TAFSIR 2
Disusun Oleh
Kelompok 9 :
TA 2018
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tafsir Surat
:
Dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Maksudnya yaitu ketika
mengajak manusia ke jalan Allah swt hendaknya dengan cara yang baik,
lemah lembut, dan tidak menyinggung perasaan mereka serta sesuai
dengan porsinya.
- : Bantahlah mereka dengan cara yang baik. Maksudnya yaitu
ketika berdakwah dan mereka membantah dakwah yang diberikan. Maka
balaslah bantahan mereka dengan bantahan yang tidak menyulut api
kemarahan.
- : Mengetahui tentang siapa
yang tersesat. Maksudnya Allah swt lebih mengetahui tentang siapa orang
yang tersesat dari jalan kebenaran.
عوق ِب ۡت ُمب ِه
ُ َ ابمثِ ۡل ِِما
ِ ف َعاَق ِب ُو- : Maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Maksudnya dibolehkan
hukumnya untuk membalas perbuatan jahat yang ditimpakan kepada diri
seseorang. Dengan syarat balasan tersebut sama kadar-bobotnya dengan
perbuatan jahat yang dirasakan atau diterima.
َ بر ۡت ُمل َه ُو
خیِ ِۡر َ صَ - : Kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
baik. Maksudnya memang secara hukum diperbolehkan untuk membalas
perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang.Akan tetapi, apabila kita
bersabar, maka itulah yang lebih baik disisi-Nya.
2. Gambaran Umum Mengenai Surah An-Nahl
surah ke-16 dalam al- Qur'an. Surah ini terdiri atas 128 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini dinamakan An-Nahl yang
berarti lebah karena di dalamnya, terdapat firman Allah swt SWT ayat 68
yang artinya :"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah".
Lebah adalah makhluk Allah swt yang banyak memberi manfaat dan
kenikmatankepada manusia.Ada persamaan antara madu yang dihasilkan
oleh lebah dengan Al Quranul Karim.Madu berasal dari bermacam-macam
sari bunga dan diamenjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia,
yakni sebagaimana tertera dalam ayat ke 69 dari surah ini.Sedang Al
Quran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada
Nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan
oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.
An‑Nahl (lebah) di sini tidak lain dari makhluk yang mendapat
berkat yangdimuliakan Allah swt, yang mendapat wahyu dan ilham‑Nya
sehingga ia dapat menempuh jalan hidupnya. Dalam Lisan Al‑Arab,
an‑Nahl (bentuk mufradnya/tunggalnya an‑Nahlah) adalah serangga
penghasil madu. Abu Ishaq az‑Zujaj mengatakan tentang firman Allah swt
Azza wa Jalla yang berbunyi: ”Tuhanmu mewahyukan kepada lebah.”
Boleh jadi dinamakan Nahl (lebah) karena Allah swt Azza wa jalla
menjadikan manusia mengambil madu yang keluar dariperutnya (dengan
pe ngertian Allah swt memberikan kepadanya). Pendapat yang lain
mengatakan bahwa kata itu berasal dari bahasa Arab. An‑Nahl dapat
dipandang sebagai mudzakkar (maskulin) dan sebagai mu’annats
(feminin).Ia dijadikan Allah swt sebagai kata mu’annats pada firman‑Nya
anittakhidziy minal jibaal buyuutan “Supaya kamu (feminin) mengambil
tempat tinggal digunung‑gunung…” Orang yang memandangnya sebagai
mudzakkar karena lafaznya adalah mudzakkar (Nahl) dan orang yang
memandangnya sebagai mu’annatskarena ia adalah kata jamak da ri
Nahlah.
3. Asbabun-Nuzul QS. An-Nahl ayat 125
Dalam pembahasan dari beberapa refrensi buku tafsir, telah didapati
bahwa ayat 125 dari Surah An-Nahl asbabun nuzulnya yaitu ketika
Hamzah gugur dalam perang Uhud dan dalam keadaan tercincang. Ketika
Nabi saw melihat keadaan jenazahnya, lalu beliau saw bersumpah melalui
sabdanya : “Sesungguhnya aku bersumpah akan membalas 70 orang dari
mereka sebagai penggantimu”.
Namun berbeda halnya dengan ayat ke 126.Para mufasir berbeda
pendapatseputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-
Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW
menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud,
termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa
ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW,
untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak
Quraisy.Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang
menjadi sebab turunnya ayat tersebut.
4. Hubungan surat An-Nahl ayat 125 dengan pendidikan
Ayat ini dan beberapa ayat selanjutnya yang menjadi ayat ayat
terakhir surat An Nahl mengajak Rasulullah SAW. dan seluruh pendidikan
dan ilmuwan Islam agar menggunakan cara yang tepat dalam mengajak
manusia menuju kebenaran. karena semua orang tidak dapat diajak lewat
satu cara saja. artinya, hendaknya berbicara kepada orang lain sesuai
dengan kemampuan dan informasi yang dimilikinya. oleh karenanya,
ketika menghadapi ilmuwan dan orang yang berpendidikan hendaknya
menggunakan argumentasi yang kuat. menghadapi orang awam atau
masyarakat kebanyakan hendaknya memberikan pelajaran atau nasehat
sehat yang baik. sementara membantah atau berdialog dua arah dengan
mereka yang keras kepala harus dilakukan dengan cara yang baik dan
berpengaruh.
Kosa Kata
Akan tetapi, orang itu lebih cenderung pada dunia, dan seluruh
perhatian dalam hidupnya ia arahkan untuk kenikmatan dunia dan tidak
mengarahkan pada kehidupan akhiratnya. Sehingga hilanglah waktunya
untuk mikirkan ayat-ayat Kami yang telah kami berikan kepadanya.
َعلَ ْي ِه ت َ ْح ِم ْلialah saat kamu mengusinya, ketika itu juga ia (anjing) akan
mengulurkan lidahnya. Karena hakikat anjing selalu mengulurkan lidah.
karena sulit bernafas seperti yang baru berlari cepat. Penggalan ayat ini
mengutarakan suatu fenomena, yaitu bahwa anjing selalu menjulurkan
lidah saat dihalau maupun dibiarkan. Ini disebabkan karena anjing tidak
memiliki kelenjar keringat yang cukup dan yang berguna untuk mengatur
suhu badan. Karena itulah, untuk mengatur suhu badannya , anjing selalu
menjulurkan lidah. Sebab dengan cara membuka mulut yang biasa
dilakukan dengan menjulurkan lidah, anjing lebih banyak bernafas dari
biasanya.
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-
ayat Kami. Ungkapan ini ditujukan kepada bangsa Yahudi. Allah telah
menyatakan suatu kabar gembira yang dicantumkan-Nya di dalam kitab
Taurat bahwasanya akan datang Muhammad berikut sifat dan tanda-
tandanya, yang jika manusia melihatnya niscaya dia melihat sosok
Muhammad itu. Pengenalan sosok itu seperti kamu mengenal anak
kandungmu sendiri. Namun, bangsa Yahudi mendustai ayat-ayat mukjizat
yang menetapkan kenabian Muhammad sebagai utusan Allah.
Jadi kata
maka ceritakanlah (kepada mereka)
kisah-kisah itu agar mereka berpikir, maknanya ialah manusia akan
memikirkan firman-firman Allah, dan semoga saja dengan diceritakan
kisah ini manusia dapat beriman.
C. Surah Al-A’raf ayat 177
Kosa Kata
سا
َ َء : buruk
َمثَال : Perumpamaan
َْكذ بُو ا : Mendustakan
1. Tafsir Surat
Maknanya buruk dari segi perumpamaan. Ayat ini menjelaskan
bahwa alangkah buruknya kondisi suatu kaum yang apabila ia mendustai
ayat-ayat Allah, berarti ia telah menzalimi dirinya sendiri.
Dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim, dan
dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan jika Allah SWT berkehendak
mengangkat drajat Mereka dengan ilmu yang telah diberikan kepadanya
tentulah Dia berkuasa akan hal tersebut. Tetapi mereka sendiri telah
menetukan pilihannya pada jalan yang sesat. Mereka menempuh jalan
yang berlawanan dengan fitrahnya, dan berpaling dari ilmunya sendiri
karena didorong keiginan pribadi, yakni kemawahan hidup duniawi. Dan
lebih mengikuti hawa nafsunya serta tergoda oleh setan, segala petunjuk
dari Allah SWT dilupakannya.
2. Asbabun Nuzul Surat Al-A’raf
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, kita janganlah mengikuti hawa nafsu yang semata-mata hanya untuk
dunia saja dan bisa menjerumuskan kita kedalam neraka serta syukurilah
apa yang telah ada pada diri kita.
DAFTAR PUSTAKA
[2] M Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal.285-
286