macam alasan, disarankan


anda rutin membaca surat Al Kautsar agar Allah membukakan jalan kepada
anda agar dijauhkan dari pengaruh sihir.

g. Bisa Membuka Jalan Untuk Terkabulnya Do’a

Jika anda menginginkan sesuatu dan sudah berdoa setiap waktu, namun Allah
belum menunjukkan jalan buat anda, maka sebaiknya anda berdo’a dan
mengamalkan surat Al Kautsar saat terjadinya hujan disertai dengan rasa ikhlas
dari dalam hati.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari berbagai penafsiran surat Al Kafirun di atas maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan antar agama membutuhkan sikap toleransi. Kemudian sikap toleransi yang
ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis dan tidak berbelit-belit. Serta jalinan
persaudaraan dan toleransi antar umat beragama sama sekali tidak dilarang oleh Islam.
Selama masih dalam tawaran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling menghormati hak-
hak nya masing-masing.

Dari penafsiran tentang surat Al-Lahab dapat diambil pelajaran bahwa surat ini
merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah. Dimana Allah menurunkan surat ini
dalam kondisi Abu Lahab dan Istrinya masih hidup. Sementara keduanya telah divonis
sebagai orang yang akan disiksa dalam api neraka, yang konsekuensinya mereka berdua tidak
akan menjadi orang yang beriman. Dan apa yang digambarkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Dzat yang maha mengetahui perkara yang gaib pasti terjadi.

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui


dan memahami lebih dalam materi diatas. Untuk mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan
lebih lengkap tentang pembahasan Asbabun Nuzul, pembaca dapat membaca dan
mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulisanya membahas garis
besarnya saja tentang ulumul quran dan hanya membahas lebih dalam tentang asbabun nuzul.

Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah
selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M.Quraish. 2013, Cetakan ke 2, Lentera Al-Qur’an, Kisah dan Hikmah Kehidupan,
Bandung: Mizan

Mudjab Mahali. 2002.Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Qur’an. Jakarta. PT RajaGrafindo


Persada.

https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/keutamaan-surat-al-kautsar

https://bersamadakwah.net/surat-al-kafirun/

https://bersamadakwah.net/surat-al-kautsar/

https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-al-kafirun/

https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-al-kautsar/

Al-Hasni, Muhammad bin Alawi A, 1999, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung:  Pustaka Setia.

 Hasbi, ash-Shiddieqiy M, 1987, Ilmu-ilmu Al-Qu’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Setiyawan, Andik, 2010, Tafsir, Mojokerto: Mutiara Ilmu.

Anwar .Rosihon.2013.”Ulum  Al- Qur’an”. Bandung:CV Pustaka Setia

Didin Buchori,2005. “Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an: Bogor: Granaada


Pustaka

M.Yusuf,Kadar. 2014.”Studi Al-Qur’an” . Jakarta: Amzah

http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html?m=1 Diakses Pada
Tanggal 16 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai